Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN

(Individu)

KULIAH KERJA NYATA


PEMBELAJARAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS GADJAH MADA
TAHUN: 2017

SUB UNIT :3
UNIT : JTG-84 (Desa Tritunggal)
KECAMATAN : Rembang
KABUPATEN : Rembang
PROVINSI : Jawa Tengah

Disusun Oleh :

Nama Mahasiswa : Elyada Wigati Pramaresti


Nomor Mahasiswa : 14/364676/SA/17377

SUBDIREKTORAT KKN
DIREKTORAT PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
I. LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN

I.1 PENDAHULUAN
Kuliah kerja nyata (KKN) merupakan bentuk pengabdian mahasiswa kepada
masyarakat terkait dengan pelaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi yang meliputi
Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan KKN dirintis pada
tahun 1971-1973 oleh seorang pakar hukum yang bernama Koesnadi Hardjasoemantri.
Beliau merupakan alumni Universitas Gadjah Mada yang mencetuskan bahwa diperlukan
kurikulum pembelajaran yang mendidik mahasiswa untuk mengembangkan kecerdasan
konseptual dan kecerdasan sosial secara integratif. Berdasarkan pendapat tersebut,
beliau mengukuhkan kurikulum pembelajaran KKN pertama kali di Universitas Gadjah
Mada. Hingga kini kegiatan KKN dipertahankan menjadi mata kuliah wajib seluruh
mahasiswa Universitas Gadjah Mada.
Kuliah Kerja Nyata Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM)
Universitas Gadjah Mada dilaksanakan di Desa Tritunggal, Kecamatan Rembang,
Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Tim KKN berangkat pada tanggal 9 Juni 2017, pukul
22.00 WIB. Perjalanan dari Yogyakarta ke lokasi KKN sekitar 8 jam. Tim KKN sampai di
Desa Tritunggal pada tanggal 10 Juni 2017, pukul 06.00 WIB. Sesampainya di Desa
Tritunggal, para anggota tim KKN tidak langsung diantarkan ke pondokan masing-
masing. Tim KKN menghadiri penyambutan dari kepala desa di balai desa Tritunggal.
Penyambutan dihadiri oleh seluruh mahasiswa KKN JTG-84 Rembang, dosen
pembimbing lapangan, tokoh masyarakat, dan Badan Permusyawarahan Desa. Setelah
upacara penyambutan dari kepala desa, semua anggota tim KKN diantarkan ke
pondokan masing-masing untuk beristirahat.
Desa Tritunggal berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, Desa Punjulharjo
di sebelah timur, Jalan Pantura di sebelah selatan, dan Desa Pasar Banggi di sebelah
barat. Secara geografis, wilayah Desa Tritunggal cukup kecil dan didiami oleh 360
keluarga. Tanah Desa Tritunggal tidak terlalu subur sehingga kurang cocok digunakan
untuk kegiatan bertani. Kurangnya kesuburan tanah dan lokasi desa yang dekat dengan
laut menyebabkan mayoritas penduduk desa bekerja sebagai nelayan dan sebagian kecil
bekerja sebagai pengusaha tambak garam, guru, dan buruh pabrik.
Air bersih cukup sulit didapat di Desa Tritunggal karena air yang didapat dari
sumur adalah air payau. Untuk keperluan minum, penduduk Desa Tritunggal kebanyakan
menggunakan air mineral galon isi ulang dan air mineral gelas. Namun, ada juga warga
yang menggunakan air PAM yang direbus dan air sumur. Untuk kegiatan mandi, cuci,
kaskus (MCK), warga menggunakan air PAM dan air sumur Mati air cukup sering terjadi
di Desa Tritunggal. Yang paling sering mengalami mati air adalah Balai Desa dan PAUD.
Hal ini disebabkan karena air sekitar pompa sering surut. Ketika air menipis, udara
banyak yang masuk ke dalam pompa sehingga air sulit untuk naik keluar.
Penduduk Desa Tritunggal memiliki kebiasaan untuk melaut. Di desa ini terdapat
tradisi Nyadran, yaitu tradisi untuk pergi berlayar ke Pulau Karang yang letaknya tidak
jauh dari Pantai Nyamplung, Tritunggal. Kegiatan Nyadran dilakukan setahun sekali dan
bertempo seminggu setelah Lebaran. Tradisi lain yang dapat ditemui di Desa Tritunggal
adalah Sedekah Laut. Penduduk biasanya menjalankan tradisi ini pada pertengahan
bulan Agustus. Tradisi Sedekah Laut dilakukan dengan memberikan sajen berupa kepala
kambing yang dihanyutkan ke laut. Pemberian sajen ini bertujuan agar hasil laut
senantiasa melimpah sepanjang tahun.
Penduduk Desa Tritunggal sangat ramah, terutama sekretaris desanya yang
selalu meluangkan waktunya untuk sekedar berkumpul dengan mahasiswa KKN. Semua
penduduk Desa Tritunggal memeluk agama Islam. Anak-anak sejak PAUD sudah
diikutkan oleh orangtuanya ke Madrasah Ibtida’iyah Annuroniyah yang terletak di wilayah
timur Desa Tritunggal. Tingkat pendidikan yang ditempuh kebanyakan penduduk adalah
sekolah dasar. Penduduk banyak yang mengalami putus sekolah karena kondisi
ekonomi. Mayoritas orangtua tidak mendorong anaknya untuk melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi, melainkan menyuruh anaknya untuk pergi melaut.
Permasalahan lain yang ditemukan di Desa Tritunggal adalah orantua terlalu permisif
sehingga banyak anak-anak di bawah umur yang mengendarai sepeda motor hingga ke
jalan Pantura.
PEMBAHASAN
A. Hasil Kegiatan
1. Archaeology for Kids
Kode Sektor: 3.5.16
Klaster: Soshum
Sifat Program: Soshum
Kegiatan Archaeology for Kids dilakukan dengan tujuan untuk
memperkenalkan kepada anak-anak tentang tinggalan sejarah yang ada di
wilayah Rembang, termasuk Desa Tritunggal. Sasaran peserta
Archaeology for Kids adalah siswa SD Tritunggal dan siswa SMP Negeri 4
Rembang. Tinggalan sejarah sangat penting untuk dikenali dan dilestarikan
karena melalui tinggalan sejarah, masyarakat dapat mengetahui sejarah
dan budaya nenek moyang mereka serta mampu menjadi identitas suatu
daerah atau bangsa. Kegiatan Archaeology for Kids diadakan sebanyak
tiga kali pertemuan dengan sasaran peserta pertemuan pertama adalah
siswa SD kelas 1,2, dan 3, peserta pertemuan kedua adalah siswa SD kelas
4,5, dan 6, dan peserta pertemuan ketiga adalah siswa SMP kelas 7.
Pertemuan pertama dilasanakan bersama dengan pihak KPAD, sedangkan
pertemuan kedua dan ketiga dilaksanakan oleh tim KKN saja. Dalam
sosialisasi ini, diharapkan anak-anak dapat mengenali tinggalan sejarah
yang ada di sekitar mereka

