Anda di halaman 1dari 16

BAB XI

PERADABAN ISLAM DINASTI MUGHAL DI INDIA

A. Latar Belakang
Kemunculan Kerajaan Mughal di India mempunyai arti penting bagi
dunia Islam. Munculnya Kerajaan Mughal sebagai kekuatan baru yang
mengagumkan justru terjadi pada saat negara Islam lain sedang berada dalam
kemunduran dan kegelapan. Munculnya Kerajaan Mughal banyak membawa
kemajuan. Telah dikemukakan dalam uraian sebelumnya, bahwa kehadiran
Kerajaan Mughal bukanlah satu-satunya kerajaan Islam yang pernah ada di
India. Sebelum berdirinya kerajaan ini, keberadaan Kerajaan Islam tersebut
memang tidak berakar kuat tetapi memberikan andil yang besar dalam
mendorong pertumbuhan Islam di kawasan itu.
Pada masa Kerajaan Mughal, perkembangan agama Islam sangat
mengagumkan dikarenakan pada masa kerajaan ini penyebaran Islam ke
seluruh wilayah India banyak terjadi. Tentu saja, hal ini adalah prestasi
khusus yang ditorehkan Kerajaan Mughal di tengah berbagai kompleksitas
suku, ras, dan budaya masyarakat India, serta berbagai benturan keagamaan,
terlebih bahwa kawasan India adalah wilayah yang menjadi tempat lahir
sekaligus basis dari agama Hindu dan Budha.
Pengaruh Kerajaan Mughal terhadap dunia Islam cukup menonjol.
Sultan Babur menjadi penyiar Islam yang gagah perkasa. India yang
mayoritas penduduknya beragama Hindu dapat ditaklukkan, ia merupakan
perintis sekaligus pemimpin pertama dari Kerajaan Mughal. Ada beberapa
pemimpin dari Kerajaan Mughal, tetapi dari sekian banyak pemimpin itu, ada
satu pemimpin yang membuat penulis tertarik padanya karena pada masa
Sultan Akbar-lah Kerajaan Mughal mencapai puncak kejayaannya.

1
B. Asal-Usul Bangsa Mughal
Dalam sejarah bangsa Mughal ada satu nama yang sangat berpengaruh
dan berperan di dalamnya, yaitu Jengis Khan. Oleh sebab itu Jengis Khan
menempati urutan ke-21 dari 100 tokoh terkemuka. Khan adalah orang yang
berhasil menyatukan bangsa Mongolia dan kemudian mendirikan Kekaisaran
Mongolia dengan menaklukkan sebagian besar wilayah di Asia.
Asal-usul bangsa Mughal ini ada beberapa versi, menurut Siti
Zubaidah (TAHUN: HAL) dalam bukunya bangsa Mughal merupakan bangsa
yang berasal dari daerah pegunungan Mongolia yang membentang dari Asia
Tengah sampai ke Siberia Utara, Tibet Selatan dan Manchuria Barat serta
Turkistan Timur. Nenek moyang mereka bernama Alanja Khan, yang
mempunyai dua putera kembar, Tartar dan Mughal. Kedua putera itu
melahirkan dua suku bangsa besar, Mughal dan Tartar.
Kehidupan bangsa Mughal tetap sederhana dalam kurun waktu yang
sangat lama. Mereka mendirikan tenda-tenda dan berpindah-pindah dari
tempat satu ke tempat lainnya. Menggembala kambing dan berburu adalah
keseharian mereka untuk bertahan hidup. Mereka juga berdagang secara
tradisional untuk mencukupi kebutuhannya, seperti menukar kulit binatang
dengan kulit binatang yang lain, entah itu dari sesama bangsa Mughal
ataupun dari bangsa lain seperti bangsa Turki dan bangsa China yang menjadi
tetangga mereka.
Bangsa Mughal memiliki watak yang kasar, suka berperang, dan
berani menantang maut untuk mencapai apa yang mereka inginkan, dan itu
seperti umumnya bangsa Nomad, namun mereka sangat patuh kepada
pemimpinnya. Mereka adalah bangsa yang menganut Syamaniah
(Syamanism), menyembah bintang-bintang, dan menyembah matahari yang
sedang terbit (Zubaidah. 2016: 167).

