Anda di halaman 1dari 20

http://nasirsalo.blogspot.co.id/2008/09/kerajaan-mughal-diindia-asal-usul.

html
KERAJAAN MUGHAL DI INDIA: ASAL USUL, KEMAJUAN,
KEMUNDURAN DAN KERUNTUHANNYA
Oleh Muhammad Nasir
A.PENDAHULUAN
Kerajaan Mughal merupakan salah satu warisan peradaban Islam di India. Keberadaan kerajaan ini
telah menjadi motivasi kebangkitan baru bagi peradaban tua di anak benua India yang nyaris
tenggelam. Sebagaimana diketahui, India adalah suatu wilayah tempat tumbuh dan berkembangnya
peradaban Hindu. Dengan hadirnya Kerajaan Mughal, maka kejayaan India dengan peradaban
Hindunya yang nyaris tenggelam, kembali muncul.
Di kalangan masyarakat Arab, India dikenali sebagai Sind atau Hind. Sebelum kedatangan Islam,
India telah mempunyai hubungan perdagangan dengan masyarakat Arab. Pada saat Islam hadir,
hubungan perdagangan antara India dan Arab masih diteruskan. Akhirnya India pun perlahan-lahan
bersentuhan dengan agama Islam. India yang sebelumnya berperadaban Hindu, sekarang semakin
kaya dengan peradaban yang dipengaruhi Islam. Oleh sebab itu menjadi penting untuk menulis
secara ringkas eksistensi Kerajaan Mughal di India yang identik dengan Hindu.
Makalah ini selain menggambarkan secara ringkas bagian-bagian penting (highlights) tentang asalusul, tumbuh, berkembang serta mundurnya peradaban yang dibina Kerajaan Mughal, juga mengulas
faktor-faktor yang mendorong timbul hingga tenggelamnya kerajaan tersebut. Hal ini dimaksudkan
untuk mengambil pelajaran, bagaimana membalikkan (reverse) gelombang peradaban di anak benua
India tersebut. Mengenai hal ini Ibnu Khaldun berkata, "reversi tersebut tidak akan dapat
tergambarkan tanpa menggambarkan pelajaran-pelajaran dari sejarah terlebih dahulu untuk
menentukan faktor-faktor yang membawa sebuah peradaban besar melemah dan menurun drastis.
Selanjutnya, sebagai tugas mata kuliah Sejarah dan Peradaban Islam pada Program Pascasarjana
IAIN Imam Bonjol Padang, penulisan makalah ini diharapkan memudahkan penulis untuk memahami
seluk-beluk Kerajaan Mughal. Oleh sebab itu dalam penulisan makalah ini, penulis akan membatasi
pada pembahasan asal usul, kemajuan, kemunduran dan keruntuhannya.
B. ASAL - USUL KERAJAAN MUGHAL
Asal-usul
Kerajaan Mughal merupakan kelanjutan dari kesultanan Delhi, sebab ia menandai puncak perjuangan
panjang untuk membentuk sebuah imperium India muslim yang didasarkan pada sebuah sintesa
antara warisan bangsa Persia dan bangsa India.
Sejak Islam masuk ke India pada masa Umayyah, yakni pada masa Khalifah al-Walid I (705-715)
melalui ekspedisi yang dipimpin oleh panglima Muhammad Ibn Qasim tahun 711/712, peradaban
Islam mulai tumbuh dan menyebar di anak benua India.
Kemudian pasukan Ghaznawiyah dibawah pimpinan Sultan Mahmud mengembangkan kedudukan
Islam di wilayah ini dan berhasil menaklukkan seluruh kekuasaan Hindu dan serta mengislamkan
sebagian masyarakat India pada tahun 1020 M. Setelah Gaznawi hancur muncullah beberapa dinasti
kecil yang menguasai negeri India ini, seperti Dinasti Khalji (12961316 M.), Dinasti Tuglag (1320-

1412), Dinasti Sayyid (1414-1451), dan Dinasti Lodi (1451-1526).


Hal ini menunjukkan bahwa Kerajaan Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama di India. Jika pada
dinasti-dinasti sebelumnya Islam belum menemukan kejayaannya, maka kerajaan ini justru bersinar
dan berjaya. Keberadaan kerajaan ini dalam periodisasi sejarah Islam dikenal sebagai masa kejayaan
kedua setelah sebelumnya mengalami kecemerlangan pada dinasti Abbasiyah.
Kerajaan ini didirikan oleh Zahiruddin Babur, seorang keturunan Timur Lenk. Ayahnya bernama Umar
Mirza adalah penguasa Farghana, sedang ibunya keturunan Jenghis Khan. Ayahnya bernama Umar
Mirza, penguasa Ferghana. Menurut Abu Su'ud, Timur Lenk pernah ke India pada tahun 1399, namun
karena iklim yang tidak cocok ia akhirnya meninggalkan India.
Babur bukanlah orang India. Syed Mahmudunnasir menulis, "Dia bukan orang Mughal. Di dalam
memoarnya dia menyebut dirinya orang Turki. Akan tetapi, cukup aneh, dinasti yang didirikannya
dikenal sebagai dinasti Mughal. Sebenarnya Mughal menjadi sebutan umum bagi para petualang
yang suka perang dari Persia di Asia tengah, dan meskipun Timur (Timur Lenk-penulis) dan semua
pengikutnya menyumpahi nama itu sebagai nama musuhnya yang paling sengit, nasib merekalah
untuk dicap dengan nama itu, dan sekarang tampaknya terlambat untuk memperbaiki kesalahan itu."
Ensiklopedia Islam bahakn menyebutkan Mogul (Mughal-pen) didirikan oleh seorang penjajah dari
Asia Tengah, Muhammad Zahiruddin Babur dari etnis Mongol.
Dari pendapat di atas, sesuatu yang dapat disepakati bahwa Kerajaan Mughal merupakan warisan
kebesaran Timur Lenk, dan bukan warisan keturunan India yang asli. Meskipun demikian, Dinasti
Mughal telah memberi warna tersendiri bagi peradaban orang-orang India yang sebelumnya identik
dengan agama Hindu.
Babur mewarisi daerah Ferghana dari orang tuanya ketika ia masih berusia 11 tahun. Ia berambisi
dan bertekad akan menaklukkan Samarkand yang menjadi kota penting di Asia masa itu. Pada
mulanya ia mengalami kekalahan tetapi karena mendapat bantuan dari Raja Safawi Ismail I,
akhirnya ia berhasil menaklukkan Samarkand tahun 1494 M. Pada tahun 1504 M ia menduduki
Kabul, ibu kota Afghanistan.
Zahiruddin Babur mengambil alih kekuasaan dari Dinasti Lodi pimpinan Ibrahim Lodi yang tengah
berkuasa di India. India pada saat itu tengah dilanda krisis sehingga stabilitas pemerintahan menjadi
kacau. Alam Khan, paman dari Ibrahim Lodi, bersama-sama Daulat Khan, Gubernur Lahore,
mengirim utusan ke Kabul, meminta bantuan Babur untuk menjatuhkan pemerintahan Ibrahim di
Delhi.
Babur berhasil menaklukkan Punjab pada tahun 1525. Kemudian pada tahun 1526, dalam
pertempuran di Panipat, Babur memperoleh kemenangan dari tangan Ibrahim Lodi. Ibrahim sendiri
terbunuh pada pertempuran itu. Babur bersama pasukannya memasuki kota Delhi untuk menegakkan
pemerintahan di kota ini. Dengan ditegakkannya pemerintahan Babur di kota Delhi, maka berdirilah
Kerajaan Mughal di India pada tahun 1526 M.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor berdirinya Kerajaan Mughal adalah:
1.Ambisi dan karakter Babur sebagai pewaris keperkasaan ras Mongolia
2.Sebagai jawaban atas krisis yang tengah melanda India.
Raja-raja Mughal
Selama masa pemerintahannya Kerajaan Mughal dipimpin oleh beberapa orang raja. Raja-raja yang
sempat memerintah adalah Zahiruddin Babur (1526-1530), Humayun (1530-1556), Akbar (15561605), Jahangir (1605-1627), Shah Jahan (1627-1658), Aurangzeb (1658-1707), Bahadur Syah
(1707-1712), Jehandar (1712-1713), Fahrukhsiyar (1713-1719), Muhammad Syah (1719-1748),

