Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kemunduran dan kehancuran Dinasti Abbasiyah yang menjadi awal
kemunduran dunia Islam terjadi dengan proses kausalitas sebagaimana yang
dialami oleh dinasti sebelumnya. Konflik internal, ketidakmampuan khalifah
dalam mengkonsolidasi wilayah kekuasaannya, budaya hedonis yang melanda
keluarga istana dan sebagainya. Kemunduran umat Islam dalam dunia politik
ini mengalami kemajuan ketika muncul dan berkembang tiga kerajaan Islam,
yaitu kerajaan Usmani yang didirikan oleh Usman putra Ertoghol, kerajaan
Syafawi di Persia yang didirikan oleh Saifuddin, dan kerajaan Mughal di India
yang didirikan oleh Zahiruddin Babur.
Tiga kerajaan besar ini terbagi dibeberapa wilayah yaitu Kerajaan
Usmani di Turki, Kerajaan Safawi di Persia dan Kerajaan Mughal di India.
Kerajaan Usmani meraih puncak kejayaan di bawah kepemimpinan Sultan
Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566 M). Kerajaan safawi, Syah Abbas I
membawa kerajaan tersebut meraih kemajuan dalam 40 tahun periode
kepemerintahannya dari tahun 1588-1628 M. Dan di Kerajaan Mughal meraih
masa keemasan di bawah Sultan Akbar (1542-1605 M).
Kemunculan tiga kerajaan besar ini telah banyak memberikan kontribusi
bagi perkembangan peradaban islam. Akan tetapi, Seperti takdir yang telah
Allah tentukan di setiap kejayaan tentu akan berganti dengan kemunduruan
bahkan sebuah kehancuran. Demikian pula yang terjadi pada tiga kerajaan
besar ini, masing masing kerajaan mengalami fase kemunduran dengan
kecepatan yang berbeda beda.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana berdirinya tiga kerajaan besar?
2. Bagaimana kemajuan tiga kerajaan besar?
3. Bagaimana kemunduran tiga kerajaan besar?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami berdirinya tiga kerajaan besar.
2. Untuk mengetahui dan memahami kemajuan tiga kerajaan besar.
3. Untuk mengetahui dan memahami kemunduran tiga kerajaan besar.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Masa Berdirinya Tiga Kerajaan


1. Kerajaan Turki Utsmani
Kerajaan turki usmani telah muncul pada periode yang biasanya di
sebut periode mongol. Negara bagian yang di pimpin oleh usman, pendiri
dinasti di akhir abad ke-13, pada awalnya hanyalah salah satu bagian
terkecil dari pemerintahan turkis dan anatolia. Mereka masuk Islam sekitar
abad ke sembilan dan sepuluh, ketika mereka menetap di asia Tengah .
dibawah tekanan serangan-serangan Mongol pada abad ke-13, mereka
melarikan diri ke daerah barat dan mencari tempat pengungisan di tengah-
tengah saudara-saudara mereka, orang-orang turki Seljuk, di dataran tinggi
Asia Kecil. Disana, dibawah pimpinan Ertoghrul, mereka mengabddikan
diri kepada Sultan Alauddin II, Sultan Seljuk yang kebetulan sedang
berperang melawan Byzantium. Berkat bantuan mereka, sultan Alauddin
mendapat kemenangan. Atas jasa tersebut, Alauddin menghadiahkan
sebidang tanah di Asia Kecil yng berbatasan dengan Byzantium. Sejak saat
itu mereka terus membina wilayah barunya dan memilih kota Syukud
sebagai ibu kota.
Ertoghrul meninggal dunia pada tahun 1289 M. Kepemimpinan
dilanjutkan oleh putranya, Usman. Putra Ertoghrul inilah yang dianggap
sebagai pendiri kerajaan Usmani. Usman memerintah antara tahun 1290-
1326 M. Sebagaimana ayahnya, ia banyak berjasa kepada Sultan Alauddin
dengan keberhasilanya menduduki bentengbenteng byzantium yang
berdekatan dengan kota Broessa. Pada tahun 1300 , bangsa mongol
meyerang kerajaan Saljuk dan Sultan alauddin terbunuh. Kerajaan saljuk
rum ini kemudian terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan kecil. Usman
pun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh aatas daerah yang
didudukinya. Sejak saat itulah kerajaan usmani dinyatakan berdiri. Penguasa
pertamanya adalah usman yang sering disebut Usman I.

3
Setelah usman I mnegumukan dirinya sebagai padisyah al-Usman
(raja besar keluarga usman) tahun 669 H (1300M), setapak demi setapak
kekuasaan wilayah dapat diperluas. Ia menyerah daerah perbatasan
Byzantium dan berhasil menaklukan Boessa tahun 1317 M, kemudian pada
tahun 1326 dijadikan sebagaai ibu kota kerajaan. Pada masa pemerintahan
Orkhan (1326-1359 M) kerajaan turki Usmani ini dapat menaklukan Azmir
( Smirna) tahun 13227 m, Thawasyanli (1330M), uskandar (1338 M),
Ankara (1354 M) dan Gallipoli (1356 M). Daerah ini adalah bagian benua
eropa yang pertama kali diduduki kerajaan Usmani.

