PSIKOLOGI
KONSEP DASAR TES
A. Konsep Tes
Philips (1979: 1-2) menyatakan bahwa “a test is commonly defined as a tool or
instrument of measurement that is used to obtain data about a specific trait or characteristic
of an individual or a group”. Johnson & Robert T. Johnson (2002: 62) menyatakan “tests
are given to assess student learning, to increase student learning, and to guide instruction”.
Mardapi (2008: 67) menyatakan bahwa tes adalah sejumlah pertanyaan yang membutuhkan
jawaban, atau sejumlah pernyataan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur
tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang di kenai tes.
Berdasarkan atas ketiga pengertian di atas dapat dikatakan bahwa tes merupakan
serangkaian butir pertanyaan dan/atau pernyataan untuk mengungkap karakteristik atau
kemampuan seseorang. Hasil tes biasanya digunakan untuk mengetahui emampuan belajar,
meningkatkan aktivitas belajar, dan meningkatkan kegiatan pembelajaran. Tes sebagai
bagian dari kegiatan pengukuran dibedakan dari jenis pengukuran lain (non tes). Salah satu
aspek yang membedakan adalah “jawabannya”. Tes, pada umumnya, menuntut jawaban
“benar” atau “salah”. Sementara itu, non tes tidak selalu dan sangat tergantung dari
karakteristik aspek yang diukur.
Pada umumnya masyarakat seringkali menyamakan istilah tes dengan pengukuran dan
evaluasi, namun demikian ketiga stilah tersebut memiliki pengertian yang berbeda.
Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh
deskripsi numerik dari suatu tingkatan peserta didik setelah mencapai karakteristik tertentu.
Sedangkan Evaluasi dapat dikatakan suatu kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu
program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak berharga,
dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan erat
dengan keputusan nilai (value judgement). Dalam dunia pendidikan dapat dilakukan evaluasi
terhadap kurikulum baru, kebijakan pendidikan sumber belajar tertentu atau etos kerja guru
B. Jenis tes
1. Tes Seleksi
Tes ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan siswa baru, dimana hasil tes
digunakan untuk memilih peserta didik yang tergolong paling baik dari sekian banyak
calon peserta didik yang mengikuti tes. Materi tes pada tes seleksi merupakan materi
prasyarat untuk mengikuti program pendidikan yang akan diikuti calon peserta didik.
Materi yang diujikan terdiri atas butir-butir yang cukup sulit, sehingga calon-calon yang
tergolong memiliki kemampuan yang tinggi yang dimungkinkan dapat menjawab butir-
butir yang diujikan.
2. Tes Awal
Tes awal sering dikenal dengan pre tes, tes jenis ini dilaksanakan dengan tujuan
untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah
dapat dikuasai oleh peserta didik. Tes ini dilaksanakan sebelum materi atau bahan
pelajaran diberikan kepada peserta didik.
3. Tes Akhir
Tes akhir sering dikenal dengan istilah post-test. Tes akhir ini dilaksanakan
dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran sudah dikuasai dengan
sebaik-baiknya oleh para peserta didik.Materi tes akhir bahan-bahan pelajaran yang telah
diajarkan kepada peserta didik, dan soal yang dibuat sama dengan soal tes awal. Dengan
demikian jika hasil post-test lebih baik dari pre tes maka pada umumnya dapat diartikan
bahwa program pengajaran telah berjalan dan berhasil dengan sebaik-baiknya.
4. Tes Diagnostik
Tes ini dilaksanakan untuk menentukan secara tepat jenis kesukaran yang
dihadapi oleh peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu. Dengan diketahui jenis-
jenis kesukaran yang dihadapi peserta didik, maka dapat dicarikan upaya berupa therapy
yang tepat. Tes diagnostik juga bertujuan untuk menemukan jawaban atas pertanyaan
“apakah peserta didik sudah dapat mengusai pengetahuan yang merupakan dasar atau
landasan untuk dapat menerima pengetahuan selanjutnya?” Materi yang ditanyakan
dalam tes diagnostik ditekankan pada bahan-bahan yang sulit dipahami peserta didik.
