Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH EVALUASI PENDIDIKAN

PERBEDAAN TES OBJEKTIF DAN TES SUBJEKTIF

Disusun oleh:

Kelompok VIII

1. Yusuf Amirudin (A1I117 036)

2. Sumarni (A1 I1 15 049)

3. Wa Ode Sidratul Rokhima (A1I115 054)

4. Reski Wulandari (A1I115 109)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. yang memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini.
Sholawat beserta salam selalu tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW,
beserta keluarga-Nya, sahabat-sahabat-Nya dan kita selaku umatnya hinga akhir
zaman.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, hal ini
disebabkan karena kemampuan dan pengalaman kami yang masih ada dalam
keterbatasan. Untuk itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun, demi perbaikan dalam makalah ini yang akan datang.

Semoga makalah ini bermanfaat sebagai sumbangsih penulis demi menambah


pengetahuan terutama bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.

Akhir kata kami sampaikan terima kasih semoga Allah swt. senantiasa meridhoi
segala usaha kita. Aamiin..

Kendari, 31 Maret
2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tes berasal dari kata “testum” dari bahasa Perancis yang berarti piring
untuk menyisihkan logam mulia dari material lain seperti pasir, batu, tanah,
dan sebagainya. Istilah itu kemudian diadopsi dalam psikologi dan pendidikan
untuk menjelaskan sebuah alat yang digunakan untuk melihat anak-anak yang
merupakan “logam mulia” di antara anak yang lain.
Menurut Webster’s Collegiate, tes adalah serangkaian pertanyaan atau
latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu
atau kelompok (Arikunto, 1995 : 29). Cronbach (Azwar, 1987 :3)
mendefinisikan tes sebagai “a systematic procedure for observing a person’s
behavior and describing it with the aid of a numerical scale or category
system”. Dengan demikian, tes merupakan prosedur sistematis.
Butir-butir tes disusun menurut cara dan aturan tertentu, prosedur
administrasi dan pemberian angka (scoring) harus jelas dan spesifik, dan setiap
orangyang mengambil tes harus mendapat butir-butir yang sama dan dalam
kondisi yang sebanding. Tes berisi sampel perilaku. Populasi butir tes yang
bisa dibuat dari suatu materi tidak terhingga jumlahnya. Keseluruhan butir itu
mustahil dapat seluruhnya tercakup dalam tes. Kelayakan tes lebih tergantung
kepada sejauh mana butir-butir di dalam tes mewakili secara representatif
kawasan (domain) perilaku yang diukur.
Butir-butir tes menghendaki subjek agar menunjukkan apa yang
diketahui atau apa yang dipelajari subjek dengan cara menjawab butir-butir
atau mengerjakan tugas yang dikehendaki oleh tes. Respon subjek atas tes
merupakan perilaku yang ingin diketahui dari penyelenggaraan tes.
Di dalam kelas, tes merupakan salah satu alat evaluasi untuk menggali
informasi tentang sejauhmana penguasaan anak terhadap suatu materi
(mastering test). Tes diadministrasikan untuk mengetahui performansi
maksimum (Cronbach dalam Azwar, 1987 : 8). Tes hasil belajar adalah suatu
prosedur sistematik untuk mengetahui jumlah bahan yang dipelajari oleh
seorang siswa (Grounlund, 1981 : 1). Jadi, tes berfungsi sebagai “alat timbang”
untuk mengetahui “bobot” kemampuan yang dimiliki anak.
Tes dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori. Berdasarkan bentuk
pertanyaannya, tes dapat berbentuk objektif dan esai (Grounlund, 1981;
Grounlund dan Linn, 1985; Popham,1981; Nurkancana dan Sumartana, 1986;
Arikunto, 1995; Subino, 1987).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari
makalah ini adalalah:
1. Bagaimanakah pengertian dari tes objektif dan tes subjektif?
2. Bagaimanakah penggolongan dan contoh tes objektif dan tes subjektif?
3. Bagaimanakah petunjuk penyusunan tes objektif dan tes subjektif?
4. Bagaimanakah ketepatan penggunaan tes objektif dan tes subjektif?
5. Bagaimanakah kelebihan dan kelemahan dari tes objektif tes subjektif?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengertian dari tes objektif dan tes subjektif.
2. Penggolongan dan contoh tes objektif dan tes subjektif.
3. Petunjuk penyusunan tes objektif dan tes subjektif.
4. Ketepatan penggunaan tes objektif dan tes subjektif.
5. Kelebihan dan kelemahan dari tes objektif tes subjektif.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan dari makalah ini adalah agar dapa mengetahui:
1. Pengertian dari tes objektif dan tes subjektif.
2. Penggolongan dan contoh tes objektif dan tes subjektif.
3. Petunjuk penyusunan tes objektif dan tes subjektif.
4. Ketepatan penggunaan tes objektif dan tes subjektif.
5. Kelebihan dan kelemahan dari tes objektif tes subjektif.
BAB II

