Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Idzam Fautanu, M. Ag
Oleh :
Zahra 11141130000055
Sakhna Fawatihul Bilad 11141130000062
Purwo Agung Nugroho 11141130000063
Balqis Faradiba 11101130000060
Selly Anggita 1110113000084
Segala Puji Bagi Allah Swt yang telah menganugerahkan segala nikmat, di antaranya
nikmat Islam, Iman dan sehat. Sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah Kerajaan
Mughal dengan baik. Shalawat serta salam, dihaturkan kepada Nabi Muhammad saw, Nabi
akhir zaman, yang membawa umatnya dari zaman yang penuh kegelapan, tanpa adanya ilmu,
ke zaman yang terang benderang, dengan banyaknya ilmu.
Kelompok 10
[2]
Daftar Isi
I Pendahuluan
A. Latar Belakang ............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................1
[3]
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu warisan peradaban Islam di India adalah Kerajaan Mughal. Keberadaan
kerajaan ini telah menjadi motivasi kebangkitan baru bagi peradaban tua di anak benua
India yang nyaris tenggelam. India adalah suatu wilayah tempat tumbuh dan
berkembangnya peradaban Hindu. Dengan hadirnya Kerajaan Mughal, maka kejayaan
India dengan peradaban Hindunya yang nyaris tenggelam kembali muncul.
Tercatat dalam sejarah Islam, kerajaan Mughal ini berdiri pada periode pertengahan.
Setelah masa pertengahan usai, muncul tiga kerajaan besar yang dapat membangun
kembali kemajuan umat Islam. Di antara kerajaan besar tersebut adalah kerajaan
Mughal. Ketiga kerajaan ini sudah dapat dikategorikan sebagai negara adikuasa pada
zaman itu. Karena kebesaran kerajaan tersebut sudah mampu menguasai perekonomian,
politik serta militer dan mampu mengembangkan kebudayaan yang monumental.
Di antara ketiga kerajaan tersebut, kerajaan Mughal adalah kerajaan yang termuda
usia berdirinya. Kerajaan ini berdiri setelah dua puluh lima tahun setelah berdirinya
kerajaan Safawi, diperkirakan sekitar seperempat abad jarak usia keduanya. Namun
kerajaan ini cukup lama berkuasa, lebih kurang selama tiga abad. Kerajaan Mughal
berdiri sejak awal abad ke-16 sampai abad ke-19 sehingga mampu membawa pengaruh
besar bagi perkembangan Islam, mulai dari bidang arsitektur hingga sastra. Makalah ini
akan membahas secara singkat dengan berbagai aspek tentang kerajaan Mughal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan yang dijelaskan di atas, agar pembahasan tidak melebar,
rumusan masalah akan dikerucutkan kedalam beberapa pertanyaan, sebagai berikut:
