BONGAYA 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam karena atas izin dan
kehendaknya makalah sederhana ini dapat kami rampungkan tepat pada waktunya.Penulisan
dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metode studi
Islam
Dalam penulisan makalah ini kami menemui berbagai hambatan yang dikarenakan
terbatasnya Ilmu Pengetahuan kami mengenai hal yang berkenan dengan penulisan makalah
ini. Oleh karena itu sudah sepatutnya kami berterima kasih kepada dosen pembimbing kami
yakni Dr.Edy jumady,S.E,M.SI yang telah memberikan limpahan ilmu berguna kepada
kami.
Kami menyadari akan kemampuan kami yang masih amatir. Dalam makalah ini kami sudah
berusaha semaksimal mungkin.Tapi kami yakin makalah ini masih banyak kekurangan
disana-sini. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan juga kritik membangun agar lebih
maju di masa yang akan datang.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
1.1 Kesimpulan....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam agama Islam terdapat tiga ajaran yang sangat ditekankan oleh Allah dan Rasul-Nya,
yang harus diamalkan dan dibenarkan dalam hati. Yaitu iman (aqidah), Islam (syariat), dan
ihsan (akhlak). Tetapi sekarang-sekarang ini ada yang mengabaikan salah satu dari tiga hal
ini. Sehingga kehidupannya menjadi jauh dari agama.
Aqidah, syariah dan akhlak pada dasarnya merupakan satu kesatuan dalam ajaranislam.
Ketiga unsur tersebut dapat dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan. Aqidah sebagai sistem
kepercayaan yang bermuatan elemen-elemen dasar keyakinan, menggambarkan sumber dan
hakikat keberadaan agama. Sementara syariah sebagai sistem nilai berisi peraturan yang
menggambarkan fungsi agama. Sedangkan akhlak sebagai sistematika menggambarkan arah
dan tujuan yg hendak dicapai agama.
Hal yang melatar belakangi kami membuat makalah ini ialah selain sebagai tugas kami
selaku Mahasiswa juga kami ingin lebih mengetahui dan memahami tentang apa pengertian
Aqidah, Syariah, dan bagaimana hubungan antara aqidah dan syariah serta bagaimana
hubungan antara aqidah dan ahlak terhadap orang bukan islam.
berikut :
1
1.3 Tujuan Pembuatan Makalah
Berdasarkan pada beberapa perumusan masalah yang telah disusun, maka tujuannya sebagai
berikut :
2
BAB II
PEMBAHASAN
Secara umum aturan itu dibagi menjadi 3 hal pokok, yaitu Aqidah, Syari’ah dan Akhlaq.
1. Aqidah
Aqidah adalah sistem keyakinan yang mendasari seluruh aktivitas muslim. Ajaran
Islam berisikan tentang apa saja yang mesti dipercayai, diyakini, dan diimani oleh setiap
muslim. Karena agama Islam bersumber kepada kepercayaan dan keimanan kepada Allah
swt, maka aqidah merupakan sistem kepercayaaan yang mengikat manusia kepada Islam.
Seorang manusia disebut muslim jika dengan penuh kesadaran dan ketulusan bersedia terikat
dengan sistem kepercayaan Islam. Karena itu, aqidah merupakan ikatan dan simpul dasar
dalam Islam yang pertama dan utama.
Aqidah dibangun atas 6 dasar keimanan yang lazim disebut Rukun Iman. Rukun
iman meliputi : iman kepada Allah swt, para malaikat, kitab – kitab, para Rasul, hari akhir,
dan Qodlo dan Qodar. Allah berfirman dalam QS.An-Nisa’, ayat 136 yang artinya “ Wahai
orang yang beriman, tetaplah beriman kepaada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang
diturunkan kepada rasul-Nya serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barang siapa ingkar
kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya, Rasul-Nya, hari Kemudian, maka sesungguhnya
orang itu telah sesat sejauh- jauhnya”.
Berdasarkan 6 fondasi tersebut, maka keterikatan setiap muslim yang semestinya ada pada
jiwa setiap muslim adalah :
3
a. Meyakini bahwa Islam adalah agama yang terakhir, mengandung syariat yang
menyempurnakan syariat – syariat yang diturunkan Allah sebelumnya.
b. Meyakini bahwa Islam adalah satu- satunya agama yang benar di sisi Allah. Islam
dating dengan membawa kebenarana yang bersifat absolute guna menjadi pedoman
hidup dan kehidupan manusia selaras dengan fitrahnya.
c. Meyakini bahwa Islam adalah agama yang universal serta berlaku untuk semua
manusioa dalam segala lapisan masyarakat dan sesuai dengasn tuntutan budaya
manusia.
