Anda di halaman 1dari 13

TUGAS INDIVIDU

“PONDASI DAN PRINSIP SISTEM PEREKONOMIAN ISLAM”

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas UTS


Mata Kuliah :Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah
Dosen Pengampu :Dr. Ahmad Supriyadi, S.H, M.Hum

oleh :

Nama : Dhea Adheliana Putri


Kelas : Manajemen Bisnis Syariah- 4B
NIM : 1720310039
Kelompok : 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era sekarang ini telah banyak berkembang bank serta lembaga keuangan yang
berdasar atau menganut sistem syariah. Dengan adanya inovasi dalam dunia perbankan ini,
dapat memberikan kesempatan bagi para pelaku ekonomi yang ingin menjalankan kegiatan
ekonomi khususnya dalam bidang jasa perbankan agar lebih aman dan terjamin.Hal ini
dikarenakan adanya peraturan perundangan yang menjadi pendukung dalam pengoperasian
lembaga keuangan bank ataupun lembaga non-perbankan yang berlandaskan sistem syariah.
Bank dan lembaga keuangan syariah merupakan badan hukum yang bergerak
dibidang jasa keuangan sebagai perantara yang keuangan dan membutuhkan dana dengan
teknik operasionalnya secara syariah. Dengan demikian lembaga keuangan syariah
merupakan bentuk implementasi sistem islam. Islam tidak hanya sebagai agama tetapi juga
sebagai way of lifebagi kehidupan manusia khususnya umat Islam.Karenanya Islam
memberikan bentuk lembaga keuangan syariah sebagai wadah keinginan masyarakat yang
ingin berinvestasi dan berusaha, sesuai dengan kemampuan dan keinginan secara syar`i.
Dalam makalah ini, akan dibahas tetang bagaimana perekonomian islam berpondasi
hingga bagaimana prinsip dan sistem keuangan yang dijalankan oleh bank dan lembaga
keuangan syariah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembahasan tentang islam sebagai agama yang universal?
2. Bagaimana pembahasan pondasi / rancang bangun perekonomian islam?
3. Bagaimana pembahasan tentang nilai-nilai sistem perekonomian islam?
4. Bagaimana pembahasan tentang prinsip sistem keuangan syariah?
BAB II
PEMBAHASAN

A. ISLAM SEBAGAI AGAMA YANG UNIVERSAL


1. Islam Sebagai Agama yang Lengkap dan Universal
Islam merupakan agama yang bersifat paripurna dan universal.Islam juga
merupakan agama yang lengkap dalam memberikan tuntunan dan panduan bagi
kehidupan umat manusia. Syariah islam merupakan syariah yang bersifat
komperhensif dan juga universal.
Dengan penjelasan tersebut, menunjukkan bahwa syariah yang berada dalam
ajaran islam mencakup berbagai aspek kehidupan umat manusia, baik dalam hal
ibadah maupun sosial politik ekonomi. Ibadah sangat diperlukan dalam rangka
menjaga hubungan baik antara manusia dengan sang Khaliq yaitu Allah SWT.
Sedangkan syariah di dalam hal muamalah berfungsi sebagai suatu aturan main bagi
umat manusia dalam rangka menjalankan fungsi sosialnya di muka bumi ini.Termasuk
dalam hal ini adalah peranan manusia dalam menjalankan sektor muamalah yang
berkaitan dengan harta dan ekonomi.1
Secara umum, tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi adalah dalam
rangka mewujudkan kesejahteraan hidup umat manusia dan juga untuk melaksanakan
ibadah kepada Allah SWT.Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya yaitu QS.
Lukman ayat 20, sebagai berikut :

Artinya :