PEMBAHASAN

TES OBJEKTIF

A. Pengertian Tes Objektif


Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan
untuk menjawab tes telah tersedia. Oleh karena sifatnya yang demikian
Popham (1981:4) menyebutnya dengan istilah tes pilihan jawaban (selected
response test). Bu tir soal telah mengandung kemungkinan jawaban yang harus
dipilih atau dikerjakan oleh peserta tes. Kemungkinan jawaban telah dipasok
oleh pengkonstruksi tes dan peserta hanya memilih jawaban dari kemungkinan
jawaban yang telah disediakan (Zainul dan Nasoetion, 1996). Menurut Subino
(1987:4) perbedaan yang khas bentuk soal objektif dibanding dengan soal esai
adalah tugas peserta tes (testee) dalam merespon tes. Pada tes objektif, tugas
testee adalah memanipulasikan data yang telah ada dalam butir soal. Hal ini
berbeda dengan soal esai dimana testee harus menciptakan dan mencari sendiri
unsur-unsuer yang dibutuhkan untuk jawaban soal.
Sebagaimana yang digunakannya, soal objektif adalah soal yang
tingkat keenarannya objektif. Oleh karenanya, tes objektif adalah tes yang
dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif (Arikunto, 1995:165).
Karena sifatnya yang objektif maka penskorannya dapat dilakukan dengan
bantuan mesin. Soal ini tidak memberi peluang untuk memberikan penilaian
yang bergradasi karena dia hanya mengenal benar dan salah. Apabila respon
siswa sesuai dengan jawaban yang dikehendaki maka respons tersebut benar
dan biasa diberi skor 1. Apabila kondisi yang terjadi sebaliknya, maka respons
siswa salah dan biasa diberi skor 0. Jawaban siswa bersifat mengarah kepada
satu jawaban yang benar (convergence).
Merujuk kepada berbagai pendapat tentang tes objektif dapat diambil
kesimpulan bahwa tes objektif adalah tes yang semua informasi yang
diperlukan peserta tes untuk memberikan respon telah disediakan oleh
penyusunan tes, sehingga peserta tes tinggal memilihnya. Jawaban yang berupa
pilihan bersifat deterministik, sehingga hanya ada dua kemungkinan kebenaran
jawaban benar atau salah.

B. Penggolongan dan Contoh Tes Objektif


Soal objektif sangat bervariasi bentuknya. Variasi yang bisa dibuat dari
soal objektif adalah benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan, melengkapi, dan
jawaban singkat.
Menurut tim PEKERTI-AA PPSP Lembaga Pengembangan Pendidikan
(2007), tes objektif dapat berbentuk jawaban singkat, benar-salah,
menjodohkan dan pilihan ganda dengan berbagai variasi: biasa, hubungan antar
hal, kompleks, analisis kasus, grafik dan gambar tabel.

Macam tes objektif


1. Bentuk Tes Benar Salah (True-False Test)
Tes benar salah adalah bentuk tes yang mengajukan beberapa
pernyataan yang bernilai benar atau salah. Biasanya ada dua pilihan jawaban
yaitu huruf B yang berarti pernyataan tersebut benar dan S yang berarti
pernyataan tersebut salah. Tugas peserta tes adalah menentukan apakah
pernyataan tersebut benar atau salah.

Contoh salah satu tes bentuk uraian adalah:


B S: Ibukota Peru berjumlah lima buah.
B S: Manado adalah Ibukota propinsi Sulawesi Utara.

Kelebihan Tes Benar-Salah:


 Dapat mencakup bahan yang luas dan tidak memakan tempat yan banyak.
 Mudah dalam penyusunannya.
 Petunjuk mengerjakannya mudah dimengerti.
 Dapat digunakan berkali-kali.
 Objektif.
 Praktis.

Kelemahan Tes Benar-Salah:


 Mudah ditebak.
 Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan kemungkinan
benar atau salah.
 Reliabilitasnya rendah.
 Hanya dapat mengungkapkan daya ingat dan pengenalan kembali.
Petunjuk penyusunan:
 Hindari kalimat negatif, yakni kalimat yang mengandung kata “tidak atau
bukan”.
 Pernyataan harus disusun sedemikian rupa sehingga siswa yang memiliki
pengertian samar-samar dapat terkecoh dalam menjawabnya.
 Dalam menyusun keseluruhan tes, diharapkan item yang mengandung
“salah sedikit” cukup banyak.

Cara Melakukan Penskoran Tes Benar Salah


 Dengan denda
Skor = jumlah jawaban benar – jumlah jawaban salah
 Tanpa denda
Skor = jumlah jawaban yang benar

2. Bentuk Pilihan Ganda (Multiple Choice test)


Tes pilihan ganda merupakan tes yang menggunakan
pengertian/pernyataan yang belum lengkap dan untuk melengkapinya maka
kita harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban benar yang
telah disiapkan.
Apabila dilihat konstruksinya maka tes pilihan ganda terdiri dari
dua hal pokok yaitu stem atau pokok soal dengan 4 atau 5 alternatif
jawaban. Satu diantara alternaatif jawaban tersebut adalah kunci jawaban.
Alternatif jawaban selain kunci disebut dengan pengecoh (distractor).
Semakin banyak alternatif jawaban yang ada (misalnya 5) maka probabilitas
menebaknya akan semakin kecil. Ada lima ragam tes pilihan ganda yang
sering digunakan yaitu:
 Pilihan ganda biasa (melengkapi pilihan)
Bentuk ini merupakan suatu kalimat pernyataan yang belum lengkap dan
diikuti empat atau lima kemungkinan jawaban yang tepat dan melengkapi
pernyataan tersebut.
 Hubungan antar hal (sebab akibat)
Bentuk tes ini terdiri dari dua kalimat: satu kalimat pernyataan dan satu
kalimat alasan.ditanyakan apakah pernyataan memiliki hubungan sebab
akibat atau tidak dengan alasan.
 Analisa kasus
Bentuk tes analisa kasus inimenghadapkan peserta pada satu masalah.
 Membaca diagram, atau tabel
Bentuk soal ini mirip dengan bentuk pilihan ganda biasa, hanya saja
disertai dengan tabel.
 Asosiasi pilihan ganda.
Bentuk soal ini sama dengan bentuk soal melengkapi pilihan, yaitu suatu
pernyataan yang tidak lengkap yang diikuti dengan beberapa kemungkinan,
hanya perbedaan pada bentuk asosiasi pilihan ganda kemungkinan jawaban
bisa lebih dari satu, sedangkan melengkapi pilihan hanya satu yang paling
tepat.