Tes ini dapat dilaksanakan secara lisan, tertulis serta tes perbuatan.
5. Tes Formatif
Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui sejauh
manakah peserta didik telah memahami dan menguasai materi ajar di dalam proses
pembelajaran yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Tes formatif dilaksanakan
setelah suatu pokok bahasan selesai diberikan. Materi tes formatif ditekankan pada
bahan-bahan pelajaran yang diajarkan, butir-butir soal terdiri atas butir-butir soal yang
tergolong mudah maupun yang termasuk kategori sukar.
6. Tes Sumatif
Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan
program pembelajaran selesai diberikan. Tes sumatif disusun atas dasar materi pelajaran
diberikan selama satu catur wulan atau satu semester, dengan demikian materi tes
sumatif jauh lebih banyak dari pada tes formatif. Umumnya tes sumatif ilaksanakan
secara tertulis dengan tujuan agar semua peserta didik memperoleh soal yang sama.
Butir-butir soal yang iujikan dalam tes sumatif pada umumnya lebih sulit daripada butir-
butir tes formatif. Tujuan utama tes sumatif adalah untuk menentukan nilai yang
melambangkan keberhasilan peserta didik setelah mereka menempuh proses
pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, sehingga dapat ditentukan: (a) kedudukan
dari masingmasing peserta didik ditengah-tengah kelompoknya, (b) dapat tidaknya
peserta didik untuk mengikuti program pengajaran berikutnya, (c) kemajuan peserta
didik untuk diinformasikan kepada pihak orang tua yang tertuang dalam bentuk Rapor
atau Surat Tanda Tamat Belajar
C. Tes Psikologi
Tes psikologi adalah suatu pengukuran yang objektif dan terstandar terhadap sampel dari
suatu perilaku. Tujuan dari tes psikologi sendiri adalah untuk mengukur perbedaan antar
individu atau juga mengukur reaksi individu yang sama pada situasi yang berbeda (Anastasi
& Urbina, 1997). Penggunaan tes psikologi saat ini menjadi suatu bagian yang sangat
penting dalam pengukuran terhadap individu. Tes psikologi berperan sebagai alat untuk
menggali atribut psikologi individu.
Terdapat tujuh jenis tes psikologi yang beragam tergantung tujuan pengukurannya.
Pertama, tes intelegensi untuk mengukur kemampuan individu dalam cakupan umum.
Kedua, tes bakat untuk mengetahui bakat atau potensi khusus seseorang. Ketiga, tes
kreativitas untuk mengukur kapasitas individu untuk menemukan solusi yang tidak biasa dan
tidak terduga khususnya dalam memecahkan masalah yang masih samar. Keempat, tes
kepribadian untuk mengukur trait, kualitas, atau perilaku yang menunjukkan individualitas
seseorang. Kelima, tes prestasi untuk mengukur pencapaian individu setelah mempelajari
sesuatu. Keenam, tes inventori minat untuk mengukur kecenderungan seseorang pada
aktifitas atau topik-topik tertentu. Dan terakhir, tes neuropsikologi untuk mendapatkan data
mengenai keluhan gangguan kognitif (Gregory, 2004).
Hasil tes psikologi digunakan sebagai dasar informasi dalam pengambilan keputusan.
Informasi individu yang digali melalui suatu tes psikologi dapat menjadi prediktor yang
meramalkan performa individu dalam suatu tugas. Oleh karena itu tes psikologi yang akan
dipergunakan harus memenuhi kualitas psikometri yang baik agar dapat diterapkan dalam
mengukur suatu atribut psikologi pada individu (Murphy, 2005).