Ahmad Syah (1748-1754), Alamghir II (1754-1760), Syah Alam (1760-1806), Akbar II (1806-1837
M), dan Bahadur Syah (1837-1858).
Zahiruddin Babur (1526-1530) adalah raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Mughal. Masa
kepemimpinannnya digunakan untuk membangun fondasi pemerintahan. Awal kepemimpinannya,
Babur masih menghadapi ancaman pihak-pihak musuh, utamanya dari kalangan Hindu yang tidak
menyukai berdirinya Kerajaan Mughal. Orang-orang Hindu ini segera menyusun kekuatan gabungan,
namun Babur berhasil mengalahkan mereka dalam suatu pertempuran. Sementara itu dinasti Lodi
berusaha bangkit kembali menentang pemerintahan Babur dengan pimpinan Muhammad Lodi.
Pada pertempuran di dekat Gogra, Babur dapat menumpas kekuatan Lodi pada tahun 1529. Setahun
kemudian yakni pada tahun 1530 Babur meninggal dunia.
Sepeninggal Babur, tahta Kerajaan Mughal diteruskan oleh anaknya yang bemama Humayun.
Humayun memerintah selama lebih dari seperempat abad (1530-1556 M). Pemerintahan Humayun
dapat dikatakan sebagai masa konsolidasi kekuatan periode I. Sekalipun Babur berhasil
mengamankan Mughal dari serangan musuh, Humayun masih saja menghadapi banyak tantangan. Ia
berhasil mengalahkan pemberontakan Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang bermaksud
melepaskan diri dari Delhi. Pada tahun 1450 Humayun mengalami kekalahan dalam peperangan
yang dilancarkan oleh Sher Khan dari Afganistan. Ia melarikan diri ke Persia.
Di pengasingan ia kembali menyusun kekuatan. Pada saat itu Persia dipimpin oleh penguasa
Safawiyah yang bernama Tahmasp. Setelah lima belas tahun menyusun kekuatannya dalam
pengasingan di Persia, Humayun berhasil menegakkan kembali kekuasaan Mughal di Delhi pada
tahun 1555 M. Ia mengalahkan kekuatan Khan Syah. Setahun kemudian, yakni pada tahun 1556
Humayun meninggal. Ia digantikan oleh putranya Akbar.
Akbar (1556-1605) pengganti Humayun adalah raja Mughal paling kontroversial. Masa
pemerintahannya dikenal sebagai masa kebangkitan dan kejayaan Mughal sebagai sebuah dinasti
Islam yang besar di India.
Ketika menerima tahta kerajaan ini Akbar baru berusia 14 tahun, sehingga seluruh urusan
pemerintahan dipercayakan kepada Bairam Khan, seorang penganut Syi'ah. Di awal masa
pemerintahannya, Akbar menghadapi pemberontakan sisa-sisa keturunan Sher Khan Shah yang
masih berkuasa di Punjab. Pemberontakan yang paling mengancam kekuasaan Akbar adalah
pemberontakan yang dipimpin oleh Himu yang menguasai Gwalior dan Agra. Pasukan pemberontak
berusaha memasuki kota Delhi. Bairam Khan menyambut kedatangan pasukan tersebut sehingga
terjadilah peperangan dahsyat yang disebut Panipat II pada tahun 1556 M. Himu dapat dikalahkan
dan ditangkap, kemudian dieksekusi. Dengan demikian, Agra dan Gwalior dapat dikuasai penuh.
Setelah Akbar dewasa ia berusaha menyingkirkan Bairam Khan yang sudah mempunyai pengaruh
sangat kuat dan terlampau memaksakan kepentingan aliran Syi'ah. Bairam Khan memberontak,
tetapi dapat dikalahkan oleh Akbar di Jullandur tahun 1561 M. Setelah persoalan-persoalan dalam
negeri dapat diatasi, Akbar mulai menyusun program ekspansi. Ia berhasil menguasai Chundar,
Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan,
Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Wilayah yang sangat luas itu diperintah dalam suatu
pemerintahan militeristik.
Keberhasilan ekspansi militer Akbar menandai berdirinya Mughal sebagai sebuah kerajaan besar.
Dua gerbang India yakni kota Kabul sebagai gerbang ke arah Turkistan, dan kota Kandahar
sebagai gerbang ke arah Persia, dikuasai oleh pemerintahan Mughal. Menurut Abu Su'ud, dengan
keberhasilan ini Akbar bermaksud ingin mendirikan Negara bangsa (nasional). Maka kebijakan yang
dijalankannya tidak begitu menonjolkan spirit Islam, tetapi bagaimana mempersatukan berbagai etnis
yang membangun dinastinya. Keberhasilan Akbar mengawali masa kemajuan Mughal di India.
Kepemimpinan Akbar dilanjutkan oleh Jihangir (1605-1627) yang didukung oleh kekuatan militer yang
besar. Semua kekuatan musuh dan gerakan pemberontakan berhasil dipadamkan, sehingga seluruh

rakyat hidup dengan aman dan damai. Pada masa kepemimpinannya, Jehangir berhasil
menundukkan Bengala (1612 M), Mewar (1614 M) Kangra. Usaha-usaha pengamanan wilayah serta
penaklukan yang ia lakukan mempertegas kenegarawanan yang diwarisi dari ayahnya yaitu Akbar.
Syah Jihan (1628-1658) tampil meggantikan Jihangir. Bibit-bibit disintegrasi mulai tumbih pada
pemerintahannya. Hal ini sekaligus menjadi ujian terhadap politik toleransi Mughal. Dalam masa
pemerintahannya terjadi dua kali pemberontakan. Tahun pertama masa pemerintahannya, Raja
Jujhar Singh Bundela berupaya memberontak dan mengacau keamanan, namun berhasil
dipadamkan. Raja Jujhar Singh Bundela kemudian diusir. Pemberontakan yang paling hebat datang
dari Afghan Pir Lodi atau Khan Jahan, seorang gubernur dari provinsi bagian Selatan.
Pemberontakan ini cukup menyulitkan. Namun pada tahun 1631 pemberontakan inipun dipatahkan
dan Khan Jahan dihukum mati.
Pada masa ini para pemukim Portugis di Hughli Bengala mulai berulah. Di samping mengganggu
keamanan dan toleransi hidup beragama, mereka menculik anak-anak untuk dibaptis masuk agama
Kristen. Tahun 1632 Shah Jahan berhasil mengusir para pemukim Portugis dan mencabut hak-hak
istimewa mereka. Shah Jehan meninggal dunia pada 1657, setelah menderita sakit keras. Setelah
kematiannya terjadi perang saudara. Perang saudara tersebut pada akhirnya menghantar Aurangzeb
sebagai pemegang Dinasti Mughal berikutnya.
Aurangzeb (1658-1707) menghadapi tugas yang berat. Kedaulatan Mughal sebagai entitas Muslim
India nyaris hancur akibat perang saudara. Maka pada masa pemerintahannya dikenal sebagai masa
pengembalian kedaulatan umat Islam. Penulis menilai periode ini merupakan masa konsolidasi II
Kerajaan Mughal sebagai sebuah kerajaan dan sebagai negeri Islam. Aurangzeb berusaha
mengembalikan supremasi agama Islam yang mulai kabur akibat kebijakan politik keagamaan Akbar.
Raja-raja pengganti Aurangzeb merupakan penguasa yang lemah sehingga tidak mampu mengatasi
kemerosotan politik dalam negeri. Raja-raja sesudah Aurangzeb mengawali kemunduran dan
kehancuran Kerajaan Mughal.
Bahadur Syah menggantikan kedudukan Aurangzeb. Lima tahun kemudian terjadi perebutan antara
putra-putra Bahadur Syah. Jehandar dimenangkan dalam persaingan tersebut dan sekaligus
dinobatkan sebagai raja Mughal oleh Jenderal Zulfiqar Khan meskipun Jehandar adalah yang paling
lemah di antara putra Bahadur. Penobatan ini ditentang oleh Muhammad Fahrukhsiyar,
keponakannya sendiri. Dalam pertempuran yang terjadi pada tahun 1713, Fahrukhsiyar keluar
sebagai pemenang. Ia menduduki tahta kerajaan sampai pada tahun 1719 M. Sang raja meninggal
terbunuh oleh komplotan Sayyid Husein Ali dan Sayyid Hasan Ali. Keduanya kemudian
mengangkat Muhammad Syah (1719-1748). Ia kemudian dipecat dan diusir oleh suku Asyfar di
bawah pimpinan Nadzir Syah. Tampilnya sejumlah penguasa lemah bersamaan dengan terjadinya
perebutan kekuasaan ini selain memperlemah kerajaan juga membuat pemerintahan pusat tidak
terurus secara baik. akibatnya pemerintahan daerah berupaya untuk melepaskan loyalitas dan
integritasnya terhadap pemerintahan pusat.
Pada masa pemerintahan Syah Alam (1760-1806) Kerajaan Mughal diserang oleh pasukan
Afghanistan yang dipimpin oleh Ahmad Khan Durrani. Kekalahan Mughal dari serangan ini, berakibat
jatuhnya Mughal ke dalam kekuasaan Afghan. Syah Alam tetap diizinkan berkuasa di Delhi dengan
jabatan sebagai sultan.
Akbar II (1806-1837 M) pengganti Syah Alam, memberikan konsesi kepada EIC untuk
mengembangkan perdagangan di India sebagaimana yang diinginkan oleh pihak Inggris, dengan
syarat bahwa pihak perusahaan Inggris harus menjamin penghidupan raja dan keluarga istana.
Kehadiran EIC menjadi awal masuknya pengaruh Inggris di India.
Bahadur Syah (1837-1858) pengganti Akbar II menentang isi perjanjian yang telah disepakati oleh
ayahnya. Hal ini menimbulkan konflik antara Bahadur Syah dengan pihak Inggris. Bahadur Syah, raja
terakhir Kerajaan Mughal diusir dari istana pada tahun (1885 M). Dengan demikian berakhirlah
kekuasaan kerajaan Islam Mughal di India.

