MAKALAH
Hubbulwathan Duri
2023
1
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkah,
rahmat, serta Karunia-Nya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah ini, dengan materi pembahasan. “akidah, syariah, dan akhlak.”
Harapan kami agar makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya menjadi lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................... i
Daftar Isi......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Devenisi Aqidah , Syariah, Dan Akhlak............................. 3
B. Hubungan Aqidah , Syariah, dan Akhlak............................................. 4
C. Keterkaitan Antara Aqidah, Syariah, Dan Akhlak................................ 5
BAB III KESIMPULAN
A. Kesimpulan........................................................................................... 12
B. Saran..................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam agama Islam terdapat tiga ajaran yang sangat ditekankan oleh Allah
dan Rasul-Nya, yang harus diamalkan dan dibenarkan dalam hati. Yaitu iman
(akidah), Islam (syariat), dan ihsan (akhlak). Tetapi sekarang-sekarang ini ada
yang mengabaikan salah satu dari tiga hal ini. Sehingga kehidupannya menjadi
Dasar ajaran Islam yang terdiri dari aqidah, syariah, dan akhlak sering
berarti dia melakukan syariah. Tetapi shalat itu dilakukannya untuk membuat
shalat itu dilakukannya bukan karena Allah SWT, maka shalat itu tidak
bermanfaat bagi dirinya sendiri ataupun orang lain. Alhasil, dia tidak
yang seharusnya mendapat ganjaran pahala, tapi malah menjadi suatu kesia-siaan
mengenai kerangka dasar ajaran Islam yang terdiri dari: Aqidah, Syari’ah, dan
akhlak yang kian terlupakan. Di sini para penyusun akan menjelaskan tentang
1
A. Rumusan Masalah
B. Tujuan Penulisan
2
BAB II
THAHARAH
al-‘aqdu yang berarti ikatan, at-tautsiiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan
yang kuat, dan ar-rabthu biquw-wah yang berarti mengikat dengan kuat.
Sedangkan menurut istilah (terminologi): ‘aqidah adalah iman yang teguh dan
pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya.
zakat dan seluruh kebajikan. Syariat dalam istilah syar’i adalah hukum-hukum
Al-Qur’an dan sunnah nabi Saw dari perkataan, perbuatan dan penetapan.
Devenisi akhlaq : Akhlaq berasal dari bahasa arab, yaitu jama’ dari kata
“khuluq” ( وقBB ) خلsecara bahasa kata ini memiliki arti perangai atau yang
moral dll. Menurut istilah, akhlak artinya tingkah laku lahiriah yang diperbuat
oleh seseorang secara spontan sebagai manifestasi atau pencerminan, refleksi dari
jiwa , batin atau hati seseorang. Akhlak bukan saja merupakan mengatur
hubungan antara sesame manusia, tetapi juga norma yang mengatur hubungan
antara manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam semesta sekalipun.
3
B. Hubungan Aqidah , Syariah, dan Akhlak.
Menurut sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abdullah bin
Umar diceritakan bahwa pernah datang seorang laki-laki kepada Rasulullah SAW,
yang kemudian ternyata orang itu adalah malaikat Jibril, menanyakan tetang arti
Iman (Aqidah), Islam (Syariat) , dan Ihsan (Akhlak). Dan dalam dialog antara
mengeluarkan zakat, puasa Ramadhan dan engkau pergi haji ke Baitullah jika
Nya, tetapi jika engkau tidak melihat-Nya, yakinlah bahwa Dia selalu melihat
engkau.
