Anda di halaman 1dari 18

“KAJIAN TERHADAP ASPEK AJARAN ISLAM”

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas dalam Mata Kuliah


Pengantar Studi Islam 1 Program Studi Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Oleh:

Kelompok 3
Eka Inggriani
602022023126
Ina Rahina
602022023127
Rishan
602022023112

Dosen Pengajar : BAHARUDDIN, S.Pd., M.Pd

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt, yang telah
memberikan beragam nikmat-Nya kepada kita semua sehingga Alhamdulillah kami
diberikan kelancaran dalam mengetik makalah ini. Shalawat serta salam semoga
selamanya tercurah dan terlimpah kepada Nabi Muhammad saw, keluarganya, para
sahabatnya serta seluruh umatnya termasuk kami yang akan melanjutkan perjuangan
dakwahnya semoga kami akan mendapat hikmanya di dunia dan diakhirat.

Makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dalam isi dan penulisannya,
maka kami mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca. Penyusun
mengucapkan terima kasih banyak kepada yang telah membantu, semoga semua
kebaikannya akan mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Aamiin.

Bone, 29 September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN ............................................................................................................ 3
A. Aspek Keyakinan (Aqidah)............................................................................................... 3
B. Aspek Norma atau Hukum (Syariah)................................................................................ 5
C. Aspek Perilaku (Akhlak)................................................................................................... 8
BAB 3 PENUTUP ...................................................................................................................... 14
A. Kesimpulan....................................................................................................................... 14
B. Saran.................................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Aqidah, syariah, dan akhlak pada dasarnya merupakan satu kesatuan
dalam ajaran islam. Ketiganya dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan.
Aqidah sebagai sistem kepercayaan yang bermuatan elemen-elemen
dasar keyakinan, menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan agama.
Sementara syariat sebagai sistem nilai berisi peraturan yang menggambarkan
fungsi agama. Sedangkan Akhlak sebagai sistem etika menggambarkan arah
dan tujuan yang hendak dicapai oleh agama. Oleh karena itu, ketiga
komponen tersebut harus terintegrasi dalam diri seorang Muslim,
diumpamakan seperti sebuah pohon akarnya adalah Aqidah, sementara batang
dahan dan daunnya adalah syariat, sedangkan buahnya adalah Akhlak.
Muslim yang baik adalah yang memiliki aqidah yang lurus dan kuat
yang mendorongnya untuk melaksanakan syariat yang hanya ditujukan
kepada Allah Swt. Sehingga tergambar kesalehan akhlak yang terpuji pada
dirinya.
Aqidah, syariat, dan akhlak dalam Al-Quran disebut Iman dan amal
saleh. Iman menunjukkan makna aqidah, sedangkan amal saleh menunjukkan
pengertian syariat dan Akhlak.
Jadi perbuatan baik yang didorong oleh keimanan terhadap Allah Swt.
sebagai wujud pelaksanaan syariat disebut amal saleh. Karena itu di dalam Al-
Qur’an kata amal saleh selalu diawali dengan kata iman seperti dalam contoh
Q. S An-nur (24):55 yang artinya “Dan Allah telah berjanji kepada orang-
orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal Saleh
bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi,
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka

1
berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah
diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan)
mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa.
Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa
pun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu,
maka mereka itulah orang-orang yang fasik.”
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan mengenai aspek keyakinan (Aqidah)!
2. Menjelaskan mengenai aspek norma atau hukum (Syariah)!
3. Menjelaskan mengenai aspek perilaku (Akhlak)!
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu aspek keyakinan (Aqidah)
2. Untuk mengetahui apa itu aspek norma atau hukum (Syariah)
3. Untuk mengetahui apa itu aspek perilaku (Akhlak)