C. Dinasti Mughal
Dinasti Mughal merupakan kerajaan Islam yang terletak di India, yang
beribukota di Delhi, dinasti ini berdiri antara tahun 1526-1858 M. Didirikan

2
oleh seorang peziarah dari Asia Tengah, bernama Zahiruddin Muhammad
Babur (1482-1530 M), yang merupakan salah satu cucu dari Timur Lenk dari
etnis Mongol, keturunan Jengis Khan. Dinasti ini berdiri pada saat di Asia
Kecil berdiri tegak sebuah kerajaan Turki Usmani dan di Persia kerajaan
Safawi. Ketiganya pada saat yang sama menjadi negara-negara adidaya di
Dunia. Mereka juga menguasai perekonomian, politik serta militer dan
mengembangkan kebudayaan (Zubaidah, 2016: 187).
Dinasti Mughal ini berdiri setelah seperempat abad berdirinya Dinasti
Safawiyah (1501 M) di Iran, dan setelah Dinasti Turki Usmani sudah dua
abad berdiri (1300-1918 M). Oleh karena itu, di antara tiga kerajaan besar
pada periode pertengahan, Dinasti Mughal ini merupakan dinasti paling baru
diantara ketiga dinasti.
Namun jauh sebelum itu, ekspansi Islam ke India sudah dilakukan
pada masa Dinsati Umayyah di Syria. Ketika itu Hajjaj ibn Yusuf panglima
perang Dinasti Umayyah mengirim pasukan ekspansi ke India di bawah
pimpinan Muhammad ibn Qasim dan Qutaibah ibn Muslim bersama 6.000
pasukannya. Mereka telah berjaya menguasai India bagian barat yang saat ini
menjadi negara Pakistan, Bukhara, Kandahar, Samarkhan, dan Sind. Namun
dalam ekspansi ini belum bisa menguasai seluruh wilayah India.
Ekspansi kedua dilakukan Dinasti Ghaznawiyah yang merupakan
suatu Dinasti yang didirikan oleh Alp Takim pada tahun 962 M, ia bersama
pengikutnya yang berbangsa Turki pergi menuju Gahaznah yang sekarang
bernama Kabul dan masih berada di wilayah Afganistan. Alp Takim
mendirikan Kerajaan Gahznah dan sekaligus menjadikan Gahznah menjadi
ibukota kerajaan mereka. Pada kepemimpinan Sultan Mahmud Al-Ghaznawi
merupakan puncak kejayaannya yang memimpin penaklukan ke India pada
penghujung abad ke-9 yang berhasil menguasai seluruh India dan berkuasa
disana sampai tahun 1186 M. Pertempuran yang dilakukan Mahmud Al-
Ghaznawi dalam menaklukkan India ia membawa 12.000 tentara berkuda,
30.000 tentara berjalan kaki, dan juga 300 tentara bergajah. Tercatat dalam
sejarah bahwa ia berhasil menaklukkan India sebanyak 7 kali peperangan.

3
Dialah orang pertama yang mencapai wilayah India yang begitu luas
sepanjang sejarah Islam dan telah meninggalkan jejak yang paling kokoh di
wilayah India.
Tujuan Mahmud Al-Ghaznawi menaklukkan wilayah India adalah
untuk memusnahkan patung-patung yang ada disana. Pada saat itu Mahmud
Al-Ghaznawi ditawari uang dalam jumlah besar agar tidak menghancurkan
patung-patung mereka, namun tawaran itu ia tolak. Maka patung-patung
(Pagoda) besar di Somuath ia musnahkan dan setelah itu ia pulang membawa
harta rampasan yang banyak. Ia rajin melakukan pertempuran setiap tahun ke
wilayah-wilayah yang terkenal dengan adanya penyembahan berhala. Perlu
dicatat, bahwa ia tidak pernah melakukan pembunuhan massal, namun setiap
kali ia melakukan pertempuran, ia hanya cukup bangga dengan panggilan
“Penghancur Berhala” (Syamruddin, 2013: 313).

