Aqidah
Dosen pengampu : Syafruddin, M.Pd.I
DiSusun Oleh :
Nurul Wulandari
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DATAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Aqidah.................................................................................................2
B. Aqidah Islamiyah..................................................................................................2
C. Jalan yang di tempuh para rasul untuk menanamkan aqidah................................6
D. Fungsi Aqidah ......................................................................................................6
E. Sumber Aqidah......................................................................................................7
F. Sebab-sebab penyimpangan aqidah.......................................................................8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...........................................................................................................10
B. Saran......................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................12
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan Karunia, Rahmat, dan
Hidayah-Nya yang berupa kesehatan, sehingga makalah yang berjudul ‘ AQIDAH‘ dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun sebagai tugas individu mata kuliah Filsafat Pancasila. Saya berusaha
menyusun makalah ini dengan segala kemampuan, namun saya menyadari bahwa makalah ini
masih banyak memiliki kekurangan baik dari segi penulisan maupun segi penyusunan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan saya terima dengan senang hati demi
perbaikan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembacanya. Atas perhatian dan kesempatan
yang diberikan untuk membuat makalah ini saya ucapkan terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam merupakan agama yang sempurna dan di Ridhoi oleh Allah SWT. Oleh karena
itu kita wajib selalu menyempurnakan segala ajaran islam yang yang telah di tentukan
oleh Allah SWT, seperti halnya kita mempelajari pelajaran islam yang sangat banyak
manfaatnya, sehingga orang yang tidak mengerti tentang agama pun bisa menjadi ahli
dalam jalan yang benar.
Jika kita selalu bersungguh-sungguh dalam mempelajari agama maka kita akan
menikmati hasil dari semua itu di kemudian hari. Sehingga kita yakin diterima oleh akal
lewat Al-Qur’an dan sunnah kemudian hilangnya keraguan dan berdampak poitif pada
perbuatan bagi yang mempelajari agama dengan sebaik-baiknya
Dan salah satunya adalah mempelajari aqidah, apapun jika dilandasi dengan aqidah yang
benar maka kita menjadi pribadi yang cerdas dari sisi intelektual. Tetapi apabila kita
mengamati secara seksama bagaimana realita kehidupan umat islam Indonesia sedang
mengalami krisis aqidah dan akhlak. Masaalah ini akibat kurangnya kesadaran diri untuk
mempelajari tetang bagaimana agama yang baik dan mempelajari aqidah yang baik dan
terjadilah krisis nya aqidah dan akhlak.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
A. PENGERTIAN AQIDAH
Secara etimologis (lughatan), kata Aqidah berasal dari kata Arab ‘aqd’ yang artinya
ikatan , simpul, perjanjian, dan kokoh. Secara istilah Aqidah adalah sejumlah kebenaran
yang dapat diterima secara umum (axioma) oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan
fitrah. (kebenaran) itu dipatrikan (oleh manusia) di dalam hati (serta) diyakini
keshahihan dan kebenarannya (secara pasif) dan ditolak segala sesuatu yang betentangan
dengan kebenaran itu. ( Al-jazairy).
Suatu dalil untuk masalah iman, ada kalanya bersifat aqli dan atau naqli, tergantung
perkara yang diimani. Jika perkara itu masih dalam jangkauan panca indra/akal, maka
dalil keimanannya bersifat aqli, tetapi jika tidak yaitu diluar jangkauan panca indra,
maka ia didasarkan pada dalil naqli. Hanya saja perlu diingat bahwa penentu sumber
suatu dalil naqli juga di tetapkan dengan jalan aqli. Artinya penentu sumber dalil naqli
tersebut dilakukan melalui penyelidikan untuk menentukan mana yang boleh dan mana
yang tidak boleh dijadikan sebagai sumber dalil naqli.
Raulullah s.a.w dapat mengubah ummat yang asal mulanya sebagai penyembah berhala
dan patung, yang dahulunya melakukan syirik dan kufur menjadi ummat yang beraqidah
tauhid, hati mereka dipompa dengan keimanan dan keyakinan. Sementara itu beliau
s.a.w dapat pula membentuk sahabat-sahabat nya menjadi pemimpin yang harus diikuti
dalam hal perbaikan budi dan akhlak, bahkan menjadi pembimbing kebaikan dan
keutamaan .