C. Kemajuan yang dicapai Kerajaan Mughal


1. Bidang Politik dan Administrasi Pemerintahan
a.Perluasan wilayah dan konsolidasi kekuatan. Usaha ini berlangsung hingga masa pemerintahan
Aurangzeb.
b.Pemerintahan daerah dipegang oleh seorang Sipah Salar (kepala komandan), sedang sub-distrik
dipegang oleh Faujdar (komandan). Jabatan-jabatan sipil juga diberi jenjang kepangkatan yang
bereorak kemiliteran. Pejabat-pejabat itu memang diharuskan mengikuti latihan kemiliteran
c.Akbar menerapkan politik toleransi universal (sulakhul). Dengan politik ini, semua rakyat India
dipandang sama. Mereka tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan agama. Politik ini dinilai
sebagai model toleransi yang pernah dipraktekkan oleh penguasa Islam.
d.Pada Masa Akbar terbentuk landasan institusional dan geografis bagi kekuatan imperiumnya yang
dijalankan oleh elit militer dan politik yang pada umumnya terdiri dari pembesar-pembesar Afghan,
Iran, Turki, dan Muslim Asli India. Peran penguasa di samping sebagai seorang panglima tentara juga
sebagai pemimpin jihad.
e.Para pejabat dipindahkan dari sebuah jagir kepada jagir lainnya untuk menghindarkan mereka
mencapai interes yang besar dalam sebuah wilayah tertentu. Jagir adalah sebidang tanah yang
diperuntukkan bagi pejabat yang sedang berkuasa. Dengan demikian tanah yang diperuntukkan
tersebut jarang sekali menjadi hak milik pejabat, kecuali hanya hak pakai.
f.Wilayah imperium juga dibagi menjadi sejumlah propinsi dan distrik yang dikelola oleh seorang yang
dipimpin oleh pejabat pemerintahan pusat untuk mengamankan pengumpulan pajak dan untuk
mencegah penyalahgunaan oleh kaum petani.
2. Bidang Ekonomi
a.Terbentuknya sistem pemberian pinjaman bagi usaha pertanian.
b.Adanya sistem pemerintahan lokal yang digunakan untuk mengumpulkan hasil pertanian dan
melindungi petani. Setiap perkampungan petani dikepalai oleh seorang pejabat lokal, yang
dinamakan muqaddam atau patel, yang mana kedudukan yang dimilikinya dapat diwariskan,
bertanggungjawab kepada atasannya untuk menyetorkan penghasilan dan menghindarkan tindak
kejahatan. Kaum petani dilindungi hak pemilikan atas tanah dan hak mewariskannya, tetapi mereka
juga terikat terhadapnya..
c.Sistem pengumpulan pajak yang diberlakukan pada beberapa propinsi utama pada imperium ini.
Perpajakan dikelola sesuai dengan system zabt. Sejumlah pembayaran tertentu dibebankan pada
tiap unit tanah dan harus dibayar secara tunai. Besarnya beban tersebut didasarkan pada nilai ratarata hasil pertanian dalam sepuluh tahun terakhir. Hasil pajak yang terkumpul dipercayakan kepada
jagirdar, tetapi para pejabat lokal yang mewakili pemerintahan pusat mempunyai peran penting dalam
pengumpulan pajak. Di tingkat subdistrik administrasi lokal dipercayakan kepada seorang qanungo,
yang menjaga jumlah pajak lokal dan yang melakukan pengawasan terhadap agen-agen jagirdar, dan
seorang chaudhuri, yang mengumpulkan dana (uang pajak) dari zamindar.
d.Perdagangan dan pengolahan industri pertanian mulai berkembang. Pada asa Akbar konsesi
perdagangan diberikan kepada The British East India Company (EIC) -Perusahaan Inggris-India
Timur- untuk menjalankan usaha perdagangan di India sejak tahun 1600. Mereka mengekspor katun
dan busa sutera India, bahan baku sutera, sendawa, nila dan rempah dan mengimpor perak dan jenis
logam lainnya dalam jumlah yang besar.
3. Bidang Agama
a.Pada masa Akbar, perkembangan agama Islam di Kerajaan Mughal mencapai suatu fase yang
menarik, di mana pada masa itu Akbar memproklamasikan sebuah cara baru dalam beragama, yaitu
konsep Din-i-Ilahi. Karena aliran ini Akbar mendapat kritik dari berbagai lapisan umat Islam. Bahkan
Akbar dituduh membuat agama baru. Pada prakteknya, Din-i-Ilahi bukan sebuah ajaran tentang
agama Islam. Namun konsepsi itu merupakan upaya mempersatukan umat-umat beragama di India.
Sayangnya, konsepsi tersebut mengesankan kegilaan Akbar terhadap kekuasaan dengan symbol-