2. Syari’ah
Komponen Islam yang kedua adalah syari’ah yang berisi peraturan dan perundang-
undangan yang mengatur aktifitas yang seharusnya dikerjakan manusia. Syari’at adalah
sistem nilai yang merupakan inti ajaran Islam. Syari’ah aatau sistem nilai Islam yang
diciptakan oleh Allah sendiri. Dalam kaitan ini, Allah disebut Syaari atau pencipta hukum.
a. Syari’at yang mengatur hubungan manusia secara vertikal dengan Allah (ibadah
mahdah / khusus). Disebut ibadah mahdah karena sifatnya yang khas dan sudah
ditentukan secara pasti oleh Allah dan dicontohkan secara rinci oleh Allah. Dalam
konteks ini, syari’at berisikan ketentuan tentang tata cara peribadatan manusia kepada
Allah, seperti kewajiban shalat, puasa, zakat, haji.
b. Syari’at yang mengatur hubungan manusia secara horizontal dengan sesama dan
makhluk lainnya ( mu’amalah ). Mu’amalah meliputi ketentuan perundang- undangan
yang mengatur segala aktivitas hidup manusia dalam pergaulan dengan sesamanya
dan alam sekitarnya.
Adanya sistem mu’amalah ini membuktikan bahwa Islam tidak meninggalkan urusan
dunia, bahkan tidak pula melakukan pemisahan terhadap persoalan dunia maupuu
akhirat. Bagi Islam, ibadah yang diwajibkan Allah atas hambanya bukan sekedar
bersifat formal belaka, melainkan disuruhnya agar semua aktivitas hidup dijalankan
manusia hendaknya bernilai ibadah. Ajaran ini sesuai dengan ajaran Islam tentang
4
tujuan diciptakannya manusia supaya beribadah. Allah berfirman dalam QS. Az-
Zarariyat, ayat 56
“ Dan tiadalah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali supaya beribadah kepada- Ku “
Hubungan horizontal ini disebut pula dengan ibadah gairu mahdah / umum karena
sifatnya umum, di mana Allah atau Rasul-Nya tidak memerinci macam dan jenis
perilakunya, tetapi hanya memberikan prinsip dasarnya saja.
3. Akhlaq
Akhlaq merupakan komponen dasar Islam yang ketiga yang berisi ajaran tentang
perilaku atau sopan santun. Akhlaq maupun syari’ah pada dasarnya membahas perilaku
manusia, tetapi yang berbeda di antaranya adalah obyek materia. Syari’ah melihat perbuatan
manusia darin segi hukum yaitu : wajib, sunah, mubah, makruh, dan haram. Sedangkan aklaq
melihat perbuatan manusia dari segi nilai / etika, yaitu perbuatan baik ataupun buruk.
Akhlaq merupakan sistematika Islam, sebagai sistem, akhlaq memiliki spektrum yang
luas, mulai sikap terhadap dirinya, orang lain, dan makhluk lain, serta terhadap Allah SWT.
Aqidah, Syari’ah, dan Akhlaq pada dasarnya merupakan satu kesatuan dalam ajaran
Islam. ketiga unsur tersebut dapat dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan.
5
Atas dasar hubungan itu, maka :
Seseorang yang melakukan suatu perbuatan baik, tetapi tidak dilandasi oleh aqidah , maka
orang itu termasuk dalam kategori kafir.
Seseorang yang mengaku beraqidah, tetapi tidak mau melaksanakan syari’ah, maka orang
itu disebut fasik.
Seseorang yang mengaku beraqidah dan melaksanakan syari’ah, tetapi dengan landasan
aqidah yang tidak lurus, maka orang itu disebut munafik.
Seseorang yang melakukan perbuatan baik, tetapi tidak dilandasi aqidah, maka perbuatannya
hanya dikategorikan sebagai perbuatan baik. Perbuatan baik adalah perbuatan yang sesuai
dengan nilai- nilai kemanusiaan, tetapi belum tentu dipandang benar menurut Allah.
