Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

METODE DAN JENIS-JENIS INSTRUMEN

Disusun oleh :
Kelompok 1
Nama : 1. Mela ashada (4219019)
2. Sinta Bella Lestari (42190)
3. Shelby Okta Khoriza (42190)
Kelas :VA
Mata Kuliah : Pengembangan Instrumen Penelitian
Dosen Pengampu : Harmoko , M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU
TAHUN AKADEMIK 2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah Swt, sebab atas rahmat dan hidayah-
Nya lah penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini merupakan tugas kuliah
yang berjudul “Metode dan Jenis-jenis instrumen”.

Tim penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Harmoko, M.Pd. selaku
dosen pembimbing mata kuliah Pengembangan Instrumen Penelitian yang telah memberikan
tugas untuk menyusun makalah ini, sehingga penyusun memiliki kesempatan untuk
menambah wawasan dari sumber bacaan yang relevan maupun forum diskusi kelompok yang
telah dilakukan.

Penyusun sangat menyadari dalam penyusun makalah ini terdapat banyak kesalahan.
Oleh karena itu, sangat diharapkan kritik maupun sarannya, sehingga di kemudian hari dapat
menyusun lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat digunakan dengan baik dan bermanfaat
bagi kita semua.

Lubuklinggau, November 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penelitian adalah proses ilmiah yang mencakup sifat formal dan intensif. Karakter
formal dan intensif karena mereka terikat dengan aturan, urutan, maupun cara penyajiannya
agar memperoleh hasil yang diakui dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. Intensif dengan
menerapkan ketelitian dan ketepatan dalam melakukan proses penelitian agar memperoleh
hasil yang dapat dipertanggung jawabkan, memecahkan problem malalui hubungan sebab
dan akibat, dapat diulang kembali dengan cara yang sama dan hasil sama.
Hasil dari penelitian memberikan kontribusi bagi kehidupan manusia. Sehingga
dengan adanya suatu bentuk penelitian manusia akan terbantu dalam menyelesaikan
masalahnya. Dalam penelitian, data merupakan komponen paling penting. Karena suatu data
akan mengungkap suatu fakta atau kebenaran mengenai suatu hal. Apabila data tersebut
akurat maka hasil penelitian tersebut bersifat valid sebaliknya apabila data tidak akurat maka
kevalidtan penelitian tersebut berkurang.
Penggalian data di lapangan tentunya menggunakan suatu media yang digunakan
untuk pengumpulan data.Media tersebut adalah instrumen penelitian. Instrumen penelitian
akan mentukan kualitas data. Semakin baik instrumen semakain valid data yang diperoleh
begitu juga sebaliknya.Sehingga instrumen penelitian memiliki peran yang sentral dalam
suatu penelitian.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Apa saja jenis-jenis instrumen penelitian?
2. Bagaimana metode penyusunan instrumen penelitian?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui jenis-jenis instrumen penelitian.
2. Untuk mengetahui cara menyusun instrumen penelitian.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jenis-Jenis Instrumen Penelitian


Banyak ragam instrumen pengumpulan data penelitian namun dari berbagai macam
ragam instrumen pengumpulan data tersebut dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu: (1)
instrumen tes (2) instrumen non tes. Instrumen tes dan non tes dibedakan dari segi materi
instrumen dan dari segi cara pengerjaan serta penskoran, disamping itu dilihat dari tujuan
pengukuran nilai variabel yang akan dilakukan dalam penelitian. Tes difokuskan untuk
mengungkap potensi yang dimiliki responden, misalnya berkaitan dengan hasil belajar,
intelegensi, bakat,minat, kepribadian dan potensi lainnya. Sedangkan instrumen non tes
digunakan untuk mengungkap pendapat, pandangan, kebiasaan, perilaku yang dapat diamati,
dan fakta-fakta lain diluar pengungkapan potensi individu.

a. Instrumen pengumpulan data (tes)