Petunjuk:
Pilih A jika (1), (2) dan (3) benar
Pilih B jika (1) dan (3) benar
Pilih C jika (2) dan (4) benar
Pilih D jika hanya (4) yang benar
Pilih E jika semuanya benar

Saran Pembuatan Soal Pilihan Ganda:


 Pernyataan dan pilihan merupakan suatu rangkaian kalimat.
 Hindari pilihan yang tidak ada kaitannya satu sama lain.
 Buat pilihan yang mirip dengan jawaban kunci.
 Letak kunci jawaban sebaiknya tidak selalu berada pada tempat (poin)
yang sama.
 Hindari kaitan antara satu soal dengan soal lainnya.

Cara Memberikan Skor:


 Tanpa denda
Skor = banyaknya jawaban yang benar
 Dengan denda

3. Menjodohkan (Matching Test)


Menjodohkan terdiri atas satu sisi pertanyaan dan satu sisi jawaban,
setiap pertanyaan mempunyai jawaban pada sisi sebelahnya. Siswa ditugaskan
untuk memasangkan atau mencocokkan, sehingga setiap pertanyaan
mempunyai jawaban yang benar.

Kelebihan:
 Dipergunakan untuk menilai bermacam-macam hal, misalnya problem dan
penyelesaiannya, sebab akibat, istilah dan definisinya, dan sebagainya.
 Relatif mudah disusun.
 Jika disusun dengan baik, maka faktor menerka-nerka dapat dihilangkan.
 Dapat dinilai dengan mudah, cepat dan objektif.
Kelemahan:
 Sukar menyusun test jenis ini yang benar-benar baik.
 Untuk menilai ingatan saja.
 Pengarahan jawaban sering terjadi.
 Memakan banyak waktu dan tenaga untuk menyusunnya.

Saran Penulisan:
 Banyaknya jawaban disebelah kanan lebih dari jawaban di sebelah kiri.
 Lebihnya jawaban hendaknya menunjukkan jawaban yang salah.
 Materinya setiap sisi baiknya mengenai satu pokok bahasan saja.
 Pisahkan menjadi dua kolom, kolom pertama memuat jawaban, nomor soal
dan pertanyaan. Sedangkan kolom kedua memuat kode dan pilihan ganda.

Cara Memberikan Skor:


Penskoran pada tes menjodohkan tidak diberikan denda terhadap jawaban yang
salah. Skor = jumlah jawaban benar.

4. Tes Isian (Complementary Test)


Tes isian terdiri dari kalimat yang dihilangkan (diberi titik-titik).
Bagian yang dihilangkan ini yang diisi oleh peserta tes merupakan pengertian
yang diminta agar pernyataan yang dibuat menjadi pernyataan yang benar.
Contoh:
1. Yang merupakan nama asli dari Sultan Hamengkubuwono X adalah....
2. Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal
dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari paa penguasa, tetapi dari
diri manusia sendiri. Namun tentang aspek nama yang berperan ada beda
pendapat. Aliran ................beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah
rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran
..................sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu,
baik yang batin, maupun yang inderawi.
Cara Memberikan Skor:
Pada tes ini sulit dilakukan tebakan, sehingga tidak diperlukan denda terhadap
jawaban yang salah. Maka rumus yang digunakan adalah:
Skor = jumlah jawaban benar

C. Petunjuk Penyusunan Tes Objektif


 Pokok soal harus dirumuskan dengan singkat, jelas dan tegas.
 Hindari pengulangan kata yang sama pada pokok soal.
 Hindari penggunaan kalimat yang berlebihan pada pokok soal.
 Soal harus sesuai dengan indikator.
 Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan
yang diperlukan saja.
 Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal
harus jelas dan berfungsi.
 Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
indonesia.
 Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika soal akan
digunakan untuk daerah lain atau nasional.
 Setiap soal harus menggunakan bahasa yang komunikatif.
 Jumlah pilihan jawaban untuk soal SD dan SMP adalah empay pilihan.
 Jumlah pilihan jawaban untuk SMA dan sederajat yaitu lima pilihan.
 Alternatif jawaban yang dibuat harus logis, homogen, dan pengecoh
menarik untuk dipilih.
 Dalam merumuskan pokok soal, hindari adanya petunjuk kearah jawaban
yang benar.
 Setiap butir soal hanya mempunyai satu jawaban yang benar.
 Hindari penggunaan ungkapan negatif pada pokok soal.
 Hindari alternatif jawaban yang berbunyi semua jawaban benar atau
semua jawaban salah.
 Jika alternatif jawaban berbentuk angka, urutkan mulai dari yang besar
atau yang kecil.
 Hindari penggunaan istilah yang terlalu teknis pada pokok soal.
 Upayakan agar jawaban butir soal yang satu tidak tergantung soal yang
lain.
 Pokok soal tidak menggunakan pernyataan yang bersifat negatif ganda.
 Panjang rumusan pilihan jawaban relatif sama.
 Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun
berdasarkan urutan besar kecil atau secara kronolis.
 Pilihan jawaban tidak mengulang kata/kelompok kata yang sama.