Perbuatan baik yang didorong oleh keimanan terhadap Allah sebagai wujud pelaksanaan
syari’ah disebut sebagai amal sholeh. Oleh karena itu, dala Al-Qur’an kata amal sholeh
selalu diawali dengan kata iman, antar lain dalam QS. An-Nur, ayat 55
Dari Umar ra. juga dia berkata : “Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah s.a.w suatu hari
tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut
sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun
diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu
menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah s.a.w) seraya berkata: “Ya
Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah s.a.w, “Islam
adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah (tuhan yang disembah) selain Allah, dan
bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat,
puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu“, kemudian dia berkata, “anda benar“.
6
Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia
bertanya lagi, “Beritahukan aku tentang Iman?“ Lalu beliau bersabda, “Engkau beriman
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan
engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk“, kemudian dia berkata, “anda
benar“. Kemudian dia berkata lagi, “Beritahukan aku tentang ihsan ?“. Lalu beliau
bersabda, “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya,
jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata, “
Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda, “Yang ditanya
tidak lebih tahu dari yang bertanya “. Dia berkata, “ Beritahukan aku tentang tanda-
tandanya“, beliau bersabda, “Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau
melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian)
berlomba-lomba meninggikan bangunannya“, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam
sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah s.a.w) bertanya, “Tahukah engkau siapa yang
bertanya ?”. aku berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui“. Beliau bersabda, “Dia
adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian“. (HR.
Muslim).
Hadits ini menerangkan pokok-pokok ajaran Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan serta
memperhatikan isi Al Qur’an secara keseluruhan maka dapat dikembangkan bahwa pada
dasarnya sistematika dan pengelompokkan ajaran Islam secara garis besar adalah aqidah,
syariah dan akhlak.
Ditinjau dari ajarannya, Islam mengatur berbagai aspek kehidupan pada manusia yang
meliputi :
7
Vera Micheles Dean dalam bukunya ”The Nature of The Non Western
World”, sebagaimana dikutip Humaidi Tata Pangarsa; bahwa Islam meliputi empat unsur
yaitu :
1. Islam is religion.
2. Islam is political system.
3. Islam is way of live.
4. Islam is interpretation of history.
1. Iqlimiyah Al-Islam
Adanya ajaran – ajaran Islam yang berbeda dalam satu iklam (wilayah) dengan wilayah
lainnya sebagai akibat perbedaan situasi dan kondisi.
2. Alqawa’id Al-Hikmah
Ajaran Islam yang memiliki kontek keberlakuan akidah secara mendunia sepanjang masa.
1. Pengertian Aqidah
Aqidah secara bahasa berasal dari kata ( دGG )عقyang berarti ikatan. Secara istilah adalah
keyakinan hati atas sesuatu. Kata ‘aqidah’ tersebut dapat digunakan untuk ajaran yang
terdapat dalam Islam, dan dapat pula digunakan untuk ajaran lain di luar Islam. Sehingga ada
istilah aqidah Islam, aqidah nasrani; ada aqidah yang benar atau lurus dan ada aqidah yang
sesat atau menyimpang.
Dalam ajaran Islam, aqidah Islam (al-aqidah al-Islamiyah) merupakan keyakinan atas
sesuatu yang terdapat dalam apa yang disebut dengan rukun iman, yaitu keyakinan kepada
Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta taqdir baik dan buruk.
Hal ini didasarkan kepada Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Shahabat
Umar bin Khathab r.a. yang dikenal dengan ‘Hadits Jibril’.
8
2. Kedudukan Aqidah dalam Islam
Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat suatu bangunan,
aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain, seperti ibadah dan akhlaq,
adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah yang dibangun tanpa pondasi adalah suatu
bangunan yang sangat rapuh. Tidak usah ada gempa bumi atau badai, bahkan untuk sekedar
menahan atau menanggung beban atap saja, bangunan tersebut akan runtuh dan hancur
berantakan.