Tes sebagai instrumen pengumpulan data penelitian adalah merupakan serangkaian
pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur potensi individu misalnya berkaitan
dengan hasil belajar, intelegensi, bakat, minat, kepribadian dan potensi lainnya yang dimiliki
oleh individu atau kelompok.
a) Tes hasil belajar
Tes hasil belajar disusun untuk mengukur tingkat ketercapaian individu setelah
mempelajari suatu materi tertentu.Tes hasil belajar ini biasanya untuk mengukur
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap.Dalam penyusunan tes hasil belajar ini
materi tes harus berkaitan dengan materi yang diajarkan.Materi tes tidak boleh diambil dari
materi yang belum diajarkan.Biasanya tes hasil belajar ini dilakukan untuk mengetahui
seberapa efektif dampak penerapan metode tertentu atau penerapan model tertentu dalam
kegiatan pembelajaran.Dalam penelitian yang bersifat eksperimental dan PTK, tes hasil
belajar menjadi instrumen yang paling utama.
Tes hasil belajar tersebut memiliki beberapa bentuk yaitu bentuk uraian, bentuk
obyektif dan sikap.Tes uraian umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengandung
permasalahan, uraian atau penjelasan.Ciri khas tes uraian ini adalah siswa bebas memberikan
jawabannya.Yang perlu diperhatikan dalam menyusun tes uraian adalah kejelasan rumusan
masalah yang dikemukakan sehingga siswa mampu memahami masalah sebagaimana yang
diaharapkan guru.
Tes obyektif merupakan tes yang mengandung pertanyaan-pertanyaan yang sudah
terstruktur secara sempurna dan jawabannya bersifat pasti.Siswa tidak perlu melahirkan ide,
gagasan atau pendapat dan tidak dituntut kemampuan mengorganisasikan jawaban karena
dalam tes bentuk obyektif telah disiapkan alternatif jawaban untuk dipilih.Yang perlu
diperhatikan dalam menyusun tes ini adalah kecermatan dalam menyediakan jawaban yang
relatif sejenis, sehingga alternatif jawaban tidak mudah ditebak oleh siswa.
Tes perbuatan merupakan tes yang menghendaki siswa untuk bekerja atau melakukan
aktivitas guna memperlihatkan produk tertentu misalnya: menyelesaikan suatu pekerjaan
berdasarkan gambar yang diperlihatkan kepadanya atau melakukan praktek tertentu. Jadi tes
perbuatan tidak memberikan penekanan kepada bahasa, tetapi lebih kepada kegiatan jawaban
manipulatif sebagai jawaban terhadap tes.
b) Tes intelegensi (tes IQ)
Tes intelegensi merupakan tes untuk mengungkap potensi dasar yang dimiliki
individu. Potensi dasar tersebut berkaitan dengan potensi bahasa, aritmatika, logika (baik
,logika bahasa, matematika, maupun logika gambar). Tes intelegensi ini tidak sekedar
mengetes benar tidaknya jawaban individu, melainkan juga mengetes kecepatan dalam
menjawab pertanyaaan.Tidak semua peneliti diberikan kewenanagan untuk menyusun dan