D. Ketepatan Penggunaan Tes Objektif


Soal tes objektif sangat bermanfaat untuk mengukur hasil belajar
kognitif tingkat rendah. Hasil-hasil belajar kompleks seperti menciptakan dan
mengorganisasikan gagasan kurang cocok diukur menggunakan soal bentuk
ini.
Agar tes objektif yang akan ditulis tidak melenceng dari materi yang
telah diajarkan selama proses pembelajaran maka tes tersebut harus ditulis
berdasarkan kisi-kisi. Kisi-kisi inilah yang harus menjadi pedoman bagi penulis
dalam menulis setiap butir soal. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam membuat kisi-kisi antara lain:
 pemilihan sampel materi yang akan diujikan.
Pemilihan sampel materi harus diupayakan serepresentatif mungkin.
 Penentuan jenis tes yang akan digunakan.
Penentuan jenis tes yang akan digunakan apakah akan menggunakan tes
pilihan ganda, tes uraian, atau gabungan antara keduanya harus
diperhitungkan terutama terkait dengan materi, jumlah butir soal, dan waktu
tes yang disediakan.
 jenjang kemampuan berpikir yang akan diujikan.
Jenjang kemampuan berpikir yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang
kemampuan berpikir yang dilatihkan selama proses pembelajaran.
 sebaran tingkat kesukaran.
Penentuan sebaran tingkat kesukaran butir soal sebenarnya tergantung pada
interpretasi skor yang akan digunakan. Jika akan digunakan pendekatan
penilaian acuan kritria maka sebaran tingkat kesukaran butir soal tidak perlu
dipikirkan tetapi jika akan digunakan pendekatan penilaian acuan norma
maka sebaran tingkat kesukaran butir soal harus diperhatikan.
 waktu ujian yang disediakan.
Waktu ini akan membatasi jumlah butir soal yang akan ditanyakan.
 jumlah butir soal.
Jumlah butir soal yang akan ditanyakan tergantung pada waktu ujian yang
disediakan.

Ketentuan Pokok:
 kelompok yang akan dites banyak dan tesnya akan digunakan lagi berkali-
kali.
 Skor yang diperoleh diperkirakan akan dapat dipercaya (mempunyai
reliabilitas yang tinggi).
 Guru lebih mampu menyusun tes bentuk objektif daripada tes bentuk
uraian.
 Hanya mempunyai waktu sedikit untuk koreksi dibandingkan dengan
waktu yang digunakan untuk menyusun test.

E. Kelebihan dan kelemahan tes objektif


1. Kelebihan
 Penilaiannya yang sangat objektif. Sebuah jawaban hanya mempunyai
dua kemungkinan, benar atau salah.
 Teleransi diantara benar dan salah tidak diberikan karena tingkat
kenarannya bersifat mutlak.
 Soal objektif memiliki reliabilitas yang tinggi, siapapun yang menilai dan
kapanpun dinilai, hasilnya akan tetap sama.
 Butir soal yang banyak memungkinkan untuk mencakup semua daerah
prestasi yang hendak diukur (representatif).
 Lebih mudah dan cepat karena pemeriksaannya menggunakan kunci.
 Dapat digunakan untuk menilai kelompok yang besar.
 Menghindari kemungkinan siswa berspekulasi dalam mempelajari bahan
pelajaran.
 Tidak ada subjektif yang mempengaruhi.
 Dalam satu kali ujian dapat menanyakan banyak materi yang telah
diajarkan dalam proses pembelajaran.
 Validitas isi tes dapat dipertanggungjawabkan.
 Jika dikonstruksi dengan baik tes objektif dapat mengukur semua jenjang
proses berpikir dari yang sederhana (ingatan) sampai dengan yang
kompleks (evaluasi).

2. Kelemahan
 Tes objektif diragukan kemampuannya untuk mengukur hasil belajar
yang kompleks dan tinggi.
 Peluang melakukan tebakan (guessing) sangat tinggi.
 Penyusunan tes sukar dan ememrlukan waktu yang cukup banyak.
 Kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk menyatakan
kemampuan ilmiahnya.
 Sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi.
 Kerjasama antar siswa dalam mengerjakan soal lebih terbuka
 Menggunakan bahan (kertas) yang lebih banyak.
TES SUBJEKTIF

A. Pengertian Tes Subjektif (Uraian)


Tes subjektif adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari pertanyaan atau
suruhan yang menghendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relatif
panjang. Nurkancana dan Sumartana (1986:42). Tes dirancang untuk mengukur
hasil belajar dimana unsur-unsur yang diperlukan untuk menjawab soal dicari,
diciptakan dan disusun sendiri oleh pengambil tes. Peserta tes harus menyusun
sendiri kata-kata dan kalimat-kalimat dalam merumuskan jawabannya. Butir
soal mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal
tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes
(Zainul dan Nasoetion, 1996:33).
Soal uraian (essay) berbeda dengan soal objektif dalam kebenarannya
yang bertingkat. Jawaban tidak dinilai dari 100% benar dan 100% salah.
Kebenaran bertingkat tergantung tingkat kesesuaian jawaban siswa dengan
jawaban yang dikehendaki yang dituangkan dalam kunci. Jawaban mungkin
mengarah kepada jawaban yang tidak tunggal (divergence). Kebenaran yang
dicapai bisa 0%, 20%, 30%, 50%, 70% atau 100% tergantung ketepatan
jawabannya.
Mengenai tes esai, berdasarkan berbagai pendapat dapat disimpulkan
sebagai tes yang semua unsur yang diperlukan oleh peserta tes untuk
menjawabnya harus diciptakan, dicari dan disusun sendiri. Jawwaban yang
berupa uraianmenyebabkan tingkat kebenarannya berderajad, sesuai dengan
tingkat kesesuaian jawaban dengan kunci jawabannya.