1
Nurul Huda, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis,Jakarta : Kencana, 2010, Hlm. 2.
“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk
(kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan
untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan diantara manusia ada yang membantah
tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang
memberi penerangan”.(QS. Lukman : 20).
Aspek ajaran islam tidak hanya dibatasi dengan kegiatan ibadah saja, akan
tetapi seluruh roda kehidupan umat manusia, termasuk dalam menjalankan kegiatan
muamalah harus sesuai dengan syariah islam. Seperti diketahui bahwa cakupan ajaran
islam pada dasarnya meliputi :
a) Konsep akan akidah, atau disebut juga sebagai konsep iman.
Konsep ini dikenal sebagai rukun iman, yang meliputi : iman kepada Allah SWT,
iman kepada malaikat Allah SWT, iman kepada kitab-kitab suci Allah SWT, iman
kepada para nabi dan rasul Allah SWT, iman kepada penetapan akan datangnya
hari akhir, dan yang terakhir iman kepada qadha dan qadar yang telah ditetapkan
oleh Allah SWT.
b) Konsep akan akhlak.
Konsep ini menekankan kepada setiap umat manusia bahwa dimanapun dan
kapanpun kita berada, Allah SWT akan selalu mampu melihat apa yang kita
perbuat. Sehingga dengan konsep akhlak ini, diharapkan umat islam akan berpikir
terlebih dahulu apabila memiliki niat untuk melakukan perbuatan tercela.
c) Konsep syariah islam.
Dalam konsep ini dijelaskan tentang alan yang harus ditempuh atau garis yang
mestinya dilalui oleh seorang yang beriman kepada Allah SWT dan juga kepada
ajaran-Nya yang disampaikan melalui Rasulullah SAW. Termasuk didalamnya
adalah aturan mengenai ibadah dan juga muamalah.2
2. PANDANGAN ISLAM TERHADAP HARTA DAN EKONOMI
Secara umum, tugas kekhalifahan manusia adalah tugas mewujudkan
kemakmuran dan kesejahteraan dalam kehidupannya serta tugas pengabdian atau
ibadah dalam arti luas.Untuk menunaikan tugas tersebut, Allah SWT memberi

2
Ibid, Hlm. 3-4.
manusia dua anugerah nikmat utama yaitu manhaj al-hayat (sistem kehidupan) dan
wasilah al-hayat (sarana kehidupan).
Manhaj al-hayat adalah seluruh aturan kehidupan manusia yang bersumber
kepada Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.Aturan tersebut berbentuk keharusan melakukan
sesuatu atau sebaiknya melakukan sesuatu, juga dalam bentuk larangan melakukan
atau sebaiknya meninggalkan sesuatu. Aturan tersebut dikenal sebagai hukum lima
yaitu wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram.
Aturan-aturan tersebut juga diperlukan untuk mengelola wasilah al-hayat atau
segala sarana dan prasarana kehidupan yang diciptakan Allah SWT untuk kepentingan
hidup manusia secara keseluruhan.Wasilah al-hayat ini meliputi udara, air, tumbuh-
tumbuhan, hewan ternak, dan harta benda lainnya yang berguna dalam kehidupan
manusia.3 Allah SWT berfirman :

Artinya :
“Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia
berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit.Dan, Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu”.
(QS. Al-Baqarah : 29)
Sebagaimana penjelasan diatas, islam mempunyai pandangan yang jelas
mengenai harta dan kegiatan ekonomi. Pandangan tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut :
a) Pemilik mutlak terhadap segala sesuatu yang ada di muka bumi ini, termasuk
harta benda, adalah milik Allah SWT. Kepemilikan oleh manusia hanya bersifat
relatif.
b) Status harta yang dimiliki manusia adalah sebagai berikut :