melakasanakan tes IQ ini.Akan tetapi tes ini menjadi kewenangan seorang yang telah
memiliki profesi sebagai Psikolog. Dengan demikian jika seseorang membutuhkan data yang
berkaitan dengan Variabel IQ dalam penelitiannya, maka ia harus menggunakan jasa
Psikolog untuk melakukan tes IQ tersebut dan peneliti hanya menerima data hasil tes IQ
tersebut dari psikolog yang memiliki kewenangan melakukan tes IQ.
c) Tes kepribadian
Tes kepribadian merupakan salah satu jenis tes psikologi yang dimaksudkan untuk
mengungkap bagaimana kepribadian yang dimiliki individu.Tes kepribadian tersebut dapat
mengungkapkan kecondongan kepribadian individu apakah bergerak kearah positif atau
negatif.Yang termasuk dalam kategori kepribadian disini adalah keseriusan bekerja atau
ketekunan, konsentrasi, kerajinan, keuletan, kesabaran, serta potensi emosional yang dimiliki
individu.Sama dengan tes IQ, penyususnan instrumen tes kepribadian ini menjadi
kewenangan psikolog, sehingga tidak semua peneliti memiliki kewenangan menyusun dan
melaksanakan tes ini. Jika data tentang kepribadian dibutuhkan sebagai salah satu variabel
penelitian maka penelitian tidak memiliki kewenangan melakukan tes ini, ia harus
menggunakan jasa Psikolog dalam melakukan tes kepribadian.
d) Tes bakat
Tes bakat termasuk salah satu jenis tes psikologi.Tes ini dimaksudkan untuk
mengungkap atau mengetahui kecenderungan bakat individu, apakah mengarah pada bakat
tertentu, misalnya bakat bahasa, matetematika, IPA atau bakat lainnya.Dengan diketahui
bakat individu tersebut dapat disalurkan kearahkan ke pendidikan atau ke pekerjaan yang
lebih baik.Peneliti tentu biasanya mengaitkan antara bakat yang dimiliki seseorang dengan
keberhasilan dalam pendidikan atau pekerjaan tertentu.Karena tes ini termasuk dalam salah
satu tes psikologi maka tes ini harus disusun dan dilaksanakan oleh orang tertentu yang
berprofesi sebagai psikolog. Oleh karena itu jika peneliti membutuhkan hasil tes bakat
sebagai salah satu variabel penelitian ia harus memanfaatkan jasa psikolog untuk melakukan
pengetesan tentang bakat tersebut (Masyud, 2012:202-205).
e) Tes sikap
Tes sikap, merupakan tes yang digunakan untuk mengadakan pengukuran terhadap
berbagai sikap seseorang (Arikunto 1996:139).Tujuan penggunaan tes ini adalah untuk
mengetahui kecenderungan sikap individu dalam menghadapi suatu permasalahan.
Kadangkala seorang peneliti membutuhkan data tentang sikap individu dikaitkan dengan
variabel lainnya, misal: hasil belajar, kedisiplinan, atau kebiasaan belajar. Jika hal itu terjadi
maka peneliti yang tidak bergerak dalam bidang psikologi harus menggunakan jasa
psikologi.Peneliti yang bukan psikolog hanya boleh memnfaatkan hasil sajian untuk
penelitian.