2. Kerajaan Persia Safawi


Daulah safawiyah (1501-1736 M) berasal dari sebuah gerakan tarekat
yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan, Iran. Tarekat ini diberi
nama tarekat Safawiyah didirikan pada waktu yang hampir bersamaan
dengan Daulah Turki Usmani di Asia Kecil. Nama Safawiyah diambil dari
nama pendirinya Safi al-Din (1252-1334 M).
Pengikut tarekat ini sangat teguh memegang ajaran agama. Pada
mulanya gerakan tarekat Safawiyah ini bertujuan memerangi orang yang
ingkar dan orang yang mereka sebut ahlul bid’ah. Keberadaan tarekat ini
semakin penting setelah berubah dari tarekat kecil yang bersifat lokal
menjadi gerakan keagamaan yang besar artinya di Persia, Syria dan
Anatolia. Di daerah di luar Ardabil, Saf al-Din menempatkan wakilnya yang
memimpin murid-muridnya yang diberi gelar “kalifah”.1
Dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama murid-murid tarekat ini
berubah menjadi tentara-tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan
mazhab Syi’ah dan menentang setiap orang yang tidak bermazhab Syi’ah.
Gerakan Safawiyah selanjutnya bertambah luas dan berkembang sehingga
yang pada mulanya hanya gerakan keagamaan saja berkembang dan
bertambah menjadi gerakan politik.

1
Hamka, Sejarah Umat Islam, Jilid 3, Jakarta: Bulan Bintang, 1981, h. 60.

4
Di bawah pimpinan Ismail, pada tahun 1501 M pasukan Qizilbash
menyerang dan mengalahkan AK. Koyunlu di Sharur dekat Nakhchivan.
Pasukan ini terus berusaha memasuki dan menaklukkan Tabriz, ibu kota AK
Koyunlu dan berhasil merebut dan mendudukinya. Di kota ini, pada tahun
1501 M., Ismail memproklamirkan berdirinya Daulah Safawiyah dan
dirinya sebagai raja pertama dengan ibu kotanya Tabriz. Demikianlah
sejarah lahirnya Daulah Safawiyah yang pada mulanya merupakan suatu
aliran yang bersifat keagamaan berfaham Syi’ah. Kemudian akhirnya
menjadi Daulah besar yang sangat berjasa dalam memajukan peradaban
Islam, walaupun tidak dapat menyamai Daulah Abbasiyah di Baghdad,
Daulah Umayyah di Spanyol dan Daulah Fatimiah di Mesir pada waktu
jayanya ketiga Kerajaan tersebut.
3. Kerajaan India Mughal
Daulah Mughal (1526-1858 M) ini berdiri di anak benua India,
seperempat abad setelah berdirinya Daulah Safawiyah (1501- M) di Iran,
sementara Daulah Turki Usmani sudah dua abad sebelumnya (1300-1918
M). Oleh karena itu, di antara tiga kerajaan besar pada periode pertengahan,
Daulah Mughal inilah yang paling muda. Tetapi jauh sebelum ini, ekspansi
Islam ke India sudah dilakukan pada masa Daulah Umayyah di Syria.
Sedangkan Al-karakhi, Syafi’iyah , dan Hanabilah mengatakan bahwa i’arah
atau ariyah adalah kebolehan mengambil manfaat dari barang yang
dipinjamkan kepada peminjam. Dengan demikian menurut kelompok kedua
ini ariyah itu merupakan akad ibadah. Ketika itu Hajjaj ibn Yusuf panglima
perang Daulah Umayyah mengirim pasukan ekspansi ke India di bawah
pimpinan Muhammad ibn Qasim dan Qutaibah ibn Muslim bersama 6.000
tentara. Mereka telah berhasil menguasai India bagian barat, yaitu (kini
Pakistan), Bukhara, Kandahar, Samarkhan, dan Sind.2 Akan tetapi seluruh
India belum dapat dikuasai dalam ekspansi yang pertama ini.
Ekspansi kedua dilakukan Daulah Ghaznawiyah - suatu Daulah - yang
didirikan oleh Alp Takim pada tahun 962 M, ia bersama pengikutnya

2
Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, Bandung: Rosda Bandung, 1988, h. 163.