B. Penggolongan Dan Contoh Tes Uraian


Secara garis besar tes uraian dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Tes Uraian Terbuka (Extended Respons Question)
Tes uraian terbuka tepat digunakan untuk menukur kemampuan
siswa dalam: menghasilkan, mengorganisasi, mengekspresikan ide,
mengintegrasikan pelajaran dalam berbagai bidang; membuat desain
eksperimen; mengevaluasi manfaat suatu ide; dan sebagainya.
Pada tes uraian bentuk terbuka, jawaban yang dikehendaki muncul
dari testee sepenuhnya diserahkan kepada testee itu sendiri. Artinya, testee
mempunyai kebebasan yang seluas-luasnya dalam merumuskan,
mengorganisasikan dan menyajikan jawabannya dalam bentuk uraian.
Contoh:
“Allah telah melimpahkan nikmatnya kepada kita yang amat banyak,
sehingga kita tak mampu untuk menghitungnya. Oleh karena itu, sudah
sepatuhnya kita mensyukuri nikmat tersebut kepada Allah swt”.

Jelaskan, bagaimana caranya kita mensyukuri nikmat Allah itu sesuai


dengan ajaran Rasulullah!

2. Tes Uraian Terbatas (Restristed Respons Question)


Tes uraian terbatas tepat digunakan untuk mengukur kemampuan
siswa dalam menjelaskan hubungan sebab akibat, menerapkan suatu
prinsip atau teori, memberikan alasan yang relevan, merumuskan
hipotesis, membuat kesimpulan yang tepat, menjelaskan suatu prosedur,
dan sebagainya.
Contoh:
Coba jelaskan tentang peringatan hari ulang tahun kemerdekaan republik
indonesia yang diadakan dikantor kabupaten tanggal 17 agustus 2019 yang
lalu, ceritakan mengenai:
(a) Pengaturan tempat
(b) Pejabat dan undangan yang hadir
(c) Acara peringatan
(d) Atraksi yang disugukan
(e) Hidangan yang diberikan
C. Petunjuk Penyusunan Tes Uraian
 Tentukan tujuan pembelajaran yang ingin diukur.
 Pilih pokok bahasan dan sub-pokok bahasan yang relevan untuk mencapai
tujuan tersebut.
 Hendaknya tes meliputi ide-ide pokok bahan yang akan dites-kan.
 Soal tidak sama persis dengan contoh yang ada pada catatan.
 Pada waktu menyusun soal, hendaknya juga dibuatkan kunci jawaban.
 Pertanyaan menggunakan kata tanya yang bervariasi.
 Hendaknya rumus yang digunakan dalam menjawab soal jelas dan mudah
dipahami.
 Hendaknya ditegaskan model jawaban yang dikehendaki oleh pembuat,
untuk itu harus spesifik dan tidak terlalu umum.
 Tentukan proses berpikiryang ingin diukur.
 Tentukan jenis tes yang tepat digunakan untuk mengukur tujuan
pembelajaran tersebut.
 Tentukan tingkat kesukaran butir soal yang akan dibuat.
 Tentukan jumlah butir soal yang sesuai untuk dikerjakan siswa dalam satu
waktu ujian yang telah ditentukan.
 Tuangkan komponen-komponen tersebut dalam tabel perencanaan tes
 Batasan pertanyaan dengan jawaban yang diharapkan harus jelas.
 Rumusan kalimat butir soal harus mengguanakn kata tanya atau perintah
yang menuntut jawaban uraian.
 Tulislah tes uraian berdasarkan perencanaan tea (kisi-kisi) yang ada.
 Gunakan tes uraian untuk mengukur hasil belajar yang kurang tepat atau
tidak dapat diukur dengan tes objektif.
 Gunakan tes uraian terbatas untuk menambah sampel yang dapat ditanyakan
dalam satu waktu ujian.
 Gunakan tes uraian untuk mengungkap pendapat, tidak hanya sekedar
menyebutkan fakta. Untuk itu digunakan kata tanya seperti: jelaskan,
bandingkan, hubungkan, simpulkan, analisislah, kelompokkanlah,
formulasikan, dan lain sebagainya.
 Hindarkan penggunaan kata tanya seperti sebutkan karena kata tanya seperti
itu biasanya hanya meminta siswa untuk menyebutkan fakta saja.
 Rumuskan butir soal dengan jelassehingga tidak menimbulkan salah tafsir.
 Usahakan agar jumlah butir soal dapat dikerjakan dalam waktu yang telah
ditentukan.
 Jangan menyediakan sejumlah pertanyaan yang dapat dipilih oleh siswa.
 Tuliskan skor maksimal yang dapat diperoleh siswa pada setiap butir soal.
 Sebelum digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa maka tes uraian
yang selesai ditulis harus ditelaah terlebih dahulu.

D. Ketetapan Penggunaan Tes Uraian


Tes uraian hendaknya digunakan untuk mengukur hasil belajar yang
kurang tepat atau tidak dapat diukur dengan tes objektif. Jangan gunakan tes
uraian hanya untuk mengukur proses berpikir rendah tetapi gunakan tes uraian
untuk mengukur hasil belajar yang kompleks.
Tes uraian terbuka tepat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa
dalam: menghasilkan, mengorganisasi, dan mengekspresikan ide;
mengintegrasikan pelajaran dalam berbagai bidang; membuat desain
eksperimen; mengevaluasi manfaat suatu ide; dan sebagainya. Sedangkan tes
uraian terbatas tepat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam:
menjelaskan hubungan sebab akibat, menerapkan suatu prinsip atau teori,
memberikan alasan yang relevan, merumuskan hipotesis, membuat kesimpulan
yang tepat, menjelaskan suatu prosedur, dan sebagainya.
Bentuk-bentuk pertanyaan atau suruhan meminta pada murid-murid
untuk menjelaskan, membandingkan, menginterpretasikan dan mencari
perbedaan. Semua bentuk pertanyaan tersebut mengharapkan agar murid-murid
menunjukkan pengertian mereka terhadap materi yang dipelajari. Tes esai
digunakan untuk mengatasi kelemahan daya ukur soal objektif yang terbatas
pada hasil belajar rendah. Soal tes bentuk ini cocok untuk mengukur hasil
belajar yang levelkognisinya lebih dari sekedar memanggil informasi, karena
hasil belajar yang diukur bersifatkompleks (Subino, 1987:1) dan sangat
mementingkan kemampuan menghasilkan, memadukandan menyatakan
gagasan (Grounlund, 1981:71).