b. Instrumen pengumpulan data non tes


Jenis instrumen pengumpulan data kedua adalah instrumen non tes. Instrumen non tes
tersebut meliputi: (1)Kuesioner atau angket, (2) Panduan wawancara, (3) Check list (4)
Rating scaledan (5) Panduan dokumentasi.
a) Angket (kuesioner)
Kuesioner adalah sebuah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal lain yang ia
ketahui.Kuesioner dipakai untuk menyebut metode maupun instrumen. Jadi dalam
menggunakan metode angket atau kuesioner instrumen yang dipakai adalah angket atau
kuesioner (Faisal, 1982:176). Dilihat dari segi menjawab maka kuesioner dibedakan menjadi
2 yaitu kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup. Kuesioner terbuka, merupakan tes yang
memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri.
Kuesioner terbuka memiliki kelebihan yaitu bersumber dari kebebasan responden dalam
mengungkapkan jawaban. Karena responden dibebaskan dalam mengungkapkan jawaban
maka peneliti dapat memperoleh data yang lengkap dan bahkan kadangkala peneliti akan
memperoleh informasi yang sebelumnya tidak diduga dapat digunakan sebagai
pengembangan hasil penelitian. Namun kelemahannya adalah peneliti akan mengalami
kesulitan penskoran, verifikasi, dan analisis data. Dismping itu penskorannya membutuhkan
waktu yang relatif lama (Masyud, 2012:206).
Kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang disajikan dalam bentuk sedemikian lupa
sehingga responden diminta untuk memilih salah satu jawaban yang sesuai dengan
karateristik dirinya dengan memberi tanda silang (X), melingkari atau memberi tanda check
(√) pada jawaban yang disediakan.Dalam angket tertutup ini semua alternatif jawaban sudah
disediakan dan responden tidak dibenarkan mengembangkan jawaban menurut versinya
sendiri.Tugas responden hanya memilih jawaban dari alternatif yang telah disediakan yang
menurut responden paling sesuai.Kelebihan dari angket tertutup ini adalah dilihat dari segi
kepraktisan pengeloalaan hasilnya (penskoran, tabulasi dan analisi data mudah
dilakukan).Disamping itu arah poenelitian tidak mengembang kemana-mana.Namun
kelemahan utamamnya adalah angket tertutup ini tidak dapat menjaring informasi terkini
yang ketika angket disusun belum terjadi (Masyud 2012:206-207).
Dilihat dari jawaban yang diberikan kuesioner dibedakan menjadi 2 yaitu: kuesioner
langsung dan kuesioner tak langsung. Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab
tentang dirinya. Kuesioner tak langsung, yaitu jika responden menjawab tentang orang lain
Dipandang dari bentuknya maka tes dibedakan menjadi 4 yaitu:Kuesioner pilihan
ganda, Kuesioner isian, Check list, Rating scale. Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud
adalah kuesioner tertutup. Kuesioner isian, yang dimaksud adalah kuesioner terbuka. Check
list, adalah sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda check pada kolom
yang sesuai. Rating scale, yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang
menunjukkan tingkatan-tingkatan misalnya mulai dari sangat setuju sampai ke tingkat tidak
setuju (Arikunto 1996:140).

b) Wawancara
Panduan wawancara berisi poin-poin yang akan ditanyakan pada responden pada
wawancara. Penyusunan panduan wawancara juga harus dirancang secara tepat sehingga
dapat menjamin perolehan data penelitian yang valid.Ada kemiripan antara panduan
wawancara dan angket.Bedanya jika angket pertanyaannya harus jelas dan bersifat mandiri
serta memerlukan bimbingan dalam menjawabnya namun panduan wawancara hanya berupa
pertanyaan garis besar saja. Dalam rinciannya akan dikembangkan pewawancaraan dalam
proses wawancara. Jika ada yang kurang jelas dalam wawancara, pewawancara dapat
menjelaskan permasalahannya.Hal demikian itu yang tidak bisa dilakukan dalam angket.
Terdapat dua jenis pertanyaan dalam panduan wawancara yang dibuka peneliti. Kedua
jenis pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pertanyaan terstruktur
Pertanyaan terstruktur merupakan instrumen pengumpulan data yang digunakan
dalam wawancara terstruktur yaitu wawancara yang menggunakan daftar pertanyaan yang
telah tersusun secara sistematis dan telah disiapkan sebelumnya secara lengkap. Dengan
wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama.
2) Pertanyaan tidak terstruktur
Pertanyaan tidak terstruktur merupakan instrumen pengumpulan data yang digunakan
dalam wawancara yang tidak terstruktur.Yaitu wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Panduan wawancaranya hanya berupa garis-garis besar permasalahan
yang akan ditanyakan. Dengan demikian pertanyaan bisa dikembangkan dengan kondisi
waktu wawancara. Berdasarkan hal itu, maka setiap responden dapat saja diberi pertanyaan
yang berbeda anatara yang satu dengan yang lainnya tetapi dalam fokus yang sama.

c) Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan kegiatan memperhatikan objek penelitian
dengan saksama. Selain itu, kegiatan pada proses observasi bertujuan mencatat setiap
keadaan yang relevan dengan tujuan penelitian yang telah dibuat.
1. Teknik Observasi
Untuk teknik yang ada dalam observasi dalam instrument penelitian pada dasarnya dapatlah
dibedakan menjadi dua macam, antara lain adalah sebagai berikut;

1) Observasi Partisipasi (Participant Observation)