symbol agama yang di kedepankan. Umar Asasuddin Sokah, seorang peneliti dan Guru Besar di
Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyamakan konsepsi Din-i-Ilahi dengan Pancasila di
Indonesia. Penelitiannya menyimpulkan, "Din-i-llahi itu merupakan Pancasilanya bangsa Indonesia.
b.Perbedaan kasta di India membawa keuntungan terhadap pengembangan Islam, seperti pada
daerah Benggal, Islam langsung disambut dengan tangan terbuka oleh penduduk terutama dari kasta
rendah yang merasa disiasiakan dan dikutuk oleh golongan Arya Hindu yang angkuh. Pengaruh Parsi
sangat kuat, hal itu terlihat dengan digunakanya bahasa Persia menjadi bahasa resmi Mughal dan
bahasa dakwah, oleh sebab itu percampuran budaya Persia dengan budaya India dan Islam
melahirkan budaya Islam India yang dikembangkan oleh Dinasti Mughal.
c.Berkembangnya aliran keagamaan Islam di India. Sebelum dinasti Mughal, muslim India adalah
penganut Sunni fanatik. Tetapi penguasa Mughal memberi tempat bagi Syi'ah untuk mengembangkan
pengaruhnya.
d.Pada masa ini juga dibentuk sejumlah badan keagamaan berdasarkan persekutuan terhadap
mazhab hukum, thariqat Sufi, persekutuan terhadap ajaran Syaikh, ulama, dan wali individual.
Mereka terdiri dari warga Sunni dan Syi'i.
e.Pada masa Aurangzeb berhasil disusun sebuah risalah hukum Islam atau upaya kodifikasi hukum
Islam yang dinamakan fattawa alamgiri. Kodifikasi ini menurut hemat penulis ditujukan untuk
meluruskan dan menjaga syari'at Islam yang nyaris kacau akibat politik Sulakhul dan Din-i- Ilahi.
4. Bidang Seni dan Budaya
a.Munculnya beberapa karya sastra tinggi seperti Padmavat yang mengandung pesan kebajikan
manusia gubahan Muhammad Jayazi, seorang penyair istana. Abu Fadhl menulis Akhbar Nameh dan
Aini Akbari yang berisi sejarah Mughal dan pemimpinnya.
b.Kerajaan Mughal termasuk sukses dalam bidang arsitektur. Taj mahal di Agra merupakan puncak
karya arsitektur pada masanya, diikuti oleh Istana Fatpur Sikri peninggalan Akbar dan Mesjid Raya
Delhi di Lahore. Di kota Delhi Lama (Old Delhi), lokasi bekas pusat Kerajaan Mughal, terdapat
menara Qutub Minar (1199), Masjid Jami Quwwatul Islam (1197), makam Iltutmish (1235), benteng
Alai Darwaza (1305), Masjid Khirki (1375), makam Nashirudin Humayun, raja Mughal ke-2 (15301555). Di kota Hyderabad, terdapat empat menara benteng Char Minar (1591). Di kota Jaunpur,
berdiri tegak Masjid Jami Atala (1405).
c.Taman-taman kreasi Moghul menonjolkan gaya campuran yang harmonis antara Asia Tengah,
Persia, Timur Tengah, dan lokal.
Sebab-sebab Kemajuan
Kerajaan Mughal tidak mencapai kejayaannya secara mudah. Bagaimanapun, umat Islam di masa ini
termasuk golongan minoritas di tengah mayoritas Hindu. Namun Kerajaan Mughal tetap berhasil
memperoleh kecemerlangan disebabkan factor-faktor sebagai berikut;
a.Kerajaan Mughal memiliki pemerintahan dan raja yang kuat. Politik toleransi dinilai dapat
menetralisir perbedaan agama dan suku bangsa, baik antara Islam-Hindu, Ataupun India-non India
(Persia-Turki).
b.Hingga Pemerintahan Aurangzeb, rakyat cukup puas dan sejahtera dengan pola kepemimpinan raja
dan program kesejahteraannya.
c.Prajurit Mughal dikenal sebagai prajurit yang tangguh dan memiliki patriotisme yang tinggi. Hal ini
diwarisi dari Timur Lenk yang merupakan para petualang yang suka perang dari Persia di Asia
Tengah dan cukup dominan dalam ketentaraan.
d.Sultan yang memerintah sangat mencintai ilmu dan pengetahuan. Para "Bangsawan Mughal
mengemban tanggung jawab membangun masjid, jembatan, dan atas berkembangnya kegiataan
ilmiah dan sastra".
D. KEMUNDURAN DAN KERUNTUHAN KERAJAAN MUGHAL
Kerajaan Mughal mencapai puncak kejayaannya pada masa kepemimpinan Akbar (1556-1605).

Generasi sesudah Akbar yaitu Jahangir (1605-1627), Shah Jahan (1627-1658), Aurangzeb (16581707) masih dapat mempertahankan kemajuan tersebut. Namun Raja-raja pengganti Aurangzeb
merupakan penguasa yang lemah sehingga tidak mampu mengatasi kemerosotan politik dalam
negeri.
Tanda-tanda kemunduran sudah terlihat dengan indikator sebagaimana berikut ;
a)Internal; Tampilnya sejumlah penguasa lemah, terjadinya perebutan kekuasaan, dan lemahnya
kontrol pemerintahan pusat.
b)Eksternal; Terjadinya pemberontakan di mana-mana, seperti pemberontakan kaum Sikh di Utara,
gerakan separatis Hindu di India tengah, kaum muslimin sendiri di Timur, dan yang terberat adalah
invasi Inggris melalui EIC.
Dominasi Inggris diduga sebagai faktor pendorong kehancuran Mughal. Pada waktu itu EIC
mengalami kerugian. Untuk menutupi kerugian dan sekaligus memenuhi kebutuhan istana, EIC
mengadakan pungutan yang tinggi terhadap rakyat secara ketat dan cenderung kasar. Karena rakyat
merasa ditekan, maka mereka, baik yang beragama Hindu maupun Islam bangkit mengadakan
pemberontakan.
Mereka meminta kepada Bahadur Syah untuk menjadi lambang perlawanan itu dalam rangka
mengembalikan kekuasaan kerajaan. Dengan demikian, terjadilah perlawanan rakyat India terhadap
kekuatan Inggris pada bulan Mei 1857 M. Perlawanan mereka dapat dipatahkan dengan mudah.
Inggris kemudian menjatuhkan hukuman yang kejam terhadap para pemberontak. Mereka diusir dari
kota Delhi, rumah-rumah ibadah banyak yang dihancurkan, dan Bahadur Syah, raja Mughal terakhir,
diusir dari istana (1858 M). Dengan demikian berakhirlah sejarah kekuasaan dinasti Mughal di
daratan India.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasti Mughal mundur dan membawa kepada
kehancurannya pada tahun 1858 M yaitu:
1.Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayahwilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal.
2.Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan
dalam penggunaan uang negara.
3.Pendekatan Aurangzeb yang terlampau "kasar" dalam melaksanakan ide-ide puritan dan
kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antaragama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan
sesudahnya.
4.Semua pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang
kepemimpinan.
D. PENUTUP
Toynbee menyatakan setiap kebudayaan yang dewasa memiliki empat tahap hidup: lahir, tumbuh,
runtuh, dan silam. Kerajaan Mughal telah melewati konsepsi itu. Namun Kerajaan Mughal tidak
mungkin lepas dari sejarah Islam sekaligus sejarah India, karena kerajaan ini merupakan warisan dua
peradaban besar tersebut. Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1.Islam telah mewariskan dan memberi pengayaan terhadap khazanah kebudayaan India. Sepertinya
tepat yang ditulis oleh Roger Garaudy bahwa "Islam telah membawakan kepada manusia suatu
dimensi transenden (ketuhanan) dan dimensi masyarakat (umat) .
2. Dengan hadirnya Kerajaan Mughal, maka kejayaan India dengan peradaban Hindunya yang nyaris
tenggelam, kembali muncul.
3.Kemajuan yang dicapai Kerajaan Mughal telah memberi inspirasi bagi perkembangan peradaban
dunia baik politik, ekonomi, budaya dan sebagainya. Misalnya, politik toleransi (sulakhul), system
pengelolaan pajak, seni arsitektur dan sebagainya.
4.Kerajaan Mughal telah berhasil membentuk sebuah kosmopolitan Islam-India daripada membentuk

sebuah kultur Muslim secara eksklusif.


5.Kemunduran suatu peradaban tidak lepas dari lemahnya kontrol dari elit penguasa, dukungan
rakyat dan kuatnya sistem keamanan. Karena itu masuknya kekuatan asing dengan bentuk apapun
perlu diwaspadai.
Demikianlah makalah ini ditulis, semoga dapat menghantarkan kepada pemahaman yang lebih baik
tentang Kerajaan Mughal sebagai warisan terpenting peradaban Islam. Penulis juga mengharapkan
saran untuk perbaikan makalah ini. Terima kasih, Wallahu A'lam bi al shawab.
Padang,November 2006

DAFTAR PUSTAKA

Abu Su'ud, Islamologi, Sejarah, Ajaran dan Peranannya dalam Peradaban Umat Manusia,(Jakarta:
Rineka Cipta,2003)
Ali, K., Tarikh Sejarah Islam Pra Modern, Jakarta,Srigunting, 2003
Chapra, Umer, Pemikiran Ibnu Khaldun,http://www.halalguide.info/content/view/ 432/46/, diakses
tanggal 16 September 2006
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Jakarta,Ikhtiar Baru Van Hoeve,1994
Garaudy, Roger, Janji-janji Islam, alihbahasa Prof. Dr. H.M. Rasjidi dari judul asli "Promeses de
L'Islam" Jakarta, PT bulan Bintang, 1985)
Ikram, S.M., Muslim Civilization in India (Columbia University Press, 1965),
Lapidus, Ira. M., Sejarah Sosial Ummat Islam,Bagian Kesatu & Kedua. Disadur dari judul asli A
History of Islamic Societes oleh Ghufron A. Mas'adi, ed.-1, cet. 1, Jakarta,PT. Rajagrafindo
Persada,1999
Mahmudunnasir, Syed, Islam: Konsepsi dan Sejarahnya Bandung, Rosdakarya, 2005
Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya,jilid Ibid., Jakarta :UI Press, 1985)
Romli, Usep, Pariwisata Mughal, http://www.wisataislam/info/content/view/432, diakses tanggal 6
Oktober 2006
Sokah, Umar Assasuddin, Din-i-Ilahi,Keberagamaan Sultan Akbar Agung (India 1560-1605),
Yogyakarta, ITTAQA Press ,1994
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta,Rajagrafindo Persada, 2000
http://www.geocities.com/cominglucky/tamadunmain.htm, diakses tanggal 16 September 2006

http://usman-wwwmaal-khidmah.blogspot.co.id/p/srikipsi.html
BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Asal Usul Kerajaan Mughal