Ketentuan Pokok:

 Bila jumlah murid dan peserta ujian terbatas maka soal tipe uraian dapat
digunakan karena masih mungkin bagi guru untuk dapat memeriksa atau
menskor hasil ujian tersebut secara baik.

 Bila waktu yang dimiliki guru untuk mempersiapkan soal sangat terbatas,
sedangkan ia mempunyai waktu yang cukup untuk memeriksa hasil ujian,
maka tipe soal uraian dapat digunakan.

 Bila tujuan instruksional yang ingin dicapai adalah kemampuan


mengekspresikan pikiran dalam bentuk tertulis, menguji kemampuan
menulis dengan baik, atau kemampuan penggunaan bahasasecara tertib,
maka haruslah menggunakan tes tipe uraian.

 Bila guru ingin memperoleh informasi yang tidak tertulis secara langsung
didalam soal ujiantetapi dapat disimpulkan dari tulisan peserta tes, seperti
sikap, nilai, atau pendapat. Soal tipeuraian dapat digunakan untuk
mendapatkan informasi tidak langsung tersebut, tapi digunakanharus sangat
hati-hati oleh guru.

 Bila guru ingin agar peserta tes memperoleh pengalaman belajar atau ujian
lebih bervariasinmaka ujian dengan menggunakan tes tipe uraian salah satu
bentuk pengalaman itu dapatdiperoleh.
E. Kelebihan dan Kelemahan Tes Uraian

1. Kelebihan

 Kekuatan soal untuk mengukur hasil belajar yang kompleks dan


melibatkan level kognitif yangtinggi.

 Memberi kesempatan pada anak untuk menyusun jawaban sesuai


dengan jalan pikirannyasendiri.

 Tepat digunakan untuk melatih siswa dalam mengemukakan dan


mengorganisasi gagasan atauide, serta lebih cepat dan mudah
membuatnya.

2. Kelemahan

 Terdapat subjektivitas dalam penilaiannya karena penilai yang berbeda


atau situasi yang berbeda.

 Tes esai menghendaki jawaban yang panjang, sehingga tidak


memungkinkan ditulis butir tesdalam jumlah banyak (soal menjadi
tidak representatif).

 Penggunaan soal esai membutuhkan waktu koreksi yang lama dalam


menentukan nilai.

 Sering terjadi hallo effect, carry over effect, dan order effect.

PERBANDINGAN ANTARA TES OBJEKTIF DENGAN TES URAIAN

Keterangan Tes Objektif Tes Uraian

Taksonomi yang diukur Baik untuk mengukur Kurang baik untuk mengukur
pengetahuan ingatan, ingatan, lebih baik untuk
pemahaman, aplikasi mengukur pemahaman,
dananalisa. Kurang tepat aplikasi,analisa, paling baik untuk
untuk mengukur sintesa mengukur sintesa dan evaluasi
dan evaluasi

Jumlah Sampel Dapat mengukur banyak Hanya dapat menanyakan


sampel pertanyaan beberapa pertanyaan sehingga
sehingga benar-benar kurang mewakili materi yang
mewakili materi yang diajarkan
diajarkan

Menyusun Pertanyaan Menyusun pertanyaan Menyusun pertanyaan yang baik


yang baik sulit dilakukan sulit tetapi lebih mudah
dan memakan waktu dibandingkan pertanyaan objektif,
yang panjang waktu yang digunakan sedikit

Pengolahan Pengolahan Objektif, Pengolahan sangat subjektif, sukar


sederhana dan dan ketepatannya (reliabilitas)
ketepatannya rendah
(reliabilitas) tinggi.

