Anda di halaman 1dari 18

AKHLAK DAN ETIKA ISLAM

Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengantar
Ekonomi Islam Program Studi Ekonomi Syariah 5
Semester 1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
IAIN Bone

Oleh:

Kelompok 5

MUHAMMAD IQBAL
NIM 602022023125
ARWIN NOVRANDY ANWAR
NIM 602022023116

Dosen Pengajar :
SYAPRIL,S.E.Sy.,M.E.

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS ISLAM


PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BONE (IAIN)
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
panjatkan puja dan puji Syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan Rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan makalah tentang “Akhlak dan Etika
Islam”. Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Dan dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak dosen,
selaku dosen pengampu mata kuliah Pengantar Ekonomi Islam yang telah memberikan dukungan
kepada kami dalam penulisan makalah ini. Terlepas dari itu semua, saya menyadari sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan, baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat
dilakukan perbaikan pada makalah.

Akhir kata, saya berharap semoga makalah tentang Akhlak dan Etika Islam ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Bone, 13 Oktober 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….…2
DAFTAR ISI ................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN ....................................... Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang..................................................... Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah................................................ Error! Bookmark not defined.
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………………….4
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 5
A. Definisi Akhlak. ................................................................................................. 5
B. Pembagian Akhlak ............................................................................................. 6
1. Akhlak terhadap ALLAH SWT……………………………………………...6
2. Akhlak terhadap Rasulullah………………………………………………….9
3. Akhlak terhadap Diri Sendiri………..……………………………………….10
4. Akhlak terhadap Masyarakat………………………………………………..12
5.Akhlak terhadap Tetangga………………………………………………...…13
C. Sasaran akhlak………………………………………………………………….14
BAB III KESIMPULAN.................................... Error! Bookmark not defined.6

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Agama adalah sistem yang mengajarkan cara beriman (percaya) dan berperilaku
kepada tuhan yang maha kuasa serta aturan-aturan yang berkaitan dengan hubungan antara
manusia dan lingkungannya. Kata “agama” berasal dari bahasa sansekerta, agama yang
artinya “tradisi”. Sedangkan kata lain untuk menyebut konsep ini adalah religi yang berasal
dari bahasa latin religio dan bermakna “mengikat kembali”. Artinya dengan berreligi,
seseorang menghubungkan dirinya dengan tuhan.
Emeli Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang menyeluruh
yang terdiri atas keyakinan dan amalan yang berhubungan dengan hal yang suci. Kita
sebagai umat beragama sebisa mungkin berusaha untuk terus meningkatkan keimanan kita
melalui rutinitas mencapai rohani yang sempurna kesuciannya.
Islam (Arab: al-islam: “berserah diri pada tuhan”) adalah agama yang mempercayai
satu tuhan, yaitu Allah. Dengan lebih dari satu seperempat miliar orang pengikut di seluruh
dunia, menjadikan islam sebagai agama terbesar kedua di dunia setelah agama kristen.
Islam berarti “penyerahan” atau penyerahan diri sepenuhnya kepada tuhan (Arab: allah).
Pengikut ajaran islam disebut Muslim yang artinya “seorang yang tunduk kepada tuhan”,
atau lebih lengkapnya adalah muslimin bagi laki-laki dan muslimah bagi perempuan.
Akhlak dalam pandangan islam akhlak merupakan cerminan dari pemikiran
seseorang yang tampak dari luar. Akhlak sering dijadikan ukuran baik buruknya seseorang
dilihat dari sudut pandang manusia]. Akhlak bersifat relatif dalam hal penilaian walaupun
hanya dibandingkan dari dua sisi yaitu baik dan buruk
B. Rumusan masalah
a. Apa itu akhlak
b. Bagaimana pembagian akhlak
c. Apa saja sasaran akhlak

C. Tujuan
a. Untuk dapat mengetahui pengertian akhlak.
b. Untuk dapat mengetahui pembagian akhlak.
c. Untuk dapat mengetahui sasaran akhlak.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi akhlak
Dalam perjalanan memahami konsep akhlak, kita pertama-tama menemukan bahwa kata
“akhlak” itu sendiri memiliki akar dalam bahasa Arab, yaitu “Al-Khulk”. Ini merujuk pada
berbagai aspek perilaku manusia seperti tabiat, perangai, tingkah laku, kebiasaan, dan
kelakuan. Ini adalah gambaran luas tentang bagaimana seseorang berperilaku dan berinteraksi
dalam kehidupan sehari-hari.