Maka, aqidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi tegak agama (din) dan diterimanya
suatu amal. Allah swt berfirman,
.َفَم ْن َك اَن َيْر ُج وا ِلَقآَء َرِّبِه َفْلَيْع َمْل َع َم ًال َص اِلًح ا َو َالُيْش ِرُك ِبِع َباَد ِة َرِّبِه َأَح ًدا
. َو َلَقْد ُأوِح َى ِإَلْيَك َو ِإَلى اَّلِذ يَن ِم ن َقْبِلَك َلِئْن َأْش َر ْك َت َلَيْح َبَطَّن َع َم ُلَك َو َلَتُك وَنَّن ِّم َن اْلَخ اِس ِريَن
Artinya: “Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi sebelummu,
bahwa jika engkau betul-betul melakukan kesyirikan, maka sungguh amalmu akan hancur,
dan kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang merugi.” (Q.S. az-Zumar: 65)
Mengingat pentingnya kedudukan aqidah di atas, maka para Nabi dan Rasul mendahulukan
dakwah dan pengajaran Islam dari aspek aqidah, sebelum aspek yang lainnya. Rasulullah saw
berdakwah dan mengajarkan Islam pertama kali di kota Makkah dengan menanamkan nilai-
nilai aqidah atau keimanan, dalam rentang waktu yang cukup panjang, yaitu selama kurang
lebih tiga belas tahun. Dalam rentang waktu tersebut, kaum muslimin yang merupakan
minoritas di Makkah mendapatkan ujian keimanan yang sangat berat. Ujian berat itu
kemudian terbukti menjadikan keimanan mereka sangat kuat, sehingga menjadi basis atau
landasan yang kokoh bagi perjalanan perjuangan Islam selanjutnya. Sedangkan pengajaran
dan penegakan hukum-hukum syariat dilakukan di Madinah, dalam rentang waktu yang lebih
singkat, yaitu kurang lebih selama sepuluh tahun. Hal ini menjadi pelajaran bagi kita
mengenai betapa penting dan teramat pokoknya aqidah atau keimanan dalam ajaran Islam.
9
3. Sumber-sumber Aqidah Islam
A Pengertian Aqidah
Aqidah secara bahasa berasal dari kata ( دGG )عقyang berarti ikatan. Secara istilah adalah
keyakinan hati atas sesuatu. Kata ‘aqidah’ tersebut dapat digunakan untuk ajaran yang
terdapat dalam Islam, dan dapat pula digunakan untuk ajaran lain di luar Islam. Sehingga ada
istilah aqidah Islam, aqidah nasrani; ada aqidah yang benar atau lurus dan ada aqidah yang
sesat atau menyimpang.
Dalam ajaran Islam, aqidah Islam (al-aqidah al-Islamiyah) merupakan keyakinan atas
sesuatu yang terdapat dalam apa yang disebut dengan rukun iman, yaitu keyakinan kepada
Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta taqdir baik dan buruk.
Hal ini didasarkan kepada Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Shahabat
Umar bin Khathab r.a. yang dikenal dengan ‘Hadits Jibril’.
Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat suatu bangunan,
aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain, seperti ibadah dan akhlaq,
adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah yang dibangun tanpa pondasi adalah suatu
bangunan yang sangat rapuh. Tidak usah ada gempa bumi atau badai, bahkan untuk sekedar
menahan atau menanggung beban atap saja, bangunan tersebut akan runtuh dan hancur
berantakan.
Maka, aqidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi tegak agama (din) dan diterimanya
suatu amal. Allah swt berfirman,
.َفَم ْن َك اَن َيْر ُج وا ِلَقآَء َر ِّبِه َفْلَيْع َم ْل َع َم ًال َص اِلًحا َو َالُيْش ِرُك ِبِع َباَد ِة َر ِّبِه َأَح ًدا
. َو َلَقْد ُأوِح َى ِإَلْيَك َوِإَلى اَّلِذ يَن ِم ن َقْبِلَك َلِئْن َأْش َر ْك َت َلَيْح َبَطَّن َع َم ُلَك َو َلَتُك وَنَّن ِّم َن اْلَخ اِس ِريَن
Artinya: “Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi sebelummu,
bahwa jika engkau betul-betul melakukan kesyirikan, maka sungguh amalmu akan hancur,
dan kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang merugi.” (Q.S. az-Zumar: 65)
Mengingat pentingnya kedudukan aqidah di atas, maka para Nabi dan Rasul mendahulukan
dakwah dan pengajaran Islam dari aspek aqidah, sebelum aspek yang lainnya. Rasulullah saw
berdakwah dan mengajarkan Islam pertama kali di kota Makkah dengan menanamkan nilai-
10
nilai aqidah atau keimanan, dalam rentang waktu yang cukup panjang, yaitu selama kurang
lebih tiga belas tahun. Dalam rentang waktu tersebut, kaum muslimin yang merupakan
minoritas di Makkah mendapatkan ujian keimanan yang sangat berat. Ujian berat itu
kemudian terbukti menjadikan keimanan mereka sangat kuat, sehingga menjadi basis atau
landasan yang kokoh bagi perjalanan perjuangan Islam selanjutnya. Sedangkan pengajaran
dan penegakan hukum-hukum syariat dilakukan di Madinah, dalam rentang waktu yang lebih
singkat, yaitu kurang lebih selama sepuluh tahun. Hal ini menjadi pelajaran bagi kita
mengenai betapa penting dan teramat pokoknya aqidah atau keimanan dalam ajaran Islam.