2. Historical Outbond
Kode Sektor: 3.5.16
Klaster: Soshum
Sifat Program: Interdisipliner
Kegiatan Historical Outbond merupakan program keberlanjutan dari
Archaeology for Kids. Sama seperti program sebelumnya, kegiatan ini
diadakan untuk meningkatkan kesadaran anak-anak terhadap tinggalan
sejarah di sekita mereka. Perbedaannya, pada kegiatan ini anak-anak akan
diajak langsung ke lokasi tinggalan sejarah yang ada di sekitar Desa
Tritunggal. Di lokasi tersebut, anak-anak diberi materi yang dikemas dalam
bentuk permainan outbond tentang bagaimana cara melestarikan tinggalan
sejarah yang ada. Pelaksanaan kegiatan ini didasari oleh fakta bahwa di
Desa Tritunggal, kesadaran anak-anak terhadap tinggalan sejarah cukup
rendah. Seharusnya, sudah menjadi tugas masyarakat untuk menyadarkan
dan mendidik anak-anak dalam mengenal tinggalan sejarah di sekitar
mereka serta bagaimana cara menjaga agar tinggalan sejarah yang ada
tetap lestari. Namun, aksi nyata dari masyarakat untuk menjalankan tugas
tersebut masih kurang. Perlu dilakukan tindakan langsung agar anak-anak
mampu menyadari keberadaan tinggalan sejarah, mendekatkan mereka ke
tempat di mana tinggalan sejarah itu berada, dan memberi pemahaman
pentingnya menjaga kelestarian tinggalan sejarah. Historical Outbond
dilakukan sebanyak dua kali pertemuan. Pertemuan pertama ditujukan
untuk anak-anak SD kelas 1,2, dan 3, sedangkan pertemuan kedua
ditujukan untuk anak-anak SD kelas 4,5,dan 6. Semua pertemuan diikuti
oleh siswa SD Tritunggal dengan antusias. Dengan demikian, diharapkan
anak-anak lebih mampu mengenal tinggalan sejarah di sekitar Desa
Tritunggal dan memiliki kesadaran untuk melestarikannya. Melalui program
ini, anak-anak juga diharapkan mampu bekerjasama dalam memecahkan
masalah-masalah sederhana terkait pelestarian tinggalan sejarah.