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Aspek Keyakinan (Aqidah)
Kata aqidah berasal dari bahasa Arab. Secara harfiah berarti ikatan,
simpul, buhul dan transaksi. Sedangkan menurut istilah aqidah adalah simpul
keyakinan yang terikat kokoh dalam jiwa seseorang yang tidak bercampur
dengan keraguan ataupun persangkaan dan mempengaruhi sikap dan
perbuatan yang bersangkutan. Dasar pengikat akidah bukanlah faktor tunggal,
melainkan multi faktor seperti iformasi wahyu, pengalaman hidup, hasil
perenungan dan pemikiran serta nilai yang berkembang dan dianut seseorang.
Aqidah dalam al-Qur‘an dinamakan iman. Iman secara bahasa berasal dari
kata amana – yu’manu – imanan yang artinya percaya. Namun iman bukan
hanya sekedar percaya, melainkan keyakinan yang mendorong seorang
muslim untuk berprilaku.
Iman/aqidah adalah bagian yang sangat pokok (pondasi) bagi ajaran
Islam. Ia merupakan keyakinan yang menjadi dasar dari segala tindakan/amal.
Aqidah sebagai penentu bernilai atau tidaknya amal shaleh yang dilakukan.
Perbuatan baik yang dikerjakan tanpa dilandasi dengan aqidah Islam, maka
amalnya tidak bernilai (pahala).
Adapun Ruang lingkup kajian aqidah yang meliputi empat hal yaitu
sebagai berikut:
1. Ilahiyyat, yaitu masalah ketuhanan dan hal-hal yang berkaitan dengannya
seperti sifat-sifat Tuhan, Perbuatan Tuhan, Keadilan Tuhan dan lain-lain.1
2. Ruhaniyyat, yaitu perkara-perkara ghaib seperti hal-hal yang
berhubungan dengan malaikat, jin iblis dan lain-lain.

1
Nurhasanah Bakhtiar Marwan, Metodologi Studi Islam: Keimanan/Aqidah Islam
(Pekanbaru: Cahaya Firdaus, 2016) h. 53

3
3. Al-Nubuwwat, yaitu masalah kenabian dan hal-hal yang berkaitan
dengan itu seperti pengertian Nabi dan Rasul, sifat-sifat mereka, bukti
kenabian dan kerasulan mereka, rasul ulul ‘azmi, risalah yang mereka
bawa termasuk didalamnya kitab suci.
4. Al-Sam’iyyat, yaitu semua hal yang hanya dapat diketahui melalui
informasi wahyu dan tak dapat diketahui melalui sumber lain seperti alam
barzah, akhirat, kebangkitan sesudah mati, mahsyar, hisab, mizan, shirath,
surga dan neraka.2
Adapun Ciri-ciri Aqidah Islam antara lain sebagai berikut:
1. Marifatullah, yaitu mengenali dan mengetahui serta beriman kepada
Allah SWT, nama- nama-Nya yang mulia serta sifat-sifat-Nya yang suci
dari segala kekurangan. Antara cara untuk kita meningkatkan keunggulan
terhadap Allah yang ditemukan dengan bukti-bukti yang ada di alam ini
2. Marifatur Risaalah, yaitu mengenali Kerasulan dan mempercayai rasul-
rasul yang dipilih oleh Allah untuk menerima wahyu dan menyampaikan
syariatnya serta menjadi pembimbing dan memimpin seluruh makhluk
kepada jalan yang hak dan agama Allah yang benar, yaitu agama Islam.
3. Ma’rifatul Batsi, yaitu mengenali hari kebangkitan yang dimana
mengetahui dan mempercayai tentang hari kebangkitan yaitu manusia
dibangunkan dari kubur masing-masing, dikumpulkan dan dihisab segala
amalan sama ada yang baik atau yang buruk untuk menghasilkan balasan
pahala atau siksaan dan di sana juga adanya shiratal Mustaqim, surga dan
neraka.3

Yusuf al-Qardlawi menguraikan beberapa prinsip aqidah, di antaranya


adalah:

2
Nurhasanah Bakhtiar Marwan, Metodologi Studi Islam: Keimanan/Aqidah Islam
(Pekanbaru: Cahaya Firdaus, 2016) h. 54
3
Nur Risqi Amalia Rahman, Naila Ashilah, Muhammad Arsyam, Pengertian Akidah Islam,
OSF Preprints 2022, h. 4-5