5
berbangsa Turki pergi ke Gahaznah (Kabul) sekarang, dalam wilayah
Afganistan, mendirikan Kerajaan Gahznah dan menjadikan Ghaznah
sebagai ibu kota kerajaan mereka. Puncak kejayaannya ada pada Sultan
Mahmud Al-Ghaznawi yang memimpin penaklukan ke India pada
penghujung abad ke-9 yang berhasil menguasai seluruh India dan berkuasa
di sana sampai tahun 1186 M.
Peperangan yang dilakukan Mahmud Al-Ghaznawi menaklukkan
India dilengkapi dengan 12.000 tentara berkuda, 30.000 tentara berjalan
kaki, 300 tentara bergajah. Dalam sejarah tercatat bahwa ia menaklukkan
India sebanyak 7 kali peperangan. Dialah orang yang pertama kali mencapai
wilayah India yang begitu luas sepanjang sejarah Islam dan telah
meninggalkan jejak yang paling kokoh di India.3
Misi Mahmud Al-Ghaznawi menaklukkan India adalah untuk
menghancurkan berhala-berhala yang ada di sana. Ketika itu dia ditawari
uang dalam jumlah besar agar tidak menghancurkan berhala-berhala
mereka, tawaran itu ditolaknya. Maka berhala (Pagoda) besar di Somuath
dihancurkannya dan setelah itu ia pulang membawa harta rampasan yang
banyak. Ia terus melakukan peperangan setiap tahun ke wilayah-wilayah
yang terkenal ada penyembahan berhala. Perlu dicatat, bahwa ia tidak
pernah melakukan pembunuhan massal, setiap kali melakukan peperangan,
tetapi ia hanya cukup bangga dengan panggilan “Penghancur Berhala”.
Sebagai gambaran betapa besarnya “Berhala Pagoda” yang dihancurkannya
di Somuath tersebut, pagoda itu adalah yang terbesar dan terindah masa itu.
Untuk melayani pagoda itu saja dikerahkan 2.000 orang Brahmin sebagai
pekerja.
Di belakang hari berdirilah Daulah Mughal di India, yang didirikan
oleh Zahiruddin Babur, seorang penguasa Ferghana (1482-1530), salah satu
dari cucu Timur Lank dan menjadikan Delhi sebagai ibu kotanya. Ayahnya
bernama Umar Mirza, penguasa Ferghana, sehingga Babur mewarisi daerah
Ferghana dari ayahnya, ketika itu ia masih berusia 11 tahun.

3
Op.cit. h. 123.

6
B. Masa Kemajuan Tiga Kerajaan
1. Kerajaan Turki Usmani
Daulah Turki Usmani adalah satu-satunya daulah di antara sekian
banyak Daulah yang ada dalam Islam yang berhasil menaklukkan
Konstantinopel walaupun sudah banyak Daulah yang berusaha
menaklukkannya sebelumnya.Turki Usmani kembali menyumbangkan
wilayah yang cukup luas bagi dunia Islam, mereka berhasil melakukan
ekspansi Islam ke Eropa Timur. Bahkan mereka adalah satu-satunya yang
berhasil menaklukkan Konstantinopel yang menjadi ibu kota Kerajaan
Romawi itu oleh Sultan Muhammad Al-Fatih (Sang Penakluk) pada tahun
1453 M. Maka dengan dikuasainya Konstantinopel itu pintu ekspansi ke
Eropa semakin menjadi sukses dan terbuka.
Puncak kejayaan Turki Usmani dalam memperluas wilayah ekspansi
adalah di tangan Sultan Sulaiman I (1520-1566) yang terkenal dengan
sebutan Sulaiman Agung dan Sulaiman Al-Qanun. Di bawah
pemerintahannya wilayah kekuasaan Turki Usmani meliputi; Afrika Utara,
Mesir, Hijaz, Irak, Armenia, Asia Kecil, Balkan, Yunani, Bosnia, Bulgaria,
Hongaria, Rumania sampai ke batas sungai Danube; dengan tiga lautan,
yaitu Laut Merah, Laut Tengah dan Laut Hitam.4
Pada kesuksesan Sultan Murad I di Eropa itu diiringi pula
kesuksesannya melakukan penaklukan di Asia. Kerajaan Karman (pecahan
dari kerajaan Ilkhan) ditaklukkan. Suatu hal penting yang dilakukan Sultan
Murad I ialah memilih pemuda pemuda Kristen setelah masuk Islam dididik
menjadi militer, sehingga lahirlah tentara elit Turki yang diberi nama
dengan “Yenisari”.
Masa puncak kejayaan Turki Usmani ada pada tiga orang Sultan,
yaitu:
a. Sultan Muhammad II (1451-1484 M) bergelar “Al-Fatih” Sang
Penakluk”.

