Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“KEIMANAN ATAU AKIDAH ISLAM”


Makalah Ini Di Tunjukkan Untuk Memnuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Studi Islam

DOSEN PENGAMPU : MUSLIM,MS.,M.Ag.

DISUSUN OLEH:

Kelompok 4

AFRIANSYAH (12211313604)

FEBIA ROYLANI (12211323875)

MATA KULIAH METODOLOGI STUDI ISLAM

KELAS A

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PRODI PENDIDIKAN GEOGRAFI

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini, tak lupa shalawat serta salam semoga tetap
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, kita sebagai umatnya yang setia hingga akhir
zaman.
Dalam penulisan makalah yang berjudul “keimanan/ akidah islam ’’penulis menyadari
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan sehingga penyusunan makalah ini masih jauh dari
memadai dan dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun sebagai bekal tambahan dimasa yang akan datang.
Demikianlah penulis sampaikan dengan segala kerendahan hati, dan penulis
mempunyai harapan semoga makalah ini bisa di terima, dan dapat bermanfaat khususnya
bagi penulis umumnya bagi para pembaca yang budiman.

Pekanbaru , Oktober 2022

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. pengertian akidah ........................................................................................ 2
2.2. konsep ketuhanan dalam islam ................................................................... 3
2.3. tuhan menurut agama agama wahyu ............................................................. 5
2.4. pembagian tauhid ......................................................................................... 5
2.5. pembuktian eksistensi Allah ........................................................................ 7
2.6. permurnian aqidah tauhid ............................................................................ 9
2.7. kiat kiat pemeliharaan tauhid ...................................................................... 12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 15
3.2 Saran ............................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 17

iii
BAB I
PENDHULUAN
1.1.Latar Belakang
Islam terdiri dari akidah, ibadah dan akhlak. Akidah adalah pondasi Akidah
adalah pokok (usҕ njl) dan dasar dalam agama. Ajaran Islam meliputi tiga hal, yaitu
akidah, syari’ah dan akhlak. Akidah adalah hal yang pertama dan utama yang harus
kita miliki. Akidah adalah pondasi dari segala amal yang akan kita lakukan. Amal
dan akhlak tidak ada nilainya bila tidak didasarkan pada akidah atau keimanan yang
benar.
Oleh karena itu untuk membekali diri dan menjaga kualitas keimanan, maka
setiap mukallaf memiliki kewajiban memahami hakikat akidah Islam beserta ruang
lingkupnya secara benar. Pemahaman dan komitmen yang benar terhadap akidah
Islam akan menjadi penuntun setiap mukallaf dalam berperilaku.
Untuk memberikan pemahaman secara benar dan mendalam, pada bab ini kita
akan membahas tentang pengertian akidah, prinsip-prinsip akidah, ruang lingkup
akidah, metode peningkatan kualitas akidah dalam kehidupan.

1.2.Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan akidah atau iman?
2. Bagaimana konsep ketuhanan dalam islam?
3. Bagaimana tuhan menurut agama agama wahyu?
4. Apa saja pembagian tauhid ?
5. Bagaimana pembuktian Eksistensi Allah?
6. Bagaimana permumian akidah tauhid?
7. Dan bagaimana kiat kiat memelihara akidah?

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Akidah / Iman

Akidah berakar dari kata yang berarti tali pengikat sesuatu


dengan yang lain, sehingga menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Jika masih
dapat dipisahkan berarti belum ada pengikat dan sekaligus berarti belum ada akidahnya.
Dalam pembahasan yang masyhur akidah diartikan sebagai iman, kepercayaan atau
keyakinan. Dalam kajian Islam, akidah berarti tali pengikat batin manusia dengan yang
diyakininya sebagai Tuhan yang Esa yang patut disembah dan Pencipta serta Pengatur alam
semesta ini.
Akidah sebagai sebuah keyakinan kepada hakikat yang nyata yang tidak menerima
keraguan dan bantahan. Apabila kepercayaan terhadap hakikat sesuatu itu masih ada unsur
keraguan dan kebimbangan, maka tidak disebut akidah. Jadi akidah itu harus kuat dan tidak
ada kelemahan yang membuka celah untuk dibantah. Sedangkan M. Syaltut menyampaikan
bahwa akidah adalah pondasi yang di atasnya dibangun hukum syariat. Syariat merupakan
perwujudan dari akidah. Oleh karena itu hukum yang kuat adalah hukum yang lahir dari
akidah yang kuat. Tidak ada akidah tanpa syariat dan tidak mungkin syariat
itu lahir jika tidak ada akidah.1
Akidah dalam Al-qur’an dinamakan iman. Iman secara bahasa berasal dari kata
amana-yu’manu-imanan yang aritnya percaya. Namun iman bukan sedekar percaya,
melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berprilaku. Oleh karena itu
iman di definisikan sebagai berikut:

Iman adalah diucapkan dengan lisan, dibenarkan oleh hati dan dilaksanakan oleh
anggota badan (perbuatan)
Ruang lingkup kajian akidah :

Menurut para ulama, beberapa hal yang termasuk dalam ruang lingkup aqidah adalah sebagai
berikut:

1. Ilahiyat, yaitu pembahasan hal yang berkenaan dengan masalah ketuhanan,


khususnya membahas mengenai Allah SWT.