D. Khalifah-Khalifah Dinasti Mughal


1. Sultan Humayun (1530-1556 M)
Babur meninggal pada tahun 1530 dengan meninggalkan dua putra
yakni Humayun dan Kamran. Kemudian yang naik menggantikan tahta
ayahnya adalah Humayun dengan dihadapkan dengan berbagai persoalan
gerakan desintegrasi dan ancaman usaha menjatuhkan tahtanya termasuk
dari saudaranya sendiri yaitu Kamran. Sultan Hamayun lebih banyak
menggunakan waktunya untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut.
Afghanistan merupakan ancaman paling besar. Kekuatan besar disiapkan
Sultan Hamayun untuk menghadapi Sher Khan (dari Afghanistan) yang
berusaha merebut Agra. Sultan Humayun sempat menyingkir dari Agra,
dan dengan adanya bantuan Shah Thomas dari Persia Humayun berhasil
menguasai kembali Agra pada tahun 1555 M. Humayun mempunyai putra
bernama Akbar yang lahir semasa pelarian, yang kelak akan
menggantikannya sebagai Sultan Dinasti Mughal.
2. Sultan Akbar (1556-1605 M)

4
Pada tahun 1556 M. Akbar menggantikan Ayahnya yang
kemudian terkenal sebagai sultan yang gagah berani dan memiliki prestasi
tinggi. Ketika naik tahta, Sultan Akbar baru menginjak usia 13 tahun,
sehingga kekuasaan kerajaan dipangku oleh wazir yang bernama Bairam
Khan. Wazir pulalah yang menjadi guru Sultan Akbar sejak kecil sampai
naik tahta. Setelah menginjak usia 18 tahun, Sultan Akbar mulai melepas
berbagai ketergantungan kepada orang lain. Upaya yang dilakukan Sultan
Akbar adalah melepaskan diri dari berbagai orang, termasuk keluarga, dan
bangsawan yang terlalu mempengaruhi dirinya. Sultan Akbar memiliki
cita-cita untuk membangun India sebagai negara yang besar. Prestasi
gemilang Sultan Akbar dalam bidang politik adalah kesuksesannya
mempersatukan berbagai daerah di India dalam kesultanan Moghul. Usaha
ini bukan hal yang mudah, mengingat pada masa tersebut masih
berkembangnya beberapa kerajaan Hindu dan Islam yang merdeka.
3. Sultan Jahangir (1605-1628 M)
Sultan Akbar memiliki putra bernama salim dan dinobatkan
sebagai raja Moghul selanjutnya dengan gelar Sultan Nurud’din
Muhammad Jahangir Pasha Ghazi. Sultan Jahangir sangat berbeda dengan
Ayahnya dalam menegakkan pemerintahan Moghul terutama dalam
menghadapi kelompok Hindu. Dia menghadapi konflik luar biasa dengan
anaknya sendiri, sampai kemudian meninggal tahun 1627 M. menyisakan
konflik kerajaan. Kedua putranya bernama Shah Jahan dan Azaf Khan
sama-sama berkeinginan menggantikan tahta ayahnya. Dan pada akhirnya
Shah Jahan memenangkan persaingan untuk menggantikan Sultan Jahangir
sebagai sultan Moghul (Yatim, 1993: 149).
4. Sultan Shah Jahan (1628-1658)
Pemerintahan pada masa Shah Jahan juga masih menghadapi
berbagai problem dalam negeri dan ancaman perebutan kekuasaan dari
negara-negara lain. Sultan Shah Jahan melanjutkan politik kakeknya
dengan melakukan penaklukan berbagai daerah untuk meredam
pemberontakan dan memperluas kerajaan (Hamzah, 1952: 19).