Tes psikologi digunakan dalam konteks industri organisasi, pendidikan atau sekolah serta
dalam konteks klinis. Dalam konteks industri organisasi tes psikologi memainkan peran
yang sangat penting, terutama dalam proses perekrutan dan seleksi karyawan. Tes psikologi
yang digunakan diantaranya tes kemampuan kognitif, tes situasional, serta tes kepribadian
objektif dan proyektif. Tes psikologi dalam konteks pendidikan berperan untuk memeriksa
intelegensi atau IQ, prestasi akademik, kepribadian, minat serta bakat. Dalam konteks klinis
peran tes sebagai alat untuk memeriksa orang-orang yang mengalami masalah perilaku
untuk emudian menetapkan keputusan-keputusan terapeutik (Anastasi, 1997).
D. Reliabilitas
Kata reliabilitas dalam Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Inggris yaitu reliability,
yang mana asalnya dari kata reliable yang mempunyai arti dapat dipercaya. Suatu instrumen
tes dikatakan dapat dipercaya (reliable) bila memberikan hasil yang tetap atau ajeg
(konsisten) bila diteskan berkali-kali. Misalnya suatu tes yang sama diberikan kepada siswa
dalam satu kelas pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam
urutan (rangking) yang sama atau ajeg dalam satu kelas tersebut. Ajeg atau tetap tidak harus
skornya selalu sama, skor yang diperoleh dapat berubah akan tetapi urutan dalam
kelompoklah yang sama. Jika dikaitkan dengan validitas maka validitas berhubungan dengan
ketepatan sedangkan reliabilitas berkaitan dengan ketepatan atau keajegan. Banyak sekali
istilah yang menuju pada reliabilitas, misalnya sperti konsistensi, keajegan, ketetapan,
kestabilan dan juga keandalan. Intrumen yang reliabel belum tentu valid. Contohnya mistar
yang patah diujungnya, bila dipakai berulang akan selalu menghasilkan data yang sama
(reliabel) akan tetapi selalu saja tidak valid. Reliabilitasisntrumen merupakan syarat untuk
pengujian validitas instrumen. Oleh karena itu meskipun instrumen yang valid biasanya pasti
reliabel, tetapi pengujian reliabilitas instrumen tetap perlu dilakukan. Berdasarakan pada
cara pengujian instrumen, makam reliabilitas instrumen dapat dibagi menjadi dua yaitu,
Reliabilitas Eksternal (External Reliability) dan Reliabilitas Internal (Intenal Relability).
1. Reliabilitas Eksternal
Reliabialitas eksternal didapatkan bila ukuran atau kriteria tingkat reliabilitasnya
berada di luar instrumen yang bersangkutan. Terdapat dua cara untuk menguji reliabilitas
suatu instrumen yaitu dengan metode bentuk paralel (equivalent method) dan metode tes
berulang (test-retest method).
2. Reliabilitas Internal
Reliabilitas jenis ini diperoleh dari menganalisis data dari satu kali pengumpulan
data. Berdasarkan pada sistem pemberian skor (scoring system) instumen, ada dua
metode analisis internal yaitu Instrumen Skor Diskrit dan Instrumen Skor Non Diskrit.
E. Validitas
Suatu instrumen dikatakan valid bila instrumen terebut dapat dengan tepat mengukur apa
yang hendak di ukur. Sehingga dapat dikatakan bahwa validitas berhubungan dengan
“ketepatan” dengan alat ukur. Dengan istrumen yang valid akan menghasilkan data yang
valid pula. Istilah valid sukar untuk dicari penggantinya, sebagian peneliti ada yang
menyebutknya dengan “sahih”, “tepat”, dan juga “cermat”. Secara garis besar validitas
instrumen dibedakan menjadi dua yaitu, validitas internal (internal validity) dan validitas
eksternal (eksternal validity).
