PEMBELAJARAN MATEMATIKA”
MAKALAH
Oleh :
Kelompok 3
Fierda Ria Fairuz (1610118120005)
Jumiati (1610118220010)
Nur Indah Martiyani (1610118320018)
Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan, kecerdasan, kemampuan, atau bakat yang
dimiliki oleh seseorang atau kelompok. Tes dapat didefinisikan sebagai suatu
pertanyaan atau tugas atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh
informasi tentang trait atau atribut pendidikan atau spikologik yang setiap butir
pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap
benar (Zainul dan Nasoetim, 1993). Dari pengertian tersebut, maka setiap tes menuntut
keharusan adanya respon dari subyek (orang yang dites) yang dapat disimpulkan
sebagai suatu trait yang dimiliki oleh subyek yang sedang dicari informasinya. Dilihat
dari wujud fisik, tes merupakan sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab dan/atau
tugas yang harus dikerjakan yang nantinya akan memberikan informasi mengenai
aspek psikologis tertentu berdasarkan jawaban tertentu terhadap pertanyaan-
pertanyaan atau cara dan hasil subjek dalam melakukan tugas-tugas tersebut (Azwar,
1996).
Berdasarkan definisi tersebut, dapat dijelaskan bahwa tes merupakan alat ukur
yang berbentuk pertanyaan atau latihan, dipergunakan untuk mengukur kemampuan
yang ada pada seseorang atau sekelompok orang. Sebagai alat ukur dalam bentuk
pertanyaan, maka tes harus dapat memberikan informasi mengenai pengetahuan dan
kemampuan obyek yang diukur. Sedangkan sebagai alat ukur berupa latihan, maka tes
harus dapat mengungkap keterampilan dan bakat seseorang atau sekelompok orang.
Tes merupakan alat ukur yang standar dan obyektif sehingga dapat digunakan
secara meluas untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku
individu. Dengan demikian berarti sudah dapat dipastikan akan mampu memberikan
informasi yang tepat dan obyektif tentang obyek yang hendak diukur baik berupa psikis
maupun tingkah lakunya, sekaligus dapat membandingkan antara seseorang dengan
orang lain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu cara atau alat untuk mengadakan
penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan
oleh siswa atau sekelompok siswa sehingga menghasilkan nilai tentang tingkah laku
atau prestasi siswa tersebut. Prestasi atau tingkah laku tersebut dapat menunjukkan
tingkat pencapaian tujuan intruksional pembelajaran atau tingkat penguasaan terhadap
seperangkat materi yang telah diberikan dalam proses pembelajaran, dan dapat pula
menunjukkan kedudukan siswa yang bersangkutan dalam kelompoknya.
B. Macam-Macam Tes Dalam Pembelajaran Matematika
Bentuk tes yang digunakan di sekolah dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu
tes objektif dan tes subjektif.
a. Tes Objektif
1) Pengertian Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan
untuk menjawab tes telah tersedia. Oleh karena sifatnya yang demikian
Popham (1981: 235) menyebutnya dengan istilah tes pilihan jawaban
(Selected response test). Butir soal telah mengandung kemungkinan jawaban
yang harus dipilih atau dikerjakan oleh peserta tes. Kemungkinan jawaban
telah dipasok oleh pengkonstruksi tes dan peserta hanya memilih jawaban dari
kemungkinan jawaban yang telah disediakan (Zainul dan Nasoetion, 1996).
Menurut Subino (1987:4) perbedaan yang khas bentuk soal objektif dibanding
dengan soal esai adalah tugas peserta tes (testee) dalam merespons tes. Pada
tes objektif, tugas testee adalah memanipulasikan data yang telah ada dalam
butir soal. Hal ini berbeda dengan soal esai dimana testi harus menciptakan
dan mencari sendiri unsur-unsur yang dibutuhkan untuk menjawab soal.
Sebagaimana nama yang digunakannya, soal objektif adalah soal yang
tingkat kebenarannya objektif. Oleh karenanya, tes objektif adalah tes yang
dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif (Arikunto, 1995:165).
Karena sifatnya yang objektif maka penskorannya dapat dilakukan dengan
bantuan mesin. Soal ini tidak memberi peluang untuk memberikan penilaian
yang bergradasi karena dia hanya mengenal benar dan salah. Apabila respons
siswa sesuai dengan jawaban yang dikehendaki maka respons tersebut benar
dan biasa diberi skor 1. Apabila kondisi yang terjadi sebaliknya, maka respons
siswa salah dan biasa diberi skor O. Jawaban siswa bersifat mengarah kepada
satu jawaban yang benar (convergence).
Merujuk kepada berbagai pendapat tentang tes objektif dapat diambil
kesimpulan bahwa, tes objektif adalah tes yang semua informasi yang
diperlukan peserta tes untuk memberikan respon telah disediakan oleh
penyusun tes, sehingga peserta tes tinggal memilihnya. Jawaban yang berupa
pilihan bersifat detenninistik, sehingga hanya ada dua kemungkinan
kebenaran jawaban benar atau salah.
2) Petunjuk Penyusunan Tes Objektif
- Pokok soal harus dirumuskan dengan singkat, jelas, dan tegas.
- Hindari pengulangan kata yang sama pada pokok soal.
- Hindari penggunaan kalimat yang berlebihan pada pokok.
- Soal harus sesuai dengan indicator.
- Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan
yang diperlukan saja.
- Gambar, grafik, table, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal
harus jelas dan berfungsi.
- Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia.
- Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika soal akan
digunakan untuk daerah lain atau nasional. Setiap soal harus menggunakan
bahasa yang komunikatif.
- Jumlah pilihan jawaban untuk soal SD dan SMP adalah empat pilihan.
