Anda di halaman 1dari 5

Nama : Annisa Nurul Jannah

NIM : 20400121052

LEARNING LOG PERTEMUAN 3

Pengembangan Instrumen Obyektif Tes dalam Pembelajaran PBI: Pengertian Tes


Obyektif, Instrumen Tes Benar Salah, Instrumen Tes Menjodohkan, Instrumen Tes Pilihan
Ganda, Macam-macam Tes Obyektif, Prinsip penyusunan Tes Obyektif

A. Pengertian Tes Obyektif


Tes objektif disebut objektif karena cara pemeriksaannya yang seragam terhadap
semua murid yang mengikuti sebuah tes. Tes objektif juga dikenal dengan istilah tes
jawaban pendek (short answer test), dan salah satu tes hasil belajar yang terdiri dari butir-
butir soal (items) yang dapat dijawab oleh tester dengan jalan memilih salah satu (atau
lebih), di antara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing
masing items atau dengan jalan menuliskan jawabannya berupa kata-kata atau simbol-
simbol tertentu pada tempat-tempat yang disediakan untuk masing-masing butir yang
bersangkutan.
(Zaenal, 2016) dalam bukunya Evaluasi Pembelajaran, menyatakan tes objektif
sering juga disebut tes dikotomi karena jawabannya antara benar atau salah dan skornya
antara 1 atau 0. Disebut tes objektif karena penilaiannya objektif. Siapa pun yang
mengoreksi jawaban tes objektif hasilnya akan sama karena kunci jawabannya sudah jelas
dan pasti.
Kelebihan Tes Objektif yaitu lebih representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih
mudah dan cepat cara memeriksannya karena dapat menggunakan kunci jawaban, bahkan
dapat menggunakan alat-alat kemajuan teknologi misalnya mesin scanner, pemeriksaannya
dapat diserahkan kepada orang lain, dalam pemeriksaannya maupun penskoran, tidak ada
unsur subjektif yang memengaruhi, baik dari segi guru maupun siswa.
Kelemahan Tes Objektif yaitu membutuhkan persiapan yang lebih sulit daripada
tes karena butir soal tesnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-
kelemahan lain, butir-butir soal cenderung hanya mengungkap ingatan dan pengenalan
kembali saja, dan sukar untuk mengukur kemampuan berpikir yang tinggi seperti sintesis
maupun kreativitas, banyak kesempatan bagi siswa untuk spekulasi atau untung-untungan
dalam jawaban soal tes, kerjasama antara siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih
terbuka.
B. Instrumen Tes Benar Salah
Tes tipe benar salah adalah tes yang butir soalnya terdiri dari pernyataan yang
disertai dengan alternatif jawaban. Yaitu jawaban atau pernyataan yang benar dan yang
salah. Peserta tes diminta untuk menandai masing-masing jawaban atau pernyataan itu
dengan melingkari ataupun memberi tanda silang pada huruf “B” jika jawaban atau
pernyataan itu dianggap benar dan melingkari ataupun memberi tanda silang pada huruf
“S” jika jawaban atau pernyataan itu salah.
Keunggulan Tes Benar Salah:
1. Mudah dikonstruksi karena hanya membutuhkan satu pertanyaan. Setiap
pernyataan harus berhubungan dengan bidang studi yang harus diuji.
2. Soal benar salah harus dapat mewakili seluruh pokok bahasan karena soal ini hanya
meminta waktu yang singkat untuk menjawabnya. Dalam waktu singkat siswa
harus banyak menjawab soal.
3. Mudah diskor karena untuk setiap soal hanya ada dua alternatif jawaban.
4. Merupakan bentuk soal yang baik untuk mengukur fakta dan hasil belajar langsung
terutama yang berkenaan dengan ingatan.
5. Dapat digunakan berulang kali.
6. Dapat dikoreksi secara cepat dan objektif.
7. Petunjuk pengerjaannya mudah dimengerti.
Kelemahan Tes Benar Salah
1. Mendorong Siswa untuk menebak jawaban. Kemungkinan jawaban benar sama
dengan kemungkinan jawaban salah sehingga kemungkinan siswa untuk menebak
lebih besar.
2. Terlalu menekan pada aspek ingatan. Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan
yang lebih tinggi. Kelemahan ini lebih buruk kalau penyusun soal mengutip
langsung dari pernyataan yang ada pada buku ajar yang digunakan.
3. Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan dua kemungkinan
benar atau salah.
4. Meminta respon dari siswa yang berbentuk penilaian mutlak.
Adapun cara penyusunan test true false adalah:

1. Membuat petunjuk yang jelas, bagaimana mengerjakan soal tes, agar siswa tidak
bingung.
2. Jangan membuat pernyataan yang masih dapat dipersoalkan antara benar dan
salahnya, pernyataan sudah benar atau salah.
3. Setiap soal supaya mengandung satu perngertian saja, jangan membuat soal yang
banyak mengandung pengertian.
4. Dalam membuat soal jangan ada kata-kata yang meragukan misalnya dengan kata
“Kadang” “Barang kali”.
C. Instrumen Tes Menjodohkan
Tes bentuk menjodohkan atau memasangkan adalah suatu bentuk tes yang terdiri
dari suatu seri pertanyyan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai
jawabnya yang tercantum dalam seri jawaban. Soal tes bentuk menjodohkan sebenarnya
masih merupakan bentuk pilihan ganda. Perbedaannya dengan bentuk pilihan-ganda adalah
pilihan-ganda terdiri atas stem dan option, kemudian peserta didik tinggal memilih salah
satu option yang dianggap paling tepat. Sedangkan bentuk menjodohkan terdiri atas
kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom yang
berbeda, yaitu kolom sebelah kiri menunjukkan kumpulan persoalan, dan kolom sebelah
kanan menunjukkan kumpulan jawaban. Jumlah pilihan jawaban dibuat lebih banyak dari
jumlah persoalan. Bentuk soal menjodohkan sangat baik untuk mengukur kemampuan
peserta didik dalam mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang sederhana dan
kemampuan menghubungkan antara dua hal.
D. Instrumen Tes Pilihan Ganda
Tes pilihan ganda adalah bentuk tes obyektif yang terdiri atas pertanyaan atau
pernyataan (stem) dan diikuti sejumlah alternatif jawaban (option), tugas testee memilih
alternatif jawaban yang paling tepat. Kemungkinan jawaban tersebut dapat berupa kata,
frasa, nama tempat, nama tokoh, lambang atau kalimat yang sudah pasti. (Rosyidi, 2020).
Soal tes bentuk pilihan-ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang
lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis
dan evaluasi. Soal tes bentuk pilihan-ganda terdiri atas pembawa pokok persoalan dan
pilihan jawaban. Pembawa pokok persoalan dapat dikemukakan dalam bentuk pertanyaan
dan dapat pula dalam bentuk pernyataan (statement) yang belum sempurna yang sering
disebut stem. Sedangkan pilihan jawaban itu mungkin berbentuk perkataan, bilangan atau
kalimat dan sering disebut option. Pilihan jawaban terdiri atas jawaban yang benar atau
yang paling benar, selanjutnya disebut kunci jawaban dan kemungkinan jawaban salah
yang dinamakan pengecoh (distractor atau decoy atau fails) namun memungkinkan
seseorang memilihnya apabila tidak menguasai materi yang ditanyakan dalam soal.
Alternatif jawaban ini beragam, ada yang menggunakan tiga alternatif yang biasanya
digunakan di sekolah tingkat dasar (SD/MI) kelas tingkat bawah ( 1-3 ), ada yang
menggunakan 4 alternatif yang biasanya digunakan ditingkat SMP/MTs, dan ada yang
menggunakan 5 alternatif pada tingkat SLTA dan perguruan tinggi.
E. Prinsip-Prinsip Penyusunan Tes Obyektif
Penyusunan tes objektif didasarkan pada beberapa prinsip penting untuk
memastikan bahwa tes tersebut adil, relevan, dan dapat diandalkan dalam mengukur
kemampuan atau pengetahuan yang diinginkan. Berikut adalah beberapa prinsip
penyusunan tes objektif yang umumnya diterapkan:
1. Tujuan yang Jelas: Tes objektif harus dirancang dengan tujuan yang jelas, yaitu apa
yang ingin diukur atau dinilai.
2. Konsistensi: Soal-soal dalam tes objektif harus konsisten dalam hal format, tingkat
kesulitan, dan gaya penyajian.
3. Keterwakilan Materi: Tes harus mencakup materi yang relevan dan representatif
dari pembelajaran atau materi yang ingin diuji.
4. Kecocokan dengan Instruksi: Soal-soal harus sesuai dengan instruksi yang
diberikan kepada peserta tes.
5. Pembedaan: Tes objektif harus mampu membedakan antara peserta yang memiliki
tingkat pengetahuan atau kemampuan yang berbeda.
6. Kecukupan Waktu: Durasi tes harus cukup bagi peserta untuk menjawab semua soal
dengan cermat tanpa terlalu terburu-buru.
7. Validitas: Soal-soal dalam tes objektif harus mengukur apa yang seharusnya diukur
dan terhubung secara langsung dengan tujuan evaluasi.
8. Reliabilitas: Tes harus memberikan hasil yang konsisten jika diberikan kepada
peserta yang sama pada waktu yang berbeda.
9. Keterbukaan: Soal-soal harus terbuka untuk diinterpretasikan secara jelas oleh
peserta tanpa adanya ambiguitas.
10. Keterbukaan terhadap Kebutuhan Khusus: Tes objektif harus dapat diakses oleh
peserta dengan berbagai kebutuhan khusus, seperti peserta dengan disabilitas.
11. Keabsahan: Tes harus disusun dan diimplementasikan secara etis dan adil, serta
tidak memberikan keuntungan atau kerugian tertentu kepada kelompok tertentu.
12. Analisis Hasil: Setelah tes selesai, hasilnya harus dianalisis secara cermat untuk
mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang pengetahuan atau kemampuan
peserta.

Anda mungkin juga menyukai