Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“AKHLAK HUBUNGANNYA DENGAN AQIDAH DAN SYARIAH”


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Akhlak

Dosen Pengampu :

Dr. H. Yaya Suryana M.Ag

Disusun Oleh :

Adham Malvin 1212010002

Adilla Fitriyana R 1212010003

Ahmad Zakiyul M 1212010008

Ardi Afryansyah 1212010017

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan inayah dan
taufik-Nya kepada kita semua. Dengan izin dan ridho-Nya, kami dapat menyusun
makalah “Akhlak Hubungannya dengan Aqidah dan Syariah”. Shalawat serta salam
kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing kita menuju jalan
yang diridhoi oleh Allah SWT.

Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Ilmu Akhlak.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah memberikan bantuan dan
saran atas penyusunan makalah ini :

1. Bapak Dr. H. Yaya Suryana M.Ag, selaku dosen mata kuliah Ilmu Akhlak.
2. Semua teman-teman sekelas Manajemen Pendidikan Islam yang memberikan
semangat bagi penulis.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,


untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun bagi
perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para
pembaca.

Bandung, 26 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1


B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Pengertian Aqidah dan Syariah 3


B. Hubungan Akhlak dengan Aqidah dan Syariah 4
C. Dalil Naqli Iman, Islam dan Ihsan 9

BAB III PENUTUP 11

A. Kesimpulan 11
B. Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Islam adalah suatu agama yang mengajarkan kebenaran-kebenaran dan
tata nilai yang universal dan kekal. Dia mempunyai kemampuan untuk
mengembang sejajar dengan laju perkembangan teknologi dan peradaban. Al-
Qur‟an masih dan akan tetap mempunyai fungsi sebagai pedoman hidup bagi
umat Islam di bagian bumi manapun, untuk masa kini dan masa-masa akan
datang. Dalam menetapkan ajaran mengenai kedudukan akhlak dalam Islam,
maka Islam mempunyai landasan teoretik dan tujuannya tersendiri. Hal ini
tentunya tidak terlepas dari ajaran Islam secara keseluruhan yang bersumber
pada al-Qur‟an dan hadith. Akhlak memiliki kedudukan yang sangat penting
dalam Islam, dikarenakan ruang lingkup Islam, tidak bisa lepas dari tiga
komponren, yaitu akidah, syari‟at dan akhlak. Dalam agama Islam tiga ajaran
ini sangat ditekankan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya, yang harus diamalkan
dan dibenarkan dalam hati. Tetapi sekarang-sekarang ini ada yang
mengabaikan salah satu dari tiga hal ini. Sehingga kehidupannya menjadi jauh
dari agama.
Aqidah, syariah dan akhlak pada dasarnya merupakan satu kesatuan
dalam ajaran Islam, ketiga unsur tersebut dapat dibedakan tetapi tidak bisa
dipisahkan. Atas dasar hubungan itu, maka seseorang yang melakukan suatu
perbuatan baik, tetapi tidak dilandasi oleh aqidah atau keimanan, maka orang
itu termasuk ke dalam kategori kafir. Seseorang yang mengaku beraqidah atau
beriman, tetapi tidak mau melaksanakan syariah, maka orang itu disebut fasik.
Sedangkan orang yang mengaku beriman dan melaksanakan syariah tetapi
dengan landasan aqidah yang tidak lurus disebut munafik.
Hal yang melatar belakangi kami membuat makalah ini ialah selain
sebagai tugas kami selaku Mahasiswa juga kami ingin lebih mengetahui dan
memahami tentang apa pengertian Aqidah, Syariah, dan akhlak, juga
bagaimana hubungan akhlak antara aqidah dan syariah.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan aqidah dan syariah?
2. Apa hubungan akhlak dengan aqidah dan syariah?
3. Apa dalil naqli iman, islam, dan ihsan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian aqidah dan syariah.
2. Untuk mengetahui dan memahami hubungan akhlak dengan aqidah dan
syariah.
3. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dalil naqli akhlak, syariah dan
akhlak, serta hubungannya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Aqidah dan Syariah