Ketika kita melihat lebih dalam pada istilah ini, kita menemukan bahwa akhlak adalah sifat
yang tertanam di dalam diri seorang manusia. Ini adalah sesuatu yang muncul dengan senang
dan mudah, tanpa perlu pemikiran atau paksaan. Ini adalah bagian integral dari identitas
seseorang, mendorong mereka untuk bertindak dan bereaksi dalam situasi tertentu.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), akhlak didefinisikan sebagai budi pekerti
atau kelakuan. Ini menunjukkan bahwa akhlak bukan hanya tentang apa yang kita lakukan,
tetapi juga tentang bagaimana kita melakukannya. Ini mencakup nilai-nilai moral dan etika
yang kita pegang dan bagaimana nilai-nilai ini tercermin dalam tindakan kita.

Dalam terminologi lebih lanjut, akhlak merujuk pada tingkah laku seseorang yang
didorong oleh keinginan sadar untuk melakukan perbuatan baik. Ini menunjukkan bahwa
akhlak bukan hanya tentang tindakan, tetapi juga tentang motivasi dan niat di balik tindakan
tersebut.

Akhlak juga merupakan bentuk jamak dari kata khuluk dalam bahasa Arab, yang berarti
perangai, tingkah laku, atau tabiat. Ini menunjukkan bahwa akhlak mencakup berbagai aspek
perilaku dan karakter manusia.
Akhirnya, seseorang dapat dikatakan berakhlak jika tindakan mereka muncul dengan
sendirinya, didorong oleh motivasi dari dalam diri dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan
pemikiran atau pertimbangan yang sering diulang-ulang. Ini menunjukkan bahwa akhlak
adalah sesuatu yang alami dan otentik, bukan hasil dari pemikiran atau pertimbangan yang
berlebihan.

5
Menurut Wathoni, L. M. N. (2020). Seseorang yang menunjukkan perilaku baik dan buruk,
atau dengan kata lain, memiliki akhlak terpuji dan tercela, dipengaruhi oleh hati mereka, yang
berada di bagian paling dalam dari diri mereka. Lebih jelasnya, tindakan baik dan buruk dalam
konteks akhlak tidak didasarkan pada pertimbangan logis, tradisi, atau pengalaman, tetapi lebih
pada panggilan hati nurani yang ada dalam setiap individu. Dari penjelasan tentang akhlak ini,
kita dapat memahami bahwa akhlak memiliki makna yang lebih luas dan lebih dalam.
Tindakan baik dan buruk dalam studi akhlak didasarkan pada ajaran agama Islam, yaitu Al-
Qur’an dan Hadis, bukan pada pemikiran rasional atau teori filsafat.

B. PEMBAGIAN AKHLAK
1. Akhlak terhadap ALLAH SWT
Akhlak yang mulia kepada ALLAH SWT adalah berucap dan bertindak yang
menyenangkan ALLAH SWT. Baik melalui ibadah langsung kepada-NYA, seperti
puasa,shalat, dan lain-lain.adapun perilaku-perilaku tertentu yang menunjukkan hubungan
atau komunikasi dengan ALLAH di luar ibadah itu. ALLAH SWT telah menetapkan
hukum perintah dan larangan untuk manusia agar hidup mereka teratur dan lancar. Dalam
setiap pelaksanaan hukum tersebut terdapat nilai-nilai akhlak akhlak kepada ALLAH SWT.
Ada beberapa akhlak yang harus dimiliki oleh seorang Muslim terhadap Allah Swt, antara
lain:
a. Beriman
Ini berarti percaya pada eksistensi dan kesatuan Allah serta percaya pada
apa yang Dia firmankan, seperti percaya pada malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul,
hari kiamat dan takdir. Iman adalah fondasi dari semua akhlak Islam. Jika iman
telah tertanam dalam hati, maka akan mempengaruhi semua perilaku seseorang
dan membentuk kepribadian yang mencerminkan akhlak Islam, yaitu akhlak
yang mulia.
b. Taat:
Ini berarti patuh kepada semua perintah Allah dan menjauhkan diri dari
semua larangan-Nya. Ketaatan kepada perintah Allah adalah sikap dasar
setelah beriman, dan merupakan refleksi langsung dari adanya iman di dalam
hati.

