NIM : 20400121052
1. Membuat petunjuk yang jelas, bagaimana mengerjakan soal tes, agar siswa tidak
bingung.
2. Jangan membuat pernyataan yang masih dapat dipersoalkan antara benar dan
salahnya, pernyataan sudah benar atau salah.
3. Setiap soal supaya mengandung satu perngertian saja, jangan membuat soal yang
banyak mengandung pengertian.
4. Dalam membuat soal jangan ada kata-kata yang meragukan misalnya dengan kata
“Kadang” “Barang kali”.
C. Instrumen Tes Menjodohkan
Tes bentuk menjodohkan atau memasangkan adalah suatu bentuk tes yang terdiri
dari suatu seri pertanyyan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai
jawabnya yang tercantum dalam seri jawaban. Soal tes bentuk menjodohkan sebenarnya
masih merupakan bentuk pilihan ganda. Perbedaannya dengan bentuk pilihan-ganda adalah
pilihan-ganda terdiri atas stem dan option, kemudian peserta didik tinggal memilih salah
satu option yang dianggap paling tepat. Sedangkan bentuk menjodohkan terdiri atas
kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom yang
berbeda, yaitu kolom sebelah kiri menunjukkan kumpulan persoalan, dan kolom sebelah
kanan menunjukkan kumpulan jawaban. Jumlah pilihan jawaban dibuat lebih banyak dari
jumlah persoalan. Bentuk soal menjodohkan sangat baik untuk mengukur kemampuan
peserta didik dalam mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang sederhana dan
kemampuan menghubungkan antara dua hal.
D. Instrumen Tes Pilihan Ganda
Tes pilihan ganda adalah bentuk tes obyektif yang terdiri atas pertanyaan atau
pernyataan (stem) dan diikuti sejumlah alternatif jawaban (option), tugas testee memilih
alternatif jawaban yang paling tepat. Kemungkinan jawaban tersebut dapat berupa kata,
frasa, nama tempat, nama tokoh, lambang atau kalimat yang sudah pasti. (Rosyidi, 2020).
Soal tes bentuk pilihan-ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang
lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis
dan evaluasi. Soal tes bentuk pilihan-ganda terdiri atas pembawa pokok persoalan dan
pilihan jawaban. Pembawa pokok persoalan dapat dikemukakan dalam bentuk pertanyaan
dan dapat pula dalam bentuk pernyataan (statement) yang belum sempurna yang sering
disebut stem. Sedangkan pilihan jawaban itu mungkin berbentuk perkataan, bilangan atau
kalimat dan sering disebut option. Pilihan jawaban terdiri atas jawaban yang benar atau
yang paling benar, selanjutnya disebut kunci jawaban dan kemungkinan jawaban salah
yang dinamakan pengecoh (distractor atau decoy atau fails) namun memungkinkan
seseorang memilihnya apabila tidak menguasai materi yang ditanyakan dalam soal.
Alternatif jawaban ini beragam, ada yang menggunakan tiga alternatif yang biasanya
digunakan di sekolah tingkat dasar (SD/MI) kelas tingkat bawah ( 1-3 ), ada yang
menggunakan 4 alternatif yang biasanya digunakan ditingkat SMP/MTs, dan ada yang
menggunakan 5 alternatif pada tingkat SLTA dan perguruan tinggi.
E. Prinsip-Prinsip Penyusunan Tes Obyektif
Penyusunan tes objektif didasarkan pada beberapa prinsip penting untuk
memastikan bahwa tes tersebut adil, relevan, dan dapat diandalkan dalam mengukur
kemampuan atau pengetahuan yang diinginkan. Berikut adalah beberapa prinsip
penyusunan tes objektif yang umumnya diterapkan:
1. Tujuan yang Jelas: Tes objektif harus dirancang dengan tujuan yang jelas, yaitu apa
yang ingin diukur atau dinilai.
2. Konsistensi: Soal-soal dalam tes objektif harus konsisten dalam hal format, tingkat
kesulitan, dan gaya penyajian.
3. Keterwakilan Materi: Tes harus mencakup materi yang relevan dan representatif
dari pembelajaran atau materi yang ingin diuji.
4. Kecocokan dengan Instruksi: Soal-soal harus sesuai dengan instruksi yang
diberikan kepada peserta tes.
5. Pembedaan: Tes objektif harus mampu membedakan antara peserta yang memiliki
tingkat pengetahuan atau kemampuan yang berbeda.
6. Kecukupan Waktu: Durasi tes harus cukup bagi peserta untuk menjawab semua soal
dengan cermat tanpa terlalu terburu-buru.
7. Validitas: Soal-soal dalam tes objektif harus mengukur apa yang seharusnya diukur
dan terhubung secara langsung dengan tujuan evaluasi.
8. Reliabilitas: Tes harus memberikan hasil yang konsisten jika diberikan kepada
peserta yang sama pada waktu yang berbeda.
9. Keterbukaan: Soal-soal harus terbuka untuk diinterpretasikan secara jelas oleh
peserta tanpa adanya ambiguitas.
10. Keterbukaan terhadap Kebutuhan Khusus: Tes objektif harus dapat diakses oleh
peserta dengan berbagai kebutuhan khusus, seperti peserta dengan disabilitas.
11. Keabsahan: Tes harus disusun dan diimplementasikan secara etis dan adil, serta
tidak memberikan keuntungan atau kerugian tertentu kepada kelompok tertentu.
12. Analisis Hasil: Setelah tes selesai, hasilnya harus dianalisis secara cermat untuk
mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang pengetahuan atau kemampuan
peserta.