5
5. Sultan Aurangzeb Alamgir (1659-1707 M)
Shah Jahan memiliki putra bernama Aurangzeb yang diberi
kekuasaan di Decaan. Sultan Aurangzeb berhasil membuat stabilitas di
Decaan terutama dalam menghadapi kekuatan kerajaan Hindu yang masih
adanya penolakan kekuasaan Islam. Persaingan paling kuat adalah antara
Aurangzeb dengan Dara Sikhoh. Dalam persaingan tersebut Aurangzeb
berhasil mengalahkan Dara Shikoh, dan mengambil alih kekuasaan Sultan
Moghul pada tahun 1658 M.
6. Sultan Bahadur Shah/Muhammad Syah (1707-1712 M)
Aungrazeb memiliki tiga keturunan yakni Muazzam, Azzam, dan
Kambakhsh yang ketiganya saling berselisih untuk memperebutkan
warisan dinasti kerajaan. Dan yang lebih kuat, dan berhasil menobatkan
diri sebagai Sultan Mughal adalah Muazzam dengan gelar Sultan Bahadur
Shah/Muhammad Syah (Fauzan & Setiawan, 2022: HAL).
Kemajuan-kemajuan yang telah dicapai Sultan Akbar dapat
dipertahankan oleh tiga Sultan berikutnya, yaitu Jehangir (1658-1707 M),
Syah Jehan (1628-1658 M) dan Aurangzeb (1658-1707 M). Ketiganya
merupakan raja-raja besar Mughal yang didukung oleh kekuatan militer
yang sangat besar. Sedangkan sultan-sultan Dinasti Mughal berangsur-
angsur menurun dengan penguasanya yang lemah dan tidak dapat
dipertahankan lebih lanjut.
Adapun urutan-urutan penguasa kerajaan Mughal antara lain:
a. Zahiruddin Babur (1482-1530 M)
b. Humayun (1530-1539 M)
c. Akbar Syah I (1556-1605 M)
d. Jehangir (1605-1628 M)
e. Syah Jehan (1628-1658 M)
f. Aurangzeb (Alamgir I) (1658-1707 M)
g. Muazzam (Bahadur Syah I) (1707-1712 M)

6
h. Azimus Syah (1712 M)
i. Jihandar Syah (1712 M)
j. Farukh Siyar (1713-1719 M)
k. Muhammad Syah (1719-1748 M)
l. Ahmad Syah (1748-1754 M)
m. Alamghir II (1754-1759 M)
n. Syah Alam II (1759-1806 M)
o. Akbar II (1806-1837 M)
p. Bahadur Syah II (1837-1858 M) (NAMA, TAHUN: HAL).

E. Kemajuan Dinasti Mughal


Kemajuan dinasti Mughal puncaknya pada kepemimpinan Sultan
Akbar yang meliputi berbagai bidang yaitu:
1. Bidang Strategi Pemerintahan
Sistem pemerintahan dinasti Mughal merupakan sistem militeristik
yang mana Sultan adalah penguasa absolut, seorang kepala komandan
(Sipah Salar) merupakan pemegang pemerintahan daerah, sedangkan
pemimpin komandan (Fauzar) dipercayakan untuk memegang distrik.
Jabatan-jabatan sipil juga menggunakan jenjang kepangkatan bercorak
kemiliteran dan mewajibkan bagi seluruh pejabat sipil untuk mengikuti
latihan kemiliteran. Sultan Akbar kemudian menempuh kebijakan politik
Sulakhul atau Toleransi Universal yang memuat ajaran bahwa semua
rakyat India sama kedudukannya dan mereka tidak bisa dibedakan karena
etnis atau agama. Bahkan Akbar mempunyai pendapat dan keinginan yang
liberal untuk menyatukan semua agama menjadi suatu bentuk (Fauzan &
Setiawan, 2022: 62-63).
Kemajuan dinasti Mughal ini terjadi pada masa sultan Akbar,
karena pada masa ini dinasti Mughal melakukan ekspansi-ekspansinya ke
berbagai wilayah, sehingga wilayah kekuasaannya menjadi luas. Seperti
wilayah Kashmir yang berhasil ia kuasai pada tahun 1586 M. Kemudian
menaklukkan Shind di sebelah barat laut Delhi pada tahun 1590 M dan