Faktor-faktor yang Hasil kemampuan siswa Hasil kemampuan siswa dapat


Mengganggu Hasil dapat terganggu oleh terganggu oleh kemampuan
Pengolahan kemampuan membaca menulis dan mendongeng.
dan menerka. Mendorong siswa untuk
Mendorong siswa untuk mengorganisasikan,
lebih banyak mengingat, menghubungkan dan
membuat interpretasi dan menyatakanide sendiri secara
menganalisa ide orang tertulis. Penyelesaian tes oleh
lain. Penyelesaian tes siswa dan pengolahan tes oleh
oleh siswa dan guru memerlukan waktu banyak.
pengolahan tes oleh guru
memerlukan waktu
singkat
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Tes objektif adalah tes yang semua informasi yang diperlukan peserta tes untuk
memberikan respon telah disediakan oleh penyusunan tes, sehingga peserta tes
tinggal memilihnya. Jawaban yang berupa pilihan bersifat deterministik,
sehingga hanya ada dua kemungkinan kebenaran jawaban benar atau salah.
Sedangkan tes subjektif merupakan tes yang semua unsur yang diperlukan oleh
peserta tes untuk menjawabnya harus diciptakan, dicari dan disusun sendiri.
Jawwaban yang berupa uraianmenyebabkan tingkat kebenarannya berderajad,
sesuai dengan tingkat kesesuaian jawaban dengan kunci jawabannya.
2. Tes objektif dapat digolongkan dalam beberapa bentuk yaitu (1) bentuk tes
benar-salah (true-false test); (2) bentuk pilihan ganda (multiple choice test); (3)
menjodohkan (matching test); dan (4) tes isian (complementary test).
Sedangkan tes subjektif dapat digolongkan dalam dua bentuk yaitu tes uraian
terbuka (extended respons question) dan tes uraian terbatas (restricted respons
question).
3. Petunjuk penyusunan tes objektif yaitu (1) Pokok soal harus dirumuskan
dengan singkat, jelas dan tegas; (2) Hindari pengulangan kata yang sama pada
pokok soal; (3) Hindari penggunaan kalimat yang berlebihan pada pokok soal;
(4) Soal harus sesuai dengan indikator; (5) Rumusan pokok soal dan pilihan
jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja; (6) Gambar,
grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan
berfungsi; (7) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan
kaidah bahasa indonesia; (7) Jangan menggunakan bahasa yang berlaku
setempat, jika soal akan digunakan untuk daerah lain atau nasional; (8) Setiap
soal harus menggunakan bahasa yang komunikatif; (9) Jumlah pilihan jawaban
untuk soal SD dan SMP adalah empay pilihan; (10) Jumlah pilihan jawaban
untuk SMA dan sederajat yaitu lima pilihan; (11) Alternatif jawaban yang
dibuat harus logis, homogen, dan pengecoh menarik untuk dipilih; (12) Dalam
merumuskan pokok soal, hindari adanya petunjuk kearah jawaban yang benar;
(13) Setiap butir soal hanya mempunyai satu jawaban yang benar; (14) Hindari
penggunaan ungkapan negatif pada pokok soal; (15) Hindari alternatif jawaban
yang berbunyi semua jawaban benar atau semua jawaban salah; (16) Jika
alternatif jawaban berbentuk angka, urutkan mulai dari yang besar atau yang
kecil; (17) Hindari penggunaan istilah yang terlalu teknis pada pokok soal; (18)
mengupayakan agar jawaban butir soal yang satu tidak tergantung soal yang
lain; (19) Pokok soal tidak menggunakan pernyataan yang bersifat negatif
ganda; (20) Panjang rumusan pilihan jawaban relatif sama; (21) Pilihan
jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan
besar kecil atau secara kronolis; dan (22) Pilihan jawaban tidak mengulang
kata/kelompok kata yang sama.
4. Petunjuk penyusunan tes subjektif yaitu (1) Tentukan tujuan pembelajaran
yang ingin diukur; (2) Pilih pokok bahasan dan sub-pokok bahasan yang
relevan untuk mencapai tujuan tersebut; (3) Hendaknya tes meliputi ide-ide
pokok bahan yang akan dites-kan; (4) Soal tidak sama persis dengan contoh
yang ada pada catatan; (5) Pada waktu menyusun soal, hendaknya juga
dibuatkan kunci jawaban; (6) Pertanyaan menggunakan kata tanya yang
bervariasi; (7) Hendaknya rumus yang digunakan dalam menjawab soal jelas
dan mudah dipahami; (8) Hendaknya ditegaskan model jawaban yang
dikehendaki oleh pembuat, untuk itu harus spesifik dan tidak terlalu umum; (9)
Tentukan proses berpikiryang ingin diukur; (10) menentukan jenis tes yang
tepat digunakan untuk mengukur tujuan pembelajaran tersebut; (11)
Menentukan tingkat kesukaran butir soal yang akan dibuat; (12) Tentukan
jumlah butir soal yang sesuai untuk dikerjakan siswa dalam satu waktu ujian
yang telah ditentukan; (13) menuangkan komponen-komponen tersebut dalam
tabel perencanaan tes; (14) Batasan pertanyaan dengan jawaban yang
diharapkan harus jelas; (15) Rumusan kalimat butir soal harus mengguanakn
kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban uraian; (16) Tulislah tes
uraian berdasarkan perencanaan tea (kisi-kisi) yang ada; (17) Gunakan tes
uraian untuk mengukur hasil belajar yang kurang tepat atau tidak dapat diukur
dengan tes objektif; (18) Gunakan tes uraian terbatas untuk menambah sampel
yang dapat ditanyakan dalam satu waktu ujian; (19) Gunakan tes uraian untuk
mengungkap pendapat, tidak hanya sekedar menyebutkan fakta. Untuk itu
digunakan kata tanya seperti: jelaskan, bandingkan, hubungkan, simpulkan,
analisislah, kelompokkanlah, formulasikan, dan lain sebagainya; (20)
Hindarkan penggunaan kata tanya seperti sebutkan karena kata tanya seperti itu
biasanya hanya meminta siswa untuk menyebutkan fakta saja; (21) Rumuskan
butir soal dengan jelassehingga tidak menimbulkan salah tafsir; (22) Usahakan
agar jumlah butir soal dapat dikerjakan dalam waktu yang telah ditentukan;
(23) Jangan menyediakan sejumlah pertanyaan yang dapat dipilih oleh siswa;
(24) Tuliskan skor maksimal yang dapat diperoleh siswa pada setiap butir soal;
(25) Sebelum digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa maka tes uraian
yang selesai ditulis harus ditelaah terlebih dahulu.
5. Ketepatan penggunaan tes objektif yaitu: (1) kelompok yang akan dites banyak
dan tesnya akan digunakan lagi berkali-kali; (2) skor yang diperoleh
diperkirakan akan dapat dipercaya (mempunyai reliabilitas yang tinggi); (3)
Guru lebih mampu menyusun tes bentuk objektif daripada tes bentuk uraian;
(4) Hanya mempunyai waktu sedikit untuk koreksi dibandingkan dengan waktu
yang digunakan untuk menyusun test.
6. Ketepatan penggunaan tes subjektif yaitu: (1) Bila jumlah murid dan peserta
ujian terbatas maka soal tipe uraian dapat digunakan karena masih mungkin
bagi guru untuk dapat memeriksa atau menskor hasil ujian tersebut secara baik;
(2) Bila waktu yang dimiliki guru untuk mempersiapkan soal sangat terbatas,
sedangkan ia mempunyai waktu yang cukup untuk memeriksa hasil ujian,
maka tipe soal uraian dapat digunakan; (3) Bila tujuan instruksional yang ingin
dicapai adalah kemampuan mengekspresikan pikiran dalam bentuk tertulis,
menguji kemampuan menulis dengan baik, atau kemampuan penggunaan
bahasasecara tertib, maka haruslah menggunakan tes tipe uraian; (4) Bila guru
ingin memperoleh informasi yang tidak tertulis secara langsung didalam soal
ujiantetapi dapat disimpulkan dari tulisan peserta tes, seperti sikap, nilai, atau
pendapat. Soal tipeuraian dapat digunakan untuk mendapatkan informasi tidak
langsung tersebut, tapi digunakanharus sangat hati-hati oleh guru; (5) Bila guru
ingin agar peserta tes memperoleh pengalaman belajar atau ujian lebih
bervariasinmaka ujian dengan menggunakan tes tipe uraian salah satu bentuk
pengalaman itu dapatdiperoleh.
7. Kelebihan tes objektif adalah (1) Penilaiannya yang sangat objektif. Sebuah
jawaban hanya mempunyai dua kemungkinan, benar atau salah; (2) Toleransi
diantara benar dan salah tidak diberikan karena tingkat kenarannya bersifat
mutlak; (3) Soal objektif memiliki reliabilitas yang tinggi, siapapun yang
menilai dan kapanpun dinilai, hasilnya akan tetap sama; (4) Butir soal yang
banyak memungkinkan untuk mencakup semua daerah prestasi yang hendak
diukur (representatif); (4) Lebih mudah dan cepat karena pemeriksaannya
menggunakan kunci; (5) Dapat digunakan untuk menilai kelompok yang besar;
(6) Menghindari kemungkinan siswa berspekulasi dalam mempelajari bahan
pelajaran; (7) Tidak ada subjektif yang mempengaruhi; (8) Dalam satu kali
ujian dapat menanyakan banyak materi yang telah diajarkan dalam proses
pembelajaran; (9) Validitas isi tes dapat dipertanggungjawabkan; (9) Jika
dikonstruksi dengan baik tes objektif dapat mengukur semua jenjang proses
berpikir dari yang sederhana (ingatan) sampai dengan yang kompleks
(evaluasi).
8. Kelemahan dari tes objektif yaitu: (1) Tes objektif diragukan kemampuannya
untuk mengukur hasil belajar yang kompleks dan tinggi; (2) Peluang
melakukan tebakan (guessing) sangat tinggi; (3) Penyusunan tes sukar dan
ememrlukan waktu yang cukup banyak; (4) Kurang memberi kesempatan
kepada siswa untuk menyatakan kemampuan ilmiahnya; (5) Sukar untuk
mengukur proses mental yang tinggi; (6) Kerjasama antar siswa dalam
mengerjakan soal lebih terbuka; dan (7) Menggunakan bahan (kertas) yang
lebih banyak.
9. Kelebihan tes subjektif yaitu: (1) Kekuatan soal untuk mengukur hasil belajar
yang kompleks dan melibatkan level kognitif yangtinggi; (2) Memberi
kesempatan pada anak untuk menyusun jawaban sesuai dengan jalan
pikirannyasendiri; (3) Tepat digunakan untuk melatih siswa dalam
mengemukakan dan mengorganisasi gagasan atauide, serta lebih cepat dan
mudah membuatnya. Sedangkan kelemahannya yaitu: (1) Terdapat
subjektivitas dalam penilaiannya karena penilai yang berbeda atau situasi yang
berbeda; (2) Tes esai menghendaki jawaban yang panjang, sehingga tidak
memungkinkan ditulis butir tesdalam jumlah banyak (soal menjadi tidak
representatif); (3) Penggunaan soal esai membutuhkan waktu koreksi yang
lama dalam menentukan nilai; dan (4) Sering terjadi hallo effect, carry over
effect, dan order effect.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi (1995). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi


Aksara

Azwar, Saifuddin (1987). Tes Prestasi. Yogyakarta : Liberty

Ditjen Dikti Depdikbud (1981). Materi Dasar Pendidikan Program Akta Mengajar
V. Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud

Grounlund, Nourman E (1981). Constructing Achievement Test. Englewood


Cliffs, NJ: Prentice Hall,Inc.

Grounlund, Nourman E dan Linn, Robert L (1985). Measurement and Evaluation


in Teaching. NewYork: McMillan Publishing Company

Nurkancana, Wayan dan Sumartana, PPN (1986). Evaluasi Pendidikan. Surabaya:


Usaha Nasional

Popham, W James (1981). Modern Educational Measurement. Englewood Cliffs,


NJ: Prentice Hall,Inc.

Soedijarto (1993). Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu.


Jakarta: Balai Pustaka

Subino. (1987). Konstruksi dan Analisis Tes : Suatu Pengantar Kepada Teori Tes
dan Pengukuran.Jakarta: Ditjen Dikti Debdikbud

Sukmadinata, Nana Syaodih (2000) Pengembangan kurikulum : Teori dan


praktek. Bandung: PTRemaja Rosdakarya

Zainul, Asmawi, dan Nasoetion, Noehi (1996). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta:
Ditjen DiktiDepdikbud

Anda mungkin juga menyukai