1. Aqidah
Secara etimologi atau bahasa, Aqidah berasal dari bahasa arab yang
berarti ikatan, kepercayaan atau keyakinan. Selain itu, Aqidah juga dapat
diartikan sebagai menetapkan atau mengikat dengan kuat. Sementara
menurut terminologi atau istilah, aqidah berarti iman yang teguh dan pasti
dan tidak ada keraguan sedikit pun.
Selain itu, secara termonologi aqidah juga dapat diartikan sebagai
sesuatu yang dibenarkan oleh hati dan jiwa serta menjadikan hati dan jiwa
tentram karena kepercayaan tersebut. Atas kepercayaan tersebut menjadi
timbul suatu keyakinan yang teguh dan kokoh serta tidak adanya keragu-
raguan dan kembimbangan atas apa yang dipercayai.1
Hal tersebut juga dapat diartikan sebagai sebuah keimanan yang tidak
memiliki keraguan apapun di dalam diri orang yang meyakininya. Hal
tersebut tidak hanya berada di hati dan jiwa, tetapi juga harus tercermin
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Syariah
Secara etimologis (lughawy), maqashid al-syari‟ah terdiri dari dua
kata, yaitu maqashid dan syari‟ah. Maqashid sebagai bentuk flural (jama‟)
yang berarti kesengajaan, atau tujuan.1 Syari‟ah berarti jalan menuju
sumber air (al-mawadhi‟ tahdar ila al-maa‟).2 Jalan menuju sumber air ini
dapat pula dikatakan sebagai jalan ke arah sumber pokok kehidupan.3
Secara etimologis berarti sesuatu tujuan untuk datang menuju tempat
sumber air sebagai sarana kebutuhan kehidupan pokok manusia, dan dengan
air seseorang akan hidup tenang, merasa nikmat dan menyegarkan tubuh.

1
http://gurupintar.com/threads/jelaskan-pengertian-aqidah-secara-etimologi-dan-
terminologi.2217/ diakses pada pukul 17.28 tanggal 26/9/21
2
Ibn Manzur al-Afriqi, Lisan al-‘Arab, Jld. ke 8, Bairut: Dar al-Sadr, tt., hlm. 175
3
Fazlur Rahman, Islam, Ahsin Muhammad (Penrj.), Bandung: Pustaka, 1984, hlm. 140.

3
Penyimbolan syari‟ah (cara, atau jalan) dikaitkan dengan air, karena air
secara umum merupakan unsur yang penting dalam kehidupan, dalam arti
bahwa tujuan disyariatkannya aturan hukum (syariat) tidak lain adalah untuk
mengatur kehidupan manusia. Sedangkan maqashid al-syariah secara
terminologis (ishthilahy) seperti dikemukakan oleh al-Syatibi yaitu aturan
hukum yang disyariatkan Allah dengan tujuan untuk mewujudkan
kemaslahatan hamba-Nya (manusia) di dunia dan kelak di akhirat.4
Dari definisi ini jelaslah bahwa semua aturan hukum Allah yang
disyariatkannya mesti mempunyai tujuan, dan mustahil tidak mempunyai
tujuan yang dimaksudkan.
Menurut al-Syatibi dalam pandangan berikutnya bahwa hukum yang
tidak mempunyai tujuan itu sama dengan membebankan sesuatu yang tidak
dapat dilaksanakan (taklif mala yuthaq), dan itu suatu hal yang tidak
mungkin terjadi pada hukum-hukum Allah. Titik tekan maqashid syariah
yang dikemukakan al-Syatibi ini secara umum kelihatannya bertolak dari
kandungan ayat-ayat al-Qur‟an yang menunjukkan bahwa hukum-hukum
Allah itu mengandung kemaslahatan, di antaranya al-Nisa‟: 165, al-Anbiya‟:
107, Hud: 7, al-Zariyat: 56, al-Mulk: 2, al-Maidah: 6, al-Ankabut: 45, al-
Haj: 39, dan al-Baqarah: 179. Dari sejumlah ayat ini menunjukkan bahwa
aspek-aspek hukum yang dikandungnya mengandung kemaslahatan.
Artinya, jika terdapat permasalahan hukum yang tidak jelas dimensi
kemaslahatannya, maka dapat dianalisis dengan maqashid al-syariah dilihat
dari ruh syariahnya. Sebab diyakini bahwa al-Qur‟an sebagai sumber hukum
dan ajaran agama yang sempurna. Di sinilah letaknya bahwa al-Qur‟an
diwahyukan kepada Nabi Muhammad S.a.w. untuk disampaikan kepada
umatnya sebagai Rahmatan lil-Alamin yang merupakan inti syariah atau
hukum Islam.