- Jumlah pilihan jawaban untuk SMA dan sederajat yaitu lima pilihan.
- Alternatif jawaban yang dibuat harus logis, homogen, dan pengecoh
menarik untuk dipilih.
- Dalam merumuskan pokok soal, hindari adanya petunjuk.
- Setiap butir soal hanya rnempunyai satu jawaban yang benar.
- Hindari penggunaan ungkapan negatif pada pokok soal.
- Hindari altenatif jawaban yang berbunyi semua jawaban benar atau semua
jawaban salah.
- Jika alternatif jawaban berbentuk angka, urutkan mulai dari yang besar atau
yang kecil.
- Hindari penggunaan istilah yang terlalu teknis pada pokok soal.
- Upayakan agar jawaban butir soal yang satu tidak tergantung soal yang
lain.
- Pokok soal tidak menggunakan pemyataan yang bersifat negatif ganda.
- Panjang rumusan pilihan jawaban relatif sama.
- Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun
berdasarkan urutan besar kecil atau secara kronolis.
- Pilihan jawaban tidak mengulang kata/kelompok kata yang ????
3) Ketepatan Penggunaan Tes Objektif
Soal tes objektif sangat bermanfaat untuk mengukur hasil belajar
kognitif tingkat rendah. Hasil-hasil belajar kompleks seperti menciptakan dan
mengorganisasikan gagasan kurang cocok diukur menggunakan soal bentuk
ini.
Agar tes objektif yang akan ditulis tidak melenceng dari materi yang
telah diajarkan selama proses pembelajaran maka tes tersebut harus ditulis
berdasarkan kisi-kisi. Kisi-kisi inilah yang harus menjadi pedoman bagi
penulis dalam menulis setiap butir soal. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam membuat kisi-kisi antara lain:
- Pemilihan sampel materi yang akan diujikan : Pemilihan sampel materi
harus diupayakan serepresentatif mungkin.
- Penentuan Jenis tes yang akan digunakan : Penentuan Jenis tes yang
akan digunakan apakah akan menggunakan tes pilihan ganda, tes uraian,
atau gabungan antara keduanya harus diperhitungkan terutama terkait
dengan materi, jumlah butir soal, dan waktu tes yang disediakan.
- Jenjang kemampuan berpikir yang akan diujikan : Jenjang
kemampuan berpikir yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang
kemampuan berpikir yang dilatihkan selama proses pembelajaran.
- Sebaran tingkat kesukaran : Penentuan sebaran tingkat kesukaran butir
soal sebenarnya tergantung pada interpretasi skor yang akan digunakan.
Jika akan digunakan pendekatan penilaian acuan kriteria maka sebaran
tingkat kesukaran butir soal tidak perlu dipikirkan tetapi jika akan
digunakan pendekatan penilaian acuan norma maka sebaran tingkat butir
soal harus diperhatikan.
- Waktu ujian yang disediakan : Waktu ini akan membatasi jumlah butir
soal yang akan ditanyakan.
- Jumlah butir soal : Jumlah butir soal yang akan ditanyakan tergantung
pada waktu ujian yang disediakan.
Ketentuan Pokok :
- Kelompok yang akan dites banyak dan tesnya akan digunakan lagi berkali-
kali.
- Skor yang diperoleh diperkirakan akan dapat dipercaya.
- Lebih gampang menyusun tes bentuk objektif daripada tes bentuk uraian.
- Hanya mempunyai waktu sedikit untuk koreksi dibandingkan dengan
waktu yang digunakan untuk menyusun test.
4) Kelebihan dan kelemahan Tes Objektif
a) Kelebihan
- Penilaiannya yang sangat objektif: Sebuah jawaban hanya mempunyai
kemungkinan benar atau salah.
- Toleransi di antara salah dan benar tidak diberikan karena tingkat
kebenarannya bersifat mutlak.
b) Kelemahan
- Soal objektif memiliki reliabilitas yang tinggi, siapapun yang menilai
dan kapanpun dinilai, hasilnya akan tetap bersama.
- Butir soal yang banyak memungkinkan untuk mencakup semua daerah
prestasi yang hendak diukur (representatif).
- Lebih mudah dan cepat karena pemeriksaannya menggunakan kunci.
- Dapat digunakan untuk menilai kelompok yang besar.
- Menghindari kemungkinan siswa berspekulasi dalam mempelajari
bahan pelajaran.
- Tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi.
- Dalam satu kali ujian dapat menanyakan banyak materi yang telah
diajarkan dalam proses pembelajaran.
- Validitas isi tes dapat dipertanggungjawabkan.
- Jika dikonstruksi dengan baik tes objektif dapat rh‘éhéukd'r semua
jenjang proses berpikir dari yang sederhana (ingatan) sampai dengan
yang kompleks (evaluasi).
- Tes objektif diragukan kemampuannya untuk mengukur hasil belajar
yang kompleksitasnya tinggi.
- Peluang melakukan tebakan (guessing) sangat tinggi.
- Penyusunan tes sukar dan memerlukan waktu yang cukup banyak.
- Kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk menyatakan
kemampuan ilmiahnya.
- Sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi.
- Kerjasama antar siswa dalam mengerjakan soal lebih terbuka.
- Menggunakan bahan (kertas) yang lebih banyak
Kelemahan :
- Sukar menyusun tes jenis ini yang benar-benar baik.
- Untuk menilai ingatan saja.
- Pengarahan jawaban sering terjadi.
- Memakan banyak waktu dan tenaga untuk menyusunnya.
Pasani, M.Si, Dr. Chairil Faif , and Dra. Hj. Agni Danaryanti, M.Pd. 2016. Bahan
Ajar Penilaian Pembelajaran Matematika. Banjarmasin: Universitas
Lambung Mangkurat.