4
Ensiklopedi Islam, Jilid 4, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, h. 115.

7
Dia dapat mengalahkan Bizantium dan menaklukkan
Konstantinopel yang sudah direncanakan dulu oleh Sultan Bayazid.
anaknya Sultan Salim I (1512-1520 M) dan Sultan Sulaiman I Al-Qanun
(1520-1566 M).
b. Sultan Salim (1512-1520 M).
Periode Sultan Sultan Salim I ini adalah periode peralihan dari
kesultanan ke kekhalifahan. Selain itu, dia pun mengalihkan perhatian
ekspansinya dari dunia Barat ke dunia Timur dengan menaklukkan
Persia, Syria dan Daulah Mamalik di Mesir. Kalau para pendahulunya
lebih memusatkan perhatian mereka melakukan ekspansi ke Benua
Eropa, maka pada masanya perhatian lebih diarahkan ke dunia Timur.
c. Sultan Sulaiman I Al-Qanun (1520-1566 M).
Sulaiman berhasil menundukkan Irak, Belgrado, Pulau Rodhes,
Tunis, Syria, Hijaz dan Yaman pada tahun 1529 M. Dengan demikian,
pada masanya luas wilayah kekuasaan Turki Usmani mencapai
klimaksnya, hal itu mencakup dari Asia Kecil, Irak, Armenia, Syria,
Hijaz dan Yaman di Asia; Mesir, Libia, Tunis dan Aljazair di Afrika; dan
Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria dan Rumania di Eropa.
2. Kerajaan Persia Safawi
Selama Daulah Safawiyah berkuasa di Persia (Iran) di sekitar abad ke-
16 dan ke-17 M, masa kemajuannya hanya ada di tangan dua Sultan, yaitu:
Ismail I (1501- 1524 M), dengan puncak kejayaannya pada masa Sultan
Syah Abbas I (15581622 M).
a. Sultan Ismail (1501-1524)
Melakukan ekspansi untuk memperluas kekuasaannya tersebut.
1) AK. Kuyunlu di Hamadan (1503 M),
2) Propinsi Kaspia di Nazandaran, Gurgan dan Yazd (1504 M),
3) Diyar Bakr (1505-1507 M),
4) Baghdad dan daerah barat daya Persia (1508 M),
5) Sirwan (1509 M) dan Khurasan (1510 M).

8
Dengan demikian hanya dalam waktu sepuluh tahun dia telah dapat
menguasai seluruh wilayah di Persia.
Terjadi persaingan segi tiga antara pimpinan sukusuku Turki,
pejabat-pejabat Persia dan tentara Qishilbash dalam memperebutkan
pengaruh dan kekuasaan untuk memimpin Daulah Safawiyah. Kondisi
yang memprihatinkan tersebut baru dapat diatasi setelah Sultan kelima
Daulah Safawiyah Abbas I, naik tahta. Ia memerintah Daulah Safawiyah
selama empat puluh tahun.
b. Syah Abbas (1588-1628 M).
Segera setelah Sultan Syah Abbas I diangkat menjadi Sultan, ia
berhasil memulihkan keadaan daulah safawiyah
1) membentuk pasukan baru yang kemudian disebutnya dengan pasukan
“Ghullam”
2) Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani, dengan syarat,
Abbas I terpaksa menyerahkan wilayah Azerbaijan, Georgia dan
sebagian wilayah Luristan. Selain jaminan itu, juga Abbas I berjanji
tidak akan menghina tiga khalifah pertama dalam Islam (Abu Bakar,
Umar ibn Khattab dan Usman ibn Affan) dalam khutbah-khutbah
Jum’at. Sebagai jaminan atas syarat-syarat tersebut, ia menyerahkan
saudara sepupunya, Haidar Mirza sebagai Sandera di Istambul.
3) Pada tahun 1597 M Abbas I memindahkan ibu kota Daulah Safawiyah
ke Isfahan, setelah memperoleh kemenangan-kemenangan di wilayah
timur, barulah Abbas I mengalihkan serangannya ke wilayah barat,
berhadapan dengan Turki Usmani.
4) Pada tahun 1598 M ia menyerang dan menaklukkan Herat, kemudian
serangan dilanjutkannya merebut Marw dan Balkh. Setelah kekuatan
pemerintahannya mulai pulih dan terbina kembali, timbul pula
hasratnya untuk mengambil wilayah-wilayah kekuasaan Daulah
Safawiyah yang dulu diambil Turki Usmani. Nampaknya rasa
permusuhan dari dua Daulah Islamiyah yang berbeda aliran agama

9
(Syi’ah, Sunni) ini tidak pernah padam sama sekali. Kapan ada
kesempatan di situ mereka berperang.
5) Pada tahun 1602 M di saat Turki Usmani berada di bawah
pemerintahan Sultan yang lemah, Sultan Muhammad III pasukan
Abbas I mengarahkan serangan- serangannya ke wilayah-wilayah
yang dikuasai dulu oleh Turki Usmani tersebut, kemudian mereka
menyerang dan berhasil menguasai daerah Tabriz, Sirwan dan
Baghdad.
Adapun yang menjadi faktor keberhasilan Abbas I dalam ekspansi
wilayah, antara lain:
a. Kuatnya dukungan militer
b. Ambisi Sultan yang sangat besar bagi memperluas wilayah Daulah
Safawiyah
c. Didukung oleh kecakapan diri Sultan yang berbakat dan profesional
dalam merancang strategi politik.
Kemajuan kemajuan lain dalam bidang-bidang, diantaranya:
a. Kemajuan dibidang Ilmu Pengetahuan
Dalam sejarah Islam bangsa Persia di kenal sebagai bangsa yang
beradaban tinggi dan berjasa megembangkan ilmu pengetahuan.Terdapat
beberapa ilmuwan yang selalu menghadiri diskusi pada majelis Isfahan;
mereka itu adalah Baharuddin Syaerasi, Sadaruddin Syaerasi dan
Muhammad Baqir ibn Muhammad Damad, filosof, ahli sejarah, teolog,
dan seorang yang pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan
lebah-lebah.
Bila dibandingkan dengan dua Daulah lainnya, yaitu Daulah Turki
Usmani dan Daulah Mughal dalam waktu yang sama, kalau di bidang
ilmu pengetahuan Daulah Safawiyah ini jauh lebih unggul. Oleh karena
itu tidak mengherankan apabila pada masa kerajaan Safawi tradisi
keilmuan ini terus berlanjut.
b. Kemajuan dibidang kebudayaan dan seni