1. Bagaimana asal-usul kerajaan Mughal?
2. Bagaimana perkembangan dan kemajuan kerajaan Mughal?
3. Bagaimana kemunduran dan kehancuran kerajaan Mughal?
[4]
II
Asal-usul Kerajaan Mughal
Kerajaan Mughal didirikan oleh Zahiruddin Muhammad Babur yang merupakan
generasi ke-5 dari Timur. Ibunya keturunan etnis Mongol, ayahnya yang bernama Sultan
Umar Shaikh Mirza meninggal ketika ia berusia 12 tahun dengan meninggalkan kerajaan
Farghana kepadanya. Namun pada tahun 1498 kerajaan Farghana lepas dari tangannya
akibat diperebutkan oleh saudaranya Ali, dan saudara sepupunya Jahangir. Akibat
peristiwa ini, Babur memilih untuk meninggalkan Farghana dan mendatangi daerah
pegunungan Hindukush pada tahun 1502.1
Dalam perjalanannya menyebrangi Hindukush, Babur berhasil menduduki wilayah
Kabul dan Ghazni atas bantuan raja Khurasan serta menjadikan Kabul sebagai pusat
kerajaannya.2Dari sini ia memperluas kekuasaannya ke sebelah Timur (India). Saat itu,
Ibrahim Lodi, penguasa India, di landa krisis sehingga stabilitas pemerintahan menjadi
kacau. Daulah Khan, Gubernur Lahore dan Alam Khan, paman Ibrahim sendiri
melakukan pembangkangan pada tahun 1524 terhadap pemerintahan Ibrahim Lodi, dan
meminta bantuan Babur untuk merebut Delhi. Tiga kekuatan itu bersatu untuk menyerang
kekuatan Ibrahim, tetapi gagal ketika menyerang Samarkand lalu berhasil ketika
menaklukan Bajaur dan Dilpapur. Setelah keberhasian tersebut, Daulah Khan dan Alam
Khan mengetahui bahwa Babur tidak mau mengembalikan wilayah India yang telah
ditaklukan kepada mereka sehingga keduanya balik menyerang Babur. Namun Babur
berhasil membuat keduanya menyerah.
Kemudian Babur bergerak menuju Panipat. Disana ia dihadang oleh pasukan yang
dipimpin oleh Ibrahim yang berjumlah 100.000 orang, sedangkan pasukan Babur hanya
berkisar 25.000 orang.3 Pertempuran ini dapat dimenangkan oleh Babur meskipun dengan
jumlah pasukan yang tidak memadai. Babur memasuki kota Delhi sebagai pemenang dan
menegakkan pemerintahannya disana. Inilah yang menjadi cikal bakal terbentuknya
kerajaan Mughal di India. Kemenangannya yang begitu cepat mengundang reaksi dari
para penguasa Hindu setempat. Babur mendapat tantangan dari Rajput dan Rana Sanga
didukung oleh para kepala suku India tengah dan umat Islam setempat yang belum
tunduk pada penguasa yang baru tiba itu, sehingga ia harus berhadapan langsung dengan
dua kekuatan sekaligus. Tantangan tersebut dihadapi Babur pada tanggal 16 Maret 1527
1
Ibid, 263
2
Umar Asasuddin Sokah M.A, Sultan Akbar Pembangun Kerajaan Islam Mughal, Jurnal Al-Jamiah, Vol 37 (2008), 36
3
I. H. Qureishi, “Muslim India Before the Mughals” dalam Cambridge History of Islam, P.M. Holt et al, Vol. 2, (Cambridge University
Press: 1977), 22
[5]
M di Khanus dekat Agra. Babur memperoleh kemenangan dan Rajput jatuh ke dalam
kekuasaannya.
Setelah Rajput dapat ditundukkan, konsentrasi Babur diarahkan ke Afganistan, yang
saat itu dipimpin oleh Mahmud Lodi saudara Ibrahim Lodi. Kekuatan Mahmud dapat
dipatahkan oleh babur tahun 1529 M sehingga Gogra dan Bihar jatuh ke bawah
kekuasaannya. Pada tahun 1530 M Babur meninggal Dunia dalam usia 48 tahun setelah
memerintah selama 30 tahun, dengan meninggalkan kejayaan-kejayaan yang cemerlang.
Pemerintahan selanjutnya dipegang oleh anaknya Humayun.
Humayun, putra sulung Babur dalam melaksanakan pemerintahan banyak
menghadapi tantangan. Sepanjang masa kekuasaannya selama sembilan tahun (1530-
1539 M). Ia kerap kali berperang melawan musuh. Diantara tantangan yang muncul
adalah pemberontakan Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang memisahkan diri dari Delhi,
namun dimenangkan oleh Humayun. Pada tahun 1540 M terjadi pertempuran dengan
Sher Khan di Kanauj.
Dalam pertempuran ini Hamayun mengalami kekalahan. Ia terpaksa melarikan diri
ke Kandahar dan selanjutnya ke Persia. Di Persia ia menyusun kembali tentaranya.