Ditinjau dari hadis di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hubungan
antar ketiganya sangat erat bagaikan sebuah pohon. Tidak dapat dipisahkan antara
4
C. Keterkaitan Antara Aqidah, Syariah, Dan Akhlak
akidah dan syariah menulis: Akidah itu di dalam posisinya menurut Islam adalah
pokok yang kemudian di atasnya dibangun syariat. Sedang syariat itu sendiri
adalah hasil yang dilahirkan oleh akidah tersebut. Dengan demikian tidaklah
akidah. Jelaslah bahwa syariat tanpa akidah laksana gedung tanpa fondasi,
merupakan suatu keniscayaan, yang artinya bahwa antara akidah dan syari’ah
Jadi ajaran islam terdiri dari dua pokok , yakni: pertama akidah/iman yang
terdiri dari enam rukun iman, yang landasannya adalah dalil-daalil qath’i (al-
qur’an dan hadist mutawatir). Kedua, syari’ah/amal sholeh yang mengatur dua
aspek kehidupan manusia yang pokok, yaitu: mengatur hubungan manusia dengan
jika syari’at disebut bersama ‘aqidah, maka yang dimaksudkan adalah makna
5
Dengan demikian, maka ‘aqidah dan syari’at merupakan kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan. Sebagaimana telah diketahui bahwa iman itu meliputi
keyakinan dan amalan. Keyakinan inilah yang disebut dengan ‘aqidah, dan
amalan ini yang disebut syari’at. Sehingga iman itu mencakup ‘aqidah dan
syari’at, karena memang iman itu, jika disebutkan secara mutlak (sendirian) maka
Akidah tanpa akhlak adalah seumpama sebatang pohon yang tidak dapat
dijadikan tempat berlindung di saat kepanasan dan tidak pula ada buahnya yang
pada kesempurnaan dan kebaikan akhlaknya. Sabda beliau: “ Orang mukmin yang
paling sempurna imannya ialah mereka yang paling bagus akhlaknya ”. (HR.
Muslim)
Nabi Muhammad SAW telah menjelaskan bahwa iman yang kuat itu akan
melahirkan perangai yang mulia dan rusaknya akhlak berpangkal dari lemahnya
iman. Orang yang berperangai tidak baik dikatakan oleh Nabi sebagi orang yang
)،الحياء وااليمان قرناء جميعا فاذا رفع احدهما رفع االخر (رواه الحكيم
Artinya: ”Malu dan iman itu keduanya bergandengan, jika hilang salah satunya,
6
Kalau kita perhatikan hadits di atas, nyatalah bahwa rasa malu sangat
berpautan dengan iman hingga boleh dikatakan bahwa tiap orang yang beriman
pastilah ia mempunyai rasa malu; dan jika ia tidak mempunyai rasa malu, berarti
pohon yang tidak dapat dijadikan tempat berteduh dari panasnya , matahari, atau
untuk berlindung dari hujan, dan tidak ada pula buahnya yang dipetik . sebaliknya
akhlak tanpa aqidah hanya merupakan bayang-bayang bagi benda yang tidak tetap
dan selalu bergerak. Allah menjadikan keimanan (aqidah) sebagai dasar agama-
Nya, ibadat (syariah) sebagai rukun (tiangnya). Kedua hal inilah yang akan
menimbulkan kesan baik kedalam jiwa dan menjadi pokok tercapainya akhlak
yang luhur.
pahala atau siksa baginya. Atas dasar ini, agama tidak memberikan wejangan
akhlak semata, tanpa didasari rasa tanggung jawab. Bahkan keberadaan akhlak,
Sebagaimana yang termaktub dalam hadits berikut: dari Abu Hurairah ra,
Rasulullah SAW bersabda: “Orang Mukmin yang sempurna imannya adalah yang
7
Dari hadits di atas, dapat disimpulkan bahwa akhlak itu harus berpijak pada
keimanan. Iman tidak cukup disimpan dalam hati, namun harus dipraktikan dalam
Dengan demikian, untuk melihat kuat atau lemahnya iman dapat diketahui
melalui tingkah laku (akhlak) seseorang, karena tingkah laku tersebut merupakan
perwujudan dari imannya yang ada di dalam hati. Jika perbuatannya baik,
pertanda ia mempunyai iman yang kuat; dan jika perbuatan buruk, maka dapat
bingkai aturan syari’ah Islam. Karena seperti dijelaskan diatas, akhlaq adalah
bentuk ibadah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Sedangkan proses
ibadah harus dilakukan sesuai dengan aturan mekanisme yang ditetapkan syariah,
agar bernilai sebagai amal shalih. Syariah merupakan aturan mekanisme dalam
Allah swt. Melalui prantara syariah akan menghubungkan proses ibadah kita
kepada Allah. Suatu amal diluar aturan mekanisme ibadah tidak bernilai sebagai
amal shalih. Dan akhlaq menjadi sia-sia jika tidak berada didalam kerangka aturan
syariah. Jadi, syaria adalah syarat yang akan menentukan bernilai tidaknya suatu
amal ibadah.
