Anda di halaman 1dari 6

BAB 11

TES TERTULIS UNTUK PRESTASI BELAJAR

1. Bentuk-bentuk Tes
Telah dibicarakan sebelum ini bahwa di sekolah seri ngkali digunakan tes buatan guru
(bukan Standartdized test). Ini doiebut tes buatan guru (teacher made test). Tes yang
dibuat oleh guru ini terutama menilai kemajuan siswa dalam hal pencapaian hal yang
dipelajari.
Dalam hal ini kita bedakan atas dua bentuk tes, yaitu sebagai berikut.
a. Tes Subjektif
Tes subjektif pada umunya berbentuk esai (uraian). Tes esai adalah sejenis tes
kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian
kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya didahului dengan kata-kata seperti: uraikan,
jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan dan sebagainya.
Jumlah soal-soal bentuk subyektif biasanya tidak banyak, hanya sekitar 5-10 buah
soal dalam waktu kurang lebih 90-120 menit. Soal-soal bentuk ini menuntut
kemampuan peserta didik untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi, dan
menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki.
Contoh Soal :
1. Coba jelaskan tentang peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI yang
diadakan di Kantor Kabupaten tanggal 17 Agustus 1998 yang lalu, ceritakan
mengenai:
a. Pengaturan Tempat.
b. Pejabat dan undangan yang hadir
c. Acara peringatan
d. Atraksi yang disuguhkan
e. Hidangan yang diberikan
b. Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif.
Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari bentuk tes
esai. Dalam penggunaan tes objektif ini jumlah soal yang diajukan jauh lebih banyak
daripada tes esai. Kadang-kadang untuk tes yang berlangsung selama 60 menit dapat
diberikan 30-40 buah soal.

2. Macam-Macam Tes Objektif


A. Bentuk Tes Benar Salah (True-False Test)
 Tes benar salah adalah bentuk tes yang mengajukan beberapa pernyataan yang
bernilai benar atau salah. Biasanya ada dua pilihan jawaban yaitu huruf B yang
berarti pernyataan tersebut benar dan S yang berarti pernyataan tersebut salah.
Tugas peserta tes adalah menentukan apakah pernyataan tersebut benar atau salah.

Contoh salah satu tes bentuk uraian adalah :


B S : Ibukota Peru berjumlah lima buah.
B S : Manado adalah Ibukota propinsi Sulawesi Utara

Kelebihan Tes Benar Salah:


- Dapat mencakup bahan yang luas dan tidak memakan tempat yang
banyak
- Mudah dalam penyusunannya
- Petunjuk mengerjakannya mudah dimengerti
- Dapat digunakan berkali-kali
-  Objektif
-  Praktis
-
Kelemahan Tes Benar Salah:
- Mudah ditebak
-  Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan
kemungkinan benar atau salah
-    Reliabilitasnya rendah.
-     Hanya dapat mengungkapkan daya ingat dan pengenalan kembali
Petunjuk Penyusunan:
- Hindari kalimat negatif, yakni kalimat yang mengandung kata “tidak”
atau “bukan”.
-    Pernyataan harus disusun sedemikian rupa sehingga siswa yang
memiliki pengertian samar-samar dapat terkecoh dalam menjawabnya.
-    Dalam menyusun keseluruhan tes, diharapkan item yang mengandung
“salah sedikit” cukup banyak.
Cara Melakukan Penskoran Tes Benar Salah
-    Dengan Denda. Skor = Jumlah jawaban benar – Jumlah jawaban Salah
- Tanpa Denda. Skor = Jumlah jawaban yang benar
-

B. Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test). 


Tes pilihan ganda merupakan tes yang menggunakan pengertian/ pernyataan yang
belum lengkap dan untuk melengkapinya maka kita harus memilih satu dari beberapa
kemungkinan jawaban benar yang telah disiapkan.
Apabila dilihat konstruksinya maka tes pilihan ganda terdiri dari dua hal pokok
yaitu stem atau pokok soal dengan 4 atau 5 alternatif jawaban. Satu di antara
alternatif jawaban tersebut adalah kunci jawaban. Alternatif jawaban selain kunci
disebut dengan pengecoh (distractor).

c. Menjodohkan (Matching Test)


Matching test dapat kita ganti dengan istilah mempertandingkan, mencocokkan,
memasangkan, atau menjodohkan. Matching Test terdiri atas satu sisi pertanyaan dan
satu sisi jawaban, setiap pertanyaan mempunyai jawaban pada sisi sebelahnya. Siswa
ditugaskan untuk memasangkan atau mencocokkan, sehingga setiap pertanyaan
mempunyai jawaban yang benar.

d. Tes Isian (Completion Test)