1. Validitas internal
Validitas internal berkaitan dengan kriteria yang berasal dari dalam suatu
instrumen penelitian, seperti tampilan instrumen, isi dan juga kemampuan instrumen
dalam mengukur. Validitas internal disebut juga dengan Validitas Rasional, yang berarti
validitas untuk sebuah instrumen penelitian menunjuk pada kondisi yang memenuhi
syarat valid berdasarkan pada hasil penalaran atau rasionalitas. Instrumen dikatakan
mempunyai validitas Internal bila instrumen tersebut kriteria yang ada dalam instrumen
secara rasional telah mencerminkan apa yanga diukur. Validitas internal dibagi menjadi
dua, yaitu validitas isi (Content Validity) dan Validitas Konstruk (Construct Validity)
2. Validitas eksternal
Validitas Eksternal (esternal validity) dikenal juga validitas empiris (empiricial
validity). Pada validitas eksternal berdasarkan pada kriteria yang ada dari luar isntrumen
yaitu berdasarkan pada fakta empiris atau pengalaman. Kriterian yang dipakai sebagai
pembanding instrumen yaitu sesuatu yang sudah tersedian dan sesuatu yang masih belum
tersedia akan tetapi terjadi diwaktu yang akan datang. Instrumen yang sesuai dengan
kriteria yang sudah ada dikenal dengan validitas kesejajaran (concurrent validity),
sedangan instrumen yang sesuai dengan kriteria yang diprediksi akan terjadi disebut
dengan valditas prediksi (predictive validity).
TES INTELIGENSI
A. Teori Intelegensi
Intelegensi berasal dari bahasa Inggris “Intelligence” yang juga berasal dari bahasa Latin
yaitu “Intellectus dan Intelligentia”. Teori tentang intelegensi pertama kali dikemukakan oleh
Spearman dan Wynn Jones Pol pada tahun 1951 yang mengemukakan adanya konsep lama
mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia
Menurut Thornburg (1984 : 179), inteligensi adalah ukuran bagaimana individu
berperilaku. Inteligensi diukur dengan perilaku individu, interaksi interpersonal dan prestasi.
Inteligensi dapat didefinisikan dengan beragam cara: (1) kemampuan berpikir abstrak, (2)
kemampuan mempertimbangkan, memahami dan menalar, (3) kemampuan beradaptasi
dengan lingkungan, dan (4) kemampuan total individu untuk bertindak dengan sengaja dan
secara rasional dalam lingkungan.
Winkel dan Suryabrata membuat pengelompokkan definisi dengan cara yang berbeda.
Menurut Winkel (1996:138), inteligensi dapat diberikan pengertian luas dan sempit. Dalam
arti luas, inteligensi adalah kemampuan mencapai prestasi dalam berbagai bidang kehidupan.
Dalam arti sempit, inteligensi adalah kemampuan untuk mencapai prestasi di sekolah.
Inteligensi dalam pengertian sempit mempunyai pengertian yang sama dengan kemampuan
intelektual atau kemampuan akademik.
Menurut M Dalyono (2004: 124) intelegensi adalah kemampuan yang bersifat umum
untuk mengadakan penyesuaian terhadap sesuatu situasi atau masalah, yang meliputi
berbagai jenis kemampuan psikis seperti: abstrak, berpikir mekanis, matematis, memahami,
mengingat, berbahasa, dan sebagainya. Intelegensi juga dapat diartikan sebagai kemampuan
yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu
(M Ngalim Purwanto, 2004: 52).
Berdasarkan beberapa definisi tentang intelegensi di atas, dapat disimpulkan bahwa
intelegensi adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir yang dapat digunakan untuk
menyesuaikan diri terhadap kebutuhan baru dengan menggunakan alat-alat berpikir yang
sesuai dengan tujuannya. Intelegensi seseorang dapat diketahui secara lebih tepat dengan
menggunakan tes intelegensi, salah satu bentuk tes intelegensi yang sampai saat ini masih
digunakan adalah tes yang diciptakan oleh Alfred Binet dan Theodore Simon pada tahun
1908 di Prancis. Tes ini terkenal dengan sebutan tes BinetSimon.
B. Tes Intelegensi (IQ)
IQ ialah angka yang mana menjelaskan tingkat kecerdasan seseorang yang dibandingkan
dengan sesamanya dalam satu populasi. Kecerdasan atau yang biasa dikenal dengan IQ
(bahasa Inggris: intelligence quotient) adalah istilah umum yang digunakan untuk
menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan
menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan,
menggunakan bahasa, dan belajar.