10
Setelah tercipta stabilitas politik, ekonomi dan keamanan dalam
pemerintahan Sultan Abbas I maka ia dapat mengalihkan perhatiannya
pada bidang lain; Sultan telah menjadikan kota Isfahan, ibu kota
kerajaan, menjadi kota yang sangat indah. Di kota tersebut berdiri
bangunan-bangunan besar lagi indah, masjid-masjid, rumah-rumah sakit,
sekolah-sekolah, jembatan-jembatan, diperindah dengan taman-taman
wisata yang ditata dengan baik, sehingga ketika Abbas I wafat, di Isfahan
telah terdapat 162 masjid, yang terbesar di antaranya adalah masjid
“Syah Isfahan”, 48 akademi, 1802 penginapan dan 273 pemandian
umum. Di bidang seni, Nampak pada gaya arsitektur
bangunanbangunannya, juga dapat dilihat pada kerajinan tangan,
keramik, karpet, permadani, pakaian dan tenunan, mode, tembikar dan
model seni lainnya. Juga sudah dirintis seni lukis. Demikianlah puncak
kemajuan yang telah dicapai oleh Daulah Safawiyah yang membuat
Daulah ini menjadi salah satu dari tiga Daulah Islam yang besar pada
periode abad pertengahan yang disegani oleh lawan-lawannya, terutama
pada bidang politik dan militer, walaupun tidak setaraf dengan kemajuan
yang telah dicapai umat Islam pada periode abad klasik.5
3. Kerajaan India Mughal
Masa kejayaan Daulah Mughal ini ada di tangan empat orang Sultan;
dan mereka berturut-turut, sebagai berikut: Sultan Akbar I (1556-1605 M),
Sultan Jehangir (1605-1628 M), Syah Jehan (1628-1658 M), dan Aurangzeb
(1658-1707 M). Sultan Akbar I (1556-1605 M)
Kejayaan-kejayaan yang telah dicapai Sultan Akbar I masih dapat
dipertahankan tiga Sultan sesudahnya, yaitu Sultan Jehangir (1605-1628 M),
Syah Jehan (1628-1658 M), dan Aurangzeb (1658-1707 M). Karena tiga
Sultan penerus Sultan Akbar tersebut masih terhitung Sultan yang besar dan
kuat. Setelah mereka bertiga, kemajuan Daulah Mughal tidak dapat
dipertahankan lagi oleh Sultan- Sultan berikutnya.

5
As' adurrofik, M. Sejarah Peradaban Islam Tiga Kerajaan Besar. ( AL-Fathonah, 1. 1: 2021)
hal.188-209.

11
Pada masa pemerintahan tiga Sultan ini, orientasi politiknya lebih
banyak diarahkan pada mempertahankan keutuhan kekuasaan yang ada,
kemudian pada pembangunan ekonomi, lewat pertanian, perdagangan, dan
pengembangan budaya, seni dan arsitektur Kejayaan Peradaban dan Ilmu
Pengetahuan Kemajuan Bidang Ekonomi

C. Masa Kemunduran Tiga Kerajaan


1. Kerajaan Turki Usmani
Ada banyak faktor yang menyebabkan kemunduran kerajaan utsmani
dintaranyaa adalah6:
a. Wilayah kekuasaan yang sangat luas
Administrasi pemerintahan bagi suatu negara yang amat luas
wilayahnya sangat rumit dan kompleks, sementara administrasi
pemerintahan Kerajaan Utsmani tidak beres. Di pihak lain, para penguasa
sangat berambisi menguasai wilayah yang sangat luas, sehingga mereka
terlibat perang terus menerus dengan berbagai bangsa. Hal ini tentu
menyedot banyak potensi yang seharusnya dapat digunakan untuk
membangun negara.
b. Hetergonitas penduduk
Sebagai kerajaan besar, Turki Utsmani menguasai wilayah yang
amat laus, mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak, Siria, Hejaz dan yaman.
Di Asia; Mesir, Libia, Tunis, dan Aljazir. Di Afrika daan Bulgaria,
Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan rumania di Eropa. Wilayah
yang amat luas tersebut ditempati penduduk yang sangat beragam, baik
daris segi agama, ras, etnis maupun adat istiadat. Untuk mengatur
penduduk yang bergam dan luas itu, diperlukan suatu organisasi
pemerintahan yang teratur. Tanpa didukung administrasi yang baik,
Kerajaan Ustmani hanya akan menanggung beban berat akibat
heterogenis tersebut. Perbedaan bangsa dan agama acap kali yang
melatarbelaknagi pemberontakan dan peperangan.

