Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH EVALUASI

PEMBELAJARAN FISIKA

Tim Penyusun Kelompok 3 :


1. Janati (E1Q021028)
2. Juis Hildayanti (E1Q021029)
3. Ni Putu Anindita Dara Maheswari (E1Q021037)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
dan inayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Makalah Evaluasi Pembelajaran Fisika. Makalah
ini disusun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai sumber dan ibu Ni Nyoman
Sri Putu Verawati S.Pd M.Pd selaku dosen Evaluasi Pembelajaran Fisika sehingga dapat
memperlancar pembuatan maklah ini. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.
Terlepas dari semua itu, kami sadar banyak kekurangan dalam penyusunan maupun
isinya untuk itu kami mengharapkan saran dan tanggapan yang membangun pada makalah ini.
Demikian laporan ini kami susun agar dapat diterima dan bermanfaat bagi pembacanya.

Mataram, 8 Maret 2023

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………...……………………………………....………..... i


DAFTAR ISI………………………………………………………………………….……….....i
i
PEMBAHASAN.............................................................................................................................1
A. Pengertian…………………………………………………………………………….…..……1
B. Persyaratan Tes…………………………………………………………………….………..…2
C. Ciri-Ciri Tes yang Baik……………………………………………………………………...…4
DAFTAR PUSTAKA

ii
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Istilah tes diambil dari kata testum. Suatu pengertian dalam bahasa Prancis kuno
yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Ada pula yang mengartikan
sebagai sebuah piring yang dibuat dari tanah.
Seorang ahli bernama James Ms. Cattel, pada tahun 1890 telah memperkenalkan
pengertian tes ini kepada masyarakat melalui bukunya yang berjudul Mental Test and
Measurement. Selanjutnya, di Amerika Serikat tes ini berkembang dengan cepat sehingga
dalam tempo yang tidak begitu lama masyarakat mulai menggunakannya.
Banyak ahli yang mulai mengembangkan tes ini untuk berbagai bidang, namun
yang terkenal adalah sebuah tes inteligensi yang disusun oleh seorang Prancis bernama
Binet, yang kemudian dibantu penyempurnaannya oleh Simon, sehingga tes tersebut
dikenal sebagai tes. Dengan alat ini Binet dan Simon berusaha untuk membeda-bedakan
anak menurut tingkat inteligensinya. Dari pekerjaan Binet dan Simon inilah kemudian
kita kenal istilah-istilah: umur kecerdasan (mental age), umur kalender (chronological
age), dan indeks kecerdasan. Inteligensi Kuosien atau Intelligence Quotient (IQ).
Dengan kata lain, tester adalah subjek evaluasi (tetapi adakalanya hanya orang
yang ditunjuk oleh subjek evaluasi untuk melaksanakan tugasnya). Tugas tester antara
lain:
a. Mempersiapkan ruangan dan perlengkapan yang diperlukan.
b. Membagikan lembaran tes dan alat-alat lain untuk mengerjakan.
c. Menerangkan cara mengerjakan tes.
d. Mengawasi responden mengerjakan tes.
e. Memberikan tanda-tanda waktu.
f. Mengumpulkan pekerjaan responden.
g. Mengisi berita acara atau laporan yang diperlukan (jika ada).
Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka
melaksanakan kegiatan pengukuran, yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan,
pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik
untuk mengukur aspek perilaku peserta didik. Tes merupakan salah satu cara untuk
menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons
seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan. Dengan demikian, tes dapat diartikan
sebagai alat yang digunakan untuk mengukur atau menaksir tingkat kemampuan
seseorang (Arikunto:2016).
1