1
Fuad thahari, Akidah Akhlak pendekatan saintifik k13, (Jakarta: Kementerian Agama 2014) h 26

2
2. Nubuwwat, yaitu pembahasan hal yang berkenaan dengan para utusan Allah (nabi
dan rasul Allah).
3. Ruhaniyat, yaitu pembahasan hal yang berkenaan dengan mahluk gaib. Misalnya
malaikat, iblis, dan jin.
4. Sam’iyyat, yaitu pembahasan hal yang berkenaan dengan alam gaib. Misalnya surga,
neraka, alam kubur, dan lainnya.2

2.2. Konsep ketuhanan dalam islam


Menurut Ibnu Mansur kata Arab secara bahasa sasaran mutlak berarti pemilik atau
penguasa, tuan, pengatur, pemelihara, penilaian dan pemberi nikmat. Pengertian ini tidak
dapat dikaitkan dengan lain kecuali kepada Allah SWT. kata Arab dalam Alquran:

2.. Segala puji kita persembahkan hanya untuk Allah semata, Tuhan Pencipta dan
Pemelihara seluruh alam, yaitu semua jenis makhluk.(al fatihah : 2 )

14. Dan Kami teguhkan hati mereka ketika mereka berdiri lalu mereka berkata, “Tuhan kami
adalah Tuhan langit dan bumi; kami tidak menyeru tuhan selain Dia. Sungguh, kalau kami
berbuat demikian, tentu kami telah mengucapkan perkataan yang sangat jauh dari
kebenaran.” (al kahfi : 14)

21. Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang
yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.(al baqarah : 21)

66. Tuhanmulah yang melayarkan kapal-kapal di lautan untukmu, agar kamu mencari
karunia-Nya. Sungguh, Dia Maha Penyayang terhadapmu.(al isra :66)

2
Prawiro, 2019, Pengertian Akidah, dikases dari : https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-
aqidah.html. Tgl 12/10/2022 pukul 00.00 wib

3
23. Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya
dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya, dan Allah telah mengunci
pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya? Maka siapa yang
mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat?)(al jatsiyah : 23)

Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting, oleh manusia
sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai olehnya. Perkataan ilah dalam
al-Qur'an juga dipakai dalam bentuk tunggal (mufrad : ilaahun), gande (mutsanna: ilaahaini)
dan banyak (jama": alihatun) Bertuhan nol atau atheisme tidak mungkin.3
Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-ilah sebagai sesuatu yang dipuja dengan penuh
kecintaan hati, tunduk dan patuh kepadanya, merendahkan diri dihadapan-Nya. takut,
mengaharapkannya, kepadanya tempat berpasrah ketika berada da kesulitan, berdo'a dan
bertawakkal kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminia perlindungan dari padanya, dan
menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya (M. Imaduddin,
1989: 56).
Berdasarkan definisi di atas dan logika al-Qur'an setiap manusia pasti ada yang
dipertuhankannya. Tuhan bisa berbentuk kongkrit atau abstrak atau angan-angan dan
pemikiran belaka. Apa yang menjadi obsesi, tujuan hidup dan prioritas manusia dalam
hidupnya, sesungguhnya itulah yang menjadi Tuhannya.

2.3.Tuhan Menurut Agama-Agama Wahyu


Konsep Tuhan dalam agama-agama wahyu adalah Tauhid, yaitu mengesakan Allah.
Mulai dari Nabi Adam AS sampai kepada Nabi Muhammad SAW membawa risalah
ketuhanan yang sama yaitu Tauhid.
Tauhid adalah sebuah pengakuan bahwa tidak ada ada Tuhan selain Allah. Kalimat La
ilaha illa Allah, merupakan susunan kalimat yang dimulai dengan peniadaan, yaitu tidak ada
Tuhan kemudian baru diikuti dengan -melainkan Allahll. Hal ini berarti bahwa setiap muslim
harus membersihkan diri dari penegasan segala macam Tuhan terlebih dahulu sehingga yang
ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan yaitu Allah SWT.
Penegasan dan pencairan tentang Tuhan diperoleh melalui wahyu. wahyulah yang
memberikan informasi yang benar dan tepat tentang siapa Tuhan. Akal manusia semata tidak
mampu menemukan Tuhan yang sesungguhnya. Para Nabi dan Rasul dala proses pencairan

3
Wahyudin, 2017, Filosofis Ketuhanan dalam Konsep Islam Menuju ketauhidan. RI‟AYAH, Vol. 02, No. 01
hal 111

4
dan menemukan Tuhan lalu dibimbing oleh wahyu sehigga mendapatkan Tuhan yang
sesungguhnya. Nabi Ibrahim misalnya, dalam proses mencari Tuhan, mengganggap bulan
sebagai Tuhan karena bulan mampu menerangi alam semesta ketika gelap gulita di malam
hari.
Namun ketika bulan menghilang di pagi hari, nabi Ibrahim mengatakan Tuhan tidak
mungkin hilang titik begitu juga ketika ia melihat matahari yang mampu menerangi dalam
semesta di siang hari, nabi Ibrahim mengira bahwa matahari adalah Tuhan. Namun ketika
matahari tenggelam di ufuk barat di sore hari, nabi Ibrahim kembali mengatakan bahwa
Tuhan tidak mungkin lenyap. Dalam kegalauannya mencari Tuhan tersebutlah nabi Ibrahim
diturunkan oleh Wahyu yang memberikan informasi siapa Tuhan yang sesungguhnya sebagai
pencipta, pemilik dan pengendali alam semesta. Penjelasan Wahyu tentang Tuhan antara lain
terdapat dalam surah Al anbiya ayat 92