Observasi partisipasi dilakukan dengan cara peneliti hadirdi tengah-tengah informan
dan melakukan berbagai kegiatan bersama sambil mencatat informasi yang dibutuhkan.
Kehadiran peneliti dapat diketahui oleh siapa pun sehingga observasi mi bersifat terbuka.
2) Observasi Nonpartisipasi (Nonparticipant Observation)
Observasi nonpartisipasi dilakukan tanpa kehadiran peneliti, bahkan mungkin
responden tidak menyadani proses pengamatan tensebut. Observasi dilakukan dan jarak
jauh atau antara peneliti dan infonman yang berbeda tempat.

d) Dokumentasi
Cara lain untuk dapat memperoleh data dan responden dan informan adalah
menggunakan dokumentasi. Dengan dokumentasi, peneliti memperoleh infonmasi dan
berbagai macam sumber. Informasi tersebut antara lain tempat tinggal, alamat, dan latar
belakang pendidikan.
1. Sumber Dokumen
Sumber dokumen yang ada di dalam pengembilan dalam instrument penelitian, pada
umumnya dibedakan menjadi empat sebagai berikut.

1) Dokumen resmi, berupa dokumen atau berkas yang dikeluarkan oleh suatu lembaga
secara resmi, misalnya rapor, nilai akhir semester, dan arsip sejarah.
2) Dokumen tidak resmi, berupa dokumen yang diperoleh dan sumber tidak resmi
tetapi memberikan informasi penting terkait suatu kejadian.
3) Dokumen primer, berupa dokumen yang diperoleh dan sumber ash atau orang yang
menjadi informan dan penehitan. Dokumen mi mempunyai nilai keaslian dan bobot lebih
valid daripada dokumen lain.
4) Dokumen sekunder, berupa dokumen yang diperoleh selain dan sumber ash, bisa
orang lain atau berbagai media seperti surat kabar, laporan penehitian, makalah, dan
publikasi lainnya. Dokumen mi tidak memihiki nilai dan bobot keaslian sevahid
dokumen primer.

e) Diskusi Kelompok Terfokus (Focus Group Discussion)

Apakah kamu pernah FGD? Ya, instrumen penelitian dalam bentuk diskusi ini pun
bisa digunakan untuk mendapatkan data. Instrumen pengumpulan data ini memungkinan
peneliti untuk mendapatkan data dari sekelompok besar orang pada saat yang sama.
Bila dalam metode wawancara peneliti berfokus pada satu orang pada satu waktu,
maka  dalam metode diskusi kelompok terarah, peneliti memperoleh data dari sejumlah
besar orang untuk kegiatan penelitiannya. Biasanya metode diskusi kelompok terarah
sangat populer ketika melakukan penelitian yang berkaitan dengan behavioral  (perilaku),
perpustakaan dan ilmu informasi, ilmu kearsipan, catatan dan teknologi informasi.
Dalam FGD, seorang peneliti harus mengidentifikasi informan kunci yang dapat
dihubungi. Tujuannya untuk memperoleh informasi yang layak tentang variabel yang
dikaji dalam penelitian. Pendekatan ini digunakan untuk menghasilkan data penelitian
kualitatif dalam menjelaskan suatu fenomena yang sedang diteliti atau diselidiki.  
Syarat lainnya, keanggotaan FDG tidak boleh lebih dari 10 orang. Hal ini seperti
konferensi mini, yakni anggota kelompok dapat berkumpul di lokasi yang kondusif.
Sebelum pelaksanaan FGD, peneliti harus mendapatkan persetujuan dari partisipan
terlebih dahulu. Selain itu, peneliti harus merancang panduan FGD yang biasanya berisi
garis besar untuk menangkap variabel yang menarik.