3
M. Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah : Dari Teori Ke Praktik, Jakarta, Gema Insani Press, 2001, Hlm. 7-9.
 Harta sebagai amanah dari Allah SWT. Manusia hanyalah pemegang amanah
karena sebenarnya tidak mampu mengadakan benda dari tiada.
 Harta sebagai perhiasan hidup yang memungkinkan manusia bisa
menikmatinya dengan baik dan tidak berlebih-lebihan.
 Harta sebagai ujian keimanan. Hal ini terutama menyangkut tentang cara
mendapatkan dan memanfaatkannya, apakah sesuai dengan ajaran islam
ataukah tidak.
 Harta sebagai bekal ibadah, yaitu untuk melaksanakan perintah-Nya dan
melaksanakan muamalah diantara sesama manusia, melalui kegiatan zakat,
infaq dan sedekah.
c) Pemilikan harta dapat dilakukan antara lain melalui usaha atau mata pencaharian
yang halal dan sesuai dengan aturan-Nya.
d) Dilarang mencari harta, berusaha atau bekerja yang dapat melupakan kematian,
melupakan dzikrullah (tidak ingat kepada Allah dengan segala ketentuan-Nya),
melupakan shalat dan zakat, dan memusatkan kekayaan hanya kepada
sekelompok orang yang mampu / kelebihan harta.
e) Dilarang menempuh usaha yang haram, seperti melaui kegiatan riba, perjudian,
berjual beli barang yang dilarang atau haram, mencuri, merampok, curang dalam
takaran dan timbangan, melalui cara yang batil dan merugikan dan melalui suap-
menyuap.4

B. PONDASI / RANCANG BANGUN PEREKONOMIAN ISLAM


Hal yang membedakan antara sistem ekonomi islam dengan sistem ekonomi lainnya
adalah pada falsafahnya, terdiri atas nilai-nilai dan tujuan. Dalam ekonomi islam, nilai-nilai
ekonomi bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah berupa prinsip-prinsip universal. Di saat
sistem ekonomi lainnya hanya terfokus pada hukum dan sebab akibat dari suatu kegiatan

4
Ibid, Hlm. 10
ekonomi, Islam lebih jauh membahas tentang nilai-nilai dan etika yang ada dalam setiap
kegiatan ekonomi tersebut.5
Berikut adalah pondasi / rancang bangun perekonomian islam :

FALAH
Kesejahteraan Dunia dan Akhirat

TANGGUNG JAWAB

JAMINAN SOSIAL
PRODUKTIVITAS
KEPEMILIKAN

NUBUWWAH
KEBEBASAN
MASLAHAH

KERJA DAN
KHILAFAH
KEADILAN

MA’AD

SYARIAH AKHLAK

TAUHID

Bangunan ekonomi Islam didasarkan pada pondasi utama yaitu tauhid.Pondasi


berikutnya adalah syariah dan akhlak.Pengalaman syariah dan akhlak merupakan refleksi
dari tauhid. Landasan tauhid yang tidak kokoh akan mengakibatkan implementasi syariah
dan akhlak terganggu. Dasar syariah Islam membimbing aktivitas ekonomi sehingga sesuai
dengan kaidah-kaidah syariah.Sedangkan akhlak membimbing aktivitas ekonomi manusia
agar senantiasa mengedepankan moralitas dan etika untuk mencapai tujuan. Akhlak yang

5
Veithzal Rivai dan Rifki Ismail, Islamic Risk Management for Islamic Bank, Jakarta, Gramedia Pusaka Utama,
2013, Hlm. 168.
terpancar dari iman akan membentuk integritas yang membentuk good corporate
governance dan market discipline yang baik.6

C. NILAI-NILAI SISTEM PEREKONOMIAN ISLAM


1. Penggunaan Kerangka Kerja / Acuan Norma-Norma Islami dalam Perekonomian
Masyarakat Luas
Banyak ayat Al-Qur’an yang menyerukan penggunaan kerangka kerja perkonomian
Islam, diantaranya sebagai berikut :

Artinya :
“Dan (ingatlah) ketika Musa memohon untuk kaumnya, lalu Kami berfirman, “Pukullah
batu itu dengan tongkatmu!”Maka memancarlah darinya dua belas mata air.Setiap suku
telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing).Makan dan minumlah dari rezeki
(yang diberikan) Allah dan janganlah berkeliaran di muka bumi ini dengan berbuat
kerusakan.”
(QS. Al-Baqarah : 60)

6
Ibid, Hlm. 169.
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah
Allah halalkan bagimu dan janganlah kamu melampaui batas.Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas.Dan, makanlah yang halal lagi baik dari apa
yang telah Allah rezekikan kepadamu dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman
kepada-Nya.”(QS. Al-Maidah : 87-88)
Kedua ayat diatas merupakan penentuan dasar pikiran dari pesan Al-Qur’an dalam
bidang ekonomi.Dari kedua ayat tersebut dapat dipahami bahwa Islam mendorong
penganutnya untuk menikmati karunia yang telah diberikan oleh Allah.Karunia tersebut
harus digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan baik materi maupun non-materi. Islam
juga mendorong penganutnya untuk berjuang mendapatkan materi / harta dengan berbagai
cara dengan syarat selalu mengikuti aturan yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan
Sunnah.
Seorang muslim yang baik adalah mereka yang memperhatikan faktor dunia dan
akhirat secara seimbang. Penyeimbangan aspek dunia dan akhirat tersebut merupakan
karakteristik unik sistem ekonomi islam. Perpaduan unsur materi dan spiritual ini tidak
dijumpai dalam sistem perekonomian lain seperti kapitalis dan sosialis.7

2. Keadilan dan Persaudaraan yang Menyeluruh

7
M. Syafi’I Antonio, Op. Cit.,Hlm. 10-11.
Islam bertujuan untuk membentuk masyarakat dengan tatanan sosial yang solid, yaitu
sebuah persaudaraan yang universal dan tidak terikat batas geografis. Keadilan dalam islam
memiliki implikasi sebagai berikut :
a. Keadilan Sosial
Islam menganggap umat manusia sebagai suatu keluarga. Sehingga semua
manusia memiliki derajat yang sama di hadapan Allah. Hukum Allah tidak membedakan
antara yang kaya dengan yang miskin.Nilai yang membedakan satu dengan lainnya
adalah ketakwaan, ketulusan hati, kemampuan, dan pelayanannya pada kemanusiaan.
Perlakuan adil akan membawa kesejahteraan karena kesejahteraan sangat bergantung
pada diberlakukannya hukum Allah dan dihilangkan ketidakadilan.

b. Keadilan Ekonomi
Konsep persaudaraan dan perlakuan yang sama bagi setiap individu dalam
masyarakat dan dihadapan hukum harus diimbangi oleh keadilan ekonomi. Dengan
keadilan ekonomi, setiap individu akan mendapatkan haknya sesuai dengan kontribusi
masing-masing kepada masyarakat. Setiap individu juga harus terbebaskan dari tindakan
eksploitasi dari individu lainnya. Konsep keadilan ekonomi dalam Islam mengharuskan
setiap orang mendapatkan haknya dan tidak mengambil hak atau bagian orang lain.
Rasulullah SAW bersabda :
“Wahai manusia, takutlah akan kezaliman (ketidakadilan) sebab sesungguhnya dia akan
menjadi kegelapan pada hari pembalasan nanti. ”
(HR. Imam Ahmad).
Peringatan ketidakadilan dan eksploitasi ini dimaksudkan untuk melindungi hak-
hak individu dalam masyarkat serta untuk meningkatkan kesejahteraan umum sebagai
tujuan utama Islam.8

8
M. Syafi’I Antonio, Op. Cit., Hlm. 14-15.
D. PRINSIP SISTEM KEUANGAN SYARIAH
Sistem keuangan syariah merupakan keuangan yang menjembatani antara pihak yang
membutuhkan dana dengan pihak yang memiliki kelebihan dana melalui produk dan jasa
keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Seluruh transaksi yang terjadi dalam
kegiatan keuangan syariah harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip syariah.Prinsip
syariah adalah prinsip yang didasarkan kepada ajaran Al-Quran dan Sunnah. Di Indonesia,
prinsip syariah adalah prinsip hukum islam dalam kegiatan perbankan dan keuangan berdasarkan
fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di
bidang syariah. 9
Berikut prinsip-prinsip syariah kegiatan keuangan syariah, yaitu :10
1. Prinsip keadilan (‘adl)
Yaitu menempatkan sesuatu hanya pada tempatnya, dan memberikan sesuatu hanya kepada
yang berhak, serta memperlakukan sesuatu sesuai posisinya.
2. Prinsip keseimbangan (tawazun)
Yaitu meliputi keseimbangan aspek material dan spiritual, aspek privat dan publik, sektor
keuangan dan sektor riil, bisnis dan sosial, dan keseimbangan aspek pemanfaatan serta
kelestarian.
3. Prinsip kemaslahatan (maslahah)
Yaitu segala bentuk kebaikan yang berdimensi duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual,
individual dan kolektif, serta harus memenuhi tiga unsur meliputi kepatuhan (halal),
bermanfaat dan membawa kebaikan (toyyib), dan semua aspek secara keseluruhan yang
tidak menimbulkan kemudharatan.
4. Prinsip universalisme (alamiyah)
Yaitu dapat dilakukan oleh, dengan, dan untuk semua pihak yang berkepentingan
(stakeholder) tanpa membedakan suku, agama, ras, dan golongan, sesuai dengan semangat
kerahmatan semesta (rahmatan lil alamin).

9
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta : Kencana, 2009, Hlm. 25.

10
Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia, Jakarta : Kencana, 2015, Hlm. 26
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Islam merupakan agama yang bersifat paripurna dan universal.Islam juga merupakan
agama yang lengkap dalam memberikan tuntunan dan panduan bagi kehidupan umat
manusia. Syariah islam merupakan syariah yang bersifat komperhensif dan juga universal.
Aspek ajaran islam tidak hanya dibatasi dengan kegiatan ibadah saja, akan tetapi seluruh
roda kehidupan umat manusia, termasuk dalam menjalankan kegiatan muamalah harus
sesuai dengan syariah islam.
Secara umum, tugas kekhalifahan manusia adalah tugas mewujudkan kemakmuran
dan kesejahteraan dalam kehidupannya serta tugas pengabdian atau ibadah dalam arti
luas.Untuk menunaikan tugas tersebut, Allah SWT memberi manusia dua anugerah nikmat
utama yaitu manhaj al-hayat (sistem kehidupan) dan wasilah al-hayat (sarana kehidupan).
Bangunan ekonomi Islam didasarkan pada pondasi utama yaitu tauhid.Pondasi
berikutnya adalah syariah dan akhlak.Pengalaman syariah dan akhlak merupakan refleksi
dari tauhid. Landasan tauhid yang tidak kokoh akan mengakibatkan implementasi syariah
dan akhlak terganggu. Dasar syariah Islam membimbing aktivitas ekonomi sehingga sesuai
dengan kaidah-kaidah syariah.Sedangkan akhlak membimbing aktivitas ekonomi manusia
agar senantiasa mengedepankan moralitas dan etika untuk mencapai tujuan.
Sistem keuangan syariah merupakan keuangan yang menjembatani antara pihak yang
membutuhkan dana dengan pihak yang memiliki kelebihan dana melalui produk dan jasa
keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Seluruh transaksi yang terjadi dalam
kegiatan keuangan syariah harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip syariah meliputi :
prinsip keadilan, prinsip keseimbangan, prinsip kemaslahatan, dan prinsip universalisme.
DAFTAR PUSTAKA

Andri Soemitra.Bank dan Lembaga Keuangan Syariah.Jakarta.Kencana. 2009.

Mardani.Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia.Jakarta.Kencana. 2015.

Nurul Huda.Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis. Jakarta. Kencana. 2010.

Syafi’I Antonio.Bank Syari’ah : Dari Teori Ke Praktik. Jakarta.Gema Insani Press. 2001.

Veithzal Rivai dan Rifki Ismail.Islamic Risk Management for Islamic Bank. Jakarta. Gramedia Pusaka
Utama. 2013.

Anda mungkin juga menyukai