DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
1. CLAUDIANA FAUSTIN CLARA (06041181621069)
2. MIFTA AL FAJAR (06041181621005)
3. TAMA MAYSURI (06041181621013)
DOSEN PENGAMPU :
DR. Hudaidah. M.Pd
PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2018/2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Tes Objektif?
2. Apa bentuk-bentuk Tes Objektif?
3. Bagaimana langkah-langkah pembuatan Tes Objektif?
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
“There are many varieties of there new test, but four kinds are most common use, true-false,
multiple-choice, completion, matching”. (Zainal Arifin, 2011: 135)
Jadi mengenai tes objektif dapat diambil kesimpulan bahwa tes objektif adalah tes yang
semua informasi yang diperlukan peserta tes untuk memberikan respon telah disediakan oleh
penyusun tes, sehingga peserta tes tinggal memilihnya. Jawaban yang berupa pilihan bersifat
Jelas, sehingga hanya ada dua kemungkinan kebenaran jawaban – benar atau salah.
5
d. Mampu mencakup bahan pelajaran yang luas.
e. Bagi testee, cara mengerjakannya mudah.
f. Bagi tester, cara mengkoreksinya juga mudah.
6
R = Right (jawaban yang benar)
W= Wrong (jawaban yang salah)
b. Tanpa denda
S= R
Hanya dihitung yang betul, untuk soal yang tidak dikerjakan bernilai 0 (Arikunto, 2011:
166-167).
7
4) Antara singkatan dan kata-kata lengkapnya.
5) Antara istilah dan definisinya.
3. Teknik Penyusunan.
a. Pastikan seri pertanyaan atau pernyataan (kolom pertama/jalur kiri) dan seri jawaban
(kolom kedua/jalur kanan) bersifat homogen, agar salah satu dari semua seri jawaban ada
kemungkinan sebagai jawaban yang benar.
b. Pastikan petunjuk mengerjakan tes jelas.
c. Seyogyanya seri pertanyaan atau pernyataan tidak lebih dari lima item, karena kalau lebih
akan membingungkan dan mengurangi homogenitas.
d. Seyogyanya seri jawaban lebih banyak dari seri pernyataan ata pertanyaan untuk
mendorong peserta tes lebih cermat.
e. Seyogyanya seri pernyataan (stem) diberi urut dengan menggunakan nomor dan seri
jawaban dengan menggunakan huruf.
f. Seyogyanya tes ditulis dalam halaman yang sama. (Nini & Prima, 2017: 54).
8
2.2.3 Tes obyektif bentuk Isian (Fill in test)
Tes obyektif bentuk fill in ini biasanya berbentuk cerita atau karangan. Kata-kata
penting dalam cerita beberapa diantaranya dikosongkan, dan tugas testee adalah mengisi bagian-
bagian yang telah dikosongkan tersebut.
9
2.2.4 Tes obyektif bentuk melengkapi (Completion Test)
Sering dikenal dengan istilah tes melengkapi atau menyempurnakan. Ciri-cirinya:
a. Terdiri atas susunan kalimat yang bagian-bagiannya sudah dihilangkan
b. Bagian-bagian yang dihilangkan itu diisi dengan titik-titik (…..)
c. Titik-titik itu harus dilengkapi/diisi/disempurnakan oleh testee dengan jawaban
Jadi, tes obyektif bentuk completion ini mirip sekali dengan tes obyektif bentuk fill in.
Perbedaannya ialah, pada tes obyektif bentuk fill in, bahan yang diujikan itu merupakan satu
kesatuan cerita, sedangkan pada tes obyektif bentuk completion tidak harus seperti itu. Dengan
kata lain, butir-butir soal tes dapat saja dibuat berlainan antara yang satu dengan yang lain.
(Sudijono, 2006: 116).
3. Saran-saran dalam menyusun tes bentuk isian ini adalah sebagai berikut:
a. Perlu selalu diingat bahwa kita tidak dapat merencanakan lebih dari satu jawaban yang
kelihatan logis.
b. Jangan mengutip kalimat/pernyataan yang tertera pada buku/catatan.
10
c. Diusahakan semua tempat kosong hendaknya sama panjang.
d. Diusahakan hendaknya setiap pernyataan jangan mempunyai lebih dari satu tempat
kosong.
e. Jangan mulai dengan tempat kosong. (Arikunto, 2011: 176-177).