92. Sungguh, (agama tauhid) inilah agama kamu, agama yang satu, dan Aku adalah
Tuhanmu, maka sembahlah Aku.
Ayat tersebut menegaskan bahwa tidak ada perbedaan konsep tentang Tuhan titik
melalui para rasulnya Allah memperkenalkan dirinya dengan konsep yang sama. Jika terjadi
perbedaan dan perubahan tentang ketuhanan dari konsep aslinya merupakan manipulasi dan
kebohongan manusia yang teramat besar
2.4.Pembagian Tauhid
Menurut bahasa kata tauhid berasal dari bahasa Arab tauhid bentuk masdar dari kata
wahhada, yang artinya al-i’tiqaadu biwahdaniyyatillah (keyakinan atas keesaan Allah).
Sedangkan pengertian secara istilah tauhid ialah meyakini bahwa Allah Swt. itu Esa dan tidak
ada sekutu bagi-Nya. Kesaksian ini dirumuskan dalam kalimat syahadat. Laa ilaha illa Allah
(tidak ada Tuhan selain Allah). Tauhid artinya mengesakan Allah. Esa berarti Satu. Allah
tidak boleh dihitung dengan satu, dua atau seterusnya, karena kepada-Nya tidak layak
dikaitkan dengan bilangan. Beberapa ayat al-Qur’an telah dengan jelas mengatakan keesaan
Allah. Di antaranya surah al-Ikhlas ayat 1-4 sebagai
berikut:

5
Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-
Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, Dan tidak ada
seorangpun yang setara dengan Dia.'' (Q.S. al-Ikhlas [112]:1-4)

Dari ayat di atas dapat ditangkap penjelasan bahwa Allah itu Maha Esa. Keesaan
Allah Swt. itu menurut M. Quraish Shihab mencakup keesaan Zat, keesaan Sifat, keesaan
Perbuatan, serta keesaan dalam beribadah kepada Nya. Keesaan Zat mengandung
pengertian bahwa seseorang harus percaya bahwa Allah Swt. tidak terdiri dari unsur-
unsur, atau bagian-bagian. Karena bila Zat Yang Maha Kuasa itu terdiri dari dua unsur
atau lebih—betapapun kecilnya unsur atau bagian itu—maka ini berarti Dia
membutuhkan unsur atau bagian itu, atau dengan kata lain, unsur atau bagian ini
merupakan syarat bagi wujud-Nya.
Berdasarkan jenis dan sifat keyakinan tauhid, para ulama membagi ilmu tauhid dalam
empat bagian; yaitu:
1. Tauhid yang berhubungan dengan ke Tuhanan yaitu mempercayai bahwa hanya kepada
Allah-lah kita harus berTuhan, beribadah, memohon pertolongan, tunduk, patuh dan
merendah serta tidak kepada yang lain. Tauhid ini mengandung makna bahwa tidak ada
Tuhan selain Allah. Semua amal ibadah harus disandarkan kepada-Nya.

Dialah yang hidup kekal, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia; Maka
sembahlah Dia dengan memurnikan ibadat kepada-Nya. segala puji bagi Allah Tuhan
semesta alam. (Q.S. al-Mukmin [40] : 65)
2. Tauhid yang berhubungan dengan sifat Allah yang Maha Memelihara yaitu
mempercayai bahwa Allah Swt. adalah satu-satunya pencipta, pemelihara, penguasa dan
pengatur alam semesta ini. Tauhid ini juga mengandung pengertian keyakinan atas
keesaan Allah dalam penciptaan alam. Allah adalah al-Kh�liq. Hanya Allah Pencipta dan
Penguasa alam semesta.

Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang

6
belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang
(berbentuk)
lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (Q.S.al-Mukminin [23] : 14)
3. Tauhid yang berhubungan dengan kesempurnaan sifat Allah yaitu mempercayai hanya
Allah Swt. yang memiliki segala sifat kesempurnaan dan terlepas dari sifat tercela atau dari
segala kekurangan.

Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, Padahal Allah-lah
yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohongi (dengan mengatakan): «Bahwasanya
Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan», tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan.
Maha suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan. (Q.S. Al-An’�m [6]
: 100)
4. Tauhid yang berhubungan dengan kekuasaan Allah yaitu mempercayai bahwa Allah
sebagai satu-satunya Zat yang menguasai alam semesta, tidak ada lagi zat lain yang turut
serta dalam kekuasaan-Nya. Tidak ada sekutu atas kekuasaan Allah di jagat raya ini. Allah
adalah al-Malik, Maha Raja di atas raja-raja yang ada di dunia.4

Katakanlah: «Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada
orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau
kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang
Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha
Kuasa atas segala sesuatu. (Q.S. Ali Imron [3] : 26)

2.5.Pembuktian Eksistensi Tuhan


Membuktikan eksistensi Tuhan perlu diperhatikan dua unsur pokok, yaitu dalil dan metode.
Dalil yang digunakan ada dua, yaitu dalil,aqli dan daill naqli. Dalil aqli merupakan
argumentasi berdasarkan akal pikiran, rasio. Akal pikiran manusia dapat berpikir dan
mengambil kesimpulan bahwa alam yang terbentang luas dengan segala isinya, pasti ada
yang mencipta dan mengaturnya. Sedangkan dalil yang bersifat naqli bersumber dari wahyu

4
Fuad thahari, Akidah Akhlak pendekatan saintifik k13, (Jakarta: Kementerian Agama 2014) h 21-22

7
(al-Qur'an) dan Hadis. Pencarian manusia terhadap Tuhan banyak dibantu oleh informasi
wahyu, karena akal manusia sangat terbatas mengetahui-Nya, karena Tuhan bersifat abstrak.
Wahyulah yang mengabarkan bagai mana wujud tuhan 5
Bukti atau Argumen Adanya Tuhan secara Umum
Untuk mengetahui eksistensi Allah diantaranya ada dua metode, yakni mengenal diri
dan memperhatikan cakrawala. Mengenal diri sendiri hakikatnya adalah membuktikan
eksistensi Allah dan mengetahui adanya Allah. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an
―Dan di dalam dirimu sendiri, tidakkah kalian memperhatikan? (QS.41: 21), dan dalam hadits
Nabi ―Barangsiapa mengenal dirinya sendiri, maka dia mengenal Tuhan‖. Eksistensi Allah
adalah riil seperti matahari yang bercahaya pada waktu pagi. Setiap benda di alam ini
menyaksikan dan membuktikan eksistensi adanya Allah. Berbagai benda alam dan unsur-
unsurnya akan memperkuat bahwa ia mempunyai pencipta dan pengatur. Alam dengan segala
isinya membuktikan bahwa itu semua adalah bukti eksistensi adanya Allah.
Bukti akan adanya eksistensi Tuhan dapat dilakukan melalui 4 metode yakni :
a. Argumen Ontologis
Ontologis berasal dari kata ontos, yang berarti sesuatu yang berwujud. Ontologi juga bisa
disebut sebagai ilmu yang mempelajari wujud tentang hakikat yang ada. Argumen ini tidak
berdasarkan pada alam nyata semata, namun juga berdasarkan pada logika. Akal dapat
berpikir bahwa diatas kebenaran- kebenaran yang diragukan tadi, ada kebenaran yang mutlak,
tetap dan abadi. Dan kebenaran yang mutlak tadi disebut juga dengan istilah Tuhan.
Sedangkan menurut al-Ghazali, seorang filosof Islam, jalan untuk mengetahui Tuhan dengan
pengalaman dapat dilakukan jika ada integrasi antara roh-jasad. Prosese integrasi roh-jasad
ini disebut sebagai proses percobaan atau pengalaman. Dengan ini manusia akan memperoleh
pengalaman lahir maupun batin. Bagi Imam Al- Ghozali, pengalaman memegang peranan
penting dalam usaha manusia mencapai pengetahuan yang tertinggi, yaitu Ma’rifatullah.
b. Argumen Kosmologis
Argumen kosmologis, bisa juga disebut sebagai argumen sebab-akibat. Sesuatu yang terjadi
di alam ini pasti ada sebabnya. Sebab itulah yang menjadikan adanya atau terjadinya sesuatu
itu. ―Sebab‖ lebih wajib dan ada daripada alam itu sendiri. Sesuatu yang menyebabkan
terjadinya alam ini, bisa dipastikan ―Yang Kuasa‖, ―Maha Besar‖. Atau disebut juga to
aperion53. Yang Kuasa ( Sebab Utama ) ini tidak disebabkan oleh sebab yang lain. Dia
bersifat qiyamuhu binafsihi ( berdiri sendiri ). Tuhan menggerakkan alam bukan sebagai