Aqidah Islam adalah sesuatu yang bersifat tauqifi, artinya suatu ajaran yang hanya dapat
ditetapkan dengan adanya dalil dari Allah dan Rasul-Nya. Maka, sumber ajaran aqidah Islam
adalah terbatas pada al-Quran dan Sunnah saja. Karena, tidak ada yang lebih tahu tentang
Allah kecuali Allah itu sendiri, dan tidak ada yang lebih tahu tentang Allah, setelah Allah
sendiri, kecuali Rasulullah saw.
Generasi para shahabat adalah generasi yang dinyatakan oleh Rasululah sebagai generasi
terbaik kaum muslimin. Kebaikan mereka terletak pada pemahaman dan sekaligus
pengamalannya atas ajaran-ajaran Islam secara benar dan kaffah. Hal ini tidak
mengherankan, karena mereka adalah generasi awal yang menyaksikan langsung turunnya
wahyu, dan mereka mendapat pengajaran dan pendidikan langsung dari Rasulullah saw.
Setelah generasi shahabat, kualifikasi atau derajat kebaikan itu diikuti secara berurutan oleh
generasi berikutnya dari kalangan tabi’in, dan selanjutnya diikuti oleh generasi tabi’ut tabi’in.
Tiga generasi inilah yang secara umum disebut sebagai generasi salaf. Rasulullah bersabda
tentang mereka,
… َخ ْيُر الَّناِس َقْر ِني ُثَّم اَّلِذ ْيَن َيُلْو َنُهْم ُثَّم اَّلِذ ْيَن َيُلْو َنُهْم
Artinya: “Sebaik-baik manusia adalah generasi pada masaku, lalu generasi berikutnya, lalu
generasi berikutnya…” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Generasi salaf yang shalih (al-salaf al-shalih) mengambil pemahaman aqidah dari al-Quran
dan sunnah dengan metode mengimani atau meyakini semua yang diinformasikan
(ditunjukkan) oleh kedua sumber tersebut. Dan apa saja yang tidak terdapat dapat dalam
kedua sumber itu, mereka meniadakan dan menolaknya. Mereka mencukupkan diri dengan
11
kedua sumber tersebut dalam menetapkan atau meniadakan suatu pemahaman yang menjadi
dasar aqidah atau keyakinan.
Dengan metode di atas, maka para shahabat, dan generasi berikutnya yang mengikuti mereka
dangan baik (ihsan), mereka beraqidah dengan aqidah yang sama. Di kalangan mereka tidak
terjadi perselisihan dalam masalah aqidah. Kalau pun ada perbedaan, maka perbedaan di
kalangan mereka hanyalah dalam masalah hukum yang bersifat cabang (furu’iyyah) saja,
bukan dalam masalah-masalah yang pokok (ushuliyyah). Seperti ini pula keadaan yang terjadi
di kalangan para imam madzhab yang empat, yaitu Imam Abu Hanifah (th. 699-767 M),
Imam Malik (tahun 712-797), Imam Syafi’i (tahun 767-820), dan Imam Ahmad (tahun 780-
855 M).
Karena itulah, maka mereka dipersaksikan oleh Rasulullah saw sebagai golongan yang
selamat, sebagaimana sabda beliau,
Artinya: “Mereka (golongan yang selamat) adalah orang-orang yang berada di atas suatu
prinsip seperti halnya saya dan para shahabat saya telah berjalan di atasnya.” (H.R.
Tirmidzi)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Aqidah
12
2. Syariah
3. Akhlaq
Merupakan keyakinan atas sesuatu yang terdapat dalam apa yang disebut dengan rukun
iman, yaitu keyakinan kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari
akhir, serta taqdir baik dan buruk.
http://dhayattoni80.blogspot.com/2014/09/kerangka-dasar-ajaran-islam.html
13
14