7
Orissa di sebelah timur dapat dikuasainya pada 1592 M. Dan juga kerajaan
Deccan pada tahun 1596 M. Wilayah Narnala dikuasai pada tahun 1598
M, kemudian Ahmadnagar 1600 M. Dan Asitgah pada tahun 1601 M.
Wilayah yang sangat luas itu diperintah oleh Sultan Akbar
menggunakan sistem pemerintahan militeristik, atau dengan tangan besi.
Bukan itu saja bahkan semua pejabat diwajibkan untuk mengikuti latihan
kemiliteran.
2. Kemajuan Bidang Politik
Dari aspek politik, Sultan Akbar menggunakan Sistem politik
toleransi, maksudnya yaitu semua penduduk atau rakyat India, dipandang
sama. Walaupun ada beberapa etnis namun mereka tidak membeda-
bedakannya.
Tidak lama setelah Sultan Akbar melakukan ekspansi yang sangat
luas sebagai yang tersebut di atas, ia pun meninggal dunia pada tahun 1605
M. Kejayaan yang telah dicapainya masih dapat diteruskan oleh tiga orang
Sultan berikutnya yaitu: Sultan Jehangir (1605-1628 M), Syah Jehan
(1628-1658 M), dan Aurangzeb (1658-1707 M). Setelah mereka bertiga,
kemajuan Dinasti Mughal tidak dapat diteruskan lagi oleh Sultan-Sultan
berikutnya (As’Adurrofik, TAHUN: 206).
3. Bidang Pengetahuan
Pada zaman ini banyak lahir mausu’at dan mu’jamat (buku
kumpulan berbagai ilmu dan masalah kira-kira seperti ensiklopedia),
sehingga pada zaman ini sering juga disebut zaman mausu’at. Dalam masa
ini juga lahir pemikir-pemikir baru namun ijtihadnya hanya sebatas
mazhab (Hasyim, 1975: 308).
4. Kemajuan Bidang Ekonomi
Melalui pertanian, pertambangan dan perdagangan Dinasti Mughal
mengalami kemajuan di bidang ekonomi. Pada sektor pertanian, hubungan
komunikasi antara pemerintah dengan petani diatur dengan baik.
Kelompok petani dipimpin langsung oleh seorang Mukaddam. Maka
melalui para Mukaddam itulah pemerintah berhubungan dengan petani.

8
Pemerintah membuat aturan bahwa sepertiga dari hasil panen merupakan
hak negara. Hasil pertanian yang diprioritaskan ketika itu adalah biji-
bijian, padi, kacang, tebu, sayur-sayuran, rempah-rempah, tembakau,
kapas dan bahan-bahan celupan. Selain untuk kebutuhan dalam negeri,
hasil pertanian mereka juga diekspor ke luar negeri, seperti ke Eropa,
Afrika, Arabia, dan Asia Tenggara. Untuk meningkatkan produksi, Sultan
Jehangir mengizinkan Inggris (1611 M) dan Belanda (1617 M) mendirikan
Pabrik pengolahan hasil pertanian di tanah Surat.
5. Kemajuan Bidang Seni Budaya
Banyaknya bermunculan berbagai karya sastra di India pada masa
Dinasti Mughal. Dalam syariat Islam tidak ada pemisahan antara politik
dan ibadah, antara imam dan pemimpin pemerintahan. Tiap sendi
kehidupan manusia terintegrasi dalam nilai-nilai agama. Peran pemimpin
pemerintah bukan hanya sekedar melaksanakan roda pemerintahan, akan
tetapi juga sebagai imam yang memiliki pengetahuan keagamaan yang
tinggi dan pantas untuk diteladani. Oleh sebab itu bukan hanya ulama saja,
namun raja dan para pemimpin pemerintahan juga ikut andil dalam
membuat karya seni dan sastra. Pencapaian terbesarnya adalah
dibangunnya istana Fatfur Sikri di Sikri, villa dan masjid-masjid yang
indah. Pada masa Syah Jehan juga dibangun masjid berlapiskan mutiara
dan Taj Mahal di Agra, masjid Raya Delhi, dan Istana di Lahore. Seni
lukis, gubahan syair, dan munculnya sejarawan pada masa Aurangzeb
(Yatim, 2002: 150-151).

F. Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Mughal


Ada dua faktor yang mempengaruhi budaya Mughal: faktor internal
dan eksternal. Salah satu faktor tersebut menghasilkan hubungan yang sangat
berbeda dengan faktor lainnya.
1. Faktor Internal
a. Tidak Adanya Kejelasan Suksesi