B. Hubungan Akhlak dengan Aqidah dan Syariah

4
Abu Ishaq al-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Ushul al-Ahkam, Juz ke 2, Kairo: Dar al-Fikr, tt., hlm. 2.

4
Aqidah, Syariah dan akhlak pada dasarnya merupakan satu kesatuan
dalam ajaran Islam. Ketiga unsur tersebut dapat dibedakan tetapi tidak dapat
dipisahkan. Aqidah sebagai sistem kepercayaan yang bermuatan elemen-
elemen dasar keyakinan, menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan
agama. Sementara syariah sebagai system nilai berisi peraturan yang
menggambarkan fungsi agama. Sedangkan akhlak sebagai sistematika
menggambarkan arah dan tujuan yang hendak dicapai agama.
Islam tidak hanya memberi tuntunan ritual, dalam rangka hubungan
manusia dengan Tuhan, tetapi juga memberi bimbingan dalam hubungan antar
manusia, bahkan hubungan manusia dengan alam dan lingkungannya, baik
lingkungan wujud nyata maupun yang tak nyata (Yaa „alimal ghaibi wa
syahadah). Tuntunannya bukan hanya menyangkut hal-hal besar melainkan
juga yang kecil-kecil, dan boleh dianggap remeh oleh sementara orang, lalu
yang remeh itu pun dikaitkan dengan Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT.
Aneka aktivitas, bahkan makan dan berpakaian, tidur, cara tidur, bangun tidur,
mandi atau ke wc, termasuk kaki mana yang hendaknya didahulukan
melangkah ketika masuk dan keluar, semua ada aturan dan tuntunannya, dan
semua dikaitkan dengan Allah SWT.
Semua persoalan yang dihadapi oleh umat manusia dapat ditemukan
tuntunannya secara eksplisit atau implisit dalam Al-Quran dan Sunnah Nabi
Muhammad SAW. Islam menyatukan dalam tuntunan akidah, syariah dan
akhlak, ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan, dan di
situlah letak kekuatan Islam.5
Menurut sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abdullah bin
Umar diceritakan bahwa pernah datang seorang laki-laki kepada Rasulullah
SAW, yang kemudian ternyata orang itu adalah malaikat Jibril, menanyakan
tetang arti Iman (Aqidah), Islam (Syariat) , dan Ihsan (Akhlak). Dan dalam
dialog antara Rasulullah SAW dengan malaikat Jibril itu, Rasulullah SAW

5
https://farislengkap.wordpress.com/2017/02/15/hubungan-aqidah-syariah-dan-akhlak/ diakses
pada pukul 19.58 tanggal 26/9/21