Mughal merupakan kerajaan Islam di anak benua India, dengan Delhi sebagai ibukotanya,
berdiri antara tahun (1526-1858 M). Dinasti Mughal di India didirikan oleh Zahiruddin Muhammad
Babur (1482-1530 M), salah satu cucu dari Timur Lenk dari etnis Mongol, keturunan Jengis Khan.
Ekspansinya ke India dimulai dengan penundukan penguasa setempat yaitu Ibrahim Lodi dengan
Alam Khan (Paman Lodi) dan gubernur Lohere[1]. Ia berhasil munguasai Punjab dan berhasil
menundukkan Delhi, sejak saat itu ia memproklamirkan berdirinya kerajaan Mughal. Proklamasi 1526
M yang dikumandangkan Babur mendapat tantangan dari Rajput dan Rana Sanga didukung oleh para
kepala suku India tengah dan umat Islam setempat yang belum tunduk pada penguasa yang baru itu,
sehingga ia harus berhadapan langsung dengan dua kekuatan sekaligus. Tantangan tersebut dihadapi
Babur pada tanggal 16 Maret 1527 M di Khanus dekat Agra. Babur memperoleh kemenangan dan
Rajput jatuh ke dalam kekuasaannya.
Penguasa Mughal setelah Babur adalah Nashiruddin Humayun atau lebih dikenal dengan
Humayun (1530-1540 dan 1555-1556 M)[2], puteranya sendiri. Sepanjang pemerintahanya tidak stabil,
karna banyak terjadi perlawanan dari musuh-musuhnya. Bahkan beliau sempat mengungsi ke Persia
karna mengalami kekalahan saat melawan pemberontakan Sher Khan di Qonuj, tetapi beliau berhasil
merebut kembali kekuasaanya pada tahun 1555 M berkat bantuan dari kerajaan safawi. Namun
setahun kemudian 1556 M beliau meninggal karna tertimpa tangga pepustakaan, dan tahta kerajaan
selanjutnya dipegang oleh putranya yang bernama Akbar.
2.2

PERKEMBANGAN DAN KEJAYAAN KERAJAAN MUGHAL


Masa kejayaan kerajaan Mughal dimulai pada pemerintahan Akbar (1556-1506 M), dan tiga
raja penggantinya, yaitu Jehangir (1605-1628 M), Syah Jehan (1628-1658 M), Aurangzeb (1658-1707
M). Setelah itu, kemajuaan kerajaan Mughal tidak dapat dipertahankan oleh raja-raja berikutnya.
Akbar mengganti ayahnya pada saat usia 14 tahun, sehingga urusan kerajaan diserahkan
kepada Bairam Khahan, seorang syii. Pada masa pemerintahanya, Akbar melancarkan serangan
untuk memerangi pemberontakan sisa-sisa keturunan Sher Khan Shah yang berkuasa di Punjab.
Pemberontakan lain dilakukan oleh Himu yang menguasai Gwalior dan Agra. Pemberontakan tersebut
disambut oleh Bairam Khan sehingga terjadi peperangan dasyat, yang disebut panipat 2 tahun 1556
M. Himu dapat dikalahkan dan ditangkap kemudian diekskusi. Dengan demikian, Agra dan Kwalior
dapat dikuasai penuh (Mahmudun Nasir,1981:265-266).
Setelah Akbar dewasa, ia berusaha menyingkirkan Bairam Khan yang sudah mempunyai
pengaruh kuat dan terlampau memaksakan kepentingan aliran syiah. Bairam Khan memberontak,
tetapi dapat dikalahkan oleh Akbar di Jullandur tahun 1561 M.
Setelah itu masa kejayaan kerajaan Mughal berhasil dipertahankan oleh putra beliau yaitu
Jehangir yang memerintah selama 23 tahun (1605-1628 M). Namun Jehangir adalah penganut
Ahlussunah Wal Jamaah, sehingga Din-i-Illahi yang dibentuk ayahnya menjadi hilang pengaruhnya. [3]
Sepeninggalan Jehangir pucuk kekuasaan kerajaan Mughal di pegang oleh Sheh Jehan yang
memerintah Mughal selam 30 tahun (1628-1658 M). Pada masa pemerintahanya banyak muncul
pemberontakan dan perselisihan dalam internal keluarga istana. Namun semua itu dapat diatasi oleh
beliau, bahkan beliau berhasil memperluas kekuasaanya Hyderabat, Maratha, dan Kerajaan Hindu lain
yang belum tunduk kepada pemerintahan Mughal. Keberhasilan itu tidak bias lepas dari peran
Aurangzeb, putera ketiga dari Sheh Jehan.
Pengganti Sheh Jehan yaitu Aurangzeb, beliau berhasil menduduki tahta kerajaan setelah
berhasil menyingkirkan para pesaingnya (saudaranya). Pada masanya kebesaran Mughal mulai
menggema kembali, dan kebesaran namanya-pun disejajarkan dengan pendahulunya dulu, yaitu
Akbar.
Adapun
usaha-usaha
Aurangzeb
dalam
memajukan
kerajaan
Mughal
diantaranya menghapuskan pajak, menurunkan bahan pangan dan memberantas korupsi, kemudian ia
membentuk peradilan yang berlaku di India yang dinamakan fatwa alamgiri sampai akhirnya

meninggal pada tahun 1707 M. Selama satu setengah abad, India di bawah Dinasti Mughal menjadi
salah satu negara adikuasa. Ia menguasai perekonomian Dunia dengan jaringan pemasaran barangbarangnya yang mencapai Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Cina. Selain itu, India juga
memiliki pertahanan militer yang tangguh yang sukar ditaklukkan dan kebudayaan yang tinggi. [4]
Dengan besarnya nama kerajaan Mughal, banyak sekali para sejarawan yang mengkaji
tentang kerajaan ini. Dan pada masa itu telah muncul seorang sejarawan yang bernama Abu Fadl
dengan karyanya Akhbar Nama dan Aini Akhbari, yang memaparkan sejarah kerajaan Mughal
berdasarkan figure pemimpinnya. Sedangkan karya seni yang dapat dinikmati sampai sekarang dan
karya seni terbesar yang dicapai kerajaan Mughal adalah karya-karya arsitektur yang indah dan
masjid-masjid yang indah. Pada masa Shah jehan dibangun Masjid Berlapis mutiara dan Taj Mahal di
Agra, Masjid Raya Delhi dan Istana Indah di Lahore (Ikram, 1967:247).
2.3