4
1. Tidak boleh bercampur sedikitpun dengan keraguan.
2. Mendatangkan ketenteraman jiwa
3. Menolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran.
Uraian di atas senada dengan yang dikatakan oleh Muhammad al-
Ghazali, seorang ulama besar dari Mesir, bahwa apabila aqidah telah tumbuh
pada diri seseorang, maka tertanamlah dalam jiwanya keyakinan bahwa hanya
Allah SWT sajalah yang paling berkuasa.4
Adapun manfaat mempelajari aqidah Islam diantara-Nya;
1. Memperoleh petunjuk hidup yang benar.
2. Selamat dari pengaruh kepercayaan yang akan membawa kerusakan dan
jauh dari kebenaran.
3. Memperoleh ketenangan hidup yang hakiki karena ada hubungan
batin dengan sang pencipta.
4. Tidak mudah terpengaruh dengan dunia yang sifatnya sebentar, yang
kekal adalah akhirat.
5. Mendapat jaminan surga jika akidahnya tak tercampur dengan syirik dan
selamat dari kekalnya Neraka.
6. Membebaskan dirinya dari Ubudiyah/ penghambaan kepada selain
7. Allah, baik bentuknya kekuasaan, harta, pimpinan maupun lainnya.
8. Membentuk pribadi yang seimbang yaitu selalu kepada Allah baik
dalam keadaan suka maupun duka.5
B. Aspek Norma atau Hukum (Syariah)
Kata Syariah bermakna jalan tempat keluarnya air untuk minum.
Dalam kajian hukum Islam, Syariah diartikan sebagai segala sesuatu yang
disyari’atkan oleh Allah kepada seluruh manusia, agar mereka memperoleh

4
Hammis Syafaq, dkk,. Pengantar Studi Islam: Objek Kajian Islam (Surabaya: Sunan Ampel
Press, 2018) h. 50-51
5
Nur Risqi Amalia Rahman, Naila Ashilah, Muhammad Arsyam, Pengertian Akidah Islam,
OSF Preprints 2022, h. 5-6

5
kebahagiaan di dunia dan di akhirat.6
Syariah dalam pengertian etimologi adalah jalan ke tempat mata air
atau tempat yang dilalui oleh air sungai sedangkan syariah dalam pengertian
terminologi adalah seperangkat norma Ilahi yang mengatur hubungan manusia
dengan Allah, hubungan manusia dengan sesamanya dalam kehidupan sosial,
hubungan manusia dengan makhluk lainnya di alam lingkungan hidupnya.
Adapun syariah dalam literatur hukum Islam mempunyai tiga
pengertian yaitu sebagai berikut:
1. Syariah dalam arti hukum yang tidak dapat berubah sepanjang masa
2. Syariah dalam pengertian hukum Islam, baik yang tidak berubah
sepanjang masa maupun yang dapat berubah sesuai perkembangan masa
3. Syariah dalam pengertian hukum yang telah berdasar kan istinbath dari
Al-Qur’an dan al Hadis, yaitu hukum yang di interprestasikan dan
dilaksanakan oleh para sahabat Nabi, hasil ijtihad dari para mujtahid dan
hokum-hukum yang dihasilkan oleh ahli hukum Islam melalui metode
qiyas dan metode Ijtihad lainnya.
Mahmud Syaltout dalam bukunya Al-Islam Aqidah syariah
memberikan definisi syariah sebagai peraturan yang diturunkan oleh Allah
Swt. kepada manusia agar dipedomani dalam berhubungan dengan Tuhannya,
dengan sesamanya, dan dalam kehidupanya.7
Sesuai dengan pengertian tersebut, syariah mencakup seluruh aspek
kehidupan manusia sebagai individu, warga masyarakat, dan sebagai subyek
alam semesta. Syariah mengatur hidup manusia sebagai individu, yaitu hamba
Allah yang harus taat, tunduk, dan patuh kepada Allah.
Ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan kepada Allah dibukti-kan dalam
bentuk pelaksanaan ibadah, yang tata caranya diatur sedemikian rupa oleh

