Disusun Oleh :
Ali Akbar Saukani (2133.0040)
Segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam, semoga sholawat dan salam
dilimpahkan kepada Hamba dan Rosull-Nya Muhammad SAW juga kepada keluarga dan
segenap sahabatnya.
Atas berkat rahmat, hidayah dan pertolongan Allah, makalah ini bisa kami selesaikan,
dan makalah ini hanyalah sebagai pengantar bagi mahasiswa yang ingin mempelajari
"Syariah, ibadah, dan muamalah" sehingga karena baru sebagai pengantar maka diharapkan
mahasiswa membaca buku-buku lain untuk melengkapi pengalamannya.
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari banyak kesalahan dan kekurangan-kekurangan
yang telah kami sampaikan dalam penulisan makalah ini, oleh karena itu kami mohon maaf yang
seikhlas-ikhlasnya.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................1
1. Apa yang dimaksud dengan syariah, ibadah dan muamalah?..........................................................1
2. Apa saja madzhab dalam hukum islam dan penjelasannya?...........................................................1
3. Bagaimana HAM dalam presfektif islam?......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................2
A. SYARIAH, IBADAH, DAN MUAMALAH...................................................................................2
B. MENGENAL MADZHAB DALAM HUKUM ISLAM.................................................................8
C. HAK ASASI MANUSIA...............................................................................................................10
1. Hak Asasi Manusia Menurut Uud..................................................................................................10
2. Hak Asasi Manusia Menurut Perspektif Islam........................................................................10
3. Definisi Hak Asasi Manusia Dan Konsepnya Dalam Islam...................................................13
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................15
A. Kesimpulan........................................................................................................................................15
B. Saran..................................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah SWT. Dengan segala
pemberian-Nya manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa dirasakan oleh
dirinya. Tapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia lupa akan dzat Allah SWT
yang telah memberikannya. Untuk hal tersebut manusia harus mendapatkan suatu
bimbingan sehingga di dalam kehidupannya dapat berbuat sesuai dengan bimbingan Allah
SWT. Hidup yang dibimbing syariah akan melahirkan kesadaran untuk berprilaku yang
sesuai dengan tuntutan dan tuntunan Allah dan Rasulnya yang tergambar dalam hukum
Allah yang Normatif dan Deskriptif. Sebagian dari syariat terdapat aturan tentang ibadah,
baik ibadah khusus maupun ibadah umum. Sumber syariat adalah Al-Qur’an dan As-
Sunnah, sedangkan hal-hal yang belum diatur secara pasti di dalam kedua sumber tersebut
digunakan ra’yu (Ijtihad). Syariat dapat dilaksanakan apabila pada diri seseorang telah
tertanam Aqidah atau keimanan. Semoga dengan bimbingan syariah hidup kita akan selamat
dunia dan akhirat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan syariah, ibadah dan muamalah?
2. Apa saja madzhab dalam hukum islam dan penjelasannya?
3. Bagaimana HAM dalam presfektif islam?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Tujuan Syari’ah (muqhoshidus syar’i)
Tujuan syariah erat kaitannya dengan tujuan agama Islam itu sendiri yang ingin
mewujudkan kedamaian, kesejahteraan, dan kebahagiaan bagi manusia, baik di dunia maupun
di akhirat. Secara khusus, setidaknya ada lima tujuan dari syariah, yaitu:
1. Memelihara agama (hifzhud din)
Dalam konteks memelihara agama, para Rasul diutus oleh Allah swt dan kita sekarang
berkewajiban melanjutkan tugas Rasul itu dengan cara mengamalkan syariah Islam,
apapun kendala dan tantangan yang akan kita hadapi
2. Memelihara jiwa (hifzhun nafsi)
Memperoleh kesempatan hidup merupakan karunia yang besar bagi kita, karenanya
kesempatan yang amat berharga ini harus kita gunakan untuk selalu mengabdi kepada
Allah swt. Dalam konteks inilah, hak hidup seseorang menjadi hak yang paling asasi
sehinga harus dijaga dan dipelihara. Disinilah sebabnya mengapa Islam amat melarang
kita untuk menghilangkan nyawa orang lain tanpa alasan yang bisa dibenarkan sehingga
biloa ini dilakukan dosanya amat besar seperti dosa membunuh semua manusia.