B. PERSYARATAN TES
Persyaratan tes didasarkan atas dua hal yaitu :
 Menyangkut mutu tes.
 Menyangkut pengadministrasian dalam pembelajaran.
Walapun dalam melaksanakan tes sudah diusahakan mengikuti aturan tentang
suasana, cara prosedur yang telah ditetapkan, namun tes itu sendiri mengandung
kelemahan-kelemahan sebagai berikut :
1. Adakalanya tes (secara psikologis terpaksa) menyinggung pribadi seseorang
walaupun tidak sengajka demikian), misalnya dalam rumusan soal, pelaksanaan
maupun pengumuman hasil. Dalam kompetesi merebut suatu kesempatan yang
pemilihannya melalui tes mau tidak mau ada pihak yang dikalahkan dan merasa
tersinggung.
2. Tes menimbulkan kecemasan sehingga mempeengaruhi hasil belajar yang tidak
murni. Tidak dipiungkiri bbahqa tes akan menimbulkan suasana khusus yang
mengakibatkan hal-hal yang tidak sama antara orang yang satu dengan yang lainnya.
Dapat disimpulkan bahwa:
 Besar kecilnya kecemasan mempengaruhi murni dan tidaknya hasil belajar
 Murid yang kurang pandai mempunyai kecemasan yang lebih besar
dibandingkan dengan anak yang berkemampuan tinggi.
 Kebiasaan terhadap tipe tes dan pengadministrasiannya mengurangi timbulnya
kecemasan dalam tes.
 Dalam kecemasan tinggi murid akan mencapai hasil baik jika soalnya berupa
ingatan, tetapi sebaliknya jika soalnya bersifat fikiran.
 Timbulnya kecemasan sejalan dengan tingkatan kelas.
 Di tingkat sekolah menengah, anak perempuan memiliki tingkat kecemasan
lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki
3. Tes mengategorikan siswa secara tetap.
Dengan mengikuti hasil tes kadang-kadang orang men-cap seseorang atau siswa
kedalam kelompok kategorinya.
4. Tes tidak mendukung kecemerlangan dan daya kreasi siswa
Dengan rumusan soal tes yang kompleks kadang-kadang siswa yang kurang
pandai hanya melihat kalimatnya secara sepintas saja. Cara seperti ini boleh jadi
menguntungkan karena waktu yang disediakan tidak habis terbuang
5. Tes hanya mengukur aspek tingkah laku yang sangat terbatas.
Manusia memopunyai seperangkat sifat yang semuanya tidak bisa diukur melalui
tes. Tingkah laku sebagai cermin dari sifat-sifat manusia adakalanya lebih cocock
diketahui melalui pengalaman secara cermat. Beberapa sifat yang mungkin perlu
diukur dengan berbagai instrumen yang bukan tes (Arikunto:2016).

Jenis tes dibagi berdasarkan 3 segi, yakni segi bentuk pelaksanaan, segi bentu soal
dan kemungkinan jawaban, dan segi fungsi tes.
1. Dari segi bentuk pelaksanaannya
 Tes Tertulis (paper and pencil test)
Tes tertulis dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada penggunaan kertas dan
pencil sebagai instrumen utamanya, sehingga tes mengerjakan soal atau jawaban
ujian pada kertas ujian secara tertulis, baik dengan tulisan tangan maupun
menggunakan komputer.
 Tes Lisan (oral test)
Tes lisan dilakukan dengan pembicaraan atau wawancara tatap muka antara guru
dan murid.
 Tes Perbuatan (performance test)
Tes perbuatan mengacu pada proses penampilan seseorang dalam melakukan
sesuatu unit kerja. Tes perbuatan mengutamakan pelaksanaan perbuatan peserta didik.

2. Dari segi bentuk soal dan kemungkinan jawabannya


 Tes Essay (uraian)
Tes Essay adalah tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan terstruktur dan siswa
menyusun, mengorganisasikan sendiri jawaban tiap pertanyaan itu dengan bahasa
sendiri. Tes essay ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan dalam
menjelaskan atau mengungkapkan suatu pendapat dalam bahasa sendiri
 Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang disusun sedemikian rupa dan telah disediakan
alternatif jawabannya. Tes ini terdiri dari berbagai macam bentuk, antara lain : Tes
Betul-Salah (TrueFalse), Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice), Tes Menjodohkan
(Matching), dan Tes Analisa Hubungan (Relationship Analysis)

3. Dari segi fungsi tes di sekolah


 Tes Formatif
Tes Formatif, yaitu tes yang diberikan untuk memonitor kemajuan belajar selama
proses pembelajaran berlangsung. Tes ini diberikan dalam tiap satuan unit
pembelajaran. Manfaat tes formatif bagi peserta didik adalah :Untuk mengetahui
apakah peserta didik sudah menguasai materi dalam tiap unit pembelajaran,
Merupakan penguatan bagi peserta didik, Merupakan usaha perbaikan bagi siswa,
karena dengan tes formatif peserta didik mengetahui kelemahan-kelemahan yang
dimilikinya, dan Peserta didik dapat mengetahui bagian dari bahan yang mana yang
belum dikuasainya.
 Tes Summatif
Tes sumatif diberikan dengan maksud untuk mengetahui penguasaan atau
pencapaian peserta didik dalam bidang tertentu. Tes sumatif dilaksanakan pada
tengah atau akhir semester.
3

 Tes Penempatan
Tes penempatan adalah tes yang diberikan dalam rangka menentukan jurusan
yang akan dimasuki peserta didik atau kelompok mana yang paling baik ditempati
atau dimasuki peserta didik dalam belajar.
 Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mendiagosis penyebab kesulitan
yang dihadapi seseorang baik dari segi intelektual, emosi, fisik dan lain-lain yang
mengganggu kegiatan belajarnya (Sudijono,2005).