Sehingga lebih dari itu, karena beliau s.a.w dapat membentuk generasi dari ummatnya
itu sebagai uatu bangsa yang menjadi mulia dengan sebab adanya keimanan dalam dada
mereka berpegang teguh pada hak dan kebenaran. Maka pada saat itu ummat yang
langsung dibawah pimpinannya adalah bagaikan matahari dunia, diamping itu adalah
sebagai pengajak kesejahteraan dan keselamatan pada eluruh ummat manusia.
Bahkan Allah SWT membuat kesaksian sendiri pada generasi itu bahwa mereka itu
benar-benar memperoleh tinggian dan keistimewaan yang khusus.
“kamu semua adalah sebaik-baiknya ummat yang dilahirkan untuk, manusia, menyuruh
kebaikan, mencegah kemungkaran dan beriman kepada Allah.” Q.S Ali Imran:110
Islam tidak hanya terdiri dari segi aspek fiqih saja, tetapi islam mempunyai
aspek-aspek lain seperti, aspek aqidah, aspek filsafat, aspek mistik, aspek
kebudayaan dan ilmu pengetahuan, aspek sejarah dan lain-lain. Pada aspek aqidah
membahas soal iman dan kafir, siapa yang sebenanya muslim dan tetap dalam
islam. Juga membahas soal muslim yang mengerjakan hal-hal yang haram. Maka
fungsi aqidah adalah membahas soal – soal dasar dan soal-soal pokok, bukan soal-soal
cabang yang menjadi pembahasan fiqih (Proyek Pembinaan Perguruan
Tinggi Agama, 1986:4). Dapat disimpulkan bahwa fungsi aqidah sebagai berikut:
3. Menghilangkan taklid terhadap sesuatu yang telah diceritakan oleh para leluhur
tentang hikayat-hikayat bangsa purba karena perbuatan-perbuatan seperti itu sangat
dicela oleh Alquran. Taklid seperti ini dapat melunturkan keyakinan dan menghapus
makna keagamaan.
4. Untuk mengetahui bahwa kedudukan akal dalam agama islam menempati kedudukan
yang tinggi di samping Alquran dan Sunnah Rasul.
5. Untuk menumbuhkan keyakinan dalam landasan yang kuat dan tidak mudah
dipengaruhi perubahan zaman.
E. SUMBER AQIDAH
Pada bagian terdahulu telah dijelaskan bahwa aqidah atau keyakinan yang kita
maksud bukanlah sekedar keyakinan, tapi keyakinan yang mempunyai sumber shahih
atau otoritatif. Keyakinan yang tak berdasar kita sebut sebagai mitos. Semua informasi
yang berkenaan dengan keyakinan ini harus mempunyai referensi yang bisa
dipertanggungjawabkan. Sebagaimana telah disinggung di sebelumnya, bahwa sumber
utama aqidah adalah al-Quran, dan As-Sunnah.
“Telah sempurnalah kalimat Rabbmu (Al Qur’an) sebagai kalimat yang benar
danadil. Tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-Nya dan Dialah yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui”
(Q.S. Al An’am:115)
“Dan dia (Muhammad) tidak berkata berdasarkan hawa nafsu, ia tidak lain
kecualiwahyu yang diwahyukan”
(Q.S An Najm : 3-4)
Dalam kamus KBBI kata “penyimpangan” berasal dari kata simpang yang berarti
sesuatu yang memisah (membelok, bercabang) dari yang lurus induknya. Dan
penyimpangannya yaitu proses, cara, dan perbuatan menyimpang atau bertindak di luar
kaidah yang berlaku. Penyimpangan dari agama islam yang benar adalah kehancuran
dan kesesatan, yaitu pemahaman yang menyimpang dari Alquran dan Sunnah. Karena
konsep manusia menurut islam untuk mengetahui bahwa manusia merupakan tujuan
utama dibawah penciptaan alam (Ahmad Hanafi, 2016:161) Penyimpangan itu
disebabkan oleh sejumlah faktor diantaranya:
1. Tidak menguasai pemahaman aqidah yang benar karena kurangnya pengertian dan
perhatian. Akibatnya berpaling dan tidak jarang menyalahi bahkan menentang
aqidah yang benar.