a. Memelihara akal (hifzhul aqli)
Memiliki akal yang sehat dan cerdas merupakan sesuatu yang amat penting,
karena dari akal yang sehat itulah akan lahir pemikiran yang cemerlang dan manusia bisa
bersikap dan berprilaku yang baik, karena itu akal harus dipelihara.
b. Memelihara kehormatan (hifzhud ardh)
Manusia dicipta oleh Allah swt sebagai makhluk yang mulia dan terhormat,
karenanya syariat Islam amat menekankan kepada manusia untuk menjaga
kehormatannya agar tidak jatuh dan amat rendah melebihi rendahnya martabat binatang.
c. Memelihara harta (hifzhul mal)
Kebutuhan terhadap harta ada pada setiap orang sehingga mencarinya dengan cara
yang halal menjadi suatu keharusan. Sesudah harta diperoleh, maka menjadi hak
seseorang untuk memilikinya sehingga syariat Islam menekankan pemeliharaan terhadap
harta dan amat tidak dibenarkan bagi orang lain untuk mencurinya. Pemeliharaan
terhadap harta juga harus ditunjukkan dalam bentuk membelanjakan atau
menggunakannya untuk segala kebaikan, sebab bila tidak hal itu termasuk dalam kategori
tabzir atau boros, yakni menggunakan harta untuk sesuatu yang tidak benar menurut
3
Allah SWT dan Rasul-Nya, karena pemborosan merupakan kebiasaan syaitan yang
sangat merugikan manusia, harta akan cepat habis sementara kebiasaan berlebihan
menjadi sangat sulit untuk ditinggalkan meskipun dia tidak memiliki harta yang cukup,
karenanya sikap ini harus dijauhi.
4
lebih ringan dari sebelumnya. Namun pembatalan hukum ini hanya dilakukan pada masa
Rasul. Sesudah Rasul wafat dan ketentuan hukum Islam sudah lengkap tidak ada lagi
pembatalan hukum.
Contoh untuk kasus ini adalah ketika ketika qiblat shalat masih mengarah pada
Baitul Maqdis di Palestina kemudian dibatalkan dengan mengarah pada Ka’bah di
Mekkah, seperti dalam firman Allah QS. Al Baqarah ayat 144 :
Artinya: “Kami kadang-kadang melihat pulang baliknya muka engkau ke arah
langit. Maka benar-benar kami akan memberikan kepadamu suatu qiblat yang engkau
sukai. Maka arahkan muka engkau ke arah Masjidil Haram.”
5
b. Pembagian Ibadah
Ada begitu banyak buku, artikel, dan karya yang membahas tentang pembagian
ibadah. Yaitu:
1. Ibadah Hati
Ibadah ini ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati) berupa rasa khauf (takut), raja’
(mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan
rahbah (takut).
2. Ibadah Lisan dan Hati
Ibadah ini adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati) berupa tasbih, tahlil, takbir,
tahmid dan syukur.
3. Ibadah Badan (Fisik) dan Hati
Ibadah ini adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati) berupa shalat, zakat, haji,
dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati).
6
Syarat Ibadah Dalam Islam
Dalam melakukan ibadah tidak ada suatu bentuk ibadah yang disyari’atkan kecuali
berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah. Agar dapat diterima, ibadah disyaratkan harus benar.
Dan ibadah itu tidak bisa dikatakan benar kecuali dengan adanya dua syarat:
1. Ikhlas karena Allah semata
Syarat yang pertama merupakan konsekuensi dari syahadat laa ilaaha illallaah,
karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya kepada Allah dan jauh dari syirik
kepada-Nya. Melakukan ibadah dengan ikhlas dan menjalankannya dengan sepenuh hati,
bukan karena / untuk dilihat orang atau dipuji orang
2. Ittiba’, sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw.
Syarat kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia
menuntut wajib-nya taat kepada Rasul, mengikuti syari’atnya dan meninggal-kan bid’ah
atau ibadah-ibadah yang diada-adakan. Rasulullah merupakan utusan-Nya yang
menyampaikan ajaran-Nya. Maka kita wajib membenarkan dan mempercayai beritanya
serta mentaati perintahnya.