9
Ketidak jelasan suksesi menimbulkan berbagai kemelut
berkepanjangan antara para anggota keluarga kerajaan yang merasa
berwenang dan mampu untuk menjadi raja, perebutan kekuasaan
melalui kekerasan dan fakta bahwa perang saudara sering tidak
terhindarkan lagi (Mahmudunnasir, 1994: HAL). Raja Aurangzeb
didirikan setelah dia menjalankan sejumlah misi saudi, antara lain
Murad, Syuja, dan Syikoh. TIDAK JELAS MAKSUDNYA
(Mahmudunnasir, 1994: 368-369).
Menurut Israr (1978), ilmu Aurangzeb diturunkan dari satu
generasi ke generasi berikutnya dan kemudian diserahkan kepada
Bahadur Syah, yang membangun masjid di Rayput yang pada akhirnya
menjadi ibu kota Mughal (Israr, 1978: 108). Akibatnya dalam hal ini,
Bahadar Syah yang juga dikenal sebagai Azimuz Syah dibunuh oleh
Zulkifar Khan, saudara laki-laki Azad Khan dan Wazir Aurangzeb.
Setelah Azimuz Syah pergi, seorang pria bernama Jihandar Syah
membantu Azimuz Syah memenangkan tahta, tetapi Farukh Syah
adalah orangnya yang memberikannya dan dia meninggal pada tahun
1713. Farukh Syah tidak berumur panjang, karena dia meninggal pada
tahun 1719 saat bekerja di sebuah gedung, dan Muhammad Syah
meninggal pada tahun 1748, setelah Nadir Syah, putra Afsyar, menjadi
orang pertama. untuk menggantikan Safaw. Akibatnya, konflik internal
yang muncul darinya mulai terpecah, mempengaruhi baik individu
maupun kolektif. Contohnya adalah konflik internal yang muncul
darinya. Ada sejumlah alasan mengapa orang cenderung setia, termasuk
fakta bahwa mereka cenderung memegang berbagai posisi
kepemimpinan, seperti Hiderabat dan Nizam al Mulk, Marathas di
bawah Shivaji, Rajput di bawah Si Jai Singh, Punjab di bawah
kelompok Sikh, Oudh di bawah Sadat Khan, dan Bengal di bawah
Syuja' al Din, serta wilayah-wilayah pantai yang mungkin akan dibahas
oleh para pedagang. TIDAK JELAS MAKSUDNYA
b. Lemah dari Pewaris Tahta Kerajaan TIDAK JELAS MAKSUDNYA

10
Kebanyakan pewaris tahta kerajaan, setelah kematian
Aurangzeb, adalah seorang individu yang menjadi pemimpin dalam
kepemimpinan. Hal ini menarik karena fakta bahwa 29 Sultan yang
bertanggung jawab atas kerajaan Mughal setidaknya memiliki satu saja
yang lain. harus menunggu paling sedikit 20 tahun (Boswirh, 1993:
235).
Akibatnya, pemilihan kemungkinan besar dipertimbangkan
dalam bangun yang relevan dengan individu, karena ada yang memiliki
lebih dari satu bulan. Ada sejumlah orang yang mungkin dapat
mencapai lham di antara orang-orang yang tercerahkan. Namun,
meskipun mereka melakukannya, mereka tidak akan diperhatikan oleh
kebanyakan orang. Beberapa dari orang-orang ini dapat ditemukan di
kalangan kesultanan, seperti Nashir al Din Muhammad Syah, yang lahir
pada tahun 1739 M. dan memprakarsai boneka dari keluarga Nashir
Syah ke dalam keluarga Mughal (Yatim, 1996:160), dan Jalal al-dina
Alam menjabat sebagai mitra Afghanistan Ahmad Khan Durrani
sementara juga menjabat sebagai Sultan (Yatim, 1996: 161).
Mengingat hal ini, pada masa pemerintahan Sultan Akbar II,
anggota masyarakat berkonsultasi dengan KIE untuk mempromosikan
penggunaan negara oleh India dengan imbalan kompensasi untuk
kesejahteraan raja dan negara. Hal ini berarti, kekuatan sebenarnya
sudah berada di tangan Inggris, meskipun Jabatan dan gelar Penguasa
masih dapat dipertahankan (Yatim, 1996:162).
c. Pola Kehidupan Mewah dan Boros
Pola kehidupan mewah dan boros dipraktikkan oleh penguasa
elit, yang berarti ada banyak tekanan pada pemerintah nasional untuk
melaksanakan pajak, terutama untuk kepentingan hewan peliharaan di
pedesaan dan kota lain (Mu'nis, 1973: 85).
Antara lain, Sultan Akbar menggunakan metode ini untuk
membangun sejumlah masjid dan gereja yang mengesankan, termasuk
Fadifur (Fathpur) Sikri pada tahun 1560 M., dan Syah Jehan, wakil

