Anda di halaman 1dari 19

SEJARAH PERADABAN ISLAM

MASA KERAJAAN MUGHAL DI INDIA (1526-1858 M)


Oleh : Nurul Isra Febrianita, S.Pd.I1

A. PENDAHULUAN
Sebagaimana Islam memperoleh kejayaan di berbagai belahan dunia, di Asia
Selatan Islam juga memiliki perkembangan yang sangat pesat, tepatnya berada di
India, juga terdapat kerajaan-kerajaan Islam yang menyebabkan peradaban Islam di
India memperoleh kejayaannya.
Kerajaan Mughal salah satu dari tiga kerajaan besar di samping Turki Usmani
dan Safawi, merupakan salah satu kerajaan Islam yang berada di India. India yang
sebelumnya dikenal dengan suatu daerah yang kental dengan peradaban Hindunya,
deangan adanya kerajaan Mughal telah membawa banyak perubahan bagi
perkembangan peradaban Islam yang ada di India.
Untuk mengetahui sejatah kerajaan Mughal secara lebih lanjut, dalam makalah
ini pemakalah akan membahas mengenai:
1. Latar belakang berdirnya kerajaan Mughal di India
2. Kemjuan peradaban U+Islam masa kerajaan Mughal di India
3. Kemunduran dan kehancuran kerajaan Mughal di India

Semoga apa yang dituliskan dalam makalah ini bisa menjadi bahan diskusi dengan
kekayaan komentar dan saran dari peserta diskusi serta bermanfaat bagi kita semua,
amiin.

1
Mahasiswa S2 Pasacasarjana IAIN Imam Bonjol Padang, Tahun 2015
B. PEMBAHASAN
1. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Mughal di India (1526-1858 M)
Kerajaan Mughal (1526-1858 M) merupakan salah satu dari tiga kerajaan
besar di samping Turki Usmani dan Safawi. Di antara tiga kerajaan besar Islam
tersebut, kerajaan ini merupakan kerajaan yang termuda. Dengan adanya kerajaan ini
membawa babak baru bagi perkembangan Islam di anak benua India.2
Kerajaan Mughal terletak di India dan merupakan salah satu kerajaan atau
pemerintahan yang berjasa dalam perkembangan Islam di India. Kerajaan ini berdiri
seperempat abad setelah berdirinya kerajaan Safawi.3 Awal kekuasaan Islam India
terjadi pada masa khalifah al-Walid I ibn Abdul Malik (705-715 M) dari Bani
Umayyah, penaklukan wilayah ini dilakukan oleh tentara Bani Umayyah dibawah
pimpinan Muhammad bin Qasim pada tahun 711-712 M. Dalam penaklukkan wilayah
yang dilakukan oleh Muhammad bin Qasim, Sind dan Punjab menjadi wilayah Islam.4
Setelah itu, Dinasti Ghazwani (962-1186 M) mengembangkan kekuasaannya
di India dibawah pimpinan Sultan Mahmud bin Sabuktigin (998-1030 M). Antara
tahun 1001-1024 M Mahmud melakukan serangan ke India lebih kurang 17 kali. Ia
berhasil menduduki daerah Punjab dan pusat kitanya di Lahore dari penguasa Multan
dan Sind. Di sana ia berhasil menyebarkan pengaruh Islam.5
Dari serangan-serangan ke sejumlah wilayah itu, Mahmud pulang dengan
membawa banyak harta rampasan dari kuil-kuil Hindu. Iapun mendapat
penghormatan dan menjadi teladan mengungguli tokoh-tokoh sezamannya sebagai
pemecah berhala dan dalam sejarah Islam ia adalah orang pertama yang menerima
gelar al-Ghazi kira-kira pada tahun 1001 M.6
Dalam ekspedisinya di India, hampir seluruh India Utara ditaklukkan oleh
Mahmud, akan tetapi sebagian besar daerah itu lepas kembali setela ia meninggal
tahun 1031 M dan pengganti-penggantinya tidak begitu kuat, sehingga dinasti

2
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Tenatis Dunia Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002) h,335
3
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajawali Press, 2002), h. 145
4
Philip K. Hitti, History of The Arabs terj. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi, Jakarta:
Serambi Ilmu Semesta, 2002), g. 263
5
Ibid, h. 589
6
Ibid,
Ghaznawi menjadi lemah sepeninggal Mahmud.7
Kekuasaan dinasti Ghaznawi berhasil dipatahkan oleh dinasti Ghuri yang
berasal dari suku bangsa Turki. Mereka mulai melakukan penaklukan terhadap India
pada tahun 1175 M, dan bertahan sampai tahun 1206 M. 8 Ghazni, ibukota dinasti
Ghazwani kemudian menjadi ibukota dinasti Ghuri, Muhammad Ghori asal dinasti
Ghuri adalah penakluk India ketiga setelah Muhammad bin al-Qasim dan Mahmud
bin Sabuktigin.9
Dalam ekspedisinya di India, hampir seluruh India Utara dapat ditaklukkan di
bawah pimpinan Muhammad Ghori dantaranya kota Uch, Multan, Peshwar, Lahore,
dan Delhi. Tahun 1206 M sultan ini dibunuh oleh suku Khokar yang pernah
bersekongkol dengan Khusru Malik, sultan Ghaznawi terakhir, menentang kekuasaan
dinasti Ghuri. Stelah kejadian itu Qutbuddin Aibek yang menjadi gubernur dinasti ini
untuk daerah India dan merupakan panglima dari Muhammad Ghori,
memproklamasikan dirinya sebagai sultan baru di Delhi dan melepaskan
hubungannya dengan dinasti Ghuri di Ghazni, dengan demikian berdirilah kesultanan
Delhi (1206-1526 M)10.
Kesultanan Delhi (1206-1526 M0 terdiri dari beberapa dinasti yaitu: Dinasti
Mamluk (1206-1290 M), dinasti Khalji (1296 N), Tughlu (1320-1413 M), dinasti
Sayyid (1414-1450 M0 dan Lody (1450-1526 M). Tiga dinasti pertama berasal dari
bangsa Turki dan dua berikutnya dari bangsa Afghan. Kesultanan ini secara resmi
berakhir dengan kalahnya Ibrahim Lodi pada tahun 1526 M melawan pendiri kerajaan
Mughal yang selanjutnya merupakan kerajaan Islam yang berkuasa di India.11
Kerajaan Mughal di India didirikan oleh salah seorang keturunan bangsa
Mongol yang pernah menghancurkan Baghdad, Hulago. Hulago terkenal sebagai
perusak dan penghancur Baghdad. Kekejaman dan petualangannya menghancurkan
Islam dan peradabannya. Namun setelah samapi ke anak cucunya mereka dikenal