5
Muslim, Metodologi Studi Islam, (Pekanbaru : Cahaya Firdaus. 2021) h 61

8
penyebab efisien ( penyebab karena ada potensi ), melainkan Dia menggerakkan karena
sebab tujuan. Aristoteles mengatakan bahwa Tuhan menggerakkan karena dicintai (He
produces motion as being love). Semua yang ada di alam ini bergerak menuju ke Penggerak
yang sempurna itu. Penggerak Pertama, menurut Aristoteles, adalah zat yang immateri, abadi
dan sempurna.56
Al-Kindi (796 – 873 M), filosof Islam, berargumen bahwa alam ini diciptakan dan
penciptanya adalah Allah. Segala yang terjadi di alam ini pasti ada sebab akibatnya. Semua
rentetan sebab musabab ini berakhir pada sebab utama, yakni Tuhan pencipta alam. Pencipta
alam adalah Esa dan berbeda dengan alam. Tiap benda, menurut Kindi, mempunyai dua
hakikat, yakni hakikat pertikular (juz’i) dan hakikat universal (kulli). Namun, Tuhan tidak
mempunyai hakikat partikular maupun universal. Dia bersifat Esa, Yang Benar, Yang Satu.
Selain Dia, semuanya bersifat banyak.
c. Argumen Teleologis
Berasal dari kata ―telos‖, yang berarti tujuan. Dengan kata lain, alam ini berproses dengan
adanya menuju ke suatu tujuan tertentu. Dan segala yang ada didalamnya bekerjasama untuk
mencapai tujuan tersebut. Alam ini beredar dan berevolusi bukan karena kebetulan, tetapi
beredar dan berevolusi kepada tujuan tertentu, yaitu kebaikan universal, dan tentunya ada
yang menggerakkan menuju ke tujuan tersebut dan membuat alam ini beredar maupun
berevolusi ke arah itu. Zat inilah yang dinamakan ―Tuhan‖. 6
2.6.Pemurnian Akidah Tauhid
Adapun yang dimaksud dengan pemeliharaan dan pemurnian akidah itu ialah menjaga
dan memelihara iman dari segala sesuatu yang dapat merusak dan mencemarinya. Seperti
syirik, kufur (kekafiran), nifaq (kemunafikan), khurafat (keyakinan-keyakinan dan terhadap
pemberitaan- pemberitaan bohong). Aqidah yang benar tentang dzat dan sifat-sifat Allah
SWT berusaha meluruskan pemikiran manusia dari kesesatan. Di samping itu ia juga dapat
menuntun, mengarahkan untuk beramal serta melakukan karya-karya inovatif untuk
menciptakan kemaslahatan hidupnya. Dengan demikian aqidah selain mengandung aspek
nazhari (teoretis yakni keyakinan), juga mengandung aspek tathbiq (pengamalan ).
Syirik adalah lawan dari tauhid. Tauhid berarti mengesakan Allah, sedangkan syirik berarti
memperserikatkan-Nya dengan yang lain. Syirik menurut bahasa terambil dari kata Arab
syirkun artinya berserikat atau bersekutu. Dalam bentuk kata kerja aktif transitif ialah asyraka

6
Nurkholis, skripsi, bukti eksistensi Tuhan menurut Ibnu Rusyd dan Thomas aquinas. (Semarang : UIN
Walisongo 2015) hal 30-31

9
artinya memperserikatkan/mempersekutukan sesuatu.Menurut imam bekas selain Allah dan
percaya bahwa ada sesuatu yang mempunyai kekuasaan mutlak selain Allah. Dengan kata
lain secara sederhana syirik itu dapat diartikan dengan sikap atau tingkah laku yang pada
intinya lahir dari suatu keyakinan tentang adanya kekuasaan lain yang dapat menandingi
bahkan melebihi kekuasaan Allah baik itu terdapat dalam hati maupun lahir dalam bentuk
tindakan nyata. yang
Syirik dapat dibedakan dalam dua kelompok yaitu syirik besar dan syirik kecil. Syirik besar
terbagi dua yaitu syirik jali dan syirik khafi. Yang
dikatakan syirik jali adalah nempercayai tuhan selain Allah yang diikuti dengan pemujaan
atau penyembahan kepadanya secara terang-terangan. Seperti kaum penyembah berhala
(abidul watsani), kepercayaan kepada dua kekuatan yang berpengaruh kepada alam semesta
yakni tuhan cahaya (Ahura Mazdak) dan tuhan kegelapan (Ahriman) sebagaimana keyakinan
umat Majusi, dan kepercayaan kepada tuhan-tuhan lain. Penganut kepercayaan ini berada di
luar Islam, dan disebut dengan kafir (orang-orang yang ingkar). Yang dikatakan syirik khafi
ialah keyakinan seorang muslim kepada selain Allah di samping meyakini Allah sebagai
Tuhan yang wajib disembah. Syirik seperti ini terjadi dikalangan umat Islam sendiri, karena
di samping mempercayai dan menyembah kepada Allah SWT, mereka juga menyembah
kepada obejek-obbjek lain yang mereka yakini dapat memberikan manfaat atau mudarat
kepada dirinya, seperti kepercayaan terhadap benda-benda atau tempat tempat yang dianggap
keramat, ramalan-ramalan nasib, dan sebagainya. Pelakunya meskipun masih tetap dalam
status muslim dipandang sudah melakukan dosa besar. Syirik semacam ini disebut juga
dengan syirik khafi (syirik tersembunyi). Rasulullah SAW bersabda dalam musnad Ahmad,
35/291 yang artinya: Barang siapa menggantungkan jimat, maka sungguh telah berbuat
syirik. (HR Ahmad).
Adapun syirik kecil juga dapat dibagi kepada dua yaitu syirik zahir dan syirik khafi.(Didiek
Ahmad Supadie; 2012, 130). Syirik zahir yaitu syirik pada ucapan dan perbuatan. Contohnya
sumpah pada selain Allah. Dalam Sunan at-Tirmizi, 6/13 Rasulullah SAW bersabda yang
artinya: selain Allah, maka Barang siapa bersumpah pada sesungguhnya telah kafir dan
berbuat syirik. (HR. Turmuzi)
Syink kecil khafi ialah syirik yang ada pada kehendak dan niat contohnya nya. Dalam
Musnad Ahmad, 48/123 Rasulullah Sesungguhnya apa yang paling aku takutkan atas kalian
adalah syirik kecil, Para sahabat bertanya" Apa syirik kecil itu y Rasulullah?" Jawab beliau"
Riya" (HR. Ahmad), AL Qur'an banyak mengungkapkan bentuk-bentuk syirik yang

