Pengukuran merupakan proses yang natural dan biasa dilaksanakan baik sengaja
maupun tidak sengaja. Sebagai seorang pendidik, segala pengukuran yang dilakukan
selayaknya dapat dipertanggungjawabkan secara akademik, transparan dan logis. Oleh
karena itu, selain dibutuhkan instrumen dalam pengukuran dibutuhkan pula teknik yang
jelas dan logis dalam mengukur hasil belajar.
Pelaksanaan pengukuran tidak lepas dari sebuah alat pengukur yang disebut
instrumen. Alat yang baik niscaya akan memberikan hasil pengukuran yang baik jika
dibarengi dengan teknik yang baik pula. Dalam dunia pendidikan dikenal 2 instrumen
yang sering digunakan dalam pengukurannya, yaitu : Instrumen Tes dan Non Tes. Dalam
bab ini dibahas tentang pengukuran yang menggunakan tes dan non tes dalam kegiatan
pembelajaran.
A. Tes
Tes merupakan suatu bentuk instrumen yang paling akrab digunakan dalam dunia
pendidikan diberbagai jenjang. Oleh karena itu, penting kiranya untuk memahami tes,
kegunaan dan jenis tes dari berbagai sudut pandang. Djaali dan Pudjiono (2004)
mengatakan tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban yang benar atau
salah. Tes diartikan juga sebagai sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban, atau
sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat
kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes
(testee).
Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka
melaksanakan kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan,
pernyataan atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik
untuk mengukur aspek perilaku peserta didik. Dalam rumusan ini terdapat beberapa unsur
penting. Pertama, tes merupakan suatu cara atau teknik yang disusun secara sistematis dan
digunakan dalam rangka kegiatan pengukuran. Kedua, di dalam tes terdapat berbagai
pertanyaan dan pernyataan atau serangkaian tugas yang harus dijawab dan dikerjakan
26
27
oleh peserta didik. Ketiga, tes digunakan untuk mengukur suatu aspek perilaku peserta
didik. Keempat, hasil tes peserta didik perlu diberi skor dan nilai.
Tes adalah himpunan pertanyaan yang harus dijawab, atau pernyataan – pernyataan
yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas – tugas yang harus dilakukan oleh orang dites
dengan tujuan mengukur suatu aspek (perilaku) tertentu dari orang yang dites. Secara umum
tes dibedakan menjadi tes tertulis dan tes tidak tertulis. Tes tertulis adalah sebuah tes dimana
soal dan jawaban yang diberikan kepada siswa dalam bentuk bahan tulisan. Dalam
menjawab soal siswa tidak selalu harus merespons dalam bentuk menulis kalimat jawaban
tetapi dapat juga dalam bentuk mewarnai, memberi tanda, menggambar grafik, diagram dan
lain sebagainya.
Dari berbagai penjelasan tentang tes tersebut di atas, ada baiknya diketahui pula
kelemahan dari tes, antara lain
1. Hampir semua tes hanya dapat mengukur hasil belajar yang bersifat kognitif dan
keterampilan sederhana. Walaupun dapat mengukur hasil belajar yang esensial, maka
konstruksi tesnya akan membutuhkan waktu dan keterampilan yang lebih tinggi.
2. Hasil tes seringkali disalahartikan. Hasil tes seringkali dianggap gambaran utuh dan
keseluruhan dari kemampuan dan pengetahuan seseorang. Padahal, butir – butir tes
seringkali hanya mengukur sebagian ranah kognitif maupun psikomotor yang sangat
sederhana dari seseorang. Selain itu, hasil tes seringkali dianggap suatu hasil yang
permanen dan cenderung menetap, padahal hasil tes selalu berubah – ubah karena
memang hakikat hasil belajar sesungguhnya berubah – ubah.
3. Dalam proses pelaksanaannya, tes selalu menimbulkan kecemasan. Walaupun kadar
kecemasan setiap peserta didik berbeda – beda namun demikian, tetap saja faktor
kecemasan dapat mengakibatkan terjadinya perbedaan hasil yang diperoleh dalam
dengan kemampuan yang sesungguhnya.
Dalam berbagai kesempatan kita seringkali berhadapan dengan berbagai jenis tes
antara lain pilihan ganda, menjodohkan maupun isian dan essay atau uraian. Berikut ini
dapat dijelaskan Jenis jenis tes tersebut
Tes bentuk pilihan ganda adalah soal yang jawabnya harus dipilih dari beberapa
kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Secara umum, setiap soal pilihan ganda
terdiri dari pokok soal (steam) dan pilihan jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri
atas kunci jawaban dan pengecoh (distractor). Kunci jawaban yang tidak benar,
namun memungkinkan seseorang terkecoh untuk memilihnya apabila tidak
menguasai bahannya atau materi pelajarannya dengan baik.