6
c. Ikhlas:
Ini berarti melaksanakan perintah Allah dengan tulus tanpa mengharapkan
sesuatu selain keridhaan Allah. Jadi, ikhlas bukan berarti tanpa pamrih. Tetapi
pamrih hanya diharapkan dari Allah berupa keridhaan-Nya. Oleh karena itu,
dalam melaksanakannya harus menjaga akhlak sebagai bukti keikhlasan
menerima hukum-hukum tersebut.
d. Khusyuk:
Ini berarti pikiran dan perasaan batin bersatu dalam perbuatan yang sedang
dikerjakan atau melaksanakan perintah dengan sungguh-sungguh. Khusyuk
menciptakan ketenangan batin dan perasaan pada orang yang melakukannya.
Oleh karena itu, segala bentuk perintah yang dilakukan dengan khusyuk
menciptakan kebahagiaan hidup. Ciri-ciri Khusyu’ yaitu adanya perasaan
nikmat ketika melaksanakannya. Shalat harus dilakukan dengan khusyu’. Jika
seseorang melakukan shalat tetapi belum khusyu’, maka sejak niat harus
sungguh-sungguh hanya terpusat pada perbuatan yang berkaitan dengan shalat.
Apa yang dibacakan oleh lidah, dimaknai oleh pikiran, diresapi oleh hati dan
difokuskan pada Allah yang sedang kita hadapi.
e. Huznudzdzan:
Ini berarti berbaik sangka kepada Allah. Apa pun yang diberikan-Nya
merupakan pilihan terbaik untuk manusia8. Berprasangka baik kepada Allah
mencerminkan harapan dan kedekatan seseorang kepada-Nya, sehingga apa
pun yang diterimanya dipandang sebagai sesuatu yang terbaik bagi dirinya.
Oleh karena itu, seseorang yang huznuzan tidak akan mengalami perasaan
kecewa atau putus asa yang berlebihan.
f. Tawakal:
Ini berarti mempercayakan diri kepada Allah dalam melaksanakan suatu
rencana. Sikap tawakal mencerminkan kesabaran dan menggambarkan kerja
keras dan sungguh-sungguh dalam melaksanakan suatu rencana. Jika rencana
tersebut menghasilkan keinginan yang diharapkan atau gagal dari harapan yang
semestinya, ia akan mampu menerimanya tanpa penyesalan.

7
g. Syukur:
Ini berarti mengungkapkan rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang telah
diberikan-Nya. Ungkapan syukur dilakukan dengan kata-kata dan perilaku.
Ungkapan dalam bentuk kata-kata adalah mengucapkan hamdalah setiap saat,
sedangkan bersyukur dengan perilaku dilakukan dengan cara menggunakan
nikmat Allah sesuai dengan semestinya. Misalnya nikmat diberi mata, maka
bersyukur terhadap nikmat itu dilakukan dengan menggunakan mata untuk
melihat hal-hal yan baik, seperti membaca, mengamati alam dan sebagainya
yang mendatangkan manfaat.
h. Sabar:
Ini berarti ketahanan mental dalam menghadapi kenyataan yang menimpa
diri kita. Ahli sabar tidak akan mengenal putus asa dalam menjalankan ibadah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar. Oleh
karena itu, perintah bersabar bukan perintah berdiam diri, tetapi perintah untuk
terus berbuat tanpa berputus asa.
i. Bertasbih:
Ini berarti mensucikan Allah dengan ucapan, yaitu dengan memperbanyak
mengucapkan subhanallah maha suci Allah ) serta menjauhkan perilaku yang
dapat mengotori nama Allah Yang Maha Suci.
j. Istighfar:
Ini berarti meminta ampun kepada Allah atas segala dosa yan perna dibuat
dengan mengucapkan “astagfirullahal ‘adzim’’ (aku memohon ampun kepada
Allah yang Maha Agung ) Sedangkan istighfar melalui perbuatan dilakukan
dengan cara tidak mengulangi dosa atau kesalahan yan telah dilakukan."
K. Takbir:
Cara menghormati Allah dengan membaca “Allahu Akbar” (Allah Maha
Besar). Menghormati Allah melalui perilaku berarti menghormati nama-Nya
dalam segala hal, sehingga tidak ada yang dianggap lebih agung daripada Allah.
Tidak ada yang dianggap lebih agung daripada Allah dalam berbagai aspek
kehidupan, baik melalui kata-kata maupun tindakan.