2. Fanatik kepada peninggalan adat dan keturunan (leluhur). Karena itu dia menolak
aqidah yang benar. Seperti firman Allah SWT. tentang ummat terdahulu yang
keberatan menerima aqidah yang dibawa oleh para Nabi. Surat AI-Baqarah: 170
"Dan apabila dikatakan kepada mereka, "lkutlah apa yang telah diturunkan Allah,"
mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang tetah kami
dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami. " (Apabila mereka akan mengikuti
juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan
tidak mendapat petunjuk.”
3. Taklid buta kepada perkataan tokoh-tokoh yang dihormati tanpa melalui seleksi yang
tepat sesuai dengan pendapat Alquran dan Sunnah. Sehingga apabila tokoh
panutannya sesat, maka ia ikut tersesat.
4. Berlebihan (ekstrim) dalam mencintai dan mengangkat para wali dan orang sholeh
yang sudah meninggal dunia, sehingga menempatkan mereka setara dengan Tuhan
atau dapat berbuat seperti perbuatan Tuhan. Kuburan-kuburan mereka dijadikan
tempat meminta, bernadzar dan berbagai ibadah yang seharusnya hanya ditujukan
kepada Allah. Demikian itu pernah dilakukan oleh kaumnya Nabi Nuh AS ketika
mereka mengagungkan kuburan para sholihin.
5. Lengah dan acuh tak acuh dalam mengkaji ajaran Islam disebabkan silau terhadap
peradaban Barat. Tak jarang mengagungkan para pemikir dan ilmuwan Barat serta
hasil teknologi yang telah dicapainya sekaligus menerima tingkah laku dan
kebudayaan mereka.
6. Pendidikan di dalam rumah tangga, banyak yang tidak berdasar ajaran Islam,
sehingga anak tumbuh tidak mengenal aqidah Islam. Padahal Nabi Muhammad
SAW telah memperingatkan yang artinya: "Setiap anak terlahirkan berdasarkan
fitrahnya, maka kedua orang tuanya yang meyahudikannya, menashranikannya,
atau memajusikannya" (HR: Bukhari).
7. Peranan pendidikan resmi tidak memberikan porsi yang cukup dalam pembinaan
keagamaan sesorang.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Akidah erat hubungannya dengan akhlak, karena akhlak tersarikan dari akidah
dan pancaran dirinya. Oleh karena itu jika seorang beerakidah dengan benar,
maka akhlak nya pun akan benar, baik, dan lurus. Begitu pula sebaliknya, jika
akidah salah, maka akhlak nya pun akan salah. Aqidah erat hubungannya dengan
akhlak. Aqidah merupakan landasan dan dasar pijakan untuk semua perbuatan.
Akhlak adalah segenap perbuatan baik dari seorang mukalaf, baik hubungannya
dengan Allah, sesama manusia, maupun lingkungan hidupnya. Berbagai amal
perbuatan tersebut akan memiliki nilai ibadah dan terkontrol dari berbagai
penyimpangan jika diimbangi dengan keyakinan aqidah yang kuat. Oleh sebab
itu, keduanya tidak dapat dipisahkan, seperti halnya antara jiwa dan raga.
B. SARAN
Kita sebagai manusia hendaknya berfikir secara menyeluruh atas apa yang
kita yakini atau kita percayai dalam menapaki kehidupan ini. Banyak keyakinan
atau kepercayaan dalam kehidupan manusia, namun kita harus memilih mana
yang akan kita pilih sebagai Tuhan yang kita sembah. Islam adalah agama yang
paling sempurna yang dibawa oleh Rasulullah SAW dari zaman kegelapan
hingga zaman terang benderang. Hendaknya kita juga mengetahui bahwa segala
sesuatu yang di dunia akan berakhir, dan akan ada kehidupan yang abadi.setelah
kematian nanti yaitu akhirat. Semua yang telah kita kerjakan dan kita lakukan di
dunia akan dimintai pertanggung jawaban diakhirat nanti oleh Allah SWT, maka
dari itu kita harus menyiapkan bekal menghadapi kematian dengan sebaik-
baiknya
DAFTAR PUSTAKA
Sayid Sabiq, Bandung, 1974, Aqidah Islam, jalan yang ditempuh para Rasul
untuk menanamkan aqidah, hal 21