6
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2003) hlm 167-168

12
c. Kelemahan para penguasa
Sepeninggal Sulaiman al-Qanuni, kerajaan utsmani diperintah oleh
sultan-sultan yang lemah, baik dalam kepribadian terutama pada dalam
kepemimpinanya. Akibatnya pemerintahan menjadi kacau. Kekacauan
ini tidak pernah dapat diatasi secara sempurna, bahkan ssemakin lama
menjadi semakin parah.
d. Budaya Pungli
Pungli merupakan perbuatan yang sudah umum terjadi dalam
kerajaan Utsmani. Setiap jabatan yang hendak diraih oleh seseorang
harus “dibayar” dengan sogokan kepada orang yang berhak memberikan
jawaban tersebut. Adanya budaya pungli ini mengakibatkan dekadensi
moral kian merajalela yang membuat pejabat semakin rapuh.
e. Pemberontakan tentara Jenissari
Kemajuan ekspansi Kerajaan Utsmani banyak ditemtukan oleh
kekuatan tentara Jenissari. Dengan demikian dapat dibayangkan
bagaimana kalau tentara ini memberontak. Pemberontakan tentara
Jenissari terjadi selama empat kali.
f. Merosotnya Ekonomi
Akibat perang yang tak pernah berhenti perekonomian merosot.
Pendapatan berkurang belanja negara sangat besar, termasuk untuk biaya
perang.
g. Terjadinya Stagnasi dalam lapangan Ilmu dan Teknologi
Kerajaan Usmani kurang berhasil dalam pengembangan Ilmu dan
teknologi, karena hanya mengutamakaan pengembangan kekuatan
Militer. Kemajuan militer yang tidak diimbangi oleh kemajuan teknologi
menyebabkan kerajaan ini tidak sanggup menghadapi persentajaan
musuh dari Eropa yang lebih maju.
2. Kerajaan Persia Safawi
Sepeninggal Abbas I Daulah Safawiyah berturut-turut diperintah oleh
enam Sultan yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M),

13
Sulaiman (1667- 1694 M), Husein (16941722 M), Tahmasp II (1722-1732
M) dan Abbas III (1732- 1736 M).
Pada masa Sultan-Sultan tersebut Daulah Safawiyah mengalami
kemunduran yang membawa kepada kehancurannya.
a. Safi Mirza (1628-1642 M), adalah pemimpin yang lemah dan sangat
kejam kepada pembesar-pembesar kerajaan, sehingga pemerintahannya
menurun secara drastis. Kota Kandahar (sekarang termasuk wilayah
Afghanistan) lepas dari kekuasaan Daulah Safawiyah direbut oleh
Daulah Mughal yang ketika itu dipimpin oleh Sultan Syah Jehan tidak
dapat dipertahankannya.
b. Abbas II (1642-1667 M) adalah Sultan yang suka minum-minum keras
sehingga jatuh sakit dan meninggal dunia, Sulaiman juga seorang
pemabuk dan bertindak kejam kepada para pembesar Daulahnya yang
dicurigainya. Lain halnya dengan Husein, pengganti Sulaiman, ia seorang
yang alim, tetapi memberikan kekuasaan yang besar dan dominan kepada
para ulama Syi’ah yang sering memaksakan faham Syi’ah kepada para
penduduk yang beraliran Sunni, sehingga timbul kemarahan golongan
Sunni Afghanistan, mereka berontak dan berhasil mengakhiri kekuasaan
Daulah Safawiyah.
c. Salah seorang putera Husein, bernama Tahmasp II dengan dukungan
penuh dari suku Qazar dari Rusia memproklamirkan dirinya sebagai raja
yang sah dan berkuasa di Persia dengan pusat kekuasaannya di kota
Astarabad. Tahmasp II bekerja sama dengan Nadir Khan dari suku
Afshar untuk memerangi dan mengusir bangsa Afghan yang menduduki
Isfahan.
d. Pada tahun 1729 M pasukan Nadir Khan memerangi dan dapat
mengalahkan raja Asyraf yang berkuasa di Isfahan dan Asyraf sendiri
terbunuh dalam peperangan tersebut. Dengan demikian Daulah
Safawiyah berkuasa kembali di Persia. Akan tetapi, tiga tahun kemudian
Sultan Tahmasp II dipecat oleh Nadir Khan, tepatnya pada bulan Agustus

14
1732 M, dan digantikan oleh Abbas III (anak Tahmasp II) yang ketika itu
masih sangat kecil.7
Selanjutnya empat tahun setelah itu, tepatnya tanggal 8 Maret 1736 M
Nadir Khan mengangkat dirinya sebagai Sultan menggantikan Abbas III.
Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Daulah Safawiyah di Persia.
Faktor-faktor kemunduran Daulah Safawiyah
a. konflik yang terus menerus berkepanjangan dengan Turki Usmani. Bagi
Turki Usmani berdirinya Daulah Safawiyah yang beraliran Syi’ah
menjadi ancaman langsung terhadap wilayah kekuasaannya, akibatnya
harus diperanginya. Konflik antara keduanya boleh dibilang tidak pernah
padam, kecuali dulu Sultan Abbas I pernah mengadakan perjanjian
perdamaian dengan Turki Usmani, setelah itu konflik kembali.
b. Lemahnya Sultan yang diangkat sehingga mereka tidak dapat
mempertahankan kekuasaan yang diwarisinya, apalagi memperluas,
sebaliknya yang terjadi adalah konflik internal memperebutkan
kekuasaan di kalangan keluarga istana, juga tidak didukung pasukan
tentara yang kuat karena pasukan Ghullam yang dibentuk Sultan Abbas I
tidak memiliki semangat perang yang tinggi.
3. Kerajaan India Mughal
Setelah satu setengah abad dinasti Mughal berada di puncak
kejayaannya, para pelanjut Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan
kebesaran yang telah di bina oleh sultan-sultan sebelumnya. Pada abad ke-
18 M kerajaan ini memasuki masa-masa kemunduran. Kekuasaan politiknya
mulai merosot, suksesi kepemimpinan di tingkat pusat menjadi ajang
perebutan, gerakan separatis Hindu di India tengah, Sikh di belahan utara
dan Islam di bagian timur semakin lama semakin mengancam. Sementara
itu, para pedagang Inggris untuk pertama kalinya diizinkan oleh Jehangir

7
Aniroh, A. (2021). PENDIDIKAN ISLAM MASA PERTENGAHAN (STUDI HISTORIS PENDIDIKAN DI
KERAJAAN USMANI KERAJAAN SAFAWI DAN KERAJAAN MUGHAL). QALAM: Jurnal Pendidikan
Islam, 2(1).

15
menanamkan modal di India, dengan dukungan oleh kekuatan bersenjata
semakin kuat menguasai wilayah pantai.8
Sehingga yang diwarisi hanyalah kemewahan dan kebesaran dalam
istana yang disertai dengan dayang-dayang yang hanya akan melemahkan
sendi-sendi kepemimpinan pada kerajaan Mughal tersebut.
Ada dua hal yang mengancam kebesaran Mughal di India ittu selain
kerajaan-kerajaan Brahmana yang dibangun hendak melepaskan diri dari
kungkungan Mughal, demikian juga beberapa kerajaan Islam yang lain.
Adapun dua hal yang mengancam itu ialah
a. Pertama kerajaan Iran di bawah pimpinan Nadir Syah
Sebagaimana diketahui dalam sejarah Umat Islam Iran yang telah
terdahulu, Nadir Syah setelah dapat merampas kekuasaan dari pada
keturunan Shafawiy dengan akal yang asangat cerdik, dan setelah
berhasil mengalahkan musuh-musuhnya, akhirnya timbulnya
keinginannya yang sangat besar untuk menaklukan kerajaan Mughal di
Delhi Agra itu. Dengan berbagai macam alasan terutama dengan tuduhan
bahwa kerajaan Delhi banyak sekali memberikan erbantuan kepada
kaum pemberontak Afganistan dan memberikan perlindungan kepada
pelarian-pelarian politik, maka diserangnyalah negeri itu (1739), yaitu
dua tahun saja setelah kekuasaan Iran bulat di tangannya.9
Setelah ada beberapa persetuan antara Sultan Muhammad Syah dan
Nadir Syah, yang akhirnya membuat Sultan Muhammad Syah mengakui
atas kekuatan yang dimilki oleh Nadir Syah. Hal ini ditandai
dengan penyerahan berbagai upeti yang sangat banyak kepada Nadir
Syah sebagai syarat penyerahan diri serta memberikan pengampunan dan
perlindungan kepada Sultan Muhammad Syah dan rakyat Delhi. Diantara
benda-benda yang diserahkan kepada Nadir adalah singgasana buruk
merak yang sampai sekarang masih dapat dilihat di dalam istana Iran.
Demikian juga intan-berlian Koh-i-Nor yang terkenal itu.

8
Opcit. Hal. 159
9
Hamka. 1981. Sejarah Umat Islam. Jakarta : Bulan Bintang. Hal. 161-162

16
b. Peperangan dengan kompeni Inggris.
Setelah masa-masa pemerintahan Muhammad Syah berakhir maka
digantikanlah oleh Sultan Alam Syah. Pada masa ini Sultan Alam Syah
berusaha merebut kembali wilayah Benggala dan berhasil, tiba-tiba
terjadilah peperangan dengan kompeni Inggris. Tidaklah henti-hentinya
peperangan itu. Kerajaan Mughal bertambah lama bertambah lemah,
kompeni Inggris bertambah lama bertambah kuat, Inggris mulai
mempelajari segi-segi kelemahan India dengan perbedaan agama antara
Islam dan Hindu, dan juga keinginannya raja-raja Islam yang masing-
masing hendak berdiri sendiri. Kesesudahannya lemahlah Sultan Alam
Syah dan patah semangat perlawanannya, sehingga diterimanya
perdamaian dengan Inggris, bahwa dia menyerahkan pemungutan bea-
cukai benggala, Bihar, dan Orisa, dengan menerima ganti kerugian
2.600.000 rupiah. Bertambah celaka dan malanglah nasib Sultan Alam
Syah seketika seorang panglima perangnya menagkapnya dan
menghukumnya dengan mengorek kedua matanya hingga buta (1788),
maka bertambah kacau balaulah pertahanan Delhi yang penghabiskan itu.
Dari sehari-kesehari pindahlah kewibawaan kekuasaan pemerintahan
kepada Inggris. Akhirnya kompeni Inggris memberinya saja “ganti rugi ”
sebanyak 90.000 rupiah sebuhal, cukup untuk belanjanya dalam
istananya saja, dan diberi hak terus memakai gelar “Sultan”, dalam
keadaan buta dan seluruh kekuasaan terserahlah mulai waktu itu kepada
Inggris. Sultan Alam Syah, cahaya yang akhir dari kerajaan Mughal India
itu wafat pada tahun 1806.10

10
Ibid. Hal 163

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tiga kerajaan Islam penting diciptakan pada akhir abad 15 dan awal abad
16 M : Kerajaan Usmani di Turki, Kerajaan Mughal di India, dan Kerajaan
Safawi di Persia. Tiga Kerajaan penting tersebut tampak lebih memusatkan
pandangan mereka pada tradisi demokratis Islam, dan membangun imperium
absolute. Hampir setiap segi kehidupan umum dijalankan dengan ketepatan
sistematis dan birokratis dan berbagai kerajaan mengembangkan sebuah
administrasi yang rumit.
Ketiga kerajaan besar ini seperti membangkitkan kembali kejayaan Islam
setelah runtuhnya Bani Abbasiyah. Namun, kemajuan yang dicapai pada masa
tiga kerajaan besar ini berbeda dengan kemajuan yang dicapai pada masa
klasik Islam. Kemajuan pada masa klasik jauh lebih kompleks. Di bidang
intelektual, kemajuan di zaman klasik.
Dalam bidang ilmu keagamaan, umat Islam sudah mulai bertaklid kepada
imam-imam besar yang lahir pada masa klasik Islam. Kalau pun ada mujtahid,
maka ijtihad yang dilakukan adalah ijtihad fi al-mazhab, yaitu ijtihad yang
masih berada dalam batas-batas mazhab tertentu. Tidak lagi ijtihad mutlak,
hasil pemikiran bebas yang mandiri. Filsafat dianggap bid’ah. Kalau pada masa
klasik, umat Islam maju dalam bidang politik, peradaban, dan kebudayaan,
seperti dalam bidang ilmu pengetahuan dan pemikiran filsafat, pada masa tiga
kerajaan besar kemajuan dalam bidang filsafat — kecuali sedikit berkembang
di kerajaan Safawi Persia — dan ilmu pengetahuan umum tidak didapatkan
lagi. Kemajuan yang dapat dibanggakan pada masa ini hanya dalam bidang
politik, kemiliteran, dan kesenian, terutama arsitektur.
Sehingga yang diwarisi hanyalah kemewahan dan kebesaran dalam istana
yang disertai dengan dayang-dayang yang hanya akan melemahkan sendi-sendi
kepemimpinan pada kerajaan Mughal tersebut.

18
Ada dua hal yang mengancam kebesaran Mughal di India ittu selain
kerajaan-kerajaan Brahmana yang dibangun hendak melepaskan diri dari
kungkungan Mughal, demikian juga beberapa kerajaan Islam yang lain.
Adapun dua hal yang mengancam itu ialah

B. Saran
Dalam makalah ini masih banyak kekurangan, pembaca diharapkan lebih
banyak membaca buku-buku tentang Pengertian Masa Tiga Kerajaan Besar
Islam dan Kemundurannya, sehingga lebih banyak menambah ilmu dan
wawasan tentang pengertian tersebut, Kritik dan saran juga kami harapkan dari
pembaca, untuk membuat makalah-makalah selanjutnya agar lebih baik lagi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Hamka. (1981).Sejarah Umat Islam, Jilid 3, Jakarta: Bulan Bintang


Mahmudunnasir, Syed. (1988). Islam Konsepsi dan Sejarahnya, Bandung: Rosda
Bandung.
Hamka. (1975). Sejarah Umat Islam, Jilid 3, Jakarta: Bulan Bintang
Ensiklopedi Islam, Jilid 4, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve
adurrofik M, As'. (2021) Sejarah Peradaban Islam Tiga Kerajaan Besar. AL-
Fathonah, 1. 1
Yatim, Badri. (2003). Sejarah Peradaban Islam, Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada.
Aniroh, A. (2021). Pendidikan Islam Masa Pertengahan (Studi Historis
Pendidikan di Kerajaan Usmani Kerjaan Safawi dan Kerajaan Mughal).
Qalam: Jurnal Pendidikan Islam, 2(1).

20

Anda mungkin juga menyukai