8
L. Doa:
Cara meminta kepada Allah apa saja yang diinginkan dengan cara yang
baik, seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah. Doa adalah cara untuk
menunjukkan kelemahan manusia di hadapan Allah, oleh karena itu berdoa
adalah inti dari ibadah. Orang yang tidak suka berdoa adalah orang yang
sombong, karena mereka tidak mengakui kelemahan mereka di hadapan Allah
dan merasa mampu dengan usaha mereka sendiri. Mereka tidak sadar bahwa
semua itu adalah berkat izin dari Allah. Jadi, doa adalah etika bagi seorang
hamba di hadapan Allah Swt. Firman Allah sebagai berikut: “Berdoalah
kepada-Ku, Aku akan kabulkan doa kalian. Sungguh orang-orang yang
menyombongkan diri karena enggan beribadah kepada-Ku, akan dimasukkan
ke dalam neraka jahannam dalam keadaan hina dina”. (Q.S. Ghafur: 60).

2. Akhlak tehadap Rasulullah

Rasulullah adalah contoh manusia dengan akhlak yang paling mulia. Beliau sangat
dermawan, bahkan lebih dermawan daripada manusia lainnya. Beliau sangat
menghindari dosa, memiliki kesabaran yang luar biasa, sangat pemalu melebihi
seorang gadis yang belum menikah, berbicara dengan fasih dan jelas, sangat murah
hati, jujur dan dapat dipercaya, sangat rendah hati, tidak sombong, selalu menepati
janji, penuh kasih sayang, lembut, suka memaafkan, dan berjiwa besar. Beliau
mencintai orang miskin dan suka duduk bersama mereka. Beliau banyak diam dan
senyumnya adalah tanda kebahagiaan. Oleh karena itu, kita seharusnya meniru akhlak
Rasulullah. Berakhlak kepada Rasulullah dapat diartikan sebagai sikap yang harus
ditunjukkan manusia kepada Baginda Rasulullah saw. sebagai bentuk penghargaan atas
perjuangannya membawa umat manusia ke jalan yang benar.

Berakhlak kepada Rasulullah perlu kita lakukan atas dasar:

a. Rasulullah Saw sangat berjasa dalam menyelamatkan manusia dari kehancuran.


Beliau banyak mengalami penderitaan lahir batin, namun semua itu diterima dengan
ridha.

9
b. Rasulullah sangat berjasa dalam membina akhlak yang mulia. Pembinan ini
dilakukan dengan memberikan contoh teladan yang baik kepada umat manusia.

c. Rasulullah berjasa dalam menjelaskan Al-Qur’an kepada manusia sehingga jelas


dan mudah dilaksanakan.