C. Ciri-Ciri Tes yang Baik


Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur, harus memenuhi
persyaratan tes, yaitu memiliki :
1. Validitas
2. Reabilitas
3. Objektivitas
4. Praktikabilitas
5. Ekonomis
Keterangan masing-masing ciri akan diberikan lebih teperinci sebagian berikut.
1. Validitas
Jika data yang dihasilkan oleh instrument bear dan valid, sesuai kenyataan, maka
instrument yang digunakan tersebut juga valid. Sebuah tes disebut valid apabila tes
tersebut dapat tepat menguur apa yang hendak diukur. Valid merupakan istilah “ tepat”.
Tetapi tambahan kata “tepat” dalam menerangkan kata “valid” dapat memperjelas apa
yang dimaksud. Ada beberapa macam validitas, yaitu validitas logis (logical validity),
validitas ramalan (redictive validity), dan validitas kesejajaran (concurrent validity).

2. Reliabilitas
Berasal kata realiable yang artinya dapat dipercaya. Tes dikatakan dapat dipercaya
jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali menunjukan ketepatan.
Jika dihubungkan dengan validitas maka :
 Validitas adalah ketetapan
 Realibilitas adalah ketetapan
3. Objektivitas
Dalam pengertian sehari-hari telah diketahui bahwa objektif berarti tidak adanya
unsur pribadi yang mempengaruhi sebuah tes dikatakan memiliki objektifitas apabila
dalam melaksanakan tes tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi. Ada dua faktor
yang mempengaruhi subjektifitas dari suatu tes, yaitu : bentuk tes dan penilaian
(Arikunto:2016).

 Bentuk tes
Tes yang berbentuk uraian, akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai
untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri. Dengan demikian maka hasil
dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari tes, akan dapat berbeda apabila
dinilai oleh dua orang penilai. Maka sistem skoringnya dapat dilakukan dengan
sebaik-baiknya.
 Penilaian
Subjektifitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam
bentuk tes uraian. Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektifitas antara lain : kesan
penilai terhadap siswa, tulisan, bahasa, waktu mengadakan penilaian, kelelahan, dsb.
Penilai atau evaluasi ini harus dilaksanakandengan mengingat pedoman yang
dimaksud. Terutama menyangkut masalah pengadministrasian, yaitu komunitas dan
kompeherensifitas.
Evaluasi harus dilakukan secara continue (terus menerus). Dengan evaluasi yang
berkali-kali dilakukan maka guru akan memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang
keadaan siswa. Evaluasi harus dilakukan secara kompehensif (menyeluruh), segi
peninjauan, yaitu:
 Mencakup keseluruhan materi.
 Mencakup berbagai aspek berpikir ( ingatan, pemahaman, aplikasi, dsb).
 Melalui berbagai cara yaitu tes tertulis, tes lisan, tes perbuatan, pengalaman
insidenteal, dsb.

4. Praktikabilitas (practicability)
Sebuah tes dikatakan memiliki praktibilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat
praktis, mudah pengadministrasiannya. Tes yang praktis adalah tes yang :
 Mudah silaksanakan, misalnya tidak menuntut peralatan yang banyak dan
memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan lebih dahulu bagian yang
dianggap mudah oleh siswa.
 Mudah pemeriksaannya, artinya bahwa tes tersebut dilengkapi kunci jawaban
maupun pedoman skorringnya. Untuk soal bentuk objektif, pemeriksaan akan
lebih mudah dilakukan jika dikerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban.
 Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan atau
diawali oleh orang lain.

5. Ekonomis
Yang dimaksud dengan ekonomis adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak
membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama
(Arikunto:2016).

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2016. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan Ed. Revisi , Cet. 5.
Jakarta: Bumi Aksara.

Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Anda mungkin juga menyukai