perbuatan itu benar atau salah. Ketentuan syariah merupakan aturan dan rambu-
8
rambu yang berfungsi membatasi, mengatur dan menetapkan mana perbuatan
yang mesti dijalankan dan yang mesti ditinggalkan. Ketentuan hukum pada syariat
pada asasnya berisi tentang keharusan, larangan dan kewenangan untuk memilih.
tersebut berada didalam kerangka aturan yang benar tentang benar dan salahnya
Jadi, jelas bahwa akhlaq tidak boleh lepas dari batasan dan kendali syariat.
Syariat menjadi bingkai dan praktik akhlaq, atau aturan yang mengatasi dan
tetapi akhlaq harus lahir sebagai penguat dan penyempurna terhadap pelaksanaan
adalah perbuatan batal. Jadi, kedudukan akhlaq adalah sebagai penguat dan
kesempurnaan keyakinan.
Bisa terjadi suatu pelaksanaan kewajiban menjadi gugur nilainya karena tidak
disertai dengan akhlaq. Seperti kasus orang yang ber infak di jalan Allah tetapi
baik, maka infak orang tersebut disisi Allah tidak bernilai sedikitpun karena
terhapus oleh akhlaknya yang buruk. Meskipun dari segi aturan syariat ia telah
9
melakukan kewajibannya dengan benar, tetapi secara nilai, ia diterima sebagai
Tetapi bukan berarti setiap pelaksanaan syariat yang tidak dilakukan dengan
akhlaq yang baik akan menggugurkan nilai ibadah seseorang disisi Allah. Dalam
kasus orang shalat tidak tepat waktu , tidak menjadi gugur nilai shalatnya, tetapi
dibelakang shofnya karena terganggu oleh gambar pada bajunya. Tetapi itu tidak
Ketetapan syariah adalah ketetapan hukum yang bersifat mutlak dan harus
itu sendiri, maka akhlak tidak boleh keluar dari ketentuan-ketentuan tersebut.
ini tidak berarti setiap ummat dapat melakukan atau tidak melakukannya. Karena
seperti telah diterangkan diatas, bahawa akhlaq adalah perwujudan dari prose
amal ibadah, sehingga seseorang ummat) dapat meningkatkan kualitas iman dan
Selain itu antara syariat dan akhlaq dapat dibedakan dari bentuk dan jenis sanksi
yang diberikan kepada pelanggar atau mereka yang tidak menjalaninya. Sanksi
bagi pelanggar syariat adalah sesuatu yang jelas dan tegas sesuai dengan
ketentuan dan ketetapan yang tertuang dalam syariat itu sendiri, dan semua
10
ketetapan yang tertuang dalam syariat itu sendiri, dan semua ketetapan sanksi itu
Sedangkan bagi yang tidak melakukan akhlak hasanah, tidak ada sanksi yang
ditetapkan oleh syariat sanksi terhadap pelanggaran akhlak tidak ditetapkan oleh
lembaga yang berwenang, tetapi sanksi ini bisa diberikan baik oleh dirinya sendiri
menyakiti orang lain, berbohong, tidak menjaga seluruh anggota badan dari
perbuatan keji, ia tetap tidak bisa dikenai sanksi hukum atas perbuatan-
dalam puasanya, disamping itu akan mendapat sanksi oleh dirinya sendiri atau
11
BAB III
PENUTUP
C. Kesimpulan
Dalam pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa, Aqidah
adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun
Nya, baik hukum-hukum dalam Al-Qur’an dan sunnah nabi Saw dari
seseorang.
yang tidak dapat dijadikan tempat berlindung di saat kepanasan dan tidak
12
pula ada buahnya yang dapat dipetik. Sebaliknya akhlak tanpa akidah
hanya merupakan layang-layang bagi benda yang tidak tetap, yang selalu
bergerak.
D. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
14