Soal tes bentuk pilihan-ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang
lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis,
sintesis dan evaluasi. Soal tes bentuk pilihan-ganda terdiri atas pembawa pokok
persoalan dan pilihan jawaban. Pembawa pokok persoalan dapat dikemukakan dalam
bentuk pertanyaan dan dapat pula dalam bentuk pernyataan (statement) yang belum
sempurna yang sering disebut stem. Sedangkan pilihan jawaban itu mungkin
berbentuk perkataan, bilangan atau kalimat dan sering disebut pilihan jawaban
(option).
Pilihan jawaban terdiri atas jawaban yang benar atau yang paling benar,
selanjutnya disebut kunci jawaban dan kemungkinan jawaban salah yang dinamakan
pengecoh (distractor atau decoy atau fails) namun memungkinkan seseorang
memilihnya apabila tidak menguasai materi yang ditanyakan dalam soal.
Mengenai jumlah alternatif jawaban sebenarnya tidak ada aturan baku. Anda bisa
membuat 3, 4 atau 5 alternatif jawaban. Semakin banyak semakin bagus. Hal ini
dimaksudkan untuk mengurangi faktor menebak (chance of guessing), sehingga dapat
meningkatkan validitas dan reliabilitas soal. Semakin banyak alternatif jawaban,
semakin kecil kemungkinan peserta didik menerka. Adapun kemampuan yang
dapat diukur oleh bentuk soal pilihan-ganda, antara lain : mengenal istilah, fakta,
prinsip, metode, dan prosedur; mengidentifikasi penggunaan fakta dan prinsip;
menafsirkan hubungan sebab-akibat; dan menilai metode dan prosedur.
Ada beberapa jenis tes bentuk pilihan-ganda, yaitu :
a. Distracters, yaitu setiap pertanyaan atau pernyataan mempunyai beberapa pilihan
jawaban yang salah, tetapi disediakan satu pilihan jawaban yang benar. Tugas
peserta didik adalah memilih satu jawaban yang benar itu.
29
b. Analisis hubungan antara hal, yaitu bentuk soal yang dapat digunakan untuk
melihat kemampuan peserta didik dalam menganalisis hubungan antara
pernyataan dengan alasan (sebab-akibat).
c. Variasi negatif, yaitu setiap pertanyaan atau pernyataan mempunyai beberapa
pilihan jawaban yang benar tetapi disediakan satu kemungkinan jawaban yang
salah. Tugas peserta didik adalah memilih jawaban yang salah tersebut.
d. Variasi berganda, yaitu memilih beberapa kemungkinan jawaban yang semuanya
benar, tetapi ada satu jawaban yang paling benar. Tugas peserta didik adalah
memilih jawaban yang paling benar.
e. Variasi yang tidak lengkap, yaitu pertanyaan atau pernyataan yang memiliki
beberapa kemungkinan jawaban yang belum lengkap. Tugas peserta didik adalah
mencari satu kemungkinan jawaban yang benar dan melengkapinya.
Kebaikan soal bentuk pilihan-ganda antara lain (1) cara penilaian dapat dilakukan
dengan mudah, cepat, dan objektif (2) kemungkinan peserta didik menjawab dengan
terkaan dapat dikurangi (3) dapat digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik
dalam berbagai jenjang kemampuan kognitif (4) dapat digunakan berulang-ulang
(5) sangat cocok untuk jumlah peserta tes yang banyak. Adapun kelemahan tes
bentuk pilihan ganda antara lain (1) tidak dapat digunakan untuk mengukur
kemampuan verbal dan pemecahan masalah (2) penyusunan soal yang benar-benar
baik membutuhkan waktu lama (3) sukar menentukan alternatif jawaban yang benar-
benar homogin, logis, dan berfungsi.
7. Panjang pilihan pada suatu soal hendaknya lebih pendek daripada itemnya.
8. Usahakan agar pernyataan dan pilihan tidak mudah diasosiasikan
9. Alternatif jawaban yang betul hendaknya jangan sistematis.
10. Harus diyakini benar bahwa hanya ada satu jawaban yang benar
2. Konstruksi
a) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Artinya, kemampuan/
materi yang hendak diukur/ ditanyakan harus jelas, tidak menimbulkan
pengertian atau penafsiran yang berbeda dari yang dimaksudkan penulis
dan hanya mengandung satu persoalan untuk setiap nomor. Bahasa yang
digunakan harus komunikatif, sehingga mudah dimengerti peserta didik.