6
Hammis Syafaq, dkk,. Pengantar Studi Islam: Objek Kajian Islam (Surabaya: Sunan Ampel
Press, 2018) h. 52-53
7
H. Zainuddin Ali, Hukum Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2016) h. 3-4

6
syari’at Islam. Esensi ibadah adalah peng-hambaan diri secara total kepada
Allah sebagai pengakuan akan kelemahan dan keterbatasan manusia
dihadapan Allah. Syariat Islam mengatur pula tata hubungan antar seseorang
dengan dirinya sendiri untuk mewujudkan sosok individu yang saleh.
Kesalehan individu ini mencerminkan sosok pribadi muslim yang paripurna.
Islam mengakui manusia sebagai mahluk sosial karena itu syari’at
mengatur tata hubungan antar sesama manusia dengan manusia dalam bentuk
mu’amalah sehingga terwujud kesalehan sosial. Kesalehan sosial merupakan
bentuk hubungan yang har-monis antara individu dengan lingkungan
sosialnya sehingga dapat dilahirkan bentuk masyarakat yang marhamah atau
masyarakat yang saling memberikan perhatian dan kepedulian antara anggota
masyarakat dengan anggota masyarakat lainnya yang dilandasi oleh rasa kasih
sayang. Dalam hubungan dengan alam, syariat Islam meliputi aturan dalam
mewujudkan hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam dan
mendorong untuk saling msemberi manfaat sehingga terwujud lingkungan
alam yang makmur dan lestari.
Syariat Islam merupakan jalan hidup yang benar dan dapat dijadikan
dasar bagi kehidupan manusia sebagaimana firman Allah dalam Q. S Al-
Maidah ayat 48 yang artinya “Dan Kami telah turunkan kepadamu al-Quran
dengan mem-bawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu
kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab
yang lain maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah
turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan
meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat
diantara kamu kami jadikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah
menghendaki, niscaya kamu dijadikan Nya satu umat (saja), tetapi Allah
hendak menguji kamu terhadap pemberian Nya kepdamu, maka berlomba-
lombalah berbuat kebajikan, hanya kepada Allahlah kembali kamu semuanya,
lalu diberikan kepadamu apa yang kamu perselisihkan itu”.

7
Demikianlah Allah menurunkan Syariat Islam kepada manusia dengan
lengkap sesuai dengan hakikat manusia sebagai mah-luk Allah yang paling
sempurna. Syariat ini diturunkan kepada manusia untuk dilaksanakan dalam
kehidupan di dunia demi men-capai kebahagiaan yang hakiki dunia dan
akhirat.
Adapun Fungsi dan Peran Syariah yaitu sebagai Hamba Allah dan
sebagai Khalifah Allah yang dimana hidup dibimbing oleh syariah untuk
melahirkan kesadaran berprilaku, sesuai dengan kedua fungsi tersebut.
Sebagai Hamba Allah manusia mempunyai tugas untuk beribadah dan
Sebagai khalifah Allah, manusia mempunyai tugas untuk melaksanakan
amanat Allah.
Syari’ah Islam mencakup dua persoalan pokok yaitu sebagai berikut
1. Ibadah khusus (Ibadah Mahdah), yaitu ibadah yang pelaksanaannya
telah dicontohkan langsung oleh Nabi Muhammad Saw. Seperti sholat
dan puasa. Dalam masalah ini seorang muslim tidak boleh menambah
atau mengurangi apa saja yang diperintahkan Allah dan yang dicontohkan
oleh Rasulullah Saw.
2. Ibadah umum (Ibadah Ghair Mahdah), atau juga disebut muamalah
adalah bentuk peribadatan yang bersifat umum dan pelaksanaanya tidak
seluruhnya diberikan dan dicontoh langsung oleh Nabi Saw. Beliau hanya
meletakkan prinsip-prinisp dasar, sedangkan pengembangannya
diserahkan kepada kemampuan dan daya jangkau pikiran umat.8