f) Eksperimen atau Percobaan


Jenis Pengumpulan data berikutnya adalah eksperimen. Metode ini berlangsung
dalam penelitian sains murni dan terapan. Jadi para peneliti melakukan beberapa
percobaan dalam pengaturan laboratorium untuk menguji beberapa reaksi yang mungkin
terjadi pada objek penelitian. 
Kelebihan dari metode eksperimen adalah menghasilkan data langsung, hasilnya
dapat bertahan dan bebas dari kesalahan jika dijalankan dengan baik dalam
kondisi/keadaan normal. Kelemahannya yaitu membutuhkan biaya yang cukup mahal
terlalu mahal. Bila dalam penelitian di laboratorium maka bahan kimia yang digunakan
dapat menyebabkan kerusakan permanen jika mereka ditangani dengan ceroboh.
2.2 Metode penyusunan instrumen penelitian

a. Persyaratan Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen pengumpulan data hendaknya disusun dengan memperhatikan syarat
minimal instrumen yang baik. Menurut Suharsimi Arikunto syarat instrumen yang baik
terletak pada validitas dan reliabilitas instrumennya. Sedangkan menurut Sulthon Masyud
syarat instrumen yang baik itu adalah : (1) validitas, (2) reliabilitas, (3) kepraktisan (Masyud,
2012:219-221).
1) Validitas instrumen
Instrumen dikatakan memenuhi syarat valid jika instrumen tersebut bisa mengukur
semua yang seharusnya diukur, sehingga instrumen tersebut benar-benar cocok untuk
mengukur apa yang hendak diukur. Misalnya untuk mengukur kepemimpinan hendaknya
instrumen angket yang berisi tentang perilaku pemimpin. Ada lima jenis validitas instrumen
yang dapat digunakan untuk mengetahui valid tidaknya instrumen penelitian, yaitu: validitas
isi, validitas konstruksi, validitas pengukuran setara, validitas pegukuran serentak, dan
validitas ramalan.
Validitas isi berkenaan dengan isi instrumen yakni item instrumen hendaknya dapat
mencakup keseluruhan indikator dalam variabel yang akan diukur. Validitas konstruk
berkenaan dengan konsep-konsep yang dituangkan dalam item insreumen. Validitas
pengukuran setara dapat diketahui dengan mengkorelasikan hasil suatu instrumen dengan
instrumen lain yang setara, validitas pengukuran serentak adalah korelasi hasil instrumen
yang dilaksanakan pada waktu yang bersamaan. Sedangkan validitas ramalan adalah
keterkaitan antara hasil instrumen dengan hasil karya dimasa depan.

2) Reliabilitas instrumen
Instrumen dikatakan memenuhi syarat reliablitas, jika instrumen tersebut mampu
menghasilkan hasil yang benar-benar dapat dipercaya. Salah satu indikator dalam instrumen
yang reliabel adalah jika instrumen tersebut digunakan berkali-kali dengan objek yang sama
maka hasilnya akan tetap reatif sama. Untuk menguji reliabilitas instrumen dapat digunakan
dengan tiga cara, yaitu pengukuran ulang, pengukuran setara, dan pengukuran pecah belah.
Reliabilitas pengukuran ulang dapat dilakukan dengan memberikan instrumen dua
kali kepada subyek yang sama dalam waktu berbeda. Reliabilitas pengukuran setara dapat
dilakukan dengan cara membuat dua buah instrumen yang setara untuk diberikan kepada
responden secara berurutan. Korelasi bentuk instrumen tersebut akan memberikan hasil
reliabilitas pengukuran yang setara. Sedangkan reliablitas belah dua dapat diketahui dengan
cara membagi instrumen menjadi dua untuk diberikan kepada siswa selanjutnya korelasi dari
dua instrumen tersebut dapat dipergunakan sebagai hasil reliabiltas belah dua.