11
bangsa, menggunakan metode ini untuk membangun masjid dan gereja
yang keduanya sangat mengesankan, dan dia juga menggunakannya
untuk membuat burung yang penuh dengan emas dan benda berharga
lainnya (Israr, 1978: 107).
Taj Mahal dibangun di Agra pada tahun 1613 oleh Mumtaz
Mahal, anggota keluarga Mahatma, sebagai hadiah ulang tahun. Taj
Mahal terbuat dari albast (marmer putih) dan berukuran 100 x 110
meter. Ini memiliki empat pintu masuk yang berjarak 20 meter.
Dibangun di Persia dan memiliki kubah sepanjang 80 meter. Itu
dibangun untuk membantu orang-orang yang belum pernah ke India
sebelumnya. Hasilnya, Syah Jehn mampu mengumpulkan perwakilan
dari Italia, Persia, dan negara-negara di Timur Tengah dan Afrika
Utara, serta 20.000 orang selama 17 tahun. Menurut Israr (1978),
dengan adanya ruang yang cukup luas, permaisury dapat terurai dengan
sendirinya setelah terbentuk sebuah makam yang cukup besar dan berisi
berbagai permata lazuardi, zabarajad, dan lain-lain.114- 115),
menandakan bahwa ia adalah warga lanjut usia dan anggota dari
keajaiban satu bangsa. Keesokan harinya, berbagai kemewahan dan
pemborosan menunjukkan kurangnya kesenangan di kalangan rakyat
yang dianggap ikut bebani dengan kenaikan pajak. dan pungutan,
sehingga meningkatkan perekonomian nasional.
d. Kebijakan Puritanisme
Kebijakan puritanisme dipraktikkan oleh sultan Aurangzeb dan
para pemimpin agama Hindu dengan cara yang mirip dengan Islam,
sehingga menjadikan India sebagai negara Islam dan mempromosikan
berbagai praktik sosial yang telah diadopsi oleh umat Hindu (Hodgson,
1974:96), di yang dibahas tentang kejahatan yang mendiskriminasi
umat Hindu dan Muslim (Boswirh, 1993: 237), umat Hindu dipengaruhi
dan dipengaruhi oleh arsitektur Mughal, yang menyebabkan
berkembangnya berbagai ritual, termasuk yang dilakukan oleh

12
Marathas di Santaji Ghjorpade's dan Dhanaji istana Jadev
(Mahmudunnasir, 1994: 373).
e. Pemaksaan Ajaran Syi'ah
Pemaksaan Ajaran Syi'ah ini ditulis oleh Muazzam putra Sultan
Aurangzeb yang tinggal di Kabul dengan nama Bahadur Syah dari
tahun 1707 sampai 1712 M. Menurut Boswirh (1993: 273), ajaran ini
diturunkan dari Sultan Mughal kepada Syah Jehan, seorang penguasa
adil yang membantu menyebarkan Islam Sunni ke seluruh Asia dan
India.
Menurut Badri Yatim (1996: HAL), Mughal berada di Lahore
pada saat Penduduk Perlawanan, dimana dia menjabat sebagai Sultan
pada saat dia memimpin Penduduk Perlawanan. TIDAK JELAS
MAKSUDNYA
2. Faktor Eksternal
Adanya pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh Hindu
dan Sikh, selain akibat kebijakan politik dan ekonomi para penguasa
Mughal, selain akibat kebijakan politik dan ekonomi para penguasa
Mughal, selain akibat kebijakan politik dan ekonomi Ketika banyak orang
meminjam uang dari Anda, seperti wanita dan anak-anak, kota ini akan
berlaku, memungkinkan Anda memanfaatkan nyala api yang sangat
berharga bagi Sultan Akbar (Israr, 1978: 105).
Ini adalah salah satu tradisi tertua, dan dimulai oleh Nadir Syah
pada tahun 1739, ketika dia menyadari bahwa kerajaan Mughal memiliki
banyak pengaruh terhadap rakyat Afghanistan di Persia.
Hal ini mirip dengan proses yang dilakukan oleh Ahmad Khan
Durrani di Afganistan pada tahun 1761 M, yang berujung pada berdirinya
dinasti Mughal saat itu. Namun, Syah Alam adalah raja pertama, dan baru
setelah itu digunakan untuk mendirikan Sultan (Boswirh, 1993: 238).
Datangnya kekuatan Inggris dan dibentuknya EIC pada saat dinasti
Mughal lemah yang dimana Inggris memperkuat militernya di daerah
perdagangan yang ia kuasai. Pengganti Syah Alam memberikan konsesi