C. Aspek Perilaku (Akhlak)


Kata Akhlak berasal dari akhlaq adalah bentuk Jamak dari khuluq,
yang berarti sifat, tabiat, perangai, dan perilaku. Menurut al-Jahiz kata Akhlak

8
Ahmad Muhasim, Pengantar Studi Islam: Akidah, Syariah, dan Ruang Lingkupnya
(Mataram: Sanabil, 2019) h. 50-54

8
adalah keadaan jiwa seseorang yang selalu mewarnai setiap tindakan dan
perbuatanya, tanpa pertimbangan lama atau keinginan. Akhlak adalah watak
dan karakter yang melekat pada diri seseorang, dan karenanya sifatnya
Spontan. Namun demikian, Akhlak juga bisa ditanamkan, dilatih, dan
dibiasakan melalui pendidikan. Itulah sebabnya di setiap lembaga pendidikan
(sekolah, madrasah, dan pesantren) terdapat materi pendidikan akhlak. Akhlak
juga bisa disebut moral, yakni norma norma yang mengatur perilaku manusia
berdasarkan sumber-sumber tertentu. Sumber-sumber ini bisa berupa adat
istiadat, kepercayaan, dan ajaran Islam. Berbeda dengan hukum yang
mempunyai sanksi bagi pelanggarnya seperti penjara atau denda, pelanggar
norma-norma bagi seseorang lebih bersifat social, seperti dikucilkan
masyarakat.
Akhlak menjadi salah satu dari trilogi ajaran Islam, yakni Iman, Islam,
dan Ihsan. Dalam sebuah Hadis diceritakan bahwa Nabi Saw. kedatangan
tamu yang tidak dikenal dan bertanya kepada nabi tentang Iman, Islam, dan
Ihsan. Setelah menjelaskan rukun Iman yang enam, dan lima pilar Islam,
ihsan digambarkan nabi sebagai “Engkau menyembah Tuhan seperti engkau
melihat-Nya jika engkau tidak melihat-Nya maka Seakan-akan Dia
melihatmu.” dalam Hadis lain Ihsan dijelaskan sebagai “Jika kalian
bertempur, maka lakukanlah dengan cara yang baik, dan bila kalian
menyembelih (binatang), jadikanlah sembelihan itu baik pula dengan
menajamkan alat tersebut. Berikanlah rasa nyaman kepada hewan
sembelihannya.” (HR Muslim). Dengan gambaran tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa ihsan adalah Akhlak. Ini berarti bahwa Akhlak yang baik
adalah buah dari keimanan dan keislaman seseorang. Keimanan dan
keislaman seseorang harus tercermin dalam sikap dan perilaku sehari-hari,
karena agama dimaksudkan sebagai pedoman bagi pemeluknya dalam
berperilaku.
Karena itu, salah satu misi utama dari diutus nya Nabi Muhammad

9
adalah penyempurnaan akhlak.
Secara garis besar akhlak dapat dibagi ke dalam dua bagian yaitu
Akhlak terpuji dan akhlak tercela. Akhlak terpuji adalah sifat dan perilaku
yang baik yang mendatangkan kebaikan dan kebahagiaan bagi dirinya sendiri,
dan kebaikan bagi orang lain, bahkan bagi alam secara keseluruhan.
Sebaliknya, akhlak yang tercela adalah sifat dan perilaku yang tidak saja
mendatangkan kerugian buat orang lain, tetapi juga kerugian buat diri sendiri.
Artinya baik dan buruknya perilaku seseorang kembali kepada diri sendiri.
Sebagai contoh adalah jujur. Orang yang jujur, hatinya akan tentram dan
mempunyai banyak teman. Orang yang jujur dipercaya oleh orang lain
sehingga banyak yang memberi pekerjaan. Orang yang jujur mengambil
bagian nya sesuai dengan haknya. Sebaliknya orang yang tidak jujur atau suka
berbohong, tidak dipercaya oleh orang lain. Pembohong berusaha mengambil
bagian lebih besar dari haknya, sehingga mengambil hak orang lain. Jika
diberi wewenang dan kekuasaan, pembohong merugikan rakyat dan negara
dengan berbagai cara, seperti korupsi.9
Akhlak terbagi atas tiga yaitu Akhlak kepada Allah dan rasul, kepada
sesama manusia dan kepada alam semesta.
1. Akhlak kepada Allah dan Rasul
Akhlak kepada Allah, adalah selalu merasa kehadiran Allah dalam
kehidupan manusia. Sikap batin yang sedemikian ini melahirkan pula
sikap muqarabah (merasa dekat dengan Allah) dan sikap muqarabah
(merasa selalu diawasi Allah).
Akhlak kepada Allah itu melahirkan Aqidah dan keimanan yang benar
kepada Allah, terhindari syirik mentauhidkan-Nya baik tauhid
Rububuyyah maupun uluhiyyah. Patuh melaksanakan seluruh perintah
Allah baik yang berbentuk ibadah mahdah maupun ghairu mahdah.

9
Ismatu Ropi, dkk., Pendidikan Agama Islam Di SMP &SMA Untuk Guru (Jakarta: Predana
Media, 2012) h. 95-98

10
Menjauhi larangan Allah. tabah dan sabar atas apa yang menimpa diri
sebagai suatu ketentuan dari Allah. Berupaya mendekati Allah sedekat-
dekatnya dengan jalan membersihkan Hati, pikiran, perbuatan, dan
menempuh jalan hidup yang benar.
Apabila telah Terjalin hablumminallah yang baik, maka sikap tersebut
membawa implikasi pada kehidupan manusia. Muncul perasaan malu dan
takut untuk berbuat sesuatu yang dilarang Allah. inilah inti dan hakikat
dari Akhlak kepada Allah.
2. Akhlak kepada manusia
1. Akhlak kepada diri sendiri
Allah kepada diri memenuhi kewajiban dan hak diri,
ditunaikan
kewajiban dan dimanfaatkan atau diambil hak. Seluruh anggota tubuh
manusia mempunyai hak dan harus ditunaikan. Di sinilah terkait
dengan pemeliharaan diri agar sehat jasmani dan rohani menunaikan
kebutuhan diri, baik yang bersifat biologis maupun spiritual.
Tidaklah dikatakan seseorang berakhlak kepada dirinya apabila dia
menyiksa dirinya sendiri, tidak memperdulikan kebutuhan dirinya
2. Akhlak kepada keluarga
Dimulai dari Allah kepada orang tua, berbuat baik seperti yang
tertera pada surah Luqman ayat 14. Begitu juga adanya kewajiban
orang tua kepada anak, merawat, mendidik, memberi makan,
pakaian, rumah, dan lainnya. Hak dan kewajiban suami-istri juga
adalah bagian dari akhlak di rumah tangga.
3. Akhlak kepada tetangga
Rasul sangat memberi perhatian tentang masalah yang
berkenaan dengan jiran atau tetangga, sehingga begitu tinggi
perhatian yang diajarkan Nabi untuk menghormati dan menyayangi
tetangga, sampai-sampai ada sahabat Nabi yang menyangka bahwa