5
memberikan pengertian tentang Iman, Islam, dan Ihsan tersebut sebagai
berikut:
1. Iman (Aqidah) : Engkau beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya,
Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya dan Hari Akhirat serta engkau beriman
kepada kadar (ketentuan Tuhan) baik dan buruk.
2. Islam (Syariat) : Engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain
Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, engkau mendirikan shalat,
mengeluarkan zakat, puasa Ramadhan dan engkau pergi haji ke Baitullah
jika engkau mampu pergi ke sana.
3. Ihsan (akhlak) : Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-
Nya, tetapi jika engkau tidak melihat-Nya, yakinlah bahwa Dia selalu
melihat engkau.
Ditinjau dari hadis di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
hubungan antar ketiganya sangat erat bagaikan sebuah pohon. Tidak dapat
dipisahkan antara akar (Aqidah), batang (Syariat), dan daun (Akhlak).
1. Hubungan aqidah dengan syariat
Menurut Syekh Mahmud Syaltut ketika menjelaskan tentang
kedudukan akidah dan syariah menulis: Akidah itu di dalam posisinya
menurut Islam adalah pokok yang kemudian di atasnya dibangun syariat.
Sedang syariat itu sendiri adalah hasil yang dilahirkan oleh akidah tersebut.
Dengan demikian tidaklah akan terdapat syariat di dalam Islam, melainkan
karena adanya akidah; sebagaimana syariat tidak akan berkembang,
melainkan di bawah naungan akidah. Jelaslah bahwa syariat tanpa akidah
laksana gedung tanpa fondasi.
Jika syari'at disebut sendiri, maka yang dimaksudkan adalah makna
umum, yaitu agama Islam secara keseluruhan. Sebaliknya, jika syari'at
disebut bersama 'aqidah, maka yang dimaksudkan adalah makna khusus,
yaitu hukum-hukum, perintah-perintah, dan larangan-larangan dalam
masalah agama yang bukan 'aqidah (keyakinan).
Kalau seorang telah mengakui percaya kepada Allah dan kepada Hari
Kemudian, dan telah mengakui pula percaya kepada Rasul-rasul Utusan

6
Tuhan, Niscaya dia bersiap-siap sebab dia telah percaya bahwa kelak dia
akan berjumpa dengan Tuhan. Niscaya dia senantiasa berusaha di dalam
hidup menempuh jalan lurus. Tak obahnya dengan orang yang mengakui
diri gagah berani, dia ingin membuktikan keberaniannya ke medan perang.
Seseorang yang mengakui dirinya dermawan, berusa mencari lobang untuk
menafkahkan harta bendanya kepada orang yang patut dibantu. Seorang
yang mengakui dirinya orang jujur, senantiasa menjaga supaya perkatannya
jangan bercampur bohong.
Dengan demikian, maka 'aqidah dan syari'at merupakan kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan. Sebagaimana telah diketahui bahwa iman itu
meliputi keyakinan dan amalan. Keyakinan inilah yang disebut dengan
'aqidah, dan amalan ini yang disebut syari'at. Sehingga iman itu mencakup
'aqidah dan syari'at, karena memang iman itu, jika disebutkan secara mutlak
(sendirian) maka ia mencakup keyakinan dan amalan.
2. Hubungan Aqidah dengan Akhlak
Akidah tanpa akhlak adalah seumpama sebatang pohon yang tidak
dapat dijadikan tempat berlindung di saat kepanasan dan tidak pula ada
buahnya yang dapat dipetik. Sebaliknya akhlak tanpa akidah hanya
merupakan layang-layang bagi benda yang tidak tetap, yang selalu bergerak.
Rasulullah SAW menegaskan bahwa kesempurnaan iman seseorang
terletak pada kesempurnaan dan kebaikan akhlaknya. Sabda beliau: “ Orang
mukmin yang paling sempurna imannya ialah mereka yang paling bagus
akhlaknya ”. (HR. Muslim)
Dengan demikian, untuk melihat kuat atau lemahnya iman dapat
diketahui melalui tingkah laku (akhlak) seseorang, karena tingkah laku
tersebut merupakan perwujudan dari imannya yang ada di dalam hati. Jika
perbuatannya baik, pertanda ia mempunyai iman yang kuat; dan jika
perbuatan buruk, maka dapat dikatakan ia mempunyai Iman yang
lemah. Muhammad al-Gazali mengatakan, iman yang kuat mewujudkan
akhlak yang baik dan mulia, sedang iman yang lemah mewujudkan akhlak
yang buruk.

