Anda di halaman 1dari 2

Nama : Mega Putriatul Chusna

NIM : 180154503555

1. Tujuan utama dari suatu asesmen sendiri adalah untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan program pembelajaran bagi anak
berkelainan/bermasalah. Sedangakan tujuan assemen untuk anak dengan hambatan pendengaran
(tunarungu) adalah untuk memperoleh beberapa informasi tentang anak tersebut mengenai seberapa
besar tingkat ketuliannya, serta bagaimana guru selanjutnya memperlakulan anak di dalam proses
pembelajaran seperti bagaimana pembelajaran yang cocok untuk anak, layanan kompensatorisna. Agar
anak bisa mengikuti pembelajaran sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Serta agar anak dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

2. Gangguan bicara dan bahasa juga berhubungan erat dengan area lain yang mendukungnya seperti
fungsi otot mulut (oral motor) dan fungsi pendengaran. Keterlambatan dan gangguan bisa mulai dari
bentuk yang sederhana seperti bunyi suara yang “tidak normal” (sengau, serak) , sampai dengan ketidak
mampuan untuk mengerti atau menggunakan bahasa, atau ketidak mampuan mekanisme oral-motor
dalam fungsinya untuk bicara atau makan.

3. Masalah masalah akibat ketunarunguan

 Masalah kognitif, Pada dasarnya, kognitif anak tunarungu sama dengan anak normal, namun
perkembangannya dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa, informasi yang terbatas dan daya
abstraksi yang dapat menghambat proses pengambilan pengetahuan yang lebih luas. Aspek
kognitif anak tuna rungu yang mengalami hambatan adalah yang sifatya verbal, seperti
merumuskan pengertian, menghubungkan, menarik kesimpulan dan meramalkan kejadian anak
tunarungu sangat mengalami kesulitan saat mengikuti proses pembelajaran yang menggunakan
media lisan dan tulisan untuk mentrasfer pengetahuan.
 Masalah emosi, Rendahnya pemahaman seorang anak tunarungu terhadap bahsa lisan dan
tulisan membuat anak akan mudah menafsirkan sesuatu dengan anggapan negatif sehingga
berdampak pada tekanan emosi anak. Kemudian, adanya tekanan emosi ini dapat menghambat
perkembangan pribadinya sendiri sehingga anak tunarungu akan cenderung menutup diri,
agresif atau selalu bimbang dan ragu-ragu hingga gangguan kepribadian menghindar, ciri-ciri
depresi ringan atau seperti gangguan disosiatif.
 Masalah bicara dan bahasa, terbatasnya kemampuan pendengaran terjadi proses peniruan
suara, kemudian beralih ke peniruan visual, lalau berlanjut pada perkembangan bicara dan
bahasa sehingga anak tunarungu membutuhkan pembinaan khusus sesuai dengan taraf
ketunarunguannya.
 Masalah perilaku, ketidakmampuan untuk menerima rangsang pendengaran, miskin bahasa,
emosi yang tidak tetap, intelegensi yang terbatas dan sikap lingkungan terhadapnya membuat
anak tuna rungu membuat kepribadiannya dan perilakunya menjadi tertutup dan cenderung
mudah emosi.
 Masalah Sosia, Seperti yang sudah dijelaskan di awal, bahwa kehilangan pendengaran akan
mengurangi kemamapuan pemahaman bahasa dan komunikasi. Hal ini menyebabkan anak
tunarungu memiliki kemampuahn terbatas dalam berinteraksi sosial dengan orang lain di
lingkungan sekitarnya. Hambatan seperti ini dapat diakibatkan dari rendahnya perkembangan
kepribadian seperti kurang oercaya diri, Malu-malu, Merasa curiga dna cemburu berlebihan,
Merasa tidak diperlakukan dengan adil, Sering diasingkan, Memiliki perasaan depresif.

Cara Menangani nya

 Orang tua diharapkan mampu mengkomunikasikan maksud anak tunarngu dengan gerak-gerik
badan, ekspresi wajah atau lewat suara yang dikeluarkan sembari menunjuk sesuatu
 Memberi kesempatan anak tunaruhngu untuk berkumpul dengan keluarga, orang asing atau
teman-temannya seperti makan siang bersama, belajar kelompok bersama, mengunjungi
kerabat, mengenalkan mereka pada saudara yang berkunjung dan sebagainya.
 Membrikan kesempatan si anak untuk bebas bermain dengan teman sebayanya yang
sebelumnya sudah diberi pengetahuan tentang bagaimana cara berkomunikasi agar sanga anak
dapat merasakan masa bergaul di usianya.
 Anak tunarungu diberikan kesempatan untuk melakuakn pekerjaan bersam sehingga cepat
dimengerti, bukan malah memberikan perintah dengan kalimat panjang dan bertele-tele.
 Melatih anak tunarungu untuk meningkatkan keterampilannya terhadap barang-barang yang ia
punya sehingga iaakan merasa antusia menunggu giliran perhatian dari orang tua ataupun
gurnya di sekolah
 Jangan menyuruh anak tunarungu untuk bersosialisasi saat ia dalam keadana tidak siap. Sebab,
ia akan merasa malu dan merasa bahwa lingkungan menutup diri dari lingkungan akibat
ketunarunguannya tersebut. Oleh sebab itu, motivasi secara terus menerus akan sangat
membantu anak tunarungu.
 Hendaknya orang tua dan guru dapat memberikan model perilaku yang baik agar anak
tunarungu dapat menirukan perilaku yang baik dari orang-orang terdekatnya. Sebab, empati
yang baik aakan membuat anak dapat bergaul dengan lingkungannya dengan sehat
danbertanggung jawab.

Anda mungkin juga menyukai