KEMUNDURAN DAN RUNTUHNYA KERAJAAN MUGHAL


Setelah satu setengah abad dinasti Mughal berada di puncak kejayaannya, para pelanjut
Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan kebesaran yang telah dibina oleh sultan-sultan
sebelumnya. Pada abad ke-18 M kerajaan ini memasuki masa-masa kemunduran. Kekuasaan
politiknya mulai merosot, suksesi kepemimpinan di tingkat pusat menjadi ajang perebutan, gerakan
separatis Hindu di India tengah, Sikh di belahan utara dan Islam di bagian timur semakin lama
semakin mengancam. Sementara itu, para pedagang Inggris untuk pertama kalinya diizinkan oleh
Jehangir menanamkan modal di India, dengan didukung oleh kekuatan bersenjata semakin kuat
menguasai wilayah pantai.
Pada masa Aurangzeb, pemberontakan terhadap pemerintahan pusat memang sudah muncul,
tetapi dapat diatasi. Pemberontakan itu bermula dari tindakan-tindakan Aurangzeb yang dengan keras
menerapkan pemikiranpuritanismenya. Setelah ia wafat, penerusnya rata-rata lemah dan tidak mampu
menghadapi problema yang ditinggalkannya.
Sepeninggal Aurangzeb (1707 M), tahta kerajaan dipegang oleh Muazzam, putra tertua
Aurangzeb yang sebelumnya menjadi penguasa di Kabul. [5] Putra Aurangzeb ini kemudian bergelar
Bahadur Syah (1707-1712 M). Ia menganut aliran Syiah. Pada masa pemerintahannya yang berjalan
yang berjalan selama lima tahun, ia dihadapkan pada perlawanan Sikh sebagai akibat dari tindakan
ayahnya. Ia juga dihadapkan pada perlawanan penduduk Lahore karena sikapnya yang terlampau
memaksakan ajaran Syiah kepada mereka.[6]
Setelah Bahadur Syah meninggal, dalam jangka waktu yang cukup lama, terjadi perebutan
kekuasaan di kalangan istana. Bahadur Syah diganti oleh anaknya, Azimus Syah. Akan tetapi,
pemerintahannya oleh Zulfiqar Khan, putra Azad Khan, wazir Aurangzeb. Azimus Syah meninggal
tahun 1712 M an diganti oleh putranya, Jihandar Syah, yang mendapat tantangan dari Farukh Siyar,
adiknya sendiri. Jihandar Syah apat disingkirkan oleh Farukh Siyar tahun 1713 M.
Farukh Siyar berkuasa sampai tahun 1719 M dengan dukungan kelompok sayyid, tapi tewas
di tangan para pendukungnya sendiri (1719 M). Sebagai gantinya diangkat Muhammad Syah (17191748 M). Namun, ia dan pendukungnya terusir oleh suku Asyfar di bawah pimpinan Nadir Syah yang
sebelumnya telah berhasil melenyapkan kekuasaan Safawi di Persia. Keinginan Nadir Syah untuk
menundukkan kerajaan Mughal terutama karena menurutnya, kerajaan ini banyak sekali memberikan
bantual kepada pemberontak Afghan di daerah Persia. Oleh karena itu, ada tahun 1739 M, dua tahun
setelah menguasai Persia, ia menyerang kerajaan Mughal. Muhammad Syah tidak dapat bertahan dan
mengaku tunduk kepada Nadir Syah. Muhammad Syah kembali berkuasa di Delhi setelah ia bersedia
member hadiah yang sangat banyak keada Nadir Syah. Kerajaan Mughal baru dapat melakukan
restorasi kembali, terutama setelah jabatan wazir dipegang Chin Qilich Khan yang bergelar Nizam AlMulk (1722-732 M) karena mendapat dukungan dari Marathas. Akan tetapi, tahun 1732 M, Nizam AlMulk meninggalkan Delhi menuju Hiderabat dan menetap di sana.
Konflik-konflik yang berkepanjangan mengakibatkan pengawasan terhadap daerah lemah.
Pemerintahan daerah satu per satu melepaskan loyalitasnya dari pemerintah pusat, bahkan cenderung
memperkuat posisi pemerintahannya masing-masing. Hiderabat dikuasai Nizam Al-Mulk, Marathas
dikuasai Shivaji, Rajput menyelenggarakan pemerintahan sendiri di bawah pimpinan Jai Singh dari
Amber, Punjab dikuasai oleh kelompok Sikh.
Adapun sebab-sebab keruntuhan Mughal secara detail, yaitu :

1. Terjadinya stagnasi pembinaan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah pantai tidak dapat
dipantau.
2. Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elite politik yang mengakibatkan pemborosan dan
penggunaan uang Negara.
3. Pendekatan Aurengzeb yang terkesan kasar dalam mendakwahkan agama.
4. Pewaris tahta pada paroh terakhir adalah pribadi-pribadi lemah.
2.4
HASIL-HASIL KEBUDAYAAN KERAJAAN MUGHAL
A. Bidang Poitik dan Militer
Sistim yang menonjol adalah politik Sulh-E-Kul atau toleransi universal. Sistem ini sangat
tepat karena mayoritas masyarakat India adalah Hindu sedangkan Mughal adalah Islam. Disisi lain
terdapat juga ras atau etnis lain yang juga terdapat di India. Lembaga yang produk dari Sistim ini
adalah Din-I-Ilahi dan Mansabhadari. Dibidang militer, pasukan Mughal dikenal pasukan yang sangat
kuat. Mereka terdiri dari pasukan gajah berkuda dan meriam. Wilayahnya dibagi distrik-distrik.
Setiap distrik dikepalai oleh sipah salar dan sub distrik di kepalai oleh faudjar. Dengan sistim ini
pasukan Mughal berhasil menahlukan daerah-daera di sekitarnya.
B. Bidang Ekonomi
Perekonomian kerajaan Mughal tertumpu pada bidang agrari, mengingat keadaan Geografi
dan Geologi wilayah India. Hasil pertanian kerajaan Mughal yang terpenting ketika itu adalah bijibijian, padi, kacang, tebu, sayur-sayuran, rempah-rempah, tembakau, kapas, nila, dan bahan-bahan
celupan.[7]
Di samping untuk kebutuhan dalam negeri, hasil pertanian itu diekspor ke Eropa, Afrika,
Arabia, dan Asia Tenggara bersamaan dengan hasil kerajinan, seperti pakaian tenun dan kain tipis
bahan gordiyn yang banyak diproduksi di Gujarat dan Bengawan. Untuk meningkatkan produksi,
Jehangir mengizinkan Inggris (1611 M) dan Belanda (1617 M) mendirikan pabrik pengolahan hasil
pertanian di Surat.
C. Bidang Seni dan Arsitektur
Bersamaan dengan majunya bidang ekonomi, bidang seni dan budaya juga berkembang.
Karya seni yang menonjol adalah karya sastra gubahan penyair istana, baik yang berbahasa Persia
maupun berbahasa India. Penyair India yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayazi, seorang
sastrawan sufi yang menghasilkan karya besar berjudul Padmavat, sebuah karya alegoris yang
mengandung pesan kebijakan jiwa manusia.[8]
Karya seni yang masih dapat dinikmati sekarang dan merupakan karya seni terbesar yang
dicapai kerajaan Mughal adalah karya-karya arsitektur yang indah dan mengagumkan. Pada masa
akbar dibangun istana Fatpur Sikri di Sikri, vila, dan masjid-masjid yang indah. Pada masa Syah
Jehan, dibangun masjid berlapiskan mutiara dan Taj Mahal di Agra, masjid raya Delhi dan istana
indah di Lahore.[9]
D. Bidang Ilmu Pengetahuan
Dinasti Mughal juga banyak memberikan sumbangan di bidang ilmu pengetahuan. Sejak
berdiri, banyak ilmuan yang datang ke India untuk menuntut ilmu pengetahuan. Bahkan Istana
Mughal-pun menjadi pusat kegiatan kebudayaan. Hal ini adanya dukungang dari penguasa dan
bangsawan seta Ulama. Aurangzeb misalnya membelikan sejumlah uang yang besar dan tanah untuk
membangun sarana pendidikan.
Pada tiap-tiap masjid memiliki lembaga tingkat dasar yang dikelola oleh seorang guru. Pada
masa Shah Jahan didirikan sebuah Perguruan Tinggi di Delhi. Jumlah ini semakin bertambah ketika
pemerintah di pegang oleh Aurangzeb. Dibidang ilmu agama berhasil dikondifikasikan hukum islam
yang dikenal dengan sebutan Fatawa-I-Alamgiri.
BAB III
KESIMPULAN
Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa.

Islam telah mewariskan dan memberi pengayaan terhadap khazanah kebudayaan India. Dimana
keberadaan kerajaan ini telah menjadi motivasi kebangkitan baru bagi peradaban tua di anak benua
India yang hampir tenggelam
Dengan hadirnya Kerajaan Mughal, maka kejayaan India dengan peradaban Hindunya yang nyaris
tenggelam, kembali muncul.
Kemajuan yang dicapai Kerajaan Mughal telah memberi inspirasi bagi perkembangan peradaban dunia
baik politik, ekonomi, budaya dan sebagainya. Misalnya, politik toleransi (sulakhul), system
pengelolaan pajak, seni arsitektur dan sebagainya.
Kemunduran suatu peradaban tidak lepas dari lemahnya kontrol dari elit penguasa, dukungan rakyat
dan kuatnya sistem keamanan.
adri, Yatim. 1995. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Radja Grafindo Persada.
Maryam, Siti. Dkk. 2002. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta : LESFI.
Amin, Samsul Munir. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : AMZAH
Misbah, Maruf.
WICAKSANA

Dkk.

1994. Sejarah

Kebudayaan

Islam.