3. Akhlak terhadap diri sendiri.


Islam menuntun manusia untuk merawat diri meliputi badan dan jiwa. Organ tubuh
kita harus dijaga dengan mengonsumsi makanan yang halal dan sehat. Jika kita
memakan makanan yang haram dan tidak sehat, berarti kita telah mencelakakan diri
sendiri. Akal kita juga perlu dijaga dan dilindungi agar tidak tercemar oleh pikiran
jahat. Jiwa harus dibersihkan agar menjadi orang yang sukses. Sebagaimana Firman
Allah dalam Q.S Asy - Syam [91] : 9-10 :7 Artinya : “ Sesungguhnya sukseslah orang
yang membersihkan jiwa. Dan sesungguhnya gagalnya orang yang mengotorinya”.
Selanjutnya menjaga pandangan dan memelihara kemaluan juga termasuk berakhlak
terhadap diri sendiri. Sebagaimana Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya sebagian
penghuni neraka ialah perempuan-perempuan yang berbusana tapi yang telanjang yang
cenderung kepada maksiat dan mengajak orang lain untuk melakukan maksiat. Mereka
tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium harumnya”. ( H.R.Bukhari dan
Muslim ) “Bahwa anak perempuan apabila telah dewasa, maka mereka tidak boleh
diperlihatkan akan dia kecuali wajahnya dan kedua telapak tangannya sampai
pergelangan” (H.R. Abu Daud) Memang sulit untuk memakai busana Muslimah yang
baik dan sesuai ajaran Islam. Karena mungkin busana muslim yang baik itu seperti ibu-
ibu, tidak modis, tidak seksi, dan sebagainya tetapi itulah yang benar. Dan saat ini sudah
banyak busana muslim yang baik dan tetap terlihat modis dan cantik.Tetapi juga harus
diingat jangan berlebih, Berakhlak Terhadap Diri Sendiri mencakup:
1. Setia (al-Amanah): Ini adalah sikap individu yang loyal, tulus dan jujur dalam
menjalankan sesuatu yang dipercayakan kepadanya, baik itu berupa harta, rahasia,
kewajiban, atau kepercayaan lainnya.
2. Benar (as-Shidqatu): Ini adalah bertindak dengan kebenaran dan kejujuran baik
dalam kata-kata maupun tindakan.
3. Adil (al-‘adlu): Ini adalah menempatkan sesuatu pada posisinya yang seharusnya.

10
4. Memelihara kesucian (al-Ifafah): Ini adalah menjaga dan merawat kebersihan dan
martabat diri dari tindakan yang tercela, fitnah dan perbuatan yang dapat
mencemarkan dirinya.
5. Malu (al-Haya): Ini adalah rasa malu terhadap Allah dan diri sendiri dari perbuatan
yang melanggar perintah Allah.
6. Keberanian (as-Syajaah): Ini adalah sikap mental yang mengendalikan nafsu dan
melakukan apa yang seharusnya dilakukan.
7. Kekuatan (al-Quwwah): Ini adalah kekuatan fisik, jiwa atau semangat dan pikiran
atau kecerdasan.
8. Kesabaran (ash-Shabrul): Ini adalah sabar ketika menghadapi bencana dan dalam
melakukan sesuatu.
9. Kasih Sayang (ar-Rahman): Ini adalah sifat mencintai diri sendiri, orang lain dan
makhluk lainnya.
10. Hemat (al-iqtishad): Ini adalah tidak boros terhadap harta, hemat
tenaga dan waktuihan."

3. Akhlak terhadap keluarga


Akhlak terhadap anggota keluarga mencakup hubungan dengan ayah, ibu, anak,
dan keturunannya. Kita harus menunjukkan perilaku baik kepada anggota keluarga,
terutama orang tua. Ibu yang telah melahirkan kita dalam kondisi lemah, menyusui dan
merawat kita memberikan kasih sayang yang tak terhingga. Ketika kita merasa lapar,
tangan ibu yang memberi makan, ketika kita merasa haus, tangan ibu yang memberi
minum. Ketika kita menangis, tangan ibu yang menghapus air mata. Ketika kita merasa
gembira, tangan ibu yang menerima syukur, memeluk kita erat dengan air mata
kebahagiaan. Ketika kita mandi, tangan ibu yang menyebarkan air ke seluruh tubuh,
membersihkan segala kotoran. Tangan ibu, tangan ajaib, sentuhan ibu, sentuhan kasih,
dapat membawa ke Surga Firdaus.
Demikian juga ayah adalah sosok seorang pria yang luar biasa dalam hidup yang
telah menyokong kita tanpa memperdulikan panasnya sinar matahari, bahaya kematian
yang akan menghadang demi anak apapun akan dilakukan, mendidik kita tanpa lelah
meski kadang-kadang kita melawan perintahnya ia tak pernah bosan memberi yang