7
Umar Asasuddin Sokah, Din-I-Ilahi (Kontroversi Keberagamaan Sultan Akbar Agung India
(1560-1605), (Yogyakarta: ITTAQA Press, 1994), h. 2-3
8
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid I, (Jakarta: UI Press, 1985), h. 82
9
Umar Asasuddin Sokah, Op.cit, h. 3
10
Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Islamika, 2008), h. 243
11
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, (Jakarta:Raja Grafindo
Persada, 2004), h. 202-203
bukan lagi sebagai perusak tetapi justru sebagai pembangun Islam.12
Zainuddin Babur (1482-1530 M) pendiri kerajaan Mughal ini silsilah
keturunannya bersambung kepada Hulago. Dia putra dari Syekh Umar Mirza yang
menjadi penguasa di Ferghana, keturunan langsung dari Muransyah, putra ketiga
Timur Lenk dan ibunya keturunan Jengis Khan.13
Babur mewarisi Freghana dari orang tuanya ketika ia berusia 11 tahun. Ia
berambisis dan bertekad akan menaklukkan Samarkhand yang menjadi kota penting
di Asia Tengah pada masa itu. Pada mulanya ia mengalami kekalahan tetapi karena
mendapat bantuan dari raja Safawi Ismail I, akhirnya ia berhasil menaklukkan
Samarkhand pada tahun 1494 M dan pada tahun 1504 M ia berhasil menduduki
Kabul, ibukota Afghanistan.14
Babur kemudian meneruskan ekspansinya ke India. Ketika itu Ibrahim Lodi,
penguasa India, dilanda krisis sehingga stabilitas pemerintahannya menjadi kacau.
Karena itulah, Alam Khan (paman Ibrahim Lodi) berusaha menggulingkan
kekuasaannya dengan meminta bantuan Zahuriddun Babur. Permintaan itu langsung
diterima Babur, ia bersama pasukannya menyerang Delhi. Pada tahun 1526 M
terjadilah pertempuran yang sangat dahsyat di Panipat (pertempuran Panipat I).
Ibrahim Lodi beserta ribuan pasukannya terbunuh. Zahiruddin Babur mengikrarkan
kemenangannya kemudian menegakkan pemerintahannya, Babur pun setelah itu
memindahkan pusat kerajaannya dari Kabul ke Delhi, dengan demikian berdirilah
kerajaan Mughal di India.15
Pada awal pemerintahan Babur, raja-raja Hindu diseluruh India menyusun
angkatan perang yang besar untuk menyerang Babur. Namun, pasukan itu dapat
dikalahkan oleh Babur. Kemudian di Afghanistan masih ada golongan yang setia
kepada keluarga Lodi. Mereka mengangkat adik kandung Ibrahim Lodi yakni
Mahmud Lodi menjadi sultan. Akan tetapi sultan Mahmud Lodi dapat dikalahkan
Babur dalam pertempuran yang terjadi dekat Gorga tahun 1529 M. Setahun kemudian
1530 M Babur meninggal dunia.16

12
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 252
13
Ibid,
14
Ajid Thohir, Op.cit, h. 204
15
Badri Yatim, Op.cit, h. 147
16
Ibid, h. 148
Sepeninggal Babur, tahta kerajaan Mughal diteruskan oleh anaknya Humayun,
Humayun memerintah selama lebih dari seperempat abad (1530-1556 M).
Pemerintahan Humayun dapat dikatakan sebagai masa konsolidasi kekuatan periode I.
sekalipun Babur berhasil mengamankan Mughal dari serangan musuh, Humayun
masih saja menghadpai banyak tantangan, ia berhasil mengalahkan pemberontakan
Bahdur Syah, penguasa Gujarat yang bermaksud melepaskan diri dari Delhi.
Pada tahun 1540 M Humayun mengalami kekalahan dalam peperangan yang
dilancarkan oleh Sher Khan di Kanauj. Ia melarikan diri ke Kandahar selanjutnya ke
Persia. Di Persia ia kembali menyusun kekuatan. Pada saat itu Persia dipimpin oleh
penguasa Safawiyah yang bernama Tahmasp. Setelah lima belas tahun menyusun
kekuatannya dalam pengasingan di Persia, Humayun berhasil menegakkan kembali
kekuasaan Mughal di Delhi pada tahun 1555 M. Ia mengalahkan kekuatan Khan
Syah. Setahun kemudian, yakni pada tahun 1556 M Humayun meninggal karena
terjatuh dari tangga perpustakaannya, Din Panah kemudian ia digantikan oleh
putranya Akbar.17
Masa pemerintahan Akbar dikenal sebagai masa kebangkitan dan kejayaan
Mughal sebagai sebuah dinasti Islam yang besar di India. Ketika menerima tahta
kerajaan ini Akbar baru berusia 14 tahun, sehingga seluruh urusan pemerintahan
dipercayakan kepada Bairam Khan, seorang penganut Syi’ah. Di awal masa
pemerintahannya, Akbar menghadapi pemberontakan sisa-sisa keturunan Sher Khan
Shah yang masih berkuasa di Punjab. Pemberontakan yang paling mengancam
kekuasaan Akbar adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Himu yang menguasai
Gwalir dan Agra. Pasukan pemeberontak berusaha memasuki kota Delhi. Bairam
Khan menyambut kedatangan pasukan tersebut sehingga terjadilah peperangan
dahsyat yang disebut Panipat II pada tahun 1556 M. Himu dapat dikalahkan dan
ditangkap, kemudian dieksekusi. Dengan demikian, Agra dan Gwalior dapat dikuasai
penuh.
Setelah Akbar dewasa ia berusaha menyingkirkan Bairam Khan yang sudah
mempunyai pengaruh yang sangat kuat dan terlampau memaksakan kepentingan
aliran Syi’ah. Bairam Khan memberontak, tetapi dapat dikalahkan oleh Akbar di
Jullandur tahun 1561 M. Setelah persoalan-persoalan dalam negeri dapat diatasi,