3. Dokumentasi Cerita Rakyat Desa Tritunggal


Kode Sektor: 3.5.16
Klaster: Soshum
Sifat Program: Soshum
Dokumentasi Cerita Rakyat Desa Tritunggal adalah program yang
menunjang tema utama KKN PPM UGM Desa Tritunggal, yaitu Desa
Berdikari. Salah satu hal yang dibutuhkan untuk menjadi Desa Berdikari
adalah wisata. Konsep wisata yang hendak dikembangkan di Desa
Tritunggal adalah Samudera Welo. Dalam usaha untuk membangkan
konsep tersebut, hal yang perlu dibangun tidak hanya mencakup segi fisik
saja, misalnya infrastruktur, tetapi juga dari segi budaya. Cerita rakyat Desa
Tritunggal penting untuk didokumentasikan karena cerita rakyat dapat
digunakan sebagai identitas budaya suatu desa. Selain itu, kegiatan
dokumentasi cerita rakyat penting agar masyarakat tidak melupakan tradisi
lisan yang mereka miliki. Harapan dari program ini adalah terpeliharanya
cerita rakyat Desa Tritunggal sehingga cerita tersebut mampu menjadi ciri
khas Desa Tritunggal sendiri..

4. Penyuluhan Hukum Keselamatan Berlalu lintas bagi Anak-Anak


Sekolah Dasar
Kode Sektor: 3.13.02
Klaster: Soshum
Sifat Program: Soshum

Program penyuluhan ini dilaksanakan mengingat banyaknya anak-


anak di bawah umur yang mengendarai sepeda motor. Hal ini tentu
memerlukan perhatian karena dapat membahayakan nyawa anak itu
sendiri serta orang lain di sekitarnya. Banyaknya anak-anak di bawah umur
yang mengendarai sepeda motor disebabkan karena orangtua terlalu
permisif dalam memberi izin sehingga anak-anak merasa bebas untuk
melakukan apa pun. Oleh karena itu, diperlukan penyuluhan kepada orang
tua mengenai pentingnya pengawasan terhadap anak-anak dan bahaya
berkendara di jalan bagi anak-anak di bawah umur. Program ini
dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan. Pertemuan pertama
dilaksanakan dengan sasaran peserta anak-anak SD dan Komisi
Perlindungan Anak Desa (KPAD). Pertemuan kedua dilaksanakan di SD
Tritunggal dengan sasaran peserta anak-anak SD kelas 4,5,dan 6.