10
dipraktekkan oleh umat manusia di sepanjang zaman. Praktek-praktek yang dimaksud antara
lain:
a. Penyembahan yang semata-mata dihadapkan kepada selain Allah.
b. Seperti penyembahan kepada berhala (Q.S. 21:52), pohon-pohon, bulan, bintang dan
matahari seperti yang terdapat di kalangan umat di masa Nabi Ibrahim dan umat
jahiliah sebelum masuk Islam. Atau seperti keyakinan orang-orang majusi kepada dua
kekuatan yang mereka sebut sebagai dewa (tuhan) cahaya yang diyakini sebagai
sumber dari segala kabaikan, dan dewa (tuhan) kegelapan yang diyakini sebagai
sumber dari segala kejahatan.
c. Menyekutukan Allah dengan sesuatu selain-Nya. Misalnya, keyakinan orang-orang
Nasrani bahwa Isa Al-Masih adalah anak Tuhan (Allah) dan roh kudus yang keduanya
dianggap sebagai oknum Tuhan (Q.S. 5:72-73).
d. Menjadikan pemimpin-pemimpin agama sebagai Tuhan. Sebagaimana dilakukan oleh
orang-orang Yahudi dan Nasrani (Q.S. 9:31).
e. Menjadikan hawa nafsu sebagai Tuhan (Q.S. 25:43).
f. Keyakinan bahwa hidup di dunia hanya tergantung pada masa sebagaimana keyakinan
kaum dahriyyun / atheis (Q.S. 45:24).
g. Sifat riya dalam beramal/ibadah.
Dari Abu Sa'id Nabi saw bersabda:
"Maukah kamu aku beritahu tentang sesuatu yang lebih aku takuti menimpa dirimu
dari pada Dajjal yang merajalela? Mereka menjawab, baiklah ! Maka ia (Rasulullah)
berkata: syirik khafi yaitu seorang sedang shalat lalu ia perindah shalatnya karena ia
tahu dilihat orang." (Ibnu Majah No. 4194).
Perbuatan syirik akan membelenggu jiwa dan membungkam fikiran si pelakunya.
Sebab, keterikatannya kepada benda akan mengakibatkan ketergantungannya kepada benda-
benda yang diyakininya itu sehingga dapat menghilangkan pikiran yang jemih (rasional).
Misalnya orang-orang yang suka mencari perlindungan/ pertolongan - dalam perkara yang
ghaib kepada Allah. A Quran mengibaratkannya dengan sarang laba-laba. Firman-Nya dalam
surat Al - Ankabut ayat 41 yang artinya:"Perumpamaan orang-orang pelindung-pelindung
selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang
paling lemah ialah rumah laba-laba mengetahui". (Depag.R.I.1989:
Adapun yang dimaksud dengan rumah laba-laba di sini adalah perumpamaan
kerapuhan atau ketidakstabilan jiwa yang dialami oleh orang-orang yang mencar
perlindungan tersebut. Perhatikan orang-orang yang percaya kepada ramalan-ramalan nasib,
11
tenung (nujum) dsb, ia akan mudah terombang ambing oleh keyakinannya sendiri dan
akhimya membuat dirinya terperangkap dalam sindikat kejahatan orang-orang yang
mengambil keuntungan dalam situasi itu.
2.7.Kiat Kiat Pemeliharaan Tauhid
Akidah/Iman itu mengalami pasang-surut, adakalanya bertambah dan adakalanya
berkurang, ibarat grafik yang dapat naik dan turun sesuai dengan situasi dan kondisi yang
mempengaruhinya. Jadi, iman itu ibarat tanaman yang harus dijaga dan dipelihara agar ia
tetap subur. Tanaman yang subur tentu akan menghasilkan buah yang bagus dan berkualitas,
sebaliknya tanaman yang gersang akan menghasilkan buah yang kerdil dan tidak berkualitas.
Iman yang subur akan melahirkan amal-amal kebajikan (amal shalih), sebaliknya iman yang
gersang, bukan saja tidak membuahkan amal shalih bahkan akan menggiring kepada
perbuatan-perbuatan maksiat. Kegersangan iman akan membuat orang mudah tergoda oleh
berbagai macam godaan dan rayuan sehingga mendorongnya kepada perbuatan perbuatan
keji dan mungkar. Di dalam Q.S 14: 24-26 Allah SWT menggambarkan perumpamaan
akidah yang kuat dan manfaatnya bagi diri dan orang lain, terjemahannya sebagai berikut:
"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang
baik seperti pohon yang baik, akamya teguh dan cabangnya (menjulang) kelangit, pohon itu
Memberikar buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat
perumpamaan perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan
perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar
akamya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun". (Depag. R.I, 1984: 383-
384).
Kiat-kiat pemeliharaan iman itu seperti dikemukakan oleh Zakiah Daradjat (1986:157-162)
adalah sebagai berikut:
1. Menambah atau memperdalam ilmu
Firman Allah dalam Q.S 35:28 yang terjemahannya sebagai berikut: sesungguhnya yang
takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama (orang-orang berilmu).
Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha Pengampun". (Depag. R.I, 1984 :700).
Mendalami ilmu-ilmu agama dan keimanan merupakan konsumsi yang penting bagi
rohaniyah seseorang. Bagaimana mungkin rohaniyah bisa tumbuh dengan baik dan sehat jika
tidak pernah diperhatikan konsumsinya. Kebanyakan manusia hanya sibuk mengurus
konsumsi fisiknya dengan berbagai menu makanan dan gizi seimbang, tetapi selalu lupa
memperhatikan asupan gizi untuk rohaniyahnya. Jika rohaniyah manusia tidak pernah diberi