17
Ibid,
Akbar mulai menyusun program ekspansi. Ia berhasil menguasai Chundar, Ghond,
Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan,
Gawilgrah, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Wilayah yang sangat luas itu
diperintah dalam suatu pemerintahan militeristik.18
Keberhasilan ekspansi militer Akbar menandai berdirinya Mughal sebagai
sebuah kerajaan besar. Dua gerbang India yakni kota Kabul sebagai gerbang ke arah
Turkistan, dan kota Kandahar sebagai gerbang ke arah Persia, dikuasai oleh
pemerintahan Mughal. Menurut Abu Su’ud dengan keberhasilan ini Akbar bermaksud
ingin mendirikan Negara bangsa (Nasional). Maka kebijakan yang dijalankannya
tidak begitu menonjolkan spirit Islam, tetapi bagaimana mempersatukan berbagai
etnis untuk mmebangun dinastinya. Keberhasilan Akbar mengawali masa kemajuan
kerajaan Mughal di India.19
Selanjutnya kepemimpinan dilanjutkan oleh Jahangir. Kepemimpinan Jahangir
didukung oleh kekuatan militer yang besar. Semua kekuatan musuh dan gerakan
pemberontakan berhasil dipadamkan, sehingga seluruh rakyat hidup dengan aman dan
damai. Pada masa kepemimpinannya, Jahangir berhasil menundukkan Benggala
(1612 M), Mewar (1614 M) dan Kangra. Usaha-usaha pengamanan wilayah serta
penaklukan yang ia lakukan mempertegas kenegarawanan yang diwarisi dari ayahnya
yaitu Akbar.20
Shah Jehan kemudian tampil menggantikan Jahangir. Bibit-bibit diintegrasi
mulai tumbuh pada masa pemerintahannya. Pada masa pemerintahannya, Raja Jujhar
Singh Bundela berupaya memberontak dan mengacau keamanan, namun berhasil
dipadamkan dan kemudian raja tersebut diusir. Pemberontakan yang paling hebat
datang dari Afghan Pir Lodi atau Khan Jahan. Namun ada tahun 631 M
pemberontakan ini juga berhasil dipadamkan dan Khan Jahan dihukum mati.
Pada masa ini pemukimam Portugis di Hughli Bengalan juga menimbulkan
kekacauan, di samping menganggu keamanan dan toleransi hidup beragama, mereka
juga menculik anak-anak untuk dibaptis dan masuk ahama Kristen. Di tahun 1632 M
Shah Jehan berhasil mengusir para pemukim Portugis dan mencabut hak-hak

18
Ibid, h. 148-140
19
Edwan Anshari, http://edwaneloenks.blogspot.com.2012/03/kejayaan-dinasti-mughal-di-
india.html. diakses kamis, 26/11/2015. 19.12.15
20
Ibid,
istimewa mereka. Shah Jehan meninggal dunia pada 1657 M, setelah kematiannya
terjadilah perang saudara. Perang saudara tersebut pada akhirnya menghantarkan
Aurangzeb sebagai pemegang kerajaan Mughal berikutnya.
Aurangzeb dalam kepemimpinannya menghadapi tugas yang berat, kedaulatan
kerajaan Mughal sebagai identitas Muslim di India nyaris hancur akibat perang
saudara. Maka pada masa pemerintahannya dikenal sebagai masa pengembalian
kedaulatan umat Islam. Periode ini merupakan masa konsolidasi II kerajaan Mughal
sebagai sebuah kerajaan Islam. Aurangzeb berusaha mengembalikan supremasi
agama Islam yang mulai kabur akibat kebijakan politik keagamaan Akbar.21
Adapun penguasa-penguasa dari kerajaan Mughal ini secara rinci adalah:
1. Zahiruddin Babur (1526-1530 M)
2. Humaiyun (1530-1556 M)
3. Akbar Syah/Akabar I (1556-1605
4. Jahangir (1605-1627 M)
5. Shah Jehan (1627-1658 M)
6. Aurangzeb/Alamghir I (1658-1707 M)
7. Mu’azzam/Bahadur Syah I/Shah Alam I (1707-1712 M)
8. Jihandar Syah (1712-1713 M)
9. Farrukh Siyar (1713-1719 M)
10. Muhammad Syah (1719-1748 M)
11. Ahmad Syah (1748-1754 M)
12. Alamghir II (1754-1759 M)
13. Shah Alam II (1759-1806 M)
14. Akbar II (1806-1837 M)
15. Bahadur Syah II (1837-1858 M)22

Penguasa Mughal setelah Aurangzeb merupakan penguasa yang lemah


sehingga tidak mampu lagi mempertahankan kejayaan kerajaan Mughal. Raja-raja
yang memimpin setelah Aurangzeb mengawali proses kemunduran dan kehancuran
kerajaan Mughal.

21
Ibid,
22
Istianak Abu Bakar, Sejarah Peradaban Islam, Imalang: UIN Malang Press, 2008), h. 134-136
2. Kemajuan Peradaban Islam Masa Kerajaan Mughal di India
a. Politik dan Pemerintahan
Pada masa Akbar, sistem politik yang menonjol adalah politik Sulakhul
(toleransi universal). Dengan adanya politik ini, semua rakyat India dipandang sama,
mereka tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan agama.23
Dalam bidang pemerinthahan, Akbar melakukan perluasan wilayah dan
konsolidasi daerah kekuasaan. Konsolidasi daerah kekuasaan ini dilakukan untuk
mewujudkan gagasan pemerintahan yang didukung oleh berbagai pihak, Hindu
maupun Islam. Proses konsolidasi dilakukan untuk mempertahankan keutuhan
wilayah, usaha ini berlangsung hingga masa pemerintahan Aurangzeb.24
Akbar membentuk sistem pemerintahan militeristik, dimana pemerintahan
daerah dipegang oleh seorang Sipah Salar (kepala komandan), dan sub distrik
dipegang oleh Faujdar (komandan). Jabatan-jabatan sipil jiga diberi jenjang
kepangkatan yang bercorak kemiliteran. Pejabat-pejabat itu memang diharuskan
mengikuti latihan kemiliteran. Akbar juga mendirikan Mansabdhari (lembaga
pelayanan umum yang berkewajiban menyiapkan segala urusan kerajaan, termasuk
menyiapkan sejumlah pasukan).25
Pada masa pemerintahan Aurangzeb telah terdapat jalinan kerja sama dengan
negara-negara Islam di luar India. Sejumlah penguasa Islam telah mengirim duta atau
perwakilan negara mereka ke Delhi, misalnya Syarif Makkah, raja-raja Persia, Balkh,
Bukhara dan Kasgar, para gubernur Turki, Bashrah, Yaman dan Hadmarut, para
pemimpin negeri Maghribi dan raja Arbesinia.26

b. Ekonomi dan Perdagangan


Dalam bidang ekonomi, kerajaan Mughal mengembangkan program pertanian,
pertambangan dan perdagangan, akan tetapi sumber utama keuangan kerajaan lebih
bertumpu kepada sektor pertanian. Di sektor pertanian ini, komunikasi antara

23
Badri Yatim, Op.cit, h. 149
24
Abu Su’ud, Islamologi (Sejarah, Ajaran, dan Peranannya dalam Peradaban Umat Manusia),
(Jakrta: Rineka Cipta, 2003), h. 116
25
Ratu Suntiah dan Maslani, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Interest Media Foundation,
2014), h. 165
26
Abu Su’ud, Op.cit, h. 118
pemerintah dan petani diatur dengan baik. Pengaturan ini didasarkan atas lahan
pertanian. Wilayah terkecil disebut Deh dan beberapa Deh tergabung dalam Pargana
(desa). Komunitas petani dipimpin oleh seorang Muqaddam, melalui para Muqaddam
itulah pemerintah berhubungan dengan petani. Kerajaan berhak atas sepertiga dari
hasil pertanian di negeri itu. Hasil pertanian kerajaan Mughal yang terpenting di kala
itu adalah biji-bijian, padi, kacang, tebu, sayur-sayuran, rempah-rempah, tembakau,
kapas, nila dan bahan-bahan celupan.27
Pada masa Akbar, sistem pengumpulan pajak diberlakukan pada beberapa
propinsi utama, meliputi Multan, Lahore, Delhi, Agra, Qudh dan Allahabad.
Perpajakan dikelola sesuai dengan sistem Zabt. Sejumlah pembayaran tertentu
dibebankan pada tiap unit tanah dan harus dibayar secara tunai. Besarnya beban
tersebut didasarkan pada nilai rata-rata hasil pertanian dalam sepuluh tahun terakhir.
Hasil pajak yang terkumpul dipercayakan kepada Jagirdar, tetapi para pejabat lokal
yang mewakili pemerintahan pusat mempunyai peran penting dalam pengumpulan
pajak. Ditingkat subdistrik administrasi lokal dipercayakan kepada seorang Qanungo,
yang menjaga jumlah pajak lokal dan yang melakukan pengawasan terhadap agen-
agen Jagirdar, dan seorang Chaudhuri, yang mengumpulkan dana (uang pajak) dari
Zamindar.28
Dalam bidang perdagangan, hasil pertanian kerajaan Mughal diekspor ke
negara-negara, Eropa, Afrika, Arabia, dan Asia Tenggara bersamaan dengan hasil
kerajinan, seperti pakaian tenun dan kain tipis bahan gordyn yang banyak diproduksi
di Gujarat dan Bengal.29
The British East India Company (perusahaan Inggris-India Timur) telah
menjalankan usaha perdagangan d India sejak tahun 1600 M. Sejumlah pabrik Inggris
didirikan di Surat pada 1612 M, Madras pada 1640 M, Bombay pada tahun 1674 M,
dan Calcuta pada 1690 M. Mereka mengekspor katun dan busa sutra India, bahan
baku sutera, sendawa, nila, dan rempah dan mengimpor perak dan jenis logam lainnya
dalam jumlah yang besar.30
27
Badri Yatim, Op.cit, h. 150
28
Ira M. Lapidus, A History of Islamic Societes terj. Oleh Ghuron A. Mas’adi jilid 1 dan 2,
(Jakarta: Raja Grafinfo Persada, 1999), h. 699
29
Ibid,
30
Ibid, h. 714
c. Sosial Kemasyarakatan
Setelah Islam masuk ke India, pengaruh besar yang dirasakan oleh masyarakat
India adalah penghapusan sistem kasta. Dengan masuknya Islam ke Inida, Islam tidak
mengenal adanya sistem kasta, sehingga oleh sebagian masyarakat Islam di India
terutama pada kasta yang rendah, kedatangan Islam disambut dengan senang hati. 31
Perubahan yang menonjol lainnya adalah pengharapan terhadap kaum wanita.
Keberadaan kaum wanita yang sebelumnya menjadi kelompok kelas dua menjadi
terangkat oleh masuknya Islam di India. Tradisi membakar bersama mayat suaminya,
dimana pada saat itu menurut ajaran umat Hindu di India seorang wanita yang
ditinggal mati oleh suaminya harus dibakar bersama mayat suaminya sebagai bentuk
kesetiaan terhadap suaminya, dihapuskan setelah masuknya Islam ke India.
Selain itu, juga dikeluarkan undang-undang pembatasan umur pernikahan
dimana usia laki-laki adalah 16 tahun sedangkan wanita 14 tahun agar keturunan
mereka tidak lemah. Adanya kebijakan sultan Akbar tersebut menunjukkan bahwa
penghargaan kepada wanita pada masa kerajaan Mughal sangatlah tinggi, wanita
mempunyai posisi yang tidak dapat diabaikan dalam berbagai aspek, pemerintahan,
politik maupun sosial.32
Di India bahasa Urdu juga meningkat menjadi bahasa literatur dan
menggantikan bahasa Persia yang sebelumnya dipakai dikalangan istana sultan-sultan
Delhi. Di India Utara bahasa ini menjadi Lingua Franca (Bahasa Pemersatu) antar
warga muslim dengan muslim dan warga muslim dengan non muslim. 33 Menurut
sejarahnya penulis-penulis besar pertama dalam bahasa ini adalah Mazhar, Sauda,
Dard dan Mir, kesemuanya di abad ke-18 M.34

d. Pendidikan dan Iptek


di bidang pendidikan kita akan mengenal Khanaqah atau pesantren yang
dipimpin oleh ulama atau sufi. Khanaqah ini juga digunakan sebagai tempat konversi
agama masyarakat India ke agama Islam. Warga India yang berpindah agama ke

31
Yusuf Yukie, http://yusufyusuke.blogspot.com.2012/10/kerajaan-mughal-di-india-spi.html. diakses
kamis, 26/11/2015. 19.02
32
Ibid,
33
Ira M. Lapidus, Op.cit, h. 682
34
Harun Nasution, Op.cit, h. 86
agama Islam umumnya berasal dari masyarakat kelas rendahan. Konversi tersebut
terjadi ketika penguasa muslim membangun sebuah mesjid atau khanaqah dan
mendatangkan para ulama dan sufi untuk mendirikam tempat tinggal disekitar
wilayah yang akan dipimpin mereka.35
Dengan mengerumuni penguasa dan pihak yang mensponsorinya, guru-guru
agama tersebut mendatangkan kaum petani dan kaum pekerja yang telah lama
mengiluti agama para tuannya. Konversi agama ini juga dupengaruhi oleh tumbuh dan
berkembangnya beberapa kota. Kota-kota tersebut menghancurkan perbatasan kasta
dan geografis bagi sebuah interaksi sosial.
Orang-orang seperti pedagang keliling, kaum pekerja dan penjaja, kaum petani
dan pengembara, menjadikan Islam sebagai sebuah ideologi yang menyatukan
mereka. Khanaqah sufi juga berperan sebagai pusat bagi kegiatan konversi warga
India pedalaman kepada agama Islam. Biasanya didirikan di wilayah pinggiran kota
dan kampung sehingga mereka lebih mudah menyeru kepada kalangan masyarakat
kasta bawah.36
Pada masa Akbar, untuk menarik perhatian para ulama ia menghibahkan
sejumlah madrasah dan perpustakaan.37 Pada masa Aurangzeb ia mendirikan sejumlah
perguruan tinggi muslim untuk menggiatkan studi syari’ah.38
Pada masa ini juga terdapat para penulis yang menulis buku-buku diantaranya
Tuzk-i Baburi (menguraikan kehidupan Babur), Tarikh Alfi (sebuah buku sejarah),
Akbar Nomeh (biografi Akbar), Muntakib at Tawarikh (sebuah buku sejarah) dan lain
sebagainya.39
Ilmu medis Islam terus berkembang di India sepanjang abad ke-18 M, seperti
skala kedokteran yang dibuat oleh Muhammad Akbar Syah Arzani dari Shiraz.
Dengan kehadiran ilmu medis Inida/Islam yang merupakan ilmu medis yang
berbentuk filosofi medis (memakai pendekatan kepada Allah) hidup bersaing dengan
ilmu medis modern Eropa.40

35
Ira M. Lapidus, Op.cit, h. 681
36
Ibid, h. 682
37
Ibid, h. 700
38
Ibid, h. 711
39
Istianah Abu Bakar, Op.cit, h. 137
40
Musyrifah Sunanto, Op.cit, h. 225
Dokter-dokter pengarang besar abad ke-17 masa kerajaan Mughal di India
adalah Dara Shukuh yang mengarang kedokteran Dara Shukuh dan merupakan
Ensiklopedi Medis besar terakhir dalam Islam.41

e. Kesenian/Arsitektur
Karya seni yang menonjol adalah karya sastra gubahan penyair istana, baik
yang berbahasa Persia maupun berbahasa India. Penyair India yang terkenal adalah
malik Muhammad Jayazi, seorang sastrawan sufi yang menghasilkan karya besar
berjudul Palmavat, sebuah karya alegoris yang mengandung pesan kebijakan jiwa
manusia.42
Salah satu monumen arsitektur yang sangat mengesankan di India adalah Qutb
minar atau menara Qutb yang didirikan di Delhi, di India sebelah Utara. Bangunan
tersebut dibuat oleh arsitek bangsa Irak bernama Kwaja Qutbudin. Di kota Delhi juga
didirikan sebuah mesjid yang diberi nama mesjid Kwattul Islam. 43 Pada masa Akbar
dibangun istana Fatpur Sikri di Sikri, Villla dan mesjid-mesjid yang indah.44
Dengan berbagai kelebihan yang dimiliki kerajaan Mughal, masa
pemerintahan Shah Jehan sebagai masa puncak kejayaan kesultanan Mughal yang
ditandai dengan berbagai karya budaya fisik, seperti arsitektur Taj Mahal, yang
dimaksudkan sebagai tanda cinta kasihnya terhadap istrinya Mumtaz Mahal. Selain
itu Shah Jehan juga telah membangun Mesjid Mutiara, mesjid Jami di Delhi, istana
indah di Lahore, serta Takhta Merak, yaitu singgasana yang dibuat dari emas, perak,
intan, serta permata cemerlang.45

f. Pemikiran dan Filsafat


Pada masa kerajaan Mughal berkembang pengaruh thariqat Naqsabandiyah
dan Qadariyah menggantikan pengaruh thariqat Suhrawardiyah, Chistiyah dan
Shattariyah yang sebelumnya berkembang pada kesultanan Delhi.46

41
Ibid,
42
Badri Yatim, Op.cit, h. 151
43
Abu Su’ud, Op.cit, h. 112-113
44
Badri Yatim, Op.cit., h. 151
45
Abu Su’ud, Op.cit, h. 117
46
Ira, M. Lapidus, Op.cit, h. 705
Pemikir-pemikir yang muncul pada masa ini adalah Syaikh Ahmad Shirhindi
yang merupakan pembaharu Islam di India pada masa kerajaan Mughal. Sebagai
seorang pembaharu ia melancarkan sebuah kampanye secara terus-menerus untuk
memperngaruhi pihak kerajaan Mughal untuk mengambil kebijakan pemerintahan
yang sejalan dengan konsep negara Islam, pembaharuan ini kemudian disebarkan oleh
pengikutnya Shah Waliyullah.47

g. Pemahaman Keagamaan
Muslim India membentuk sejumlah badan keagamaan berdasarkan
persekutuan terhadap mazhab hukum, thariqat sufi, persekutuan terhadap ajaran
Syaikh, ulama dan wali individual, mereka terdiri dari warga sunni dan syi’ah.48
Sebagai perwujudan dari politik Sulakhul (Toleransi Universal) yang dibuat
oleh Akbar, pada masa pemerintahannya ia berusaha menyatukan semua agama dan
etnis dalam satu bentuk agama baru, berkaitan dengan hal itu ia mendirikan agama
baru yaitu Din-i-Ilahi atau agama ketuhanan.49
Pada masa Aurangzeb, ia memprakarsai kodifikasi hukum yang disebut fatwa
Alamghir. Ia menciptakan kodifikasi hukum ini dengan maksud ingin menghapuskan
kebijakan-kebijakan yang ada pada agama Hindu yang dipandang tidak sesuai dengan
prinsip-prinsip hukum Islam dan menggantinya dengan kebijakan Islam.50

3. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Mughal (1707-1858 M)


Pada permulaan abad ke-18 M kerajaan Mughal di India mulai memasuki
zaman kemunduran. Perebutan kekuasaan menjadi salah satu faktor penyebab
kemunduran dan kehancuran kerajaan ini. Dipihak lain bangsa Inggris telah
memperbesar usaha-usaha untuk menguasai daerah-daerah di India. Berakhirnya
kejayaan kerajaan Mughal ini pada masa Aurangzeb yakni pada 1707 M.51

47
Ibid, h. 709
48
Ibid, h. 703
49
Abu Su’ud, Op.cit, h. 116
50
Ira M. Lapidus, Op.cit, h. 711
51
Musyrifah Sunanto, Op.cit, h. 255
Di bawah pemerintahan Aurangzeb, terjadi pemberontakan-pemberontakan
dari pihak golongan Hindu yang merupakan mayoritas penduduk India.
Pemberontakan Sikh dipimpin oleh guru Tegh Bahadur dan kemudian oleh guru
Gobind Singh. Golongan Rajput memberontak di bawah pimpinan raja Udaipur.
Kaum Mahratas dipimpin oleh Shah Shaji dan anaknya Shivaji.52
Setelah kepemimpinan Aurangzeb berakhir, sejarah bangsa-bangsa di kawasan
Asia Selatan mencatat bahwa tidak ada tokoh-tokoh yang mampu mempertahankan
kejayaan kerajaan Mughal. Hal itu terjadi karena Aurangzeb tidak berhasil
menurunkan pewaris takhta yang kuat dan memiliki integritas tinggi. Ketiga anaknya
saling bersaing dalam memperebutkan posisi sebagai penguasa tunggal di kerajaan
Mughal.53
Adapun hal-hal yang dianggap sebagai disintegrasi kesultanan Mughal di
bawah pemerintahan Aurangzeb adalah:
a. Wilayah yang terlalu luas, sehingga sulit dikontrol dari satu pusat.
b. Kebijakan bidang keagamaan yang kaku, yang menimbulkan pemberontakan-
pemberontakan.
c. Keadaan perekonomian negara yang buruk, sebagai akibat banyaknya
pemberontakan yang harus dihadapi serta tinggi dan banyaknya macam pajak
yang melemahkan semangat berusaha.
d. Tingginya tingkat ketidakpuasan di kalangan tentara, karena kesejahteraan
mereka kurang mendapat perhatian, oleh sebab buruknya keadaan keuangan
negara.54