11
terbaik agar anaknya selamat dunia dan akhirat, menyekolahkan anaknya hingga
sukses. Tak pernah lupa dalam doa mereka untuk kita. Begitulah perjuangan orang tua
maka sudahkah kita berbakti, mendoakan mereka setiap kali selesai shalat, ingat kepada
mereka setiap saat, maka sepatutnya lah kita patuh kepada kedua mereka dalam
hidup kita ini.
Firman Allah: "Kami memerintahkan kepada manusia untuk berbakti kepada kedua
orang tuanya, ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya
dengan susah payah juga. Masa kehamilan hingga menyapihnya adalah tiga puluh
bulan, sehingga ketika dia telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun dia
berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukkanlah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah
Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan agar aku dapat melakukan
amal saleh yang Engkau ridhai; berikanlah kebaikan kepadaku dengan (memberikan
kebaikan) kepada anak cucuku. Sungguh aku bertaubat kepada Engkau dan sungguh
aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (Q.S Al-Ahqaf:15).
Akhlak Terhadap Orang Tua mencakup:
a. Mencintai mereka lebih dari cinta kita terhadap kerabat lainnya6.
b. Bersikap lembut dalam kata-kata dan tindakan.
c. Merendah diri di hadapan mereka.
d. Berdoa untuk mereka dan meminta doa dari mereka.

4. Akhlak kepada Masyarakat


a. Etika Terhadap Masyarakat Etika terhadap masyarakat mencakup:
b. Menghargai tamu
c. Menghargai nilai dan norma yang ada dalam Masyarakat.
d. Saling membantu dalam melakukan kebaikan dan ketakwaan.
e. Mendorong anggota masyarakat untuk melakukan kebaikan dan mencegah
perbuatan buruk.
f. Memberikan makanan kepada orang miskin.
g. Berdiskusi dalam semua masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama.
h. Melaksanakan tanggung jawab yang telah diberikan oleh masyarakat kepada kita.
i. Memenuhi janji.

12
5. Akhlak kepada tetangga

Akhlak terhadap tetangga adalah perilaku yang patut dipuji. Rasulullah Saw. sangat
menganjurkan untuk berbuat baik kepada tetangga, seperti yang disabdakan oleh
Rasulullah:

“Jika dia ingin meminjam, hendaklah kamu meminjamkannya, jika dia meminta
bantuan, hendaklah kamu membantunya, jika dia sakit, hendaklah kamu merawatnya,
jika dia membutuhkan bantuan, hendaklah kamu membantunya, jika dia merasa
senang, hendaklah kamu memberikan ucapan selamat, jika dia mengalami kesulitan,
hendaklah kamu menghiburnya, jika dia meninggal, hendaklah kamu mengantar
jenazahnya. Janganlah kamu membangun rumah yang lebih tinggi dari rumahnya dan
janganlah kamu menyusahkan dia dengan bau masakanmu kecuali kamu
memberikannya sebagai hadiah, dan jika tidak kamu berikan, bawalah masuk ke dalam
rumahmu dengan sembunyi-sembunyi, dan janganlah kamu memberi anakmu
membawa keluar buah-buahan itu, kecuali nanti anaknya menginginkan buah itu.”
(H.R. Abu Syaikh)

13
C. SASARAN AKHLAK
Akhlak memiliki dua tujuan (Sasaran) utama: Pertama, akhlak dalam
hubungan dengan Allah. Kedua, akhlak dalam interaksi dengan makhluk lainnya.
Jadi, tidak tepat jika isu akhlak hanya dikaitkan dengan hubungan antar manusia
saja. Dengan demikian, benar bahwa akar dari akhlak adalah aqidah dan batangnya
adalah syariah. Akhlak telah menjadi buah dari pohon ini. Jika pohonnya rusak,
buahnya akan rusak, dan jika akarnya rusak, pohonnya akan rusak. Oleh karena itu,
akar, batang, dan buah harus dirawat dengan baik.
1. Akhlak dalam hubungan dengan Allah SWT
Sikap berakhlak dalam hubungan dengan Allah SWT mencakup pengakuan
dan pemahaman bahwa tidak ada tuhan selain Allah SWT. Dia memiliki sifat-
sifat yang luar biasa dan agung; begitu agungnya sifat-sifat tersebut, sehingga
tidak hanya manusia, bahkan malaikat pun tidak dapat memahami esensi-Nya
sepenuhnya. “Engkau adalah Mahasuci, ya Allah, kami tidak mampu memuji-
Mu; Pujian untuk-Mu adalah pujian yang Engkau berikan kepada diri-Mu
sendiri,” demikian kata para malaikat. Itulah alasan mengapa Al-Quran
mengajarkan manusia untuk memuji-Nya, Wa qul al-hamdulillah (Katakanlah
“Segala puji bagi Allah”). Semua ini menunjukkan bahwa makhluk tidak dapat
sepenuhnya memahami betapa sempurna dan terpuji-Nya Allah SWT. Itulah
sebabnya mereka sebelum memuji-Nya, mereka menyucikan-Nya terlebih
dahulu. Jangan sampai pujian yang mereka ucapkan tidak sesuai dengan
keagungan-Nya. Berdasarkan penjelasan tentang kesempurnaan Allah, tidak
mengherankan jika Al-Quran memerintahkan manusia untuk berserah diri
kepada-Nya, karena segala sesuatu yang berasal dari-Nya adalah baik, benar,
indah, dan sempurna. Di sini, petunjuk jalan menuju kebaikan dinyatakan
berasal dari Allah yang memberi nikmat.