12
konsumsi tentang iman, Islam, ihsan dan sebagainya, ia tidak akan pernah mengenal
Tuhannya dengan baik.
2. Membiasakan amal shahih
!man yang tertancap dalam diri seseorang akan terealisasikan dengan amal sholeh. Amal
sholeh yang dilakukan seseorang mampu untuk menekan kemaksiatan dan godaan yang akan
menghampirinya. Anatara amal sholeh dan maksiat merupakan perbandingan terbalik.
Semakain tinggi amal sholeh, maka semakin berkurang maksiat. Sebaliknya, semakin sedikit
amal sholeh, maka maksiat akan semakin membesar.Untuk menyuburkan iman dan menekan
maksiat, perbanyaklah amal sholeh, baik amal shalih dalam bentuk ibadah mahdhah maupun
amal shaleh dalam bentuk ibadah ghairu mahdhah, baik yang sunnah apalagi yang wajib
untuk selalu ditingkatkan baik kuantitasnya maupn kualitasnya.
3. Senantiasa melakukan 4 M (Muhasabah, Muqarabah dan Muraqabah dan Mujahadah)
Muhasabah adalah introspeksi diri. Seorang mukmin hendaklah
selalu merenungi diri dan melakukan istrospeksi terhadap apa yang telah dilakukannya.
Setiap hari hendaknya disisihkan waktu untuk mengevaluasi apa yang sudah dilakukan dalam
satu hari itu. Tidak ada manusia yang luput dari kesalahan. Untuk itu akhir dari muhasanah
adalah bertaubat dan memohon ampun kepada Allah atas segala dosa dan kesalahan yang
telah dilakukan. Semakin sering bermuhasabah artinya semakin menyadari kekurangannya
yang pada akhimya mohon keampunan dari Allah SWT. Bukankah Allah SWT menyukai
hambaliya yang bertaubat dari kesalahannya?
Setelah muhasabah dan mohon ampun dilakukan, tahap berikutnya adalah Muqarabah.
Muqarabah artinya mendekatkan diri kepada Allah. Seorang hamba yang menyedari akan
kesalahannya berjanji tidak akan mengulangi lagi dan berupaya mendekatkan diri kepada
Allah dengan berbagai ibadah dan amal sholeh. Kebaikan-kebaikan yang dilakukan akan
dapat menghapus kesalahan yang perbah diperbuat. Selanjunya Muraqabah yaitu merasa
selalu dalam pengawasan
Allah SWT. Seorang mukmin akan terkontrol perbuatannya jika ia menyadari sepenuhnya
bahwa apa yang dilakukannya selalu dilihat oleh Allah. Ia akan malu dan takut berbuat dosa
sekalipun tidak ada orang lain yang melihatnya. Rasa takut dan malunya kepada Allah jauh
lebih besar ketimbang malu kepada manusia.
Tahap selanjunya yaitu Mujahadah yaitu berupaya sekuat tenaga untuk tetap istiqamah dalam
keimanan dan berupaya untuk melawan hawa nafsu. Melawan godaan hawa nafsu merupakan
jihad yang paling berat dalam sejarah umat manusia di muka bumi ini. Oleh karena itu bila
anda telah mampu menundukkan bisikan hawa nafsu anda sendiri maka anda telah
13
melakukan jihad dalam hidup anda. Selalulah berjihad agar anda berhasil mengharungi lautan
kehidupan yang banyak gelombang dan badainya.
4. Berserah diri kepada Allah
Firman Allah dalam Q.S 2:112 yang terjemahannya sebagai berikut: "(Tidak demikian),
bahkan barangsiapa yang menyerahkan kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, diri maka
baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hati". (Depag. R.I, 1984:30).
Selain berjihad, suatu langkah memelihara iman adalah berserah hidup kita tidak selalu
mengalami kesuksesan yang harus tempuh dalam rangka kepada Allah (tawakal). Dalam
Diri dalam setiap yang kita usahakan dan tidak semua rencana terlaksana seperti yang kita
harapkan. Karena kita harus yakin bahwa di balik rencana manusia ada kekuatan dahsyat
yang maha menentukan yakni takdir Allah. Kita wajib meyakini adanya takdir itu namun kita
juga tidak boleh menyerah dan pasrah saja kepada apa yang kita namakan takdir itu karena
takdir itu dirahasiakan Allah kepada kita. Setelah kita berusaha secara maksimal dengan
perencanaan langkah yang sudah diperhitungkan serta langkah dengan matang lalu kita
menemukan kegagalan, maka hal itu kita terima dengan lapang dada atau sikap ridha
berdasarkan keyakinan bahwa Allah itu adalah Mahakuasa dan keptusan-Nya di atas segala-
galanya. Sebab, tidak akan terjadi sesuatu di muka bumi ini kecuali atas izin Allah. Hal ini
akan menjadikan anda selalu menjalani hidup ini penuh dengan kreatif yang berlandaskan
tauhid. Sikap itulah yang disebut dengan tawakal.7