Sepeninggal Aurangzeb (1707 M), tahta kerajaan dipegang oleh Mu’azzam,


putra tertua Aurangzeb yang sebelumnya menjadi penguasa di Kabul. Putra
Aurangzeb ini kemudian bergelar Bahadur Syah (1707-1712 M) dan menganut aliran
Syi’ah. Pada masa pemerintahannya yang berjalan selama lima tahun, ia dihadapkan
pada perlawanan Sikh sebagai akibat dari tindakan ayahnya, ia juga dihadapkan pada

52
Harun Nasution, Op.cit, h. 88
53
Abu Su’ud, Op.cit, h. 118
54
Ibid
perlawanan penduduk Lahore karena sikapnya yang terlampau memaksakan ajaran
Syi’ah kepada mereka.55
Setelah Bahadur Syah meninggal, dalam jangka waktu yang cukup lama,
terjadi perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana. Bahadur Syah digantikan
oleh anaknya Azimus Syah. Azimus Syah meninggal tahun 1712 M, digantikan oleh
putranya Jihandar Syah, yang mendapat tantangan dari Farukh Siyar, adiknya sendiri.
Jihandar Syah dapat disingkirkan oleh Farukh Siyar tahun 1713 M.
Farukh Siyar berkuasa sampai tahun 1719 M dengan dukungan kelompok
Sayyid, tetapi ia tewas ditangan para pendukungnya sendiri (1719 M). Sebagai
gantinya diangkat Muhammad Syah (1719-1748 M). Namun, ia dan pendukungnya
terusir oleh suku Asyfar di bawah pimpinan Nadir Syah yang sebelumnya telah
berhasil melenyapkan kekuasaan Safawi di Persia. Keinginan Nadir Syah untuk
menundukkan kerajaan Mughal karena menurutnya, kerajaan ini banyak sekali
memberikan bantuan kepada pemberontak Afghan di daerah Persia. Karena itu, pada
1739 M dua tahun setelah menguasai Persia, ia menyerang kerajaan Mughal.
Muhammad Syah tidak dapat bertahan dan mengaku tunduk kepada Nadir Syah.
Muhammad Syah kembali berkuasa di Delhi setelah ia bersedia memberi
hadiah yang sangat banyak kepada Nadir Syah. Kerajaan Mughal baru dapat
melakukan kebangkitan kembali, terutama setelah jabatan wazir dipegang Chin Qilich
Khan yang bergelar Nizam Al-Mulk (1722-1732 M) karena mendapat dukungan dari
Marathas. Akan tetapi, tahun 1732 M, Nizam Al-Mulk meninggalkan Delhi menuju
Hiderabad dan menetap di sana.56
Konflik-konflik yang berkepanjangan mengakibatkan pengawasan terhadap
daerah lemah. Pemerintahan daerah satu persatu melepaskan loyalitasnya dari
pemerintah pusat, bahkan cenderung memperkuat posisi pemerintahannya masing-
masing. Hiderabat dikuasai Nizam Al-Mulk, Marathas dikuasai Shivaji, Rajput
menyelenggarakan pemerintahan sendiri di bawah pimpinan Jai Singh dari Amber,
Punjab dikuasai oleh kelompok Sikh.57

55
Badri Yatim, Op.cit, h. 160
56
Ibid,
57
Ibid, h. 160-161
Disintegrasi wilayah kekuasaan Mughal ini semakin diperburuk oleh sikap
daerah, yang disamping melepaskan loyalitas terhadap pemerintah pusat, juga mereka
senantiasa menjadi ancaman serius bagi keberadaan dinasti Mughal itu sendiri. Pada
tahun 1761 M, kerajaan Mughal diserang oleh Ahmad Khan Durrani dari Afghan.
Kerajaan Mughal tidak dapat bertahan dan sejak itu Mughal berada di bawah
kekuasaan Afghan, meskipun Syah Alam II tetap diizinkan memakai gelar sultan.58
Pada tahun itu juga, perusahaan Inggris, (EIC) yang sudah semakin kuat
mengangkat senjata melawan pemerintah kerajaan Mughal. Peperangan berlangsung
berlarut-larut. Akhirnya, Syah Alam II membuat perjanjian damai dan menyerahkan
Oudh, Bengal, dan Orissa kepada Inggris. Sementara itu Najib al-Daula, wazir
Mughal dikalahkan oleh kelompok Sikh Hindu, sehingga Delhi dikuasai Sindhia dari
Marathas. Akan tetapi, Sindhia dapat dihalau kembali oleh Syah Alam II dengan
bantuan Inggris (1803 M).59
Syah Alam II meninggal tahun 1806 M, tahta kerajaan selanjutnya dipegang
oleh Akbar II (1806-1837 M), pada masa pemerintahannya Akbar II memberikan izin
kepada EIC untuk mengembangkan usahanya di anak benua India sebagaimana yang
diinginkan Inggris, tapi pihak perusahaan harus menjamin kehidupan raja dan
keluarga istana. Dengan demikian, kekuasaan sudah berada ditangan Inggris,
meskipun kedudukan dan gelar sultan dipertahankan. Bahadur Syah II (1837-1858
M), tidak menerima isi perjanjian antara EIC dengan ayahnya itu, sehingga terjadilah
konflik antara keduanya.
Pada waktu yang sama, pihak EIC mengalami kerugian dan Inggris pun mulai
mengadakan pungutan yang tinggi terhadap rakyat secara ketat dan cenderung kasar
untuk menutupi kerugiannya dan memenuhi kebutuhan istana. Karena rakyat merasa
tertekan, maka terjadilah pemberontakan rakyat dengan pihak Inggris di bawah
pimpinan Sultan Bahadur Syah II pada bulan Mei 1857 M.
Perlawanan mereka dapat dipatahkan dengan mudah, karena Inggris mendapat
dukungan dari beberapa penguasa lokal Hindu dan Muslim. Inggris kemudian
menjatuhkan hukuman yang kejam kepada pemberontak. Mereka diusir dari kota
Delhi, rumah ibadah banyak yang dihancurkan, dan Bahadur Syah II, sultan Mughal