Semarang

http://muhlis.files.wordpress.com/2007/08/kerajaan-islam-mughal-di-india.pdf
http://www.google.com/sejarah-kerajaan-mughal-di-india/

CV.

https://id.wikipedia.org/wiki/Akbar_ya
ng_Agung
Akbar yang Agung
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Akbar

Sultan Mughal ke-3

Memerintah

27 Januari 1556 25 Oktober1605


(49 tahun, 275 hari)

Penobatan

14 Februari 1556, dekatKalanaur, Gurdaspur

Pendahulu

Humayun

Pengganti

Jahangir

Wali

Bairam Khan (15561561)

Lahir

23 Desember 1542
Umerkot, Sind

Mangkat

27 Oktober 1605 (umur 63)


Fatehpur Sikri, Agra

Makam

Pasangan

Sikandra, Agra

Ruqaiya Sultan Begum


Salima Sultan Begum
Mariam-uz-Zamani (Jodha Bai)
dan lain-lain

Anak

Hassan
Hussain
Jahangir
Murad
Daniyal
Aram Banu Begum
Shakr-un-Nissa Begum
Shahzadi Khanum
Maluki bai

Nama lengkap

Abu'l-Fath Jalal ud-din Muhammed Akbar I

Wangsa

Ayah

Ibu

Agama

Timurid

Humayun

Hamida Banu Begum

Islam[1] (Sunni), Din-i-Ilahi

Akbar (bahasa Urdu:

, bahasa Hindi: , Hunteria: Jall

ud-Dn Muhammad Akbar), juga dikenal sebagai Shahanshah Akbar-e-Azam atau Akbar yang
Agung (lahir 23 November 1542 meninggal 27 Oktober 1605 pada umur 62 tahun)[2][3] adalah
Sultan Mogul ke-3. Ia adalah keturunan Dinasti Timurid, putra dari Sultan Humayun dan cucu
dari Sultan Mogul Zaheeruddin Muhammad Babur, penguasa yang mendirikan dinasti Mugol
di India. Pada akhir pemerintahannya pada tahun 1605, kesultanan Mugol mencakup sebagian
besar bagian utara dan tengah India. Ia paling dihargai karena memiliki pandangan liberal untuk
semua agama dan kepercayaan, selama pemerintahannya seni dan budaya mencapai puncak
dibandingkan dengan pendahulunya.
Akbar berusia tiga belas tahun ketika ia naik tahta Mogul di Delhi (Februari 1556) setelah
kematian ayahnya, Humayun.[4] Selama masa pemerintahannya, ia menyingkirkan ancaman
militer dari keturunan Pashtun yang paling berkuasa, Sher Shah Suri, dan di Pertempuran
Panipat ia mengalahkan raja Hindu, Hemu.[5][6] Ini membutuhkan waktu hampir dua dekade lebih
untuk mengukuhkan kekuatannya dan membawa semua bagian utara dan tengah India menjadi
wilayah kekuasaannya. Saat pemerintahannya, ia mempengaruhi seluruh subkontinen India.
Sebagai seorang sultan, Akbar mengukuhkan kekuasaannya dengan mengejar diplomasi
bersama kasta Hindu yang sangat kuat, Rajput dan dengan menikahi putri Rajput. [5][7]
Pemerintahan Akbar secara signifikan mempengaruhi seni dan budaya di negeri ini. Ia adalah
seorang pendukung besar seni dan arsitektur.[8] Ia memiliki minat besar dalam lukisan dan
dinding istananya dihiasi dengan mural. Selain mendorong perkembangan lukisan Mogul, ia juga
mendukung gaya lukisan Eropa. Ia menyukai sastra dan memiliki beberapa
karya Sanskerta yang diterjemahkan ke dalam bahasa Persia dan kitab suci Persia
diterjemahkan dalam bahasa Sanskerta.[8] Selama tahun-tahun awal pemerintahannya, ia
menunjukkan sikap tidak toleran terhadap Hindu dan agama lainnya, tetapi kemudian
mengaplikasikan toleransi terhadap agama non-Islam dengan memutar kembali sebagian
hukum syariah yang ketat.[9][10][11] Pemerintahannya meliputi sejumlah tuan tanah, courtier dan
jenderal militer Hindu. Ia memulai serangkaian debat agama saat ulama Muslim akan
memperdebatkan masalah agama dengan Hindu, Jainisme, Zoroastrianisme dan Katolik
Roma Portugis, Yesuit. Ia memperlakukan para pemimpin agama dengan perhatian besar,
terlepas dari keyakinan yang dianut dan menghormatinya. Ia tidak hanya memberikan tanah dan

uang untuk masjid tapi juga sejumlah candi Hindu di utara dan tengah India, gereja Kristen di
Goa dan menghibahkan lahan untuk keyakinan Sikhisme yang baru saja lahir sebagai
pembangunan tempat ibadah. Kuil Emas yang terkenal di Amritsar, Punjab dibangun di tempat
yang sama.[12]
Daftar isi
[sembunyikan]

1Sultan Mogul

2Keagamaan

3Pelindung keilmuan

49 Permata yang Tersohor

5Tahun-tahun terakhir

6Referensi

7Pranala luar

Sultan Mogul[sunting | sunting sumber]


Akbar dilahirkan di Umarkot, Sind pada 15 Oktober 1542. Ayahandanya Humayun didepak dari
tahta dalam beberapa pertempuran dengan Sher Shah Suri, pemerintah Afghan. Setelah 12
tahun di luar negeri, Humayun mendapatkan kembali kekuasaannya tetapi hanya untuk
beberapa bulan sebelum meninggalnya. Akbar menggantikan ayahandanya pada 1556 di bawah
pengawasan Bairam Khan, bangsawan Turkoman, yang berusaha menghalangi pesaing kepada
tahta, memperketat disiplin tentara, dan membantu memantapkan kesultanan yang baru
dibangun kembali itu. Bagaimanapun, Bairam adalah seorang yang mabuk kekuasaan dan
kejam. Setelah ketenteraman kembali, Akbar mengambil alih tampuk pemerintahan dengan
sebuah pengistiharan pada Maret 1560.
Pada 5 November 1556, 80 km ke utara Delhi, angkatan Tentara Mogul mengalahkan tentara
Hindu yang dipimpin Jeneral Hemu demi menyerahkan pada Akbar takhta India di Pertempuran
Panipat Kedua. Ketika Akbar naik tahta, hanya sebagian kecil bekas jajahan Kesultanan
Mogul masih dibawah kekuasaannya, lalu ia berupaya untuk mengembalikan kawasan-kawasan
lama itu ke dalam kekuasaan Mogul. Ia meluaskan Kerajaan Mogul dengan
penaklukan Malwa (1562), Gujarat (1572), Benggala (1574), Kabul(1581), Kashmir (1586),
dan Kandesh (1601), dan beberapa negeri yang lain. Untuk setiap negeri itu, baginda
meletakkan seorang wazir baru, dan mengawal administratif mereka.
Akbar tidak berniat membiarkan para menterinya terpusat di Delhi, lalu ia memindahkan
kementeriannya ke Fatehpur Sikri, dekat dengan Agra, namun karena langkah ini terbukti tidak

mencapai tujuan, baginda mendirikan "kerajaan bergerak" supaya dapat memperhatikan


perkembangan di dalam negaranya. Ia menggalakkan perdagangan dan telah membagikan
tanah-tanah untuk memudahkan urusan bea cukai. Ia menitahkan agar para pemungut cukai
tidak mengambil cukai lebih besar daripada yang sepatutnya.

Keagamaan[sunting | sunting sumber]


Terdapat masyarakat Hindu dan Islam di dalam kesultanan Akbar, dan perbedaan kepercayaan
yang lebar memisahkan budaya kedua masyarakat ini. Muslim boleh memakan daging lembu,
sedangkan agama Hindu tidak membenarkan memakan binatang; orang Hindu boleh meminum
arak, tetapi hal ini diharamkan dalam kehidupan masyarakat Islam. Di dalam jurang perbedaan
pendapat inilah Akbar berusaha supaya tidak terjadi huru-hara di dalam negaranya.
Walaupun terdapat pelbagai masalah keagamaan, Akbar tetap mengamalkan dasar 'toleransi'
kepada semua agama. Dan ia turut mengambil langkah baru dengan mencoba untuk
menghasilkan agama baru yang dipanggil Din-i-Ilahi, yang mengandungi unsur-unsur Islam dan
Hindu. Baginda turut menghapus cukai yang pernah dikenakan terhadap rakyat bukan Islam di
dalam kerajaannya(MASIH DIPERTANYAKAN SOAL KEAGAMAAN INI).