Kemudian dari sini ia menyerang musuh-musuhnya dengan bantuan raja Persia, Tahmasp.
Humayun dapat mengalahkan Sher Khan Shah setelah hampir 15 tahun berkelana
meninggalkan Delhi. Ia kembali ke India dan menduduki tahta kerajaan Mughal pada
tahun 1555 M. Setahun setelah itu (1556 M) ia meninggal Dunia. Sepeninggalnya,
kerajaan Mughal diperintah oleh anaknya yang bernama Akbar.
[6]
III
Perkembangan dan Kemajuan Kerajaan Mughal
4
Siti Maryam, dkk, Sejarah Kebudayaan Islam: Dari Klasik hingga Modern (Yogyakarta: LESFI, Cet.3, 2009), 184
5
Siti Maryam, dkk, Sejarah Kebudayaan Islam: Dari Klasik hingga Modern (Yogyakarta: LESFI, Cet.3, 2009), 184
6
Semacam Panglima Daerah Militer (Pangdam) yang memimpin divisi tentara
7
Siti Maryam, dkk, Sejarah Kebudayaan Islam: Dari Klasik hingga Modern (Yogyakarta: LESFI, Cet.3, 2009), 184
[7]
dan mengacau keamanan, namun berhasil dipadamkan. Raja Jujhar Singh Bundela
kemudian diusir. Pemberontakan yang paling hebat datang dari Afghan Pir Lodi atau
Khan Jahan, seorang gubernur dari provinsi bagian Selatan. Pemberontakan ini cukup
menyulitkan. Namun pada tahun 1631 pemberontakan inipun dipatahkan dan Khan
Jahan dihukum mati.
b. Kemajuan Kerajaan Mughal
a) Bidang Poitik dan Militer
Sistim yang menonjol adalah politik Sulh-E-Kul atau toleransi universal. Sistem
ini sangat tepat karena mayoritas masyarakat India adalah Hindu sedangkan Mughal
adalah Islam. Disisi lain terdapat juga ras atau etnis lain yang juga terdapat di India.
Lembaga yang produk dari Sistim ini adalah Din-I-Ilahi dan Mansabhadari. Dibidang
militer, pasukan Mughal dikenal pasukan yang sangat kuat. Mereka terdiri dari
pasukan gajah berkuda dan meriam. Wilayahnya dibagi distrik-distrik. Setiap distrik
dikepalai oleh sipah salar dan sub distrik di kepalai oleh faudjar. Dengan sistim ini
pasukan Mughal berhasil menahlukan daerah-daera di sekitarnya.
b) Bidang Ekonomi
Perekonomian kerajaan Mughal tertumpu pada bidang agrari, mengingat
keadaan Geografi dan Geologi wilayah India. Hasil pertanian kerajaan Mughal yang
terpenting ketika itu adalah biji-bijian, padi, kacang, tebu, sayur-sayuran, rempah-
rempah, tembakau, kapas, nila, dan bahan-bahan celupan.8
Di samping untuk kebutuhan dalam negeri, hasil pertanian itu diekspor ke
Eropa, Afrika, Arabia, dan Asia Tenggara bersamaan dengan hasil kerajinan, seperti
pakaian tenun dan kain tipis bahan gordiyn yang banyak diproduksi di Gujarat dan
Bengawan. Untuk meningkatkan produksi, Jehangir mengizinkan Inggris (1611 M)
dan Belanda (1617 M) mendirikan pabrik pengolahan hasil pertanian di Surat.
c) Bidang Seni dan Arsitektur
Bersamaan dengan majunya bidang ekonomi, bidang seni dan budaya juga
berkembang. Karya seni yang menonjol adalah karya sastra gubahan penyair istana,
baik yang berbahasa Persia maupun berbahasa India. Penyair India yang terkenal
adalah Malik Muhammad Jayazi, seorang sastrawan sufi yang menghasilkan karya
8
Yatin, Badri, Sejarah Peradabab Islam, (Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada), hlm. 161.