58
Harun Nasution, Op.cit, h. 88
59
Badri Yatim, Op.cit, h. 161
terakhir diusir dari istana (1858 M). Dengan demikian, berakhirlah sejatah kekuasaan
kerajaan Mughal di India.60 Karena Inggris telah memainkan peranan dalam politik
India dan menguasai India, di tahun 1858 M sampai tahun 1947 M India menjadi
jajahan Inggris.61
Adapun sebab-sebab kemunduran kerajaan Mughal secara detail adalah:
a. Terjadinya stagnasi pembinaan militer sehingga operasi militer Inggris di
wilayah pantai tidak dapat dipantau.
b. Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elit politik yang
mengakibatkan pemborosan dan penggunaan uang negara.
c. Pendekatan Aurangzeb yang terkesan kasar dalam mendakwahkan agama.
d. Pewaris tahta pada paroh terakhir adalah pribadi-pribadi lemah.62

60
Ibid,
61
Harun Nasution, Op.cit, h. 89
62
Istianah Abu Bakar, Op.cit, h. 138
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Kerajaan Mughal didirikan oleh Zahiruddin Babur, yang berasal dari
keturunan Timur Lenk dan Jengis Khan. Kerajaan Mughal berdiri pada tahun 1526 M
di India dengan corak pemerintahannya militeristik.
Kerajaan Mughal membawa beberapa kemajuan dalam Islam, baik dalam
bidang politik dan pemerintahan, ekonomi dan perdagangan, sosial kemaysarakatan,
pendidikan dan iptek, kesenian, pemkiran dan filsafat. Peninggalan yang merupakan
warisan dari kerajaan Mughal yang masih bisa dikenang pada saat ini dan merupakan
salah satu keajaiaban dunia adalah Taj Mahal.
Setelah Aurangzeb meninggal dunia, para pengganti Arangzeb pada umumnya
lemah sehingga tidak dapat memulihkan kejayaan yang pernah dicapai oleh para
pendahulunya. Kemunduran Mughal berlangsung terus-menerus sehingga sampailah
kepada kehancuran pada tahun 1858 M.
Penyerbuan kelompok Hindu-Sikh, penyerbuan Nadir Syah, Ahmad Khan
Durrani dan kolonial Inggris merupakan pukulan berat bagi keberadaan kerajaan
Mughal. Sebelum Inggirs akhirnya mengakhri kerajaan Mughal dengan segala
kejayaannya.

2. Saran
Dari sejarah kerajaan Mughal ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa
kekuasaan bukahnlah satu hal yang pantas untuk diperebutkan, karena sejatinya
kekuasaan merupakan hal yang akan hilang nantinya setelah kita meninggalkan dunia.
Dengan adanya sejarah peradaban Islam pada masa kerajaan Mughal ini semoga dapat
menjadi pedoman bagi kita dalam mempertahankan kejayaan Islam di masa sekarang
dan di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Abu Bakar, Istianah, Sejarah Peradaban Islam, Malang: UIN Malang Press, 2008
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru van
Hoeve, 2002
Hitti, Philip K, History of The Arabs, terj. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet
Riyadi, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2002
Ira M. Lapidus, A History of Islamic Societes terj. Ghufron A. Mas’adi Jilid I dan 1,
Jakarta: Raja Grafindi Persada, 1999
Mubarok, Jaih, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Islamika, 2008
Nasution Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid I, Jakarta: UI Press,
1985
Maslani, Ratu Suntiah, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Interst Media
Foundation, 2014
Sokal, Umar Asasuddin, Din-I-Ilahi (Kontroversi Keberagaman Sultan Akbar Agung
India (1560-1605), Yogyakarta: ITTAQA Press, 1994
Sunanto, Musyrifah, Sejarah Islam Klasik, Jakarta: Kencana, 2003
Su’ud, Abu, Islamologi (Sejarah, Ajaran dan Peranannya dalam Peradaban Umat
Manusia), Jakarta: RineKA Cipta, 2003
Thahir, Ajid, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2004
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2002
Edwan Anshari, http://edwaneloenks.blogspot.com.2012/03/kejayaan-dinasti-mughal-
di-india.html. diakses kamis, 26/11/2015. 19.12.15
Yusuf Yukie, http://yusufyusuke.blogspot.com.2012/10/kerajaan-mughal-di-india-
spi.html. diakses kamis, 26/11/2015. 19.02

Anda mungkin juga menyukai