2. Akhlak terhadap Lingkungan


Lingkungan di sini mencakup semua hal yang ada di sekeliling manusia,
baik hewan, tanaman, maupun objek-objek mati. Secara mendasar, akhlak yang
disampaikan Al-Quran terhadap lingkungan berdasarkan pada peran manusia

14
sebagai khalifah. Kekhalifahan mengharuskan adanya hubungan antara
manusia dengan sesamanya dan manusia dengan alam. Kekhalifahan berarti
perlindungan, pemeliharaan, dan bimbingan, agar setiap makhluk mencapai
maksud penciptaannya. Menurut pandangan akhlak Islam, seseorang tidak
boleh mengambil buah sebelum masak, atau memetik bunga sebelum mekar,
karena hal ini berarti tidak memberi kesempatan kepada makhluk untuk
mencapai maksud penciptaannya.
Ini berarti manusia harus bisa menghargai proses-proses yang sedang
berlangsung, dan terhadap semua proses yang sedang terjadi. Hal ini membawa
manusia bertanggung jawab, sehingga ia tidak melakukan kerusakan, bahkan
dengan kata lain, "Setiap kerusakan terhadap lingkungan harus dianggap
sebagai kerusakan pada diri manusia sendiri." Hewan, tanaman, dan objek-
objek mati semuanya diciptakan oleh Allah SWT dan menjadi milik-Nya, serta
semua bergantung kepada-Nya.

15
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dalam Islam, akhlak dan etika memiliki peran yang sangat penting. Dapat disimpulkan
tingkah laku seseorang yang didorong oleh keinginan sadar untuk melakukan perbuatan baik dan
etika . Adapun kesamaan antara akhlak. Selain akhlak, terdapat juga istilah etika dan moral. Etika
berasal dari kata Yunani “ethes” yang berarti kebiasaan. Etika adalah studi yang meneliti apa yang
baik dan buruk dengan mempertimbangkan tindakan manusia sejauh yang dapat dipahami oleh
pikiran. Sementara itu, moral berasal dari kata Latin “mores” yang juga berarti kebiasaan.terletak
pada fokus mereka dalam membahas perihal perilaku manusia yang baik dan buruk. Namun,
perbedaannya terletak pada dasar mereka. Sebagai bagian dari filsafat, etika berawal dari
pemikiran manusia. Sementara itu, akhlak didasarkan pada ajaran Allah dan Rasul-Nya.

Dalam perspektif Islam, tujuan dari akhlak dan etika adalah untuk mendekatkan diri kepada
Allah dan membentuk komunitas yang penuh kedamaian dan harmoni. Dalam kehidupan sehari-
hari, penerapan akhlak dan etika ini dapat diamati melalui perilaku dan tindakan yang menghargai
dan memberikan manfaat bagi orang lain, serta memegang teguh nilai-nilai kejujuran dan keadilan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ainusyamsi, F. Y., & Husni. (2021). Perspektif Al-Qur’an tentang Pembebasan Manusia Melalui
Pendidikan Akhlak. Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 9(1).
https://doi.org/10.36667/jppi.v9i1.670
Wathoni, L. M. N. (2020). Akhlak Tasawuf: menyelami kesucian diri. Forum Pemuda Aswaja.
Habibah, S. (2015). Akhlak dan etika dalam islam. Jurnal Pesona Dasar, 1(4).

17
18

Anda mungkin juga menyukai