7
Nabi Muhammad SAW telah menjelaskan bahwa iman yang kuat itu
akan melahirkan perangai yang mulia dan rusaknya akhlak berpangkal dari
lemahnya iman. Orang yang berperangai tidak baik dikatakan oleh Nabi
sebagi orang yang kehilangan iman. Beliau bersabda :
Yang artinya: ”Malu dan iman itu keduanya bergandengan, jika hilang salah
satunya, maka hilang pula yang lain”. (HR. Hakim).
Kalau kita perhatikan hadits di atas, nyatalah bahwa rasa malu sangat
berpautan dengan iman hingga boleh dikatakan bahwa tiap orang yang
beriman pastilah ia mempunyai rasa malu; dan jika ia tidak mempunyai rasa
malu, berarti tidak beriman atau lemah imannya.
3. Hubungan syaraiah dan akhlak
Sebagai bentuk perwujudan iman (Aqidah), akhlaq mesti berada
dalam bingkai aturan syari‟ah Islam. Karena seperti dijelaskan diatas,
akhlaq adalah bentuk ibadah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.
Sedangkan proses ibadah harus dilakukan sesuai dengan aturan mekanisme
yang ditetapkan syariah, agar bernilai sebagai amal shalih. Syariah
merupakan aturan mekanisme dalam amal ibadah seseorang
mukmin/muslim dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah swt. Melalui
prantara syariah akan menghubungkan proses ibadah kita kepada Allah.
Suatu amal diluar aturan mekanisme ibadah tidak bernilai sebagai amal
shalih. Dan akhlaq menjadi sia-sia jika tidak berada didalam kerangka
aturan syariah. Jadi, syaria adalah syarat yang akan menentukan bernilai
tidaknya suatu amal ibadah.
Syariat menjadi standard ukuran yang menentukan apakah suatu amal-
perbuatan itu benar atau salah. Ketentuan syariah merupakan aturan dan
rambu-rambu yang berfungsi membatasi, mengatur dan menetapkan mana
perbuatan yang mesti dijalankan dan yang mesti ditinggalkan. Ketentuan
hukum pada syariat pada asasnya berisi tentang keharusan, larangan dan
kewenangan untuk memilih. Ketentuan ini meliputi wajib, sunnah/mandub,
mubah (wenang), makruh dan haram. Syariah memberi batasan-batasan
terhadap akhlaq sehingga praktik akhlaq tersebut berada didalam kerangka

8
aturan yang benar tentang benar dan salahnya suatu amal perbuatan
(ibadah).
Jadi, jelas bahwa akhlaq tidak boleh lepas dari batasan dan kendali
syariat. Syariat menjadi bingkai dan praktik akhlaq, atau aturan yang
mengatasi dan mengendalikan akhlaq. Praktek akhlaq tidak melebihi apalagi
mengatasi syariah, tetapi akhlaq harus lahir sebagai penguat dan
penyempurna terhadap pelaksanaan syari‟at. Sedangkan akhlaq yang tidak
menjadi penyempurna pelaksanaan syariat adalah perbuatan batal. Jadi,
kedudukan akhlaq adalah sebagai penguat dan penyempurna proses ibadah
seseorang.
Dengan demikian, syariah berfungsi sebagai jalan yang akan
menghantarkan seseorang kepada kesempurnaan akhlaq. Sedangkan akhlaq
adalah nilai-nilai keutamaan yang bisa menghantarkan seseorang menuju
tercapainya kesempurnaan keyakinan.
Sedangkan dalam Islam antara syariah dan akhlaq adalah dua hal
sangat terkait erat, dimana yang satu (yakni syariat) menjadi dasar bagi yang
kedua (akhlaq).6