Tes kemampuan (inteligensi) dimaksudkan untuk mengetahui prestasi maksimal yang
diperlukan dalam meneliti kemampuan dan kecakapan. Kecakapan merupakan potensi
seseorang untuk memperoleh tindakan melalui pelatihan. Kecerdasan erat kaitannya dengan
kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu. Kecerdasan dapat diukur dengan
menggunakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai Tes IQ.
Berikut penggolongan Intelligence Test / Tes IQ (Kecerdasan) secara lebih
rinci. Penyajiannya terbagi menjadi dua sifat berikut:
1. Soal terbuka, yaitu pada pertanyaan atau soal, belum tersedia jawabannya sehingga
peserta tes harus menjawab sesuai dengan kemampuannya. Jawabannya bisa berbeda-
beda, bergantung pada kemampuan setiap peserta tes dalam menangkap isi soal yang
diberikan.
Berikut contoh soal: Carilah angka terakhir dari deretan angka berikut ini ? 2 10 3 11
4 12 5 …?
2. Soal tertutup, yaitu pada pertanyaan atau soal sudah tersedia jawabannya sehingga
peserta tes dapat memilih jawaban yang paling benar. Soal ini relatif mudah untuk
dikerjakan, tetapi karena jawaban yang tersedia hampir mirip atau bahkan mirip,
dibutuhkan ketelitian dalam menjawab soal tes dalam waktu yang sangat singkat.
Tes Inteligensi diklasifikasikan menjadi sebagai berikut:
1. Tes Kemampuan Numerik
Tes angka berfungsi untuk mengukur kemampuan seseorang dibidang angka,
dalam rangka berpikir terstruktur dan logis matematis. Tes ini meliputi tes seri angka dan
tes logika angka. Thursone mengemukakan bahwa tes kemampuan numerik ini adalah
salah satu kemampuan mental utama, mengukur kemampuan berpikir yang berkaitan
dengan bilangan dan konsep bilangan atau angka-angka.
2. Tes Kemampuan Verbal
Di bagian tes ini akan diuji sejauh mana penguasaan perbendaharaan kata dan
juga harus bisa memahami sebuah bacaan dan bisa memahami arti kata-kata tertentu. Tes
ini dibagi menjadi tes sinonim, antonim, analogi, dan perbendaharaan kata.
3. Tes Kemampuan Perseptual
Soal Tes ini berbentuk gambar/simbol yang terkadang hampir terlihat sama dan
cukup membingungkan. pilihlah jawaban yang Benar dengan Cermat dan Teliti dengan
cara menyelesaikannya dalam bentuk selanjutnya tersebut secara Logis.
4. Tes Kemampuan Spatial
Kemampuan spasial adalah kemampuan untuk menangkap dunia ruang-visual
secara tepat, yang di dalamnya termasuk kemampuan mengenal bentuk dan benda
secara tepat, melakukan perubahan suatu benda dalam pikirannya dan mengenali
perubahan tersebut, menggambarkan suatu hal atau benda dalam pikiran dan
mengubahnya kedalam bentuk nyata, mengungkapkan data dalam suatu grafik serta
kepekaan terhadap keseimbangan, relasi, warna, garis, bentuk, dan ruang
5. Tes Kemampuan Analitik
merupakan tes penalaran yang menguji kemampuan sobat dalam menganalisa
suatu informasi berbentuk teks paragraf serta memanipulasi informasi atau data tersebut
untuk menyimpulkan suatu masalah dan mengambil suatu kesimpulan. Berbeda dengan
penalaran logis yang menggunakan prinsip-prinsip silogisme dalam mengambil
kesimpulan, penalaran analitik lebih menekankan pengambilan kesimpulan dengan
menggunakan penalaran yang bersifat analisa. Diantaranya adalah dengan menuliskan
informasi-informasi yang didapat menggunakan gambar, kemudian dari gambar itu dapat
diambil beberapa kesimpulan.
6. Tes Kemampuan Teknikal
ditujukan untuk mengukur dan mengevaluasi kemampuan kuantitatif dan logika
analisis dalam bagian teknik secara umum.