3) Kepraktisan
Disamping validitas dan reliabiltas instrumen hendaknya memiliki kepraktisan dalam
artian proses persiapan, pelaksaaan, dan pemeriksaan hasil instrumen serta interpretasi hasil
instrumen dapt dilakukan secara hemat dan mudah. Hemat dalam arti instrumen dapat
digunakan berberapa kali pengadministrasiannya dapat dilakukan dengan cepat. Mudah
artinya instrumen memiliki petunjuk yang jelas dan lengkap sehingga tidak perlu lagi
penjelasan lain dari peneliti.
b. Penyusunan Insrtrumen Pengumpulan Data
Penyusunan instrumen pengumpulan data harus dilakukan secara tepat, artinya sesuai
dengan kebutuhan penelitian yang dilakukan. Untuk itu peneliti harus meneliti secara jeli
mengidentifikasi berbagai variabel yang ada dalam penelitian. Peneliti juga tidak boleh
mengabaikan difinisi operasional variabel penelitian yang telah dibuat sebelumnya.
Instrumen harus sejalan dengan definisi opresional variabel yang telah dibuat sebelumnya.
Poin-poin indikator yang ada dalam definisi operasional kemudian dikembangkan dalam
penyususan instrumen pengumpulan data.
Agar penyusunan instrumen pengumpulan data yang dilakukan bisa cermat dan
memperolah hasil yang valid, peneliti hendaknya mengikuti beberapa langkah tertentu.
Langkah-langkah penyusunan instrumen pengumpulan data mencakup beberapa tahapan
sebagi berikut:
1) Melakukan idendifikasi terhadap semua variabel yang ada dalam judul atau masalah
penelitian yang telah dibuat sebelumnya.
2) Menjabarkan setiap variabel penelitian menjadi sub-sub variabel penelitian.
3) Menjabarkan setiap sub variabel penelitian tersebut menjadi indikator-indikator. Yang
harus diingat adalah penjabaran sub-sub variabel harus sesuai dengan poin-poin indikator
yang ada dalam definisi operasional variabel.
4) Membuat deskripsi dari semua indikator yang telah dibuat.
5) Merumuskan deskripsi tersebut kedalam butir-butir istrumen penelitian .
6) Melengkapi instrumen yang dibuat tersebut dengan petunjuk atau panduan untuk
menjawab serta melengkapi pula denga kata pengantar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Banyak ragam instrumen pengumpulan data penelitian namun dari berbagai macam
ragam instrumen pengumpulan data tersebut dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu: (1)
instrumen tes (2) instrumen non tes. Instrumen tes dan non tes dibedakan dari segi materi
instrumen dan dari segi cara pengerjaan serta penskoran, disamping itu dilihat dari tujuan
pengukuran nilai variabel yang akan dilakukan dalam penelitian.
a. Instrumen pengumpulan data (tes)
(a) Tes hasil belajar, (b) Tes intelegensi (tes IQ), (c)Tes kepribadian, (d)Tes bakat,
dan (e) Tes sikap
b. Instrumen pengumpulan data non tes
(a)Kuesioner atau angket, (b) Panduan wawancara, (c) Check list, (d) Rating scale dan
(e) Panduan dokumentasi.
Instrumen pengumpulan data hendaknya disusun dengan memperhatikan
syarat minimal instrumen yang baik. Menurut Suharsimi Arikunto syarat instrumen
yang baik terletak pada validitas dan reliabilitas instrumennya. Sedangkan menurut
Sulthon Masyud syarat instrumen yang baik itu adalah : (1) validitas, (2) reliabilitas,
(3) kepraktisan.
3.2 Saran
Dalam makalah ini, penulis tetap memaparkan beberapa pembahasan mengenai judul
tersebut. Akan tetapi penulis menyadari akan banyaknya kekurangan baik dalam penulisan
maupun dalam penyusunan makalah ini. untuk itu, kritik maupun saran sangat diharapkan
agar makalah ini menjadi lebih baik lagi. harapan penulis semoga makalah ini dapat
bermanfaat baik bagi pembaca maupun penulis.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi,1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: PT Rineka Cipta
Faisal, Sanapiah. 1882. Metodologi Penelitian Pendidikan.Surabaya : Usaha
Nasional
Masyud, Sulthon, 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Jember : Lembaga
Pengembangan Manajemen dan Profesi Kependidikan

Anda mungkin juga menyukai