Completion Test biasa kita sebut dengan istilah tes isian, tes menyempurnakan, atau
tes kesempurnaan, atau tes melengkapi. Tes isian terdiri dari kalimat yang
dihilangkan (diberi titik-titik). Bagian yang dihilangkan ini yang diisi oleh peserta tes
merupakan pengertian yang diminta agar pernyataan yang dibuat menjadi pernyataan
yang benar.
Contoh :
1. Columbus menemukan Benua Amerika pada tahun _____
2. Air akan membeku pada suhu ____ derajat Fahrenheit.
Ada juga completion test yang tidak berbentuk kalimat-kalimat pendek seperti
diatas, tetapi merupakan kalimat-kalimat berangkai dan memuat banyak isian.

3. Pengukuran Ranah Afektif


Pengukuran ranah afektif tidaklah semudah mengukur ranah kognitif. Pengukuran
ranah afektif tidak dapat dilakukan setiap saat (dalam arti pengukuran formal)
karena perubahan tingkah laku siswa tidak dapat berubah sewaktu-waktu.
Pengubahan sikap seseorang memerlukan waktu yang relative lama. Demikian
juga pengembangan minat dan penghargaan serta nilai-nilai.
Sedangkan tujuan penilaian afektif adalah :
a. Untuk mendapatkan umpan balik (feedback) baik bagi guru maupun siswa
sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan
program perbaikan (remedial program) bagi anak didiknya.
b.  Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai
antara lain diperlukan sebagai bahan bagi : perbaikan tingkah laku anak didik,
pemberian laporan kepada orang tua, dan penentuan lulus tidaknya anak didik.
c. Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar mengajar yang tepat,
sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak
didik.
d. Untuk mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku anak
didik.

Jenis-jenis skala sikap


a. Skala Likert
Skala Likert di gunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan resepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena social. Dalam
penelitian, fenomena social ini telah di tetapkan secara spesifik oleh
peneliti, yang selanjutnya di sebut sebagai variable penelitian
b. Skala pilihan ganda
Skala ini bentuknya seperti soal bentuk pilihan ganda yaitu suatu
pernyataan yang diikuti oleh sejumlah alternative pendapat.
c.  Skala Thurstone
Skala Thurstone merupakan skala sikap yang pertama dikembangkan dalam
pengukuran sikap. Skala ini mempunyai tiga teknik penskalaan sikap,
yaitu :

·         metode perbandingan pasangan


·         metode interval pemunculan sama, dan
·         metode interval berurutan.
Ketiga metode ini menggunakan bahan pertimbangan jalur dugaan yang
menganggap kepositifan relatif pernyataan sikap terhadap suatu obyek.
d.  Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini, akan di dapat jawaban yang tegas, yaitu
ya atau  tidak,  benar atau salah, pernah atau tidak, positif atau negative 
dan lain – lain. Data yang di peroleh dapat berupa data interval atau rasio
dikhotomi (dua alternatif). Jadi kalau pada skala likert terdapat 3,4,5,6,7
interval, dari kata “sangat setuju” sampai “sangat tidak setuju”, maka pada
dalam skala Guttman hanya ada dua interval yaitu “setuju atau tidak
setuju”.

4. Pengukuran Ranah Psikomotor


Pengukuran ranah psikomotor dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa
penampilan. Namun demikian biasanya pengikuran ranah ini disatukan atau
dimulai dengan pengukuran ranah kognitif sekaligus. Ranah psikomotor
berhubungan erat dengan kerjaan otot sehingga menyebabkan geraknya tubuh
atau bagian-bagiannya. Yang termasuk dalam klasifikasi gerak disini mulai dari
gerak yang paling sederhana yaitu melipat kertas sampai dengan merakit suku
cadang televisi serta komputer. Secara mendasar perlu dibedakan antara 2 hal
yaitu keterampilan (skills) dan kemampuan (abilities)
Kebanyakkan para guru tidak menuntut pencapaian 100 dari tujuan yang dirumuskan
kecuali hanya berharap bahwa keterampilan yang dicapai oleh siswa-siswanya akan
sangat mendukung mempelajari keterampilan lanjutan atau gerakan-gerakan yang
lebih kompleks sifatnya. Selain yang telah dikemukakan tersebut, Harrow juga
memberikan saran yang mengenai bagaimana melakukan pengukuran terhadap ranah
psikomotor ini. Menurutnya penentuan kriteria untuk mengukur keterampilan siswa
harus dilakukan dalam jangka waktu sekurang-kurangnya 30 menit. Kurang dari
waktu tersebut diperkirakan para penilai belum dapat menangkap gambaran tentang
pola keterampilan yang mencerinkan kemampuan siswa.

Anda mungkin juga menyukai