7
B. MENGENAL MADZHAB DALAM HUKUM ISLAM
Menurut bahasa Arab, “madzhab” ()مذهبberasal dari shighah masdar mimy (kata sifat)
dan isim makan (kata yang menunjukkan keterangan tempat) dari akar kata fiil
madhy “dzahaba” ( )ذهبyang bermakna pergi. Jadi, mazhab itu secara bahasa artinya,
“tempat pergi”, yaitu jalan (ath-thariq).Sedangkan menurut istilah ada beberapa rumusan:
Menurut M. Husain Abdullah, madzhab adalah kumpulan pendapat mujtahid yang berupa
hukum-hukum Islam, yang digali dari dalil-dalil syariat yang rinci serta berbagai kaidah
(qawa’id) dan landasan (ushul) yang mendasari pendapat tersebut, yang saling terkait satu
sama lain sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.
1. Menurut A. Hasan, mazhab adalah mengikuti hasil ijtihad seorang imam tentang hukum
suatu masalah atau tentang hukum suatu masalah atau tentang kaidah-kaidah
istinbathnya.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
mazhab adalah pokok pikiran atau dasar yang digunakan oleh Imam mujtahid dalam
memecahkan masalah; atau mengistinbathkan hukum Islam. Disini bisa disimpulkan pula
bahwa mazhab mencakup;(1) sekumpulan hukum-hukum Islam yang digali seorang imam
mujtahid; (2) ushul fiqh yang menjadi jalan (thariq) yang ditempuh mujtahid itu untuk
menggali hukum-hukum Islam dari dalil-dalilnya yang rinci.
8
Bani Umaiyah dan Daulah Bani Abbasiyah. Dasar madzhab Imam Malik adalah Al
Qur’an, As-Sunnah, Ijma’, Qiyas, Amal ahlul madinah, perkataan sahabat, Istihsan,
Saddudzarai’, muraatul khilaf, Istishab, maslahah mursalah, dan syaru man qablana
(syariat nabi terdahulu). Imam Malik adalah seorang ahli hadis dan fiqih. Kitabnya yang
terkenal adalah Al Muwattha yang memuat tentang hadits dan fiqih.
2. Madzhab Syafi’i
Madzhab Syafi’i didirikan oleh Muhammad bin Idris Asy Syafi’i atau Al-Imam Asy-
Syafi’i (150-204 H). Beliau berasal dari Gaza, Palestina. Imam Syafi’i dikenal sebagai
seorang mujtahid mutlak, imam fiqih, hadits, dan ushul. Dasar madzhab Imam Asy-Syafi’i
adalah sumber syariat Islam yaitu Al Qur’an dan As-Sunnah, Ijma’, serta Qiyas.
Beberapa dasar yang tidak dijadikan rujukan oleh Imam Asy-Syafi’i adalah sebagai berikut.
perkataan sahabat karena dipandang sebagai ijtihad yang bisa saja salah.
istihsan karena dianggap menciptakan syari’at
maslahah mursalah
perbuatan penduduk Madinah.
Kitab yang pernah disusun oleh Imam Syafi’i adalah kitab Al-Hujjah yang merupakan
madzhab lama dan kitab Al Umm yang merupakan madzhab yang baru.
3. Madzhab Hanbali
Madzhab Hanbali didirikan oleh Ahmad bin Hanbal Asy Syaibani atau Al-Imam Ahmad
(164-241 H). Beliau lahir dan menghabiskan hidupnya di Baghdad, Irak. Hingga kini,
Imam Ahmad dikenal sebagai seorang ahli hadits dan fiqih. Dasar madzhab Imam Ahmad
adalah Al Qur’an, As-Sunnah, fatwah sahabat, Ijma’, Qiyas, Istishab, maslahah mursalah,
dan saddudzarai’. Beliau menyusun kitab hadis Al Musnad yang berisi kurang lebih
40.000 hadis. Karena keahliannya dalam hadits, Beliau menaikkan derajat hadits mursal
dan hadits dhaif menjadi hadits hasan.