[8]
besar berjudul Padmavat, sebuah karya alegoris yang mengandung pesan kebijakan
jiwa manusia.9
Karya seni yang masih dapat dinikmati sekarang dan merupakan karya seni
terbesar yang dicapai kerajaan Mughal adalah karya-karya arsitektur yang indah dan
mengagumkan. Pada masa akbar dibangun istana Fatpur Sikri di Sikri, vila, dan
masjid-masjid yang indah. Pada masa Syah Jehan, dibangun masjid berlapiskan
mutiara dan Taj Mahal di Agra, masjid raya Delhi dan istana indah di Lahore.10
d) Bidang Ilmu Pengetahuan
Dinasti Mughal juga banyak memberikan sumbangan di bidang ilmu
pengetahuan. Sejak berdiri, banyak ilmuan yang datang ke India untuk menuntut ilmu
pengetahuan. Pada tiap-tiap masjid memiliki lembaga tingkat dasar yang dikelola oleh
seorang guru. Pada masa Shah Jahan didirikan sebuah Perguruan Tinggi di Delhi.
Jumlah ini semakin bertambah ketika pemerintah di pegang oleh Aurangzeb.
Dibidang ilmu agama berhasil dikondifikasikan hukum islam yang dikenal dengan
sebutan Fatawa-I-Alamgiri.
9
Ibid, hlm. 161.
10
Ibid, hlm. 162.
[9]
IV
Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Mughal
Sepeninggal Aurangzeb (1707 M), tahta kerajaan dipegang oleh Muazzam, putra
tertua Aurangzeb yang sebelumnya menjadi penguasa di Kabul. Putra Aurangzeb ini
kemudian bergelar Bahadur Syah (1707-1712 M).11
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kemunduran Dinasti Mughal terjadi, pada
satu setengah abad terakhir dan membawa kehancuran pada tahun 1858 M , yaitu :
1. Melemahnya pemimpin para pelanjut Raja Aurangzeb
2. Suksesi kepemimpinan ditingkat pusat menjadi ajang perebutan
3. Sikh dibagian utara semakin lama semakin mengancam
4. Inggris (EIC) diizinkan menanam modal di india didukung oleh semakin kuat
menguasai wilayah pantai
5. Gerakan sparatis Hindu di India tengah .
6. Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer
Inggris di wilayah wilayah pantai tidak segera dipantau oleh kekuatan Maritim
Mughal, begitu juga kekuatan pasukan darat, bahkan mereka kurang aktif
menggunakan persenjataan.
7. Kemerosotan moral, dan hidup mewah di kalangan elit politik yang
mengakibatkan pemborosan uang negara.
8. Pendekatan Aurangzeb yang terlampau kasar dalam melakukan ide-ide puritan
dan kecenderungan askestisnya oleh sultan sesudahnya.
9. Semua pewaris tahta kerajaan pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah
dalam bidang kepemimpinan.12
11
Ibid, hlm. 159.
12
Badri Yatim, Op.Cit., hlm. 163
[10]
V
Penutup dan Kesimpulan
[11]
Daftar Pustaka
Umar Asasuddin Sokah M.A, Sultan Akbar Pembangun Kerajaan Islam Mughal, Jurnal Al-
Jamiah, Vol 37 (2008)
Syed Mahmudunnasir, Islam its Concepts and History, (New Delhi: Kitab Bhavan, 1981)
I. H. Qureishi, “Muslim India Before the Mughals” dalam Cambridge History of Islam, P.M.
Holt et al, Vol. 2, (Cambridge University Press: 1977)
Moh. Nurhakim. Sejarah dan Peradaban Islam (Malang: UMM Press, Cet.2, 2004)
Siti Maryam, dkk, Sejarah Kebudayaan Islam: Dari Klasik hingga Modern (Yogyakarta:
LESFI, Cet.3, 2009)
Yatin, Badri, Sejarah Peradabab Islam, (Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada)
[12]