2.2.5 Tes obyektif bentuk Pilihan Ganda (Multiple Choice Item Test)
Multiple choice test terdiri atas suatu pertanyaan atau keterangan tentang suatu
pengertian yang belum lengkap, dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa
kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Atau dengan kata lain, multiple choice test terdiri
atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternative (option).
Kemungkinan jawaban terdiri atas satu jawaban yang benar (sebagai kunci jawaban) dan
beberapa pengecoh (distractor). (Arikunto, 2011: 168)
Dalam perkembangannya, sampai saat ini tes obyektif bentuk multiple choice item dapat
dibedakan menjadi sembilan model, yaitu :
a. Model melengkapi lima pilihan.
b. Model asosias dengan lima atau empat pilihan.
c. Model melengkapi berganda.
d. Model analisis hubungan antarhal.
e. Model analisis kasus.
f. Model hal kecuali.
g. Model hubungan dinamik.
h. Model pemakaian diagram, grafik, peta atau gambar. (Sudijono, 2016: 119-120)
11
b. Dapat menggunakan tes yang relatif banyak yang mewakili bahan ajar yang lebih
luas.
c. Dapat mengurangi kesempatan menebak, karena optionnya lebih dari dua.
d. Menuntut kecermatan yang tinggi untuk membedakan jawaban yang paling benar
di antara jawaban yang benar.
3. Teknik Penyusunan.
a. Menyusun “stem” soal.
b. Menyusun pilihan dan pengecoh.
c. Menyusun pilihan yang benar.
12
KESIMPULAN
Menurut Edwind Wandt dan Gerald W. Brown (1997), Evaluasi adalah suatu tindakan
atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Sedangkan evaluasi pendidikan adalah
kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu dan hasil-
hasilnya.
Dalam hal ini, untuk dapat menentukan nilai dari sesuatu yang sedang dinilai itu,
dilakukanlah pengukuran, dan wujud dari pengukuran itu adalah pengujian, dan pengujian inilah
yang dalam dunia kependidikan di kenal dengan istilah tes (Sudijono,2013:5).
Tes identik dengan sebuah pengukuran dan penilaian. Oleh karena itu, tanpa adanya tes
sebuah penilaian dan pengukuran maka hasilnya tidak akan diketahui dengan pasti dalam
pembelajaran dan evaluasi pun perlu dilakukan. Dalam hal ini, ada dua macam tes yaitu
esai/subjektif dan uraian/objektif. Kedua macam tes ini berhubungan erat dengan penilaian,
pengukuran dan hasil. Maka tes itu diperlukan dalam menentukan sebuah penilaian agar
pendidikan pula tidak mengalami kebingungan dalam menentukan penilaian.
Tes merupakan suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau
serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga
menghasilkan suatu penilaian tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat
dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan standar yang telah
ditetapkan. (Sumber: Wayan Nukanca dkk. 1982. Hal: 24-25).
Istilah tes objektif sesuai dengan sifat tes, yaitu jelas, terhindar dari unsur rekayasa, dan
nilai yang dihasilkan apa adanya dan siapa saja mudah melakukannya (Anwar, 2009: 30).
Tes objektif yang juga dikenal dengan istilah tes jawaban pendek (short answer test) tes
ya-tidak (yes-no test) dan test model baru (new tipe test) adalah salah satu jenis tes hasil belajar
yang terdiri dari butir-butir soal (item) yang dapat jawab oleh testee dengan jalan memilih salah
satu jawaban (atau lebih) di antara beberapa kemungkinan jawaban yang dapat dipasangkan pada
masing-masing items atau dengan cara mengisikan (menuliskan) jawaban berupa kata-kata atau
simbol-simbol tertentu pada tempat atau ruang yang telah disediakan untuk masing-masing butir
items yang bersangkutan. (Sudijono, 2013:106-107)
13
DAFTAR PUSTAKA
Sudijono, Anas. 2006. Pengantar E valuasi Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Nurkancana, dkk. 1982. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Nugraha, Yogi. Evaluasi Pendidikan.
Asrul, dkk. 2015. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Citapustaka Media.
Ibrahim, dan Yanti. 2017. BAHAN AJAR EVALUASI PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA. Jakarta.
14