11
tetangga itu juga ikut mewarisi.
4. Akhlak kepada masyarakat luas
Di sini yang penting adalah perhatian serta peranan dan
bantuan yang dapat diberikan kepada masyarakat. Akhlak terhadap
masyarakat menyangkut bagaimana menjalin ukhuwah,
menghindarkan diri dari perpecahan serta saling bermusuhan.
Prinsip akhlak bermasyarakat dalam Islam, yang intinya yaitu
menjaga keharmonisan pergaulan, menghindari konflik social,
apalagi terjadi kerusuhan dan huru-hara.
3. Akhlak kepada manusia
Alam semesta ini sangat luas, jenis makhluknya beragam, ada
benda padat, dan cair serta udara, ada flora dan fauna. Manusia juga mesti
berakhlak terhadap hal itu semua. Alam semesta didefinisikan yakni
selain dari Allah, baik berbentuk alam ghaib maupun alam nyata.
Akhlak terhadap alam semesta terkait erat dengan fungsi manusia
sebagai Khalifah bermakna bahwa Allah telah memberi amanah kepada
manusia untuk memelihara, merawat, memanfaatkan, serta melestarikan
alam semesta ini. Di pandang dari sudut Akhlak manusia menjadikan
alam sebagai objek yang dirawat, bukan sebagai objek yang akan
dihabisi. Tidak diperkenankan seseorang merusak tanam-tanaman,
membunuh hewan yang tidak diperkenankan membunuhnya.
Adapun Pembentukan Akhlak yaitu sebagai berikut:
1. Metode Taklim, metode ini adalah melakukan transfer ilmu kepada
seseorang. Mengisi otak seseorang dengan pengetahuan yang berkenan
dengan baik dan buruk.
2. Metode Pembiasaan, metode ini merupakan kelanjutan dari metode
taklim. Melalui pembiasaan seseorang terutama kanak-kanak akan
tertanam kepadanya kebiasaan baik dan menjauhi kebiasaan buruk.
3. Metode Latihan, metode ini hampir sama dengan metode pembiasaan,

12
hanya saja sudah ada unsur paksaan dari dalam diri sendiri untuk
melaksanakan perbuatan baik.
4. Metode Mujahadah, metode ini tumbuh dalam diri seseorang untuk
melakukan perbuatan baik, dan dalam melakukan itu didorong oleh
perjuangan batinnya.10

BAB III
10
H. Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat (Jakarta: Predana Media, 2014)
h. 136-141

13
PENUTUP

A. Kesimpulan
Aqidah adalah simpul keyakinan yang terikat kokoh dalam jiwa
seseorang yang tidak bercampur dengan keraguan ataupun persangkaan dan
mempengaruhi sikap dan perbuatan yang bersangkutan.
Syariah diartikan sebagai segala sesuatu yang disyari’atkan oleh Allah
kepada seluruh manusia, agar mereka memperoleh kebahagiaan di dunia dan
di akhirat.
Akhlak adalah watak dan karakter yang melekat pada diri seseorang,
dan karenanya sifatnya Spontan. Namun demikian, Akhlak juga bisa
ditanamkan, dilatih, dan dibiasakan melalui pendidikan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Aqidah, syariah, dan akhlak merupakan
satu kesatuan dalam ajaran islam. Ketiganya dapat dibedakan namun tidak
dapat dipisahkan.
B. Saran
Diharapkan untuk pembaca dapat mengerti dan dapat menerapkan
ajaran islam dengan menerapkan aspek-aspek ajaran islam sebagai mana yang
terdapat pada isi dan kesimpulan makalah ini

DAFTAR PUSTAKA

14
Ali, H Zainuddin. Hukum Islam. Jakarta: Sinar Grafika, 2016, Agustus.
Daulay, H Haidar Putra. Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat. Jakarta: Predana
Media, 2014, Agustus.
Marwan, Nurhasanah Bakhtiar. Metodologi Studi Islam. Pekanbaru: Cahaya Firdaus,
2016.
Muhasim, Ahmad. Pengantar Studi Islam. Mataram: Sanabil, 2019, Maret.
Rahman, Nur Risqi Amalia, Naila Ashilah, Muhammad Arsyam. Pengertian Akidah
Islam. Jurnal Pengertian Akidah Islam. OSF Preprints, 2022.
Ropi, Ismatu, dkk. Pendidikan Agama Islam Di SMP &SMA Untuk Guru. Jakarta:
Predana Media, 2012, Desember.
Syafaq, Hammis, dkk. Pengantar Studi Islam. Surabaya: Sunan Ampel Press, 2018,
Agustus.

15

Anda mungkin juga menyukai