5. Pengadaan dan Inventarisasi Buku Perpustakaan Desa


Kode Sektor: 3.5.04
Klaster: Soshum
Sifat Program: Soshum
Kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan observasi yang dilakukan
oleh mahasiswa sebelum berjalannya program KKN. Desa Tritunggal
belum mempunyai tempat atau ruang baca umum beserta buku-bukunya
yang memungkinkan sebagai tempat untuk membaca dan belajar bersama.
Belum adanya ruang baca menyebabkan kesadaran untuk membaca di
desa masih rendah. Untuk meningkatkan minat baca, maka akan dibuat
sebuah ruang yang layak di mana masyarakat, baik dewasa maupun anak-
anak mampu menggunakan tempat tersebut untuk belajar dan membaca.
Dalam menjalankan program ini, klaster soshum bekerja sama dengan
klaster saintek di mana klaster saintek merancang dan membangun ruang
baca, sedangkan klaster soshum menyediakan dan melakukan
inventarisasi buku untuk disimpan di ruang baca umum. Tujuan dari
program ini adalah agar seluruh warga desa mampu mengakses semua
buku yang ada di ruang baca. Inventarisasi buku perpustakaan desa
dilakukan sebanyak delapan kali pertemuan, dimulai dengan penggolongan
buku berdasarkan isinya, labelling, penyampulan hingga peletakkan buku
di ruang baca. Harapannya, penduduk desa, terutama anak-anak jadi lebih
gemar membaca dan dapat lebih terbantu ketika sewaktu-waktu harus
mengerjakan tugas sekolah.

6. Pendampingan Stimulasi Anak


Kode Sektor: 3.5.04
Klaster: Soshum
Sifat Program: Soshum

Pendampingan Stimulasi Anak dilaksanakan berdasarkan hasil


observasi yang menunjukkan bahwa anak-anak di Desa Tritunggal sangat
membutuhkan stimulasi. Usia dini adalah “golden age period”, yaitu masa
emas untuk seluruh aspek perkembangan manusia, baik secara fisik, emosi
maupun sosial. Kurangnya stimulasi pada anak-anak dapat menyebabkan
tidak tercapainya perkembangan yang optimal. Ketika anak-anak tersebut
tumbuh besar, mereka tidak mengenal apa-apa, merespons secara lambat,
tidak pandai bergaul, dan ketahanan fisik cenderung lemah. Dilatar
belakangi oleh hal tersebut, maka stimulasi sangat penting untuk
diterapkan pada anak-anak supaya ke depannya mereka dapat tumbuh
menjadi pribadi yang kaya akan pengalaman. Mereka tidak hanya mampu
berpikir dan bertindak secara kognitif saja, namun, juga mampu
menggunakan ranah non-kognitifnya dengan baik. Pendampingan
Stimulasi Anak dilakukan sebanyak 30 kali pertemuan. Stimulasi yang
diberikan berbentuk permainan dan kegiatan sederhana seperti permainan
sepak bola, bentengan, mewarnai, dan membuat origami.

B. Hambatan dan Tantangan


Selama menjalankan program-program yang telah direncanakan,
tim KKN JTG-84 mengalami beberapa hambatan dan tantangan. Pertama,
pada pelaksanaan Archaeology for Kids. Pada pertemuan Archaeology for
Kids yang pertama, peserta yang datang tidak hanya siswa SD kelas
1,2,dan 3, melainkan juga siswa SMP dan anggota Karang Taruna
sehingga materi harus diubah dalam waktu yang sangat singkat agar
menyesuaikan peserta sosialisasi yang terdiri dari masyarakat umum. Hal
ini disebabkan karena pertemuan Archaeology for Kids yang pertama
dilaksanakan bersama dengan Komisi Perlindungan Anak Desa (KPAD)
sehingga peserta sosialisasi berubah dari yang tadinya hanya melibatkan
siswa SD kelas 1,2,3 menjadi masyarakat umum.
Hambatan juga ditemukan pada pertemuan Historical Outbond yang
kedua. Sosialisasi dari KPAD dimajukan sehingga pelaksanaan sosialisasi
ini jatuh pada hari yang sama dengan pelaksanaan Historical Outbond.
Sebagian mahasiswa yang sebelumnya ikut membantu kegiatan Historical
Outbond dikerahkan untuk menghadiri sosialisasi dari KPAD. Karena hal
ini, kegiatan Historical Outbond mengalami kekurangan tenaga. Panitia
yang tersisa harus bekerja lebih keras supaya program tersebut dapat
terlaksana dengan baik.
Seringnya mati air juga menjadi hambatan tersendiri untuk
memenuhi kebutuhan selama menjalankan program. Karena di lokasi KKN
mahasiswa memasak nasi sendiri serta mencuci peralatan masak dan
makan, mati air menjadi suatu hal yang cukup menghambat. Ketika air di
balai desa (yang notabene menjadi titik kumpul tim KKN ketika
mengadakan rapat koordinasi) mati, mahasiswa harus kembali ke
pondokan jika sewaktu-waktu membutuhkan air.
Kemauan masyarakat untuk bergerak sendiri juga masih rendah.
Dibutuhkan cemeti penggerak supaya program yang dilaksanakan tidak
berhenti begitu saja ketika tim KKN meninggalkan desa dan supaya mereka
mampu mengembangkan potensi yang mereka miliki menjadi lebih baik.
Selain itu, kecemburuan sosial antar warga desa cukup tinggi sehingga ada
kalanya menghambat kegiatan sosialisasi yang diadakan.