13
pada EIC untuk mengembangkan perdagangan di India, dengan syarat
menjamin penghidupan raja dan keluarga istana. Hal itu membuat konflik
antara Bahadur Sah dengan Inggris.
EIC mengalami kerugian akibat ekonomi pemerintahan tidak
efisien. Oleh karena itu, EIC memberlakukan pemungutan pajak kepada
rakyat india namun mereka merasa tertekan dan memilih Bahadur Sah
sebagai pemimpin pemberontakan. Pihak Inggris mampu menghancurkan
kekuatan rakyat Indisa yang kemudia Bahadur Sah diusir dari istana pada
1885 M. Dengan demikianlah berakhirnya dinasti Mughal di India (Fauzan
& Setiawan, 2022: 73-74). TIDAK JELAS MAKSUDNYA

G. Simpulan
Awal berdirinya Dinasti Mughal merupakan babak baru dunia Islam
di Asia. Dinasti Mughal didirikan oleh Zahirudin Babur. Pada masa
pemerintahannya, ia mendapatkan berbagai macam pemberontakan yang
dilakukan oleh lawan politiknya, tetapi ia dapat mengatasinya. Ia wafat pada
1530 M dan digantikan oleh puteranya, Humayun. Pada masa Humayun,
Kesultanan Mughal mendapatkan beberapa pemberontakan yang dilakukan
oleh lawan politiknya, salah satunya adalah kekalahannya dari Sher Shah Suri
yang mengakibatkan ia harus keluar dari India. Tetapi ia dapat merebut
kembali Dinasti Mughal pada 1555 M.
Pada masa setelah Humayun, Kesultanan Mughal mengalami
perkembangan, terutama pada masa Sultan Akbar, Shah Jahan, dan
Aurangzeb. Pada masa Akbar ditandai dengan perluasan wilayah yang
menjadi tujuannya untuk mempersatukan India di bawah pemerintahannya,
dan administrasi pemerintahan yang stabil. Pada masa Shah Jahan, kesultanan
mengalami kemajuan di bidang seni arsitektur. Perjalanan Aurangzeb untuk
mendapatkan tahta Mughal terbilang sulit, karena harus melakukan kudeta
kekuasaan terhadap saudara-saudaranya. Hal ini dilakukan karena saudara-
saudaranya dianggap tidak pantas meneruskan ayahnya, sehingga ia
melakukan kudeta terhadap saudaranya tersebut.

14
DAFTAR PUSTAKA

Adang Affandi, JUDUL, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

As’Adurrofik, M. (t.t.). SEJARAH PERADABAN ISLAM TIGA KERAJAAN

BESAR. 22.

Boswirh, C.E. (1993). Dinasti-Dinasti Islam. Terjemahan oleh Ilyas Hasan

Fauzan, E. H., & Setiawan, A. M. (2022). Lahirnya Tiga Kerajaan Besar Islam

Pada Abad Pertengahan (1250-1800 M). JURNAL ??? 3 (1).

Hamzah, Amal. (1952). Dunia Sekitar Kita, Pakistan Sebuah Negara Islam Muda.
KOTA: PENERBIT.

Hasyim, A. (1975). Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Israr, C. (1978). Sejarah Kesenian Islam. Jilid 2. Jakarta: Bulan Bintang.

Jakarta: Djambatan.

Mahmudunnasir, Syed. (1994). Islam Konsepsi dan Sejarahnya. Terjemahan oleh


Mu’nis, Husain. 1973. ‘Alam al Islami. Mesir: Dar al Ma’arif.

Nasution, Syamruddin. (2013). Sejarah Peradapan Islam. Cet. 3. Riau: Yayasan

Publishing pustaka Riau. Jurnal Mahasiswa Program Studi Sejarah


Peradaban Islam. Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

Yatim, Badri. (2002). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Press.

Yatim, Badri. (2013). Sejarah Perdaban Islam. Cet.15. Jakarta: Raja Grafindo.

15
Zubaidah, Siti. (2016). Sejarah Perdaban Islam. Medan: Perdana

16

Anda mungkin juga menyukai