C. Dalil Naqli Iman, Islam dan Ihsan


1. Dalil Naqli Iman
Al Quran Surat Al A'raf ayat 54

‫ع َلٔ ٱ ْل َع ْس ِط‬ َ َٰٓ ََْ ‫ض فِٔ ِصر َّ ِح أَي ٍَّام ث ُ َّن ٱ ْصر‬ َ ‫خ َّٱ ْْل َ ْز‬ َّ ‫ِإ َّى َزتَّ ُك ُن ٱ َّّللُ ٱلَّرِٓ َخلَكَ ٱل‬
ِ َْ َٰ ‫ض َٰ َو‬
ََُ‫خ ِتأ َ ْه ِس ٍِۦ ۗ أ َ ََ ل‬
ٍ ٍۭ ‫ض َّخ َٰ َس‬ َ ‫ش َّٱ ْلمَ َو َس َّٱلٌُّ ُج‬
َ ‫ْم ُه‬ َ ‫ش ْو‬ َّ ‫طلُثَُۥُ َح ِثيثًا َّٱل‬ ْ ‫از َي‬
َ َِ ٌَّ‫يُ ْغشِٔ ٱلَّ ْي َل ٱل‬
َ‫ازنَ ٱ َّّللُ َزبُّ ٱ ْل َٰ َع َل ِويي‬
َ َ‫ٱ ْلخ َْل ُك َّٱ ْْل َ ْه ُس ۗ ذَث‬
Artinya, "Sesungguhnya Rabbmu ialah Allah yang telah menciptakan
langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy.
Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat,
dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-

6
https://indomaterikuliah.blogspot.com/2015/04/makalah-hubungan-aqidah-syariah-dan.html
diakses pada pukul 20.05 tanggal 26/9/21

9
masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan
memerintah hanyalah hak Allah. Maha penuh berkah Allah, Rabb
semesta alam."
Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jaza'iri mengatakan, melalui surat Al
A'raf ayat 54, Allah SWT menceritakan sendiri tentang wujud-Nya,
tentang rububiyah-Nya atas makhluk-Nya. "Dan tentang asma-Nya
(nama-nama-Nya) dan sifat-sifat-Nya," tulis Syaikh Abu Bakar.
2. Dalil Naqli Islam
Al Quran Surat surat Ali Imron ayat 21

َ ‫ف الَّرييَ أّذُْا ال ِك َٰر‬


‫ة ِإ َّ ِهي تَع ِد ها جا َء ُُ ُن ال ِعل ُن‬ َ َ‫صل ُن ۗ َّ َها اخرَل‬ َٰ ‫اإل‬ َّ َ‫ِإ َّى الدّييَ ِعٌد‬
ِ ِ‫َّللا‬
‫ب‬
ِ ‫الحضا‬ ِ ‫صسي ُع‬ َّ ‫َّللاِ َفإ ِ َّى‬
َ َ‫َّللا‬ َّ ‫د‬ ِ ‫تَغيًا تَيٌَ ُِن ۗ َّ َهي يَكفُس ِتـٔ َٰاي‬

Yang artinya: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah


hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab.
kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian
(yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat
Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.”