C. Jejaring Kemitraan dan Peran Serta Masyarakat


Mitra dan peran serta masyarakat sangat membantu dalam
keberlangsungan program. Mitra sangat membantu dalam menyediakan
biaya serta sarana dan prasarana selama pelaksanaan program, seperti
penyediaan alat-alat elektronik. Peran masyarakat juga sangat besar,
terutama ketika menyebarkan informasi terkait dengan sosialisasi program.
Melalui masyarakat, tim KKN juga memperoleh informasi tentang keadaan
desa, baik dari segi geografis, sosial, maupun ekonomi.

D. Keterlibatan dalam masyarakat


Masyaakat di Desa Tritunggal cukup memberi dukungan dalam
pelaksanaan program KKN. Mereka cukup antusias ketika mengikuti
program-program yang direncanakan oleh tim KKN. Sejumlah warga
banyak membantu dalam memberikan saran agar program yang akan
dilaksanakan dapat berjalan lancar. Berbagai program telah
terselenggarakan dan diikuti oleh banyak warga, baik dewasa dan anak-
anak dengan antusias. Beberapa tokoh masyarakat bahkan mau
meminjamkan kendaraannya untuk digunakan oleh tim KKN UGM dalam
menjalankan program. Para tokoh masyarakat ini juga sangat senang
dengan adanya program yang dilaksanakan di Desa Tritunggal.
Anak-anak Desa Tritunggal terlihat antusias dengan datangnya tim
KKN PPM UGM ke desa mereka. Ketika kami tiba di Desa Tritunggal, anak-
anak langsung berdatangan ke balai desa untuk melihat kami. Dalam waktu
singkat mereka langsung mengajak kami bermain di sekitar balai desa
sembari menunggu upacara penyambutan dari kepala desa. Anak-anak
adalah anggota masyarakat yang paling mudah untuk akrab dengan tim
KKN . Mereka sangat antusias ketika mengikuti program-program yang
diselenggarakan oleh tim KKN. Melalui anak-anak, tim KKN juga bisa
membangun suasana akrab dengan orangtua mereka dan beberapa warga
desa yag lain. Mereka tidak jarang menawarkan diri untuk membantu
anggota tim KKN dalam menjalankan program, misalnya mengecat pipa
untuk vertikultur, memegangi kayu yang sedang dipotong, dan mencuci
botol di pantai.

E. Temuan Baru dan/ atau Unik dalam Hal Kekayaan Alam, Teknologi
Lokal dan Budaya
Desa Tritunggal mempunyai kekayaan alam berupa pantai dan hasil
laut. Pantai yang dimiliki oleh Desa Tritunggal bernama Pantai Nyamplung.
Kini, Pantai Nyamplung sedang dikembangkan untuk menjadi pantai
wisata. Di desa ini juga terdapat tambak ikan maupun garam yang cukup
luas. Jenis ikan yang dibudidayakan adalah bandeng dan mujair. Hasil dari
tambak ikan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-
hari sekaligus dijual ke pasar untuk menambah pendapatan. Ikan yang
didapatkan secara langsung dari laut maupun tambak sangat segar dan
lezat ketika dikonsumsi dibanding ikan yang didapatkan di pasar.
Setiap setahun sekali, penduduk Desa Tritunggal mengadakan
kegiatan Sedekahan Laut. Tradisi ini dilakukan pada pertengahan bulan
Agustus di mana masyarakat Desa Tritunggal memberikan sesajen ke
Pantai Nyamplung. Kegiatan Sedekahan laut diawali dengan tarian kuda
lumping yang diadakan di depan balai desa pada pagi hari. Menjelang
siang, terdapat arak-arakan yang berjalan ke arah pantai. Puncak dari
kegiatan ini adalah menghanyutkan kepala kambing ke Laut Jawa. Tradisi
Sedekahan Laut dijalankan sebagai ucap syukur atas hasil laut yang
didapatkan dan bertujuan agar hasil tangkapan melimpah sepanjang tahun.

