Anda di halaman 1dari 7

Nama : Mardiana

NIM : 150384204009
Kelas : K04
Tugas : Resume
Mata Kuliah : Evaluasi Hasil Pembelajaran Kimia
Dosen pengampu : Inelda Yulita, S.Pd.,M.Pd

Instrumen Evaluasi Jenis Tes


Banyak alat yang dapat digunakan dalam kegiatan evaluasi. Salah satunya
adalah tes. Istilah tes tidak hanya populer di lingkungan persekolahan tetapi juga di
luar sekolah bahkan di masyarakat umum. Anda mungkin sering mendengar istilah
tes kesehatan, tes olah raga, tes makanan, tes kendaraan, dan lain-lain. Di sekolah
juga sering kita dengar istilah pretes, postes, tes formatif, tes sumatif, dan sebagainya.
Dalam kegiatan pembelajaran, tes banyak digunakan untuk mengukur hasil belajar
peserta didik dalam bidang kognitif, seperti pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Penggunaan tes dalam dunia pendidikan sudah dikenal
sejak dahulu kala, sejak orang mengenal pendidikan itu sendiri. Artinya, tes
mempunyai makna tersendiri dalam pendidikan dan pembelajaran.
Istilah ”tes” berasal dari bahasa Perancis, yaitu ”testum”, berarti piring yang
digunakan untuk memilih logam mulia dari benda-benda lain, seperti pasir, batu,
tanah, dan sebagainya. Dalam perkembangannya, istilah tes diadopsi dalam psikologi
dan pendidikan. Dilihat dari jumlah peserta didik, tes dapat dibagi menjadi dua jenis,
yaitu tes kelompok dan tes perorangan. Dilihat dari kajian psikologi, tes dibagi
menjadi empat jenis, yaitu tes intelegensia umum, tes kemampuan khusus, tes prestasi
belajar, dan tes kepribadian. Dilihat dari cara penyusunannya, tes juga dapat dibagi
menjadi dua jenis, yaitu tes buatan guru dan tes standar. Dilihat dari bentuk jawaban
peserta didik, tes dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu tes tertulis, tes lisan dan tes
tindakan. Tes juga dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu tes kemampuan (power
test) dan tes kecepatan (speeds test).
1. Tes Bentuk Uraian (Tes Subjektif)
Tes Uraian yang dalam uraian disebut juga essay, merupakan instrumen
penilaian hasil belajar yang paling tua. Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan
yang menuntut peserta didik menjawab dalam bentuk menguraikan, menjelaskan,
mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis
sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa
sendiri.
Sejak tahun 1960-an bentuk tes ini banyak ditinggalkan orang karena
munculnya tes objektif. Bahkan sampai saat ini tes objektif sangat populer dan
digunakan oleh hampir semua guru atau dosen mulai dari tingkat dasar hingga
perguruan tinggi. Namun ada semacam kecenderungan dikalangan para pendidik
untuk kembali menggunakan tes uraian sebagai alat penilaian hasil belajar, terutama
di perguruan tinggi. Bentuk tes uraian dibedakan menjadi tiga, yaitu: uraian bebas,
uraian terbatas dan uraian berstruktur.
 Uraian Bebas (Extended Respons Items)
Dalam uraian bebas jawaban peserta didik tidak dibatasi, bergantung pada
pandangan peserta didik itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh isi pertanyaan uraian
bebas sifatnya umum.
 Uraian Terbatas (Restricted Respons Items)
Bentuk kedua dari tes uraian adalah tes uraian terbatas. Dalam bentuk ini
pertanyaan telah diarahkan kepada hal-hal tertentu atau ada pembatasan tertentu.
 Uraian Berstruktur
Soal berstruktur dipandang sebagai bentuk antara soal-soal objektif dan soal-
soal essay. Soal berstruktur merupakan serangkaian soal jawaban singkat sekalipun
bersifat terbuka dan bebas memberikan jawaban.
2. Tes Bentuk Objektif
Tes objektif sering juga disebut tes dikotomi (dichotomously scored
item) karena jawabannya antara benar atau salah dan skornya antara 1 atau 0. Tes
objektif terdiri dari beberapa bentuk, antara lain:
 Pilihan Ganda (Multiple Choice)
Soal tes bentuk pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar
yang lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Pilihan jawaban (option) terdiri atas jawaban yang
benar atau paling benar, selanjutnya disebut kunci jawaban dan kemungkinan
jawaban salah yang dinamakan pengecoh (distractor/decoy/fails).
 Benar-Salah (True-False, or Yes-No)
Bentuk tes benar-salah (B-S) adalah pernyataan yang mengandung dua
kemungkinan jawaban, yaitu benar atau salah. Salah satu fungsi bentuk soal benar-
salah adalah untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam membedakan antara
fakta dengan pendapat. Bentuk soal seperti ini lebih banyak digunakan unyuk
mengukur kemampuan mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang
sederhana.
 Menjodohkan(Matching)
Soal tes bentuk menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan
jawaban yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom berbeda, yaitu kolom sebelah
kiri menunjukkan kumpulan persoalan, dan kolom sebelah kanan menunjukkan
kumpulan jawaban. Bentuk soal seperti ini sangat baik untuk mengukur kemampuan
peserta didik dalam mengidentifikasi hubungan antara dua hal.
 Melengkapi(Completion)
Soal bentuk melengkapi (completion) dikemukakan dalam kalimat yang tidak
lengkap
3. Tes Lisan
Tes lisan adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk
lisan. Peserta didik akan mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai
dengan pertanyaan atau perintah yang diberikan. Tes lisan dapat berbentuk seperti
berikut :
 Seorang guru menilai seorang peserta didik.
 Seorang guru menilai sekelompok peserta didik.
 Sekelompok guru menilai seorang peserta didik.
 Sekelompok guru menilai sekelompok peserta didik.
Kebaikan tes lisan antara lain :
 Dapat mengetahui langsung kemampuan peserta didik dalam mengemukakan
pendapatnya secara lisan.
 Tidak perlu menyusun soal-soal secara terurai, tetapi cukup mencatat pokok-
pokok permasalahannya saja.
 Kemungkinan peserta didik akan menerka-nerka jawaban dan berspekulasi
dapat dihindari.
Kelemahannya adalah:
 Memakan waktu yang cukup banyak, apalagi jika jumlah peserta didiknya
banyak.
 Sering muncul unsur subjektivitas bilamana dalam suasana ujian lisan itu
hanya ada seorang guru dan seorang peserta didik.
Beberapa petunjuk praktis dalam pelaksanaan tes lisan adalah sebagai berikut:
 Jangan terpengaruh oleh faktor-faktor subjektivitas, misalnya dilihat dari
kecantikan, kekayaan, anak pejabat atau bukan, hubungan keluarga.
 Berikanlah skor bagi setiap jawaban yang dikemukakan oleh peserta didik.
Biasanya kita memberikan penilaian setelah tes itu selesai. Cara ini termasuk
cara yang kurang baik, akibatnya penilaian akan dipengaruhi oleh jawaban-
jawaban yang terakhir.
 Catatlah hal-hal atau masalah yang akan ditanyakan dan ruang lingkup
jawaban yang diminta untuk setiap pertanyaan. Hal ini dimaksudkan agar
jangan sampai pertanyaan yang diajukan menyimpang dari permasalahan dan
tak sesuai dengan jawaban peserta didik.
 Ciptakan suasana ujian yang menyenangkan. Hal ini dimaksudkan agar
peserta didik tidak ketakutan menghadapi ujian lisan tersebut. Kadang-kadang
ada juga guru yang sampai berbuat tidak wajar seperti membentuk-bentak
peserta didik, dan mungkin pula bertindak berlebihan. Tindakan ini harus
dihindari, karena dapat mengakibatkan proses pemikiran peserta didik
menjadi terhambat, sehingga apa yang dikemukakan oleh mereka tidak
mencerminkan kemampuan yang sesungguhnya.
 Jangan mengubah suasana ujian lisan menjadi suasana diskusi atau suasana
ngobrol santai atau juga menjadi suasana pembelajaran.
4. Tes Perbuatan
Tes perbuatan atau tes praktik adalah tes yang menuntut jawaban peserta didik
dalam bentuk perilaku, tindakan, atau perbuatan. Lebih jauh Stiggins (1994)
mengemukakan “tes tindakan adalah suatu bentuk tes yang peserta didiknya diminta
untuk melakukan kegiatan khusus di bawah pengawasan penguji yang akan
mengobservasi penampilannya dan membuat keputusan tentang kualitas hasil belajar
yang didemonstrasikan”. Peserta didik bertindak sesuai dengan apa yang
diperintahkan dan ditanyakan. Misalnya, coba praktikkan bagaimana cara mengetik
10 jari dengan baik dan benar.
Untuk melihat bagaimana cara menggunakan komputer dengan baik dan
benar, guru harus menyuruh peserta didik untuk mempraktikkan atau
mendemonstrasikan penggunaan komputer yang sesuangguhnya sesuai dengan
prosedur yang baik dan benar. Begitu juga untuk mengetahui apakah seorang peserta
didik sudah dapat melakukan cepat, maka cara yang paling tepat adalah melakukan
tes tindakan dengan menyuruh peserta didik mempraktikkan langsung gerakan jalan
cepat. Untuk mengetahui apakah peserta didik sudah dapat berkomunikasi dalam
bahasa Inggris, maka guru harus menyuruh peserta didik melakukan komunikasi
dalam bahasa Inggris. Dalam pelaksanaannya, tes tindakan dapat dilakukan dalam
situasi yang sebenarnya atau situasi yang dimanipulasi. Alat yang dapat digunakan
dalam tes tindakan adalah lembar pengamatan dan portofolio.
Tes-tes semacam inilah yang dimaksudkan dengan tes perbuatan atau
tindakan. Tes tindakan sebagai suatu teknik evaluasi banyak digunakan hampir setiap
mata pelajaran, seperti olahraga, teknologi informasi dan komunikasi, bahasa,
kesenian, dan sebagainya. Tes tindakan dapat dilakukan secara kelompok dan
individual. Secara kelompok berarti seorang guru menghadapi sekelompok peserta
didik, sedangkan secaraindividual berarti seorang guru menghadapi seorang peserta
didik. Tes tindakan dapat digunakan untuk menilai kualitas suatu pekerjaan yang
telah selesai dikerjakan oleh peserta didik, termasuk juga keterampilan dan ketepatan
menyelesaikan suatu pekerjaan, dan mengidentifikasi suatu peranti (seperti
komputer). Tes tindakan dapat difokuskan pada proses, produk atau keduanya.
Tes tindakan sangat bermanfaat untuk memperbaiki kemampuan / perilaku
peserta didik, karena secara objektif kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh peserta
didik dapat diamati dan diukur sehingga menjadi dasar pertimbangan untuk praktik
selanjutnya. Sebagaimana jenis tes yang lain, tes tindakan pun mempunyai kelebihan
dan kekurangan. Kelebihan tes tindakan adalah:
 Satu-satunya teknik tes yang dapat digunakan untuk mengetahui hasil belajar
dalam bidang keterampilan, seperti keterampilan menggunakan alat-alat
praktikum, keterampilan menggunakan bahasa asing, keterampilan menulis
indah, keterampilan menggambar dan sebagainya.
 Sangat baik digunakan untuk mencocokkan antara pengetahuan teori dan
keterampilan praktik, sehingga hasil penilaian menjadi lengkap.
 Dalam pelaksanaannya tidak memungkinkan peserta didik untuk menyontek.
 Guru dapat mengenal lebih dalam tentang karakteristik masing-masing peserta
didik sebagai dasar tindak lanjut hasil penilaian, seperti pembelajaran
remedial.
Adapun kelemahan/kekurangan tes tindakan adalah :
 Memakan waktu yang lama.
 Dalam hal tertentu membutuhkan biaya yang besar.
 Cepat membosankan.
 Jika tes tindakan sudah menjadi sesuatu yang rutin, maka ia tidak mempunyai
arti apa-apa lagi.
 Memerlukan syarat-syarat pendukung yang lengkap, baik waktu, tenaga,
maupun biaya. Jika syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi, maka hasil
penilaian tidak dapat dipertanggungjawabkan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bumi Siliwangi: PT Remaja Rosdakarya.
Daryanto. (2012). Penyusunan Instrumen Peneilaian.

Anda mungkin juga menyukai