Pelindung keilmuan[sunting | sunting sumber]


Walaupun buta huruf (atau mungkin menghidap disleksi), Sultan Akbar amat memuliakan ilmu
pengetahuan, iapun mengundang pendeta-pendeta dan cendikiawan dari pelbagai agama untuk
memperbincangkan mengenai pelbagai perkara dengannya. Ia juga menjadi majikan kepada
banyak orang berbakat, di antaranya dari keluarga Feizi dan Abul Fazl. Feizi dan saudarasaudaranya pernah diarahkan untuk menterjemahkan beberapa hasil kajian ilmiah dari bahasa
Sanskerta ke bahasa Persia; dan menurut catatan di dalam Akbar-Nameh, Abul Fazl pula telah
meninggalkan jasa yang amat berharga semasa pemerintahan Akbar. Disebutkan Akbar pernah
memberi perintah supaya Jerome Xavier, seorang pastor Yesuit, untuk menterjemahkan 4 Injil ke
dalam bahasa Persia.

9 Permata yang Tersohor[sunting | sunting sumber]


Sebagai seorang pemerintah agung dan peminat kesenian, Akbar telah memanggil para cerdik
pandai buat menghadapnya. Ada 9 tokoh yang disebut berbakat dalam bidang mereka masingmasing, dan mereka dikenal sebagai "nau-rathan", atau 9 Permata. Akbar mengumpulkan
banyak orang bijaksana, tetapi yang paling terkenal adalah 9 Permata.
Abul Fazl (1551-1602) adalah pencatat perkembangan pemerintahan Akbar. Ia telah menulis
sebuah biografi berjudul "Akbarnama", yang memakan waktu selama 7 tahun diselesaikan. Ia
mencatatkan sejarah pemerintahan itu dengan terperinci, dan memberikan gambaran bahwa

negerinya aman makmur semasa zaman Akbar. Iapun menerangkan tentang betapa teratur dan
bijaknya pemerintahan kerajaan Mogul di bawah naungan Akbar.
Feizi (1547-1595) adalah saudara Abul Fazl. Ia merupakan seorang penyair, dengan tumpuan di
dalam bahasa Parsi. Akbar amat menghormati tokoh ini sehingga melantiknya untuk menjadi
guru kepada puteranya. Antara karya dia ialah "Lilabati", berkenaan dengan matematika.
Mian Tansen adalah seorang penyanyi. Ia dilahirkan dari sebuah keluarga Hindu pada tahun
1520 di dekat Gwalior. Ayahnya Mukund Mishra ialah seorang penyair. Mian Tansen menuntut
ilmu musik dengan berguru pada Swami Haridas dan Hazrat Mohammad Ghaus. Ia menjadi
penghibur di istana putera negeri Mewar, dan kemudian dipanggil Akbar untuk tinggal di
istananya pula, menyebabkan Putera Mewar sedih dengan kepergiannya. Tansen menjadi
seorang yang terkenal di India dan telah menggubah banyakraga (ritma musik) klasik. Raga
Deepak dan Megh Malhar adalah antara lain yang termasyhur di India. Tatkala
menyanyikan raga-raga ini, Tansen disebutkan menyalakan pelita dan mengakibatkan hujan
turun. Ia juga disebut sebagai orang yang menciptakan raga Darbari Kanada dan menjadi
peletak dasar nyanyian Drupad. Malah para Ghanara masa kini selalu mencoba untuk meniru
cara klasik Mian Tansen. Ia dikubur di Gwalior, di mana sebuah makam telah kemudiannya
dibuat. Terdapat sebuah pohon asam bersebelahan makam itu, dan dikatakan setua makam itu
sendiri. Adalah menjadi kepercayaan penduduk setempat bahwa sesiapa yang mengunyah
sehelai daun pohon itu maka dia akan dikaruniai bakat dalam bidang musik. Tidak dapat
dipastikan apakah Tansen memeluk Islam atau tidak, namun Akbar sangat berkenan dengannya
sehingga menerima pangkat Mian. Anaknya Billas Khan mengarang raga Bilaskhani Todi dan
putrinya Saraswati Devi menjadi seorang penyanyi Drupad yang banyak dikenal
Birbal (1528-1583) adalah seorang Brahmana yang miskin, dan telah dilantik ke kementerian
Akbar kerana kebijaksanaan dan daya pemikirannya. Pada awalnya ia bernama Maheshdas,
tetapi diberikan nama Raja Birbal oleh Akbar. Sultan Akbar amat mempercayainya kerana
kepandaiannya, dan juga karena ia berbakat dalam menghibur sultan dan para menteri. Terdapat
pelbagai kisah-kisah lucu dan cerdik berkenaan maharaja Akbar dan menteri-menterinya, dan
kisah-kisah itu masih diceritakan sampai sekarang. Cerita-cerita itu kebanyakan mencabar
minda dan berisi pengetahuan. Birbal juga adalah seorang sastrawan dan kumpulan karyanya
bertuliskan nama samaran "Brahma", dan masih disimpan di Museum Bharatpur. Raja Birbal
terbunuh di medan tempur dalam usaha menumpas pemberontakan suku-suku Afghan di barat
laut India. Terdapat suatu cerita yang mengatakan bahwa Akbar berkabung dalam waktu yang
agak lama setelah mendengar berita itu.
Raja Todar Mal adalah menteri keuangan Akbar, dan ia bertugas untuk menguruskan
pendapatan cukai negara sejak tahun 1560. Ia memperkenalkan sistem piawai untuk mengukur
berat dan ukuran, hasil pendapatan daerah, dan kepegawaian. Caranya yang teratur lagi
sistematik berkenaan pemungutan cukai kemudian menjadi contoh pada kesultanan Mogul dan
kerajaan Inggris. Selain sebagai seorang menteri, ia turut melibatkan diri sebagai seorang

perwira, dan ia pernah menyertai Akbar dalam perebutan Benggala dengan pemberontak
Afghan. Raja Todar Mal belajar ilmu pemerintahannya dari Sher Shah, seorang yang juga pernah
menjadi seorang administrator. Karena jasanya, Akbar memberikan gelar "Diwan-I-Ashraf" pada
tahun 1582 kepadanya.

Makam Akbar yang Agung

Raja Man Singh ialah raja Kacchwaha di negeri Amber. (Kaum Kacchwaha kemudian mendirikan
Jaipur, berdekatan dengan Amber). Laksamana ini yang amat dipercayai Akbar ialah cucu
saudaranya. Keluarga sultan telah diberikan pangkat "amir" ketika dimasukkan ke dalam
susunan alur kerajaan Mogul. Raja Man Singh banyak mengabdi kepada Akbar di dalam
pelbagai medan tempur, termasuk menghalangi gerak maju Hakim (saudara tiri Akbar, dan
wizurai di Kabyul) di Lahore. Ia juga memimpin tentara untuk melawan Orissa.
Abdul Rahim Khan-I-Khan ialah seorang penyair, dan anak pengawas Akbar semasa baginda
kecil, Bairam Khan. Setelah Bairam Khan terbunuh akibat perbuatan khianat, isterinya menjadi
isteri kedua Akbar. Fagir Aziao Din dan Mullan Do Piaza merupakan 2 penasihat di dalam
kementerian Akbar.
Nama-nama lain turut disebut sebagai "permata" di dalam kerajaan Akbar. Di antaranya adalah
Daswant (pelukis), Abdu us-Samad (penulis tulisan tangan atau kaligrafi), Mir Fathullah Shiraz
(pedagang, filsuf, dokter). Bagaimana pun, adalah diakui bahawa Akbar pernah mengumpulkan
orang-orang yang bijaksana di dalam kesenian dan peperangan.

Tahun-tahun terakhir[sunting | sunting sumber]


Tahun-tahun terakhir pemerintahan Akbar diwarnai dengan kesedihan karena putera-putera
baginda. 2 di antaranya meninggal dunia semasa masih kecil, dan seorang lagi, Salim, yang
kemudian dikenali sebagai maharaja Jahangir, selalu cekcok dengan ayahandanya sehingga
tercetus beberapa pemberontakan yang dipimpinnya. Asirgarh, sebuah kubu pertahanan di
pegunungan Deccan, menjadi tempat terakhir yang ditaklukkan sultan. Pada tahun 1599 sultan
menuju ke utara untuk menghadapi pemberontakan anaknya. Akbar amat tidak tenteram dengan
tantangan ini, sehingga mempercepat mangkatnya sultan karena kejadian ini. Sultan Akbar
mangkat di Agra pada 15 Oktober 1605, dan dimakamkan di Sikandra, berdekatan Agra.

http://wawasansejarah.com/kebijakan-sultan-akbar-dinasti-mughal/
http://islamidia.com/dinasti-mughal-kerajaan-islam-di-india-yang-menyatukanislam-hindu-dan-agama-lainnya/

Anda mungkin juga menyukai