Apabila tanpa harus melihat dahulu pilihan jawaban, siswa sudah dapat
mengerti pertanyaan/ maksud pokok soal, maka dapat disimpulkan bahwa
pokok soal tersebut sudah jelas.
b) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan
yang diperlukan saja. Artinya, apabila terdapat rumusan atau pernyataan
yang sebetulnya tidak diperlukan, maka rumusan atau pernyataan tersebut
dihilangkan saja.
c) Pokok soal jangan memberikan petunjuk kea rah jawaban yang benar.
Artinya pada pokok soal jangan sampai terdapat kata, frase atau ungkapan
yang dapat memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar.
d) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negative ganda.
Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat dua kata atau lebih yang
mengandung arti negative. Penggunaan kata negative ganda dapat
mempersulit siswa dalam memahami maksud soal. Oleh karena itu, perlu
dihindari. Namun untuk keterampilan bahasa, penggunaan kata negative
ganda diperbolehkan kalau ayang ingin diukur justru pengertian tentang
negative ganda itu sendiri
e) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relative sama. Kaidah ini perlu
diperhatikan karena adanya kecenderungan siswa untuk memilih jawaban
yang paling panjang, karena seringkali jawaban yang lebih panjang itu
lebih lengkap dan merupakan kunci jawaban.
f) Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan, “semua pilihan jawaban
di atas salah”, atau “semua pilihan jawaban di atas benar”. Artinya, dengan
adanya pilihan jawaban seperti itu, maka dari segi materi pilihan jawaban
32
berkurang satu, karena pernyataan itu hanya merujuk kepada materi dari
jawaban sebelumnya.
g) Pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun berdasarkan urutan
besar kecilnya nilai angka tersebut, dan pilihan jawaban berbentuk angka
yang menunjukan waktu harus disusun secara kronologis. Pengurutan
angka dilakukan dari nilai angka paling kecil ke besar atau sebaliknya.
Pengurutan waktu berdasarkan kronologis waktunya. Pengurutan tersebut
dimaksudkan untuk memudahkan siswa melihat dan memahami pilihan
jawaban.
h) Gambar, grafik, tabel, diagram dan sejenisnya yang terdapat pada soal
harus jelas dan berfungsi. Artinya, apa saja yang menyertai suatu soal yang
ditanyakan harus jelas, terbaca, dapat dimengerti oleh siwa. Apabila soal
tersebut tetap bisa dijawab tanpa melihat gambar, grafik, table atau
sejenisnya yang terdapat pada soal, berarti gambar grafik atau table tersebut
tidak berfungsi.
i) Butir materi soal jangan tergantung pada jawaban soal sebelumnya.
Ketergantungan pada soal sebelumnya menyebabkan siswa yang tidak
dapat menjawab benar soal pertama tidak akan dapat menjawab dengan
benar soal berikutnya.
3. Bahasa
a) Gunakan bahasa Indonesia (Bahasa Nasional) dalam pembuatan soal.
Artinya jangan menggunakan bahasa asing, karena kemungkinan
terjadinya kesalahan dalam pengukuran akan sangat tinggi, selain itu
bertentangan dengan Undang – Undang No.20 tahun 2003 tentang
SISDIKNAS.
b) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia.
c) Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika soal akan
digunakan untuk daerah lain atau nasional
33
d) Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan merupakan
satu kesatuan pengertian. Letakan kata tersebut pada pokok soal.
Pak Irfan membuka usaha perikanan darat yang dilakukan disebuah kolam. Ekosistem
kolam tersebut yang didalamnya terdapat populasi ikan (seperti bawal, gabus, gurame,
nila), katak, serangga, bangau, ular, teratai, eceng gondok, dan ganggang, berada
didekat sawah yang sering disemprot dengan insektisida. Secara terus menerus sisa-
sisa insektisida ini terbawa aliran air dan masuk ke dalam kolam.
1) Soal harus sesuai dengan indikator dan hanya mengukur satu kemampuan per
butirnya
Indikator : Siswa dapat memprediksi keadaan populasi dalam
ekosistem kolam setelah jangka waktu lama,
berdasarkan ilustrasi yang diberikan.
a. Ikan .
b. Ular.
c. Katak.
d. Serangga.
Penjelasan:
Dalam contoh di atas dapat dilihat bahwa kemampuan yang ingin diukur dalam indikator
adalah memprekdiksi keadaan populasi dalam ekosistem kolam setelah jangka waktu lama,
sedangkan soal menanyakan tentang hewan yang terpengaruh oleh adanya insektisida.
Rumusan pokok soal ini tidak sesuai dengan indikator.
Apakah yang akan terjadi dengan populasi dalam ekosistrem kolam pak irfan dalam jangka
waktu yang lama?
b. Populasi eceng gondok akan meledak karena insektisida merupaka pupