Dosen Pengampu:
Dr. H. MUKHTAR MASUD,M.A.
Oleh: Kelompok II
o ANDIWAHYUMULIANTI 2120203886208075
o INDAH 2120203886208072
o SELVI 2120203886208074
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita bermacam-macam nikmat dan kelembutan
kebaikan serta telah mengutamakan kita dengan memberikan ilmu pengetahuan dan penjelasan,sehingga
penulisan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Shalawat sertaSalam senantiasa tercurahkan atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW serta
Keluarga, Sahabat dan para penerus risalahnya.
1. Dr. H. MUKHTAR MASUD,M.A. sebagai dosen mata kuliah Pembelajaran Akidah Akhlak
Makalah ini saya susun berdasarkanpengetahuan yangsaya peroleh dari beberapa jurnal, media
elektronik,buku.Harapan orang yang membaca dapat mengetahui tentang Pembelajaran Akidah Akhlak.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan penerbitan makalah ini dimasa
mendatang.
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................................1
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5.
C. Tujuan Masalah...............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................6
A. Kesimpulan.....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................13
LAMPIRAN.........................................................................................................................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beragama adalah suatau bentuk keyakinan manusia terhadap berbagai hal yang diajarkan
oleh agama yang dianutnya. Beragama berarti meyakini secara bulat terhadap pokok-pokok ajaran
dan keyakinan sebuah agama,oleh karena itu tidak ada manusia yang mengaku beragama tanpa ia
meyakini apa-apa yang ditetapkan oleh agama tersebut.Dalam agama islam terdapat pilar-pilar
keimanan yang dikenal dengan rukun iman,terdiri dari enam pilar, keenam pilar tersebut adalah
keyakinan islam terhadap hal-hal ghaib yang hanya diyakini secara trasendental, sebuah
kepercayaan terhadap hal-hal yang diluar daya nalar manusia.Rukun iman ini terdiri dari: 1.Iman
kepada Allah, 2. Iman kepada Malaikat, 3. Iman kepada Kitab, 4. Iman kepada Rasul, 5. Iman
kepada Hari Akhir, 6. Iman kepada Qadha dan Qadar.
Segala sesuatu yang ALLAH SWT ciptakan bukan tanpa sebuah tujuan. Allah SWT
menciptakan bumi beserta isinya, menciptakan sebuah kehidupan di dalamnya, bukanlah tanpa
tujuan yang jelas. Sama halnya dengan Allah SWT menciptakan manusia. Manusia diciptakan
oleh Allah SWT tidak sia-sia, manusia dicptakan sebagai khalifah dimuka bumi untuk mengatur
atau mengelola apa yang ada di bumi beserta segala sumber daya yang ada.
Disamping kita sebagai manusia harus pandai-pandai mengelola sumber daya yang ada,
sebagai manusia juga tidak boleh lupa akan kodratnya yakni menyembah sang pencipta , Allah
SWT, Oleh karena itu, manusia harus mempunyai akidah yang lurus agar tidak menyimpang dari
apa yang diperintahkan Allah SWT.Penyempurna Akidah yang lurus kepada Allah SWT tidak
luput dari akidah yang benar kepada malaikat-malaikat Allah, kitab-kitab yang diturunkan oleh
Allah kepada rasul-rasul Allah untuk disampaikan kepada kita, umat manusia.
Aqidah merupakan salah satu ajaran Islam yang memiliki kedudukan sangat penting di
dalam diri seorang muslim. Ibarat suatu bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran
islam yanglainnyaseperti ibadah dan akhlaq merupakan sesuatu yang dibangun di atasnya. Suatu
bangunan yang dibangun tanpa pondasi adalah suatu bangunan yang rapuh. Dalam Islam
dikatakan bahwa akhlak sangat berperan penting dalam tercapainya suatu kebahagiaan baik antara
manusia dengan Allah SWT maupun antara manusia dengan sesamanya. Akhlak yang baik akan
tercermin melalui pikiran dan tingkah laku yang baik. Timbulnya kesadaran akhlak untuk
mencapai kebahagiaan menjadi penentu corak hidup manusia. Dalam hal ini etika, moral dan
susila menjadi penting dipelajari sebagai pola tindakan yang didasarkan pada nilai kebaikan.
Pengertian Aqidah itu sendiri secara etimologi berasal dari kata 'aqada ya'qidu -' aqdan yang
berarti simpul, dan perjanjian yang kokoh dan kuat.Setelah terbentuk menjadi ' aqidah ) berarti
kepercayaan atau keyakinan. Kaitan antara aqdan dan aqidatan adalah bahwa keyakinan itu
4
tersimpul dan tertambat dengan kokoh dalam hati , bersifat mengikat dan mengandung perjanjia.
Makna aqidah secara etimologi ini akan lebih jelas memahami pengertian terminologinya
seperti yang Hasan Al - Banna dalam Majmu ' Ar - Rasaail : " Aqaid ( bentuk jamak dari 'aqidah)
adalah beberapa perkara yang wajib diyakini oleh hati , ketentraman jiwa ., menjadi keyakinan yang
tidak bercampur dengan keragu - raguan. " (dalam Azra Azyumardidkk,2002: 115 )
Dari pengertian aqidah di atas belumlah cukup untuk menjadikan aqidah kita kuat sebagai
seorang muslim .Maka disini kami akan menyajikan makalahyang membahas seputar aqidah yaitu
mengenai Ruang lingkup Akidah.Harapannya makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
dapat memperkuat aqidah kita semua sebagai seorang hamba Allah .
B. RumusanMasalah
C. TujuanMasalah
5
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Hasan al-Banna ruang lingkup pembahasan akidah meliputi: (1) ilahiah, yaitu
pembahasaan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan ilah (Tuhan), seperti wujud
Allah, nama-nama dan sifat-sifat Allah, perbuatan-perbuatan (afon) Allah, dan sebagainya; (2)
nubuwwah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi danRasul,
termasuk pembicaraan mengenai kitab-kitab Allah,mukjizat,dan sebagainya;(3)rohaniah, yaitu
pembahasan dengan alam metafisik,seperti malaikat,jin,iblis,setan dan ruh,(4)som'iyah, yaitu
pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui melalui som'i, yakni dalil naqli
berupa Alquran dan sunah, seperti alam barzah, akhirat, dan azab kubur. 1Alquran telah
mengungkapkan bahwa hubungan antara akidah (man/kepercayaan) dengan syariah (amal salih)
merupakan hubungan yang tak terpisahkan.
Mahmud Syaltut dalam kitabnya al-Islam Aqidah wa Syari'ah (1966: 19-20) membagi
unsur-unsur pokok keimanan ke dalam empat bagian: Pertama, adanya Allah berikut keesaan-
Nya serta bersendiri-Nya dalam penciptaan, pengaturan keleluasaan bertindak-Nya terhadap
alam, serta suci-Nya dari persekutuan di dalam keagungan dan kekuatan. Kedua, bahwasannya
Allah memilih dari hamba-hamba-Nya orang yang dikehendaki dan diberikan kepada orang
tersebut tugas kerasulan. Darisinilah maka iman kepada para rasul Allah menjadi wajib. Ketiga,
percaya kepada Malaikat, duta wahyu di antara Allah dengan para Rasul-Nya dan kepada kitab-
kitab yang diturunkan-Nya sebagai risalah Allah kepada makhluk-makhluk-Nya. Keempat,
percaya kepada apa yang dikandung oleh risalah-risalah tersebut yang berupa persoalan hari
kebangkitan dan hari pembalasan (hari akhirat), pokok kewajiban agama, dan peraturan
peraturan yang diridai Allah untuk hamba-hambaNya.2
Kalau di kembalikan kepada sumber pokok ajaran Islam (termasuk akidah),yaitu Alquran
dan sunah, maka pokok-pokok keimanan dalam Islam dirumuskan menjadi enam. Inilah yang
kemudian dikenal dengan "rukun iman yang enam." Keenam rukun iman dimaksud adalah iman
kepada Allah, iman kepada malaikat Allah (termasuk makhluk-makhluk gaib lainnya), iman
kepada kitab-kitab Allah, iman kepada rasul-rasul Allah, iman kepada hari akhir, dan iman
kepada qadla' dan qadar Allah.
B. Pokok-Pokok Keimanan dalam Islam
1. Iman Kepada Allah
Pengertian Iman secara bahasa Arab adalah percaya, Sedngkan secara Istilah iman adalah
membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan
1
Marzuki. Pembinaan KarakterMahasiswaMelaluiPendidikan Agama Islam. (Cet.II : Yogyakarta ; Ombak (Anggota
IKAPI), 2016.) h. 86
2
Marzuki. Pembinaan KarakterMahasiswaMelaluiPendidikan Agama Islam. (Cet.II : Yogyakarta ; Ombak (Anggota
IKAPI), 2016.) h. 87- 88
6
Jadi, pengertian Iman Kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah ada dengan
segala sifat keagungan dan kesempurnaanya, kemudian diakui dengan lisan dan dibuktikan dengan
amal perbuatan di dunia nyata.Iman kepada Allah SWTadalah percaya atau yakin bahwa adalah
ilah atau sembahan yng benar berhak di sembah tanpa menyembah kepada yang lain, karena dialah
pencipta hamba-hambanya dan dialah yang memberi rezeki kepada manusia.
Keyakinan kepada allah swt merupakan titik sentral keimanan, karena itu setiap aktivitas
seorang muslim harus senantiasa hanya kerena Allah swt.
Artinya : “Demikianlah (kebesaran Allah) karena Allah, Dialah (Tuhan) Yang Hak. Dan apa
saja yang mereka seru selain Dia, itulah yang batil, dan sungguh Allah, Dialah Yang Maha
tinggi, Maha besar.”
Iman kepada Allah di samping mengakui bahwa Allah swt itu ada dan maha esa, juga
perlu mempercayai sifat sifat kesempurnaannya. Diantara sifat kesempurnaaan Allah swt
mengetahui segalanya tiada yang tersembunyi darinya barang sesuatu pun. Di maha kuasa dan
sanggup melaksanakan segala kehendaknya, dengan tidak dapat dihalangi oleh siapapun dan
kekuatan apapun.
Sifat wajib Allah Swt
1.Wujud 2.Qidam 3.Baqa’ 4.MukholafatulLilhawaditsi 5.QiyamuhuBinafsihi 6.Wahdaniyah
7.Qudrat 8.Iradat 9.‘Ilmun 10.Hayat 11.Sam’un 12.Basar 13.Kalam 14.Qadiran 15.Muridan
16.‘Aliman 17.Hayyan 18.Sami’an 19.Bashiran 20.Mutakkaliman
Sifat mustahil Allah
1. Adam (Tiada) 2.Huduts (Ada yang Mendahului) 3.Fana (Musnah), 4.Mumatsalatu Lil
Hawaditsi (Ada yang Menyamai) 5. Sifat Mustahil Allah: Ta’adud (Berbilang) 6. Ajzun(Lemah)
7. Ihtiyaju Lighairihi (Memerlukan yang Lain) 8. Karahah (Terpaksa) 9. Jahlun (Bodoh) 10.
Mautun (Mati) 11. Shamamun (Tuli) 12. Ama (Buta) 13. Bakamun (Bisu) 14. Kaunuhu Ajizan
(Zat yang Lemah) 15. Kaunuhu Murikhan (Zat yang Terpaksa) 16. Kaunuhu Jahilun (Zat yang
Bodoh) 17. Kaunuhu Mayyitan (Zat Mati) 18. Kaunuhu Ashamma (Zat yang Tidak Bisa
Mendengar) 19. Kaunuhu Ama (Zat yangTidak Bisa Melihat) 20. Kaunuhu Abkama (Zat yang
Tidak Bisa Berbicara)
7
2. Iman Kepada Malaikat
Secara etimologis kata Malaikat adalah bentuk jamak dari malak berasal dari kata masdar
al - malukah artinya ar - risalah ( misi atau pesan ). 3Yang membawa misi atau pesan tersebut
adalah ar - rasul ( utusan ) .Secara terminologis malaikat adalah makhluk gaib yang diciptakan
oleh Allah Swt dari cahaya dengan wujud dan sifat tertentu . Malaikat sama sekali tidak
memiliki keistimewaan rububiyah dan uluhiyah. Allah menciptakannya dari cahaya serta
memberikan ketaatan yang sempurna serta kekuatan untuk melaksanakan ketaatan itu. Menurut
ajaran Islam , setiap manusia mempunyai kecenderungan untuk berbuat baik dan atau berbuat
jahat . Kecenderungan berbuat baik dikembangkan oleh malaikat dan kecenderungan berbuat
jahat dimanfaat oleh setan dengan berbagai tipu daya.
3
Solihah titin sumanti. Dasar Dasar Materi Pendidikan Agama Islam. (Cet: 1: jakarta ; PT RajaGrafindo Perseda, 2015.) h. 81
4
Solihah titin sumanti. Dasar Dasar Materi Pendidikan Agama Islam. (Cet: 1: jakarta ; PT RajaGrafindo Perseda, 2015) .h. 84 - 85
8
Rasul berasal dari "arsala" yang berarti "mengutus". Sedangkan, Rasul menurut istilah
artinya seorang laki-laki sholeh yang diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan pesan-Nya
kepada umat manusia. Setiap muslim wajib beriman bahwa Allah telah mengutus kepada
Manusia beberapa orang rasul (nabi) dari kalangan manusia sendiri yang bertugas membimbing
manusia ke arah jalan yang benar. Rasul atau nabi ada yang disebutkan dalam Alquran tetapi
ada juga yang tidak disebutkan. Alquran menyebutkan lebih kurang 25 nabi / rasul yang juga
harus diimani oleh setiap muslim .
Umat Islam diwajibkan untuk beriman kepada Rasul-Rasul Allah SWT karena mereka
adalah golongan insan yang sempurna. Para Rasul juga mempunyai sifat yang terjaga dari dosa.
Apa yang disampaikan oleh para Rasul bukan berasal dari inisiatifnya sendiri, melainkan atas
perintah atau wahyu dari Allah SWT.Ajaran yang dibawa para nabi / rasul adalah sama .
Kalaupun ada perbedaan , hanyalah sebatas syariah ( jalan menuju Tuhan ) sementara akarnya
sama, yaitu kepercayaan bahwa Allah itu Tunggal ( tauhid ), tidak berpasangan, tidak
mempunyai anak, dan tidak pernah dilahirkan apalagi mati .
Iman kepada para rasul atau para nabi mengandung empat unsur, yaitu:
1. Mengimani bahwa risalah mereka benar- benar dariAllah barangsiapa mengingkari
risalah mereka, walaupun hanya seorang, berarti ia telah mengingkari seluruh rasul .
2. Mengimani para rasul atau nabi yang sudah kita kenali nama-namanya misalnya
Muhammad, Ibrahim, Isa, Musa, dan Nuh. Kelima Rasul itu adalah ' ulul azmi
3. Membenarkan berita-berita yang mereka bawa redaksinya adalah benar.
4. Mengamalkan syariat dari mereka yang diutus kepada kita yaitu nabi terakhir
Muhammad yang diutus Allah kepada seluruh manusia .
Dalam Hadits Arba’in,diterangkan bahwa malaikat Jibril dating kepada Rasulullah SAW dan
bertanya:
Artinya: “Orang itu berkata lagi: ‘Beritahukan kepadaku tentang Iman,’. Rasulullah SAW
menjawab: ‘Engkau beriman kepada Allah, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya,kepada
6
Mohammad Daud Ali. Pendidikan Agama Islam. (Cet: 3: Jakarta ; PT RajaGrafindo Perseda, 2000) h. 227
10
utusan-utusan Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk,”.
Orang tadi berkata: ‘Engkau benar’,” (HR Muslim).
Surga tempat kenikmatan yang disediakan Allah untuk orang-orang mukmin yang
bertakwa, yang taat kepada Allah dan rasul Nya, dan kepada orang-orang yang ikhlas. Di dalam
surga terdapat berbagai kenikmatan yang tidak pernah dilihat mata, tidak pernah didengar
telinga, serta tidak terlintas dalam benak manusia. Sedangkan neraka adalah tempat azab yang
disediakan oleh Allah untuk orang-orang kafir, yang berbuat zalim, serta bagi yang mengingkari
Allah dan Rasul-Nya dan di dalam neraka tersebut terdapat berbagai azab dan sesuatu yang
menakutkan, yang tidak pernah terlintas dalam hati.
Dengan kata lain, Qadar dan takdir merupakan perwujudan atau realisasi dari Qada.
Hubungan antara Qada dan Qadar sangat erat dan tidak dapat dipisahkan. Qada adalah ketetapan
yang masih bersifat rencana dan ketika rencana itu sudah menjadi kenyataan, maka kejadian
nyata itu bernama Qadar atau takdir. Untuk memahami takdir, manusia harus hidup dengan
ikhtiar, sebab dalam kehidupan sehari-harinya.Hanya takdir Ilahi berkaitan erat dengan usaha
manusia.Usaha manusia haruslah maksimal, (sebanyak-banyaknya) dan optimal (sebaik-
11
baiknya) di iringi dengan doa dan tawakkal. Tawakkal yang dimaksud adalah tawakal dalam
makna menyerahkan nasib dan kesudahan usaha kita kepada Allah, sementara kita terus
berikhtiar serta yakin bahwa penentuan terakhir segala-galanya berada dalam kekuasaan Allah.
Inilah makna takdir yang sebenarnya, yang berlangsung melalui proses usaha (ikhtiar), doa dan
tawakkal.
__________________________
17
Solihah titin sumanti.. Dasar Dasar Materi Pendidikan Agama Islam. (Cet: 1: jakarta ; PT RajaGrafindo Perseda, 2015.) h. 102 –
110
12
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Akidah Islam adalah prinsip utama dalam pemikiran Islami yang dapat membina setiap
individu muslim sehingga memandang alam semesta dan kehidupan dengan kaca mata tauhid
dan melahirkan konotasi-konotasi valid baginya yang merefleksikan persfektif Islam mengenai
berbagai dimensi kehidupan serta menumbuhkan perasaan-perasaan yang murni dalam dirinya.
Atas dasar ini, akidah mencerminkan sebuah unsur kekuatan yang mampu menciptakan mu’jizat
dan merealisasikan kemenangan-kemenangan besar di zaman permulaan Islam.
Akidah memiliki peranan yang besar dalam membina akhlak setiap individu muslim
sesuai dengan prinsip-prinsip agama yang pahala dan siksa disesuaikan dengannya, dan bukan
hanya sekedar wejangan yang tidak menuntut tanggung-jawab. Lain halnya dengan aliran-aliran
pemikiran hasil rekayasa manusia biasa yang memusnahkan perasaan diawasi oleh Allah dalam
setiap gerak dan rasa tanggung jawab di hadapan-Nya. Dengan demikian, musnahlah tuntunan-
tuntunan akhlak dari kehidupan manusia. Karena akhlak tanpa iman tidak akan pernah
teraktualkan dalam kehidupan sehari-hari.
13
DAFTARPUSTAKA
14
15
16
17
18