F. Potensi pengembangan/keberlanjutan
Potensi yang dapat dikembangkan di Desa Tritunggal adalah
kesadaran para generasi muda, terutama anak-anak akan tinggalan
sejarah budaya di sekitar mereka dan kesadaran untuk memeliharanya
sehingga warisan budaya di desa mereka tetap lestari. Ruang baca yang
berisi kumpulan buku dapat dikembangkan menjadi perpustakaan desa di
mana warga mampu menggunakan fasilitas tersebut sebagai tempat untuk
belajar dan membaca. Perlu ada pendampingan dari pihak yang terkait
untuk keberlangsungan program-program yang telah diberikan oleh tim
KKN agar pengembangan potensi warga kian meningkat.

G. Pengayaan Batin dan Petualangan Kemanusiaan


Hidup bersama masyarakat Desa Tritunggal merupakan
pengalaman yang sangat berharga dan menyenangkan. Masyarakat desa
ramah, mudah untuk berbagi, dan siap membantu. Hal tersebut
mempermudah tim KKN untuk melaksanakan program di Desa Tritunggal.
Semua anggota tim KKN sudah dianggap sebagai keluarga sendiri. Ketika
salah satu warga mengadakan acara, seluruh anggota tim KKN diundang
untuk menghadiri acara tersebut. Dari masyarakat Desa Tritunggal,
anggota tim KKN banyak belajar untuk hidup sederhana dan saling
menghargai tanpa membeda-bedakan satu sama lain.
II. KESIMPULAN

Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Tritunggal, Kecamatan Rembang,


Kabupaten Rembang, Jawa Tengah telah memberikan dampak positif terhadap
kemajuan masyarakat di Desa Tritunggal. Dalam KKN ini terdapat hubungan
timbal balik antara masyarakat desa dan mahasiswa. Masyarakat desa dapat
belajar dari program-program yang diberikan oleh mahasiswa KKN. Sebaliknya,
mahasiswa KKN juga dapat belajar dari masyarakat tentang cara-cara berbaur di
lingkungan desa dan memecahkan masalah yang ada bersama-sama.

III. SARAN
Rumah warga Desa Tritunggal berpusat di wilayah bagian barat dan utara
desa, di perbatasan dengan Desa Pasar Banggi dan tambak garam. Sedangkan
wilayah bagian timur yang berbatasan dengan Desa Punjulharjo dan wilayah di tepi
jalan Pantura lebih sedikit warganya dan terpisah dengan sawah yang cukup luas.
Warga yang berdomisili di wilayah bagian timur Desa Tritunggal cukup sering
terlupakan dan hanya sedikit program yang menjangkau wilayah bagian timur. Untuk
KKN selanjutnya, program lebih diratakan hingga ke wilayah bagian timur.
Alangkah lebih baik apabila KKN berikutnya melakukan program
pendampingan Karang Taruna karena organisasi ini merupakan sarana utama para
generasi muda untuk membangun desa mereka. Pendampingan organisasi ini agar
berkembang menjadi lebih baik tidak hanya dilakukan sekali, melainkan berkali-kali
agar karakter pengurus Karang Taruna kian terbentuk.
IV. LAMPIRAN
1. Archaeology for Kids

2. Historical Outbond

3. Dokumentasi Cerita Rakyat Desa Tritunggal


4. Penyuluhan Hukum Keselamatan Berlalu-lintas untuk Anak-Anak Sekolah
Dasar

5. Pengadaan dan Inventarisasi Buku Perpustakaan Desa

6.Pendampingan Stimulasi Anak

Anda mungkin juga menyukai