7
Muslim, Metodologi Studi Islam, (Pekanbaru : Cahaya Firdaus. 2021) h 63-69

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Akidah dalam Al-qur’an dinamakan iman. Iman secara bahasa berasal dari kata
amana-yu’manu-imanan yang aritnya percaya. Namun iman bukan sedekar percaya,
melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berprilaku. Menurut Ibnu
Mansur kata Arab secara bahasa sasaran mutlak berarti pemilik atau penguasa, tuan,
pengatur, pemelihara, penilaian dan pemberi nikmat. Pengertian ini tidak dapat dikaitkan
dengan lain kecuali kepada Allah SWT. Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan
(dianggap penting, oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya
dikuasai olehnya. Perkataan ilah dalam al-Qur'an juga dipakai dalam bentuk tunggal (mufrad
: ilaahun), gande (mutsanna: ilaahaini) dan banyak (jama": alihatun) Bertuhan nol atau
atheisme tidak mungkin
Konsep Tuhan dalam agama-agama wahyu adalah Tauhid, yaitu mengesakan Allah.
Mulai dari Nabi Adam AS sampai kepada Nabi Muhammad SAW membawa risalah
ketuhanan yang sama yaitu Tauhid.
Tauhid adalah sebuah pengakuan bahwa tidak ada ada Tuhan selain Allah. Kalimat La
ilaha illa Allah, merupakan susunan kalimat yang dimulai dengan peniadaan, yaitu tidak ada
Tuhan kemudian baru diikuti dengan -melainkan Allahll. Hal ini berarti bahwa setiap muslim
harus membersihkan diri dari penegasan segala macam Tuhan terlebih dahulu sehingga yang
ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan yaitu Allah SWT.
Membuktikan eksistensi Tuhan perlu diperhatikan dua unsur pokok, yaitu dalil dan
metode. Dalil yang digunakan ada dua, yaitu dalil,aqli dan daill naqli. Dalil aqli merupakan
argumentasi berdasarkan akal pikiran, rasio. Akal pikiran manusia dapat berpikir dan
mengambil kesimpulan bahwa alam yang terbentang luas dengan segala isinya, pasti ada
yang mencipta dan mengaturnya. Sedangkan dalil yang bersifat naqli bersumber dari wahyu
Adapun yang dimaksud dengan pemeliharaan dan pemurnian akidah itu ialah menjaga
dan memelihara iman dari segala sesuatu yang dapat merusak dan mencemarinya. Seperti
syirik, kufur (kekafiran), nifaq (kemunafikan), khurafat (keyakinan-keyakinan dan terhadap
pemberitaan- pemberitaan bohong). Aqidah yang benar tentang dzat dan sifat-sifat Allah
SWT berusaha meluruskan pemikiran manusia dari kesesatan. Di samping itu ia juga dapat
menuntun, mengarahkan untuk beramal serta melakukan karya-karya inovatif untuk
menciptakan kemaslahatan hidupnya. Dengan demikian aqidah selain mengandung aspek
nazhari (teoretis yakni keyakinan), juga mengandung aspek tathbiq (pengamalan ).

15
3.2 saran
Demikianlah tugas penyusunan makalah ini kami persembahkan. Harapan kami untuk
mengembangkan potensi yang ada dengan harapan dapat bermanfaat dan bisa di fahami oleh
para pembaca. Kritik dan saran sangat kami harapkan dari para pembaca. Khususnya dari
Ibuk Dosen yang telah membimbing kami dan para mahasiswa demi kesempurnaan makalah
ini. Apabila ada kekurangan dalam penyusunan makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

thahari, Fuad, 2014, Akidah Akhlak pendekatan saintifik k13, (Jakarta: Kementerian Agama)
Prawiro, 2019, Pengertian Akidah, link :https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-
aqidah.html.
Wahyudin, 2017, Filosofis Ketuhanan dalam Konsep Islam Menuju ketauhidan. RI‟AYAH,
Vol. 2(1)
thahari, Fuad. 2014. Akidah Akhlak pendekatan saintifik k13, Jakarta: Kementerian Agama
Muslim, 2021, Metodologi Studi Islam, (Pekanbaru : Cahaya Firdaus.)
Nurkholis, 2015, skripsi, bukti eksistensi Tuhan menurut Ibnu Rusyd dan Thomas aquinas.
(Semarang : UIN Walisongo)

17

Anda mungkin juga menyukai