3. Dalil Naqli Ihsan


Al Quran Surat Al Baqarah ayat 83

ٔ‫ضاًًا َّّذِٓ ْالمُ ْس َٰت‬ ‫َّاِ ْذ ا َ َخ ْرًَا ِه ْيثَاقَ تٌَِ ْي اِص َْس ۤا ِء ْي َل ََ ذ َ ْعثُد ُّْىَ ا ََِّ ه‬
َ ْ‫َّللاَ َّتِ ْال َْا ِلدَي ِْي اِح‬
ََِّ ‫الز َٰكْ ۗج َ ث ُ َّن ذ ََْلَّ ْير ُ ْن ا‬
َّ ‫ص َٰلْج َ َّ َٰاذُْا‬ َّ ‫اس ُح ْضًٌا َّّاَلِ ْي ُوْا ال‬ِ ٌَّ‫َّ ْاليَ َٰروَٰ ٔ َّ ْال َوضَٰ ِكي ِْي َّلُ ْْلُ ْْا ِلل‬
َ‫ض ْْى‬ُ ‫لَ ِلي ًًْل ِ ّه ٌْ ُك ْن َّا َ ًْر ُ ْن ُّه ْع ِس‬

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil,
“Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat-baiklah kepada
kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Dan
bertuturkatalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah salat dan
tunaikanlah zakat.” Tetapi kemudian kamu berpaling (mengingkari),
kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu (masih menjadi)
pembangkang.”

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kaitan antara aqidah, syariat dan akhlak ialah bagaikan sebuah pohon,
terdapat akar, batang dan daun, yang saling menyatu bila satu hilang atau rusak
maka akan terjadi kehancuran untuk pohon tersebut.
Aqidah merupakan pilar utama untuk menumbuhkan syariat dan akhlak.
Tanpa aqidah, syariat dan akhlak yang baik akan menjadi percuma, atau pun
sebaliknya. Rasulullah pernah menjelaskan tentang pegertian ketiganya ketika
Jibril datang kepadanya sebagai seorang manusia.
Rasulullah sangat menekankan hubungan antara ketiganya. Tidak boleh
dilepas satu sama lain. Rasulullah menegaskan barang siapa meninggalkan
syariat dan akhlak akan kehilangan keimanannya, ataupun sebaliknya. Dan
Rasulullah menegaskan untuk memelihara ketiganya dalam tubuh seorang
mukmin dan muslim.

B. Saran
Dalam makalah ini masih banyak kekurangan, pembaca diharapkan lebih
banyak membaca buku-buku tentang pengertian Akhlak Hubungannya dengan
Aqidah dan Syariah, sehingga lebih banyak menambah ilmu dan wawasan
tentang pengertian tersebut, Kritik dan saran juga kami harapkan dari pembaca,
untuk membuat makalah-makalah selanjutnya agar lebih baik lagi.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://gurupintar.com/threads/jelaskan-pengertian-aqidah-secara-etimologi-dan-
terminologi.2217/
https://farislengkap.wordpress.com/2017/02/15/hubungan-aqidah-syariah-dan-
akhlak/
Ishaq al-Syatibi, Abu. tt. Al-Muwafaqat fi Ushul al-Ahkam, Juz ke 2, Kairo: Dar
al-Fikr.
Manzur al-Afriqi, Ibn. tt. Lisan al-„Arab, Jld. ke 8, Bairut: Dar al-Sadr.
Rahman, Fazlur. 1984. Islam, Ahsin Muhammad (Penrj.), Bandung: Pustaka.

CATATAN KOORDINASI PEMBAGIAN TUGAS KELOMPOK 2

1. Adham Malvin (1212010002)


Partisipasi dalam kelompok
 Menyiapkan Makalah
 Menyiapkan materi presentasi
 Sebagai moderator ketika diskusi/presentasi
 Melengkapi makalah yang kurang lengkap
2. Adilla Fitriyana R (1212010003)
Partisipasi dalam kelompok
 Menyiapkan materi presentasi
 Melengkapi materi makalah yang kurang lengkap
 Mengerjakan PPT presentasi
3. Ahmad Zakiyul M (1212010008)
Partisipasi dalam kelompok
 Menyiapkan materi presentasi
 Menjawab pertanyaan ketika diskusi
4. Ardi Afryansyah (1212010017)
Partisipasi dalam kelompok
 Menyiapkan materi presentasi
 Menjawab pertanyaan ketika diskusi

12

Anda mungkin juga menyukai