9
C. HAK ASASI MANUSIA
10
diartikan sebagai sebuah konsep hukum dan normatif yang menyatakan bahwa manusia
memiliki hak yang melekat pada dirinya karena ia adalah seorang manusia. HAM berlaku
kapanpun, di manapun, dan kepada siapapun, sehingga sifatnya universal. HAM pada
prinsipnya tidak dapat dicabut, juga tidak dapat dibagi-bagi, saling berhubungan, dan
saling bergantung. HAM biasanya dialamatkan kepada negara dengan kata lain negaralah
yang mengemban kewajiban untuk menghormati, melindungi, dan memenuhi HAM,
termasuk dengan mencegah dan menindaklanjuti pelanggaran yang dilakukan oleh
swasta. Dalam terminologi modern, HAM dapat digolongkan menjadi hak sipil dan
politik yang berkenaan dengan kebebasan sipil. Seperti gak untuk hidup, hak untuk tidak
disiksa dan kebebasan berpendapat. Termasuk juga hak ekonomi, sosial dan budaya yang
berkaitan dengan akses ke barang publik. Seperti hak untuk memperoleh pendidikan yang
layak, hak atas kesehatan, dan lainnya. Secara konseptual, HAM dapat dilandaskan pada
keyakinan bahwa hak tersebut ‘dianugerahkan secara alamiah’ oleh alam semesta, nalar
atau bahkan Tuhan. Mereka yang menolak penggunaan unsur alamiah meyakini bahwa
hak asasi merupakan pengejawantahan nilai-nilai yang disepakati oleh masyarakat.
Selain itu ada pula yang menganggap HAM sebagai perwakilan dari klaim-klaim
kaum yang tertindas, dan pada saat yang sama juga terdapat kelompok yang meragukan
keberadaan HAM sama sekali dan menyatakan bahwa HAM hanya ada karena manusia
mencetuskan dan membicarakan konsep tersebut. Ditinjau dari sudut pandang hukum
internasional, HAM sendiri dapat dibatasi atau dikurangi dengan syarat-syarat tertentu.
Biasanya harus ditentukan oleh hukum, memiliki tujuan yang sah dan diperlukan dalam
suatu masyarakat demokratis. Sementara pengurangan hanya dapat dilakukan dalam
keadaan darurat yang mengancam ‘kehidupan bangsa’. Memang masyarakat kuno tidak
mengenal konsep HAM universal, seperti halnya masyarakat modern. Pelopor dari
wacana HAM adalah konsep hak kodrati yang dikembangkan pada abad pertengahan,
dipengaruhi wacana politik selama Revolusi Amerika dan Revolusi Prancis. Konsep
HAM modern akhirnya muncul pada paruh kedua abad 20, terutama pasca
dirumuskannya Pernyataan Umum tentang HAM di Paris (Prancis) pada 1948 silam.
Sejak saat itu, HAM mengalami perkembangan yang pesat dan menjadi semacam kode
etik yang diterima dan ditegakkan secara global. Pelaksanaan HAM dalam skala
internasional diawasi oleh Dewan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sepeti Dewan
11
HAM dan Badan Troktat hingga Komite HAM dan Komite Hak Ekonomi, Sosial dan
Budaya. Sementara di tingkat regional, HAM ditegakkan oleh Pengadilan HAM Eropa,
Pengadilan HAM Antar-Amerika, serta Pengadilan HAM dan Hak Penduduk Afrika.
Bahkan kovenan internasional tentang hak-hak sipil dan politik hingga hak ekonomi,
sosial dan budaya sendiri sudah diratifikasi oleh hampir semua negara di dunia, termasuk
Indonesia.
Bahkan empat negara di kawasan Asia Tenggara, yakni Brunai Darussalam,
Indonesia, Malaysia dan Singapura. Diwakili menteri agama masing-masing, sepakat
mewujudkan resolusi yang berisi tujuh poin tentang HAM dalam perspektif Islam.
a. Pertama, umat Islam diharapkan melengkapi diri dengan ilmu dan keterampilan yang
tepat melalui sumber terpercaya untuk menghadapi berbagai doktrin dan tantangan baru.
Hal itu demi memastikan hak-hak yang diperjuangkan sesuai prinsip dan bebas dari unsur
yang bertentangan dengan Islam.
b. Kedua, perlunya memberdayakan komitmen kehidupan beragama sebagai satu cara
hidup, demi memastikan setiap individu muslim mampu menyikapi realitas kehidupan
saat ini yang berporos kepada prinsip dan panduan ajaran Islam.
c. Ketiga, mencari titik persamaan atas nilai-nilai kemanusiaan seperti martabat dan
kehormatan, kemerdekaan dan kebebasan, kesetaraan dan kesamaan, serta persaudaraan
sebagai dasar kesempatan untuk bekerjasama menangani isu-isu hak asasi manusia yang
sejalan dengan Islam.
d. Keempat, menyebarluaskan pemahaman tentang Islam sebagai satu sistem nilai dan etika,
yang berkontribusi kepada kebaikan bersama.
e. Kelima, Memperkuat perjuangan hak asasi manusia yang sejalan dengan tuntutan Islam,
berdasarkan strategi menekankan prinsip-prinsip Islam sebagai sistem etika tentang
HAM, meningkatkan pemahaman masyarakat terkait prinsip HAM sesuai etika Islam,
serta meningkatkan efektivitas jaringan kerjasama antarotoritas agama di setiap negara,
organisasi dan individu, demi memperkuat perjuangan isu-isu hak asasi dari perspektif
Islam.
f. Keenam, siap menjalin kolaborasi program penjelasan HAM dari sudut pandang Islam
melalui kerja sama strategis di antara negara anggota.
12
g. Ketujuh, forum menyepakati penulisan konsep HAM dari sudut pandang Islam yang
dibentangkan dalam konferensi ini dapat diterbitkan atas nama MABIMS (Forum
Menteri Agama Brunai, Indonesia, Malaysia dan Singapura) sebagai sumber informasi
bagi para peneliti yang bisa dijadikan referensi di tingkat negara anggota, serta
masyarakat antarbangsa.
13
menggunakan logika (ya'qiluun), berfikir (yatafakkaruun) dan berkontemplasi
(yatadabbaruun). Sampai abad ke-1 8 bangsa-bangsa di dunia masih meletakkan
sekatsekat yang kokoh dalam kelas dan kasta. Namun kehadiran Islam sejak lebih empat
belas abad lampau telah menghilangkan dinding pemisah itu dengan semangat persamaan
(egalitarianisme) sebelum bast melakukannya.
Dalam hal ini mnegenai persamaan tersebut, termaktub dalam QS. Al Hujarat (49) : 13,
Yaitu Artinya
"Hai sekalian manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki- laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah adalah yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Menge- tahui lagi Maha Mengenal”.
Kemudian semasa kerasulan nabi Muhammad SAW yang bersamaan pula dengan para
sahabat, membebaskan system perbudakan yang marak saat itu. Tanpa membedakan
warna kulit, suku, ras maupun agama. Ajaran persamaan itu telah berhasil membentuk
watak para sahabat nabi yang umumnya semula sangat feodal dan aristrokat, begitu tinggi
men-junjung hak asasi manusia. Dengan mengacu kepada landasan Yuridis diatas,
dipahami bahwa pada dasarnya Islam, sejak awal telah mengedepankan konsep hak asasi
manusia. Dan konsep HAM bukanlah hasil evaluasi apapun dari pemikiran manusia,
namun merupakan hasil wahyu Ilahi yang telah diturunkan melalui RasulNya.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, maka dapat kami simpulkan bahwa muamalah mengatur
hal-hal yang berhubungan dengan tata cara hidup hidup sesama umat manusia untuk
memenuhi keperluan hidup sehari-hari. Sedangkan, yang termasuk dalam kegiatan
muamalah di antaranya ialah jual beli, sewa menyewa, utang piutang, dan lain sebagainya.
Kemudian dalam muamalah ini manusia tidak terlepas dengan ibadah, seperti puasa, zakat,
haji, dan shalat baik sholat wajib lima waktu maupun sholat sunnah yang dikerjakan
sesudah dan sebelum sholat wajib.
Lalu mazhab yang merupakan hasil ijtihad seorang imam yang berisi pokok pikiran
atau dasar tentang hukum suatu masalah untuk menyelesaikan masalah tersebut. HAM dan
konsepnya dalam islam merupakan hak-hak yang ada pada manusia sebagai makhluk hidup.
dapat dipahami bahwa HAM adalah berbagai fasilitas dasar yang diberikan oleh Tuhan
kepada umat manusia, yang diantara sesama manusia tersebut memiliki fasilitas yang sama.
B. Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan adalah setelah mempelajari pengertian dari Ibadah
Dan Syariah ini diharapkan dapat menjadikan pedoman bagi seluruh umat manusia
mengenai pentingnya akidah dalam kehidupan kita.
15
DAFTAR PUSTAKA
https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_data/0000/data/1240/sdgs_10/1
https://alkhairat.ac.id/blog/ham-dalam-perspektif-islam/
https://media.neliti.com/media/publications/240340-hak-asasi-manusia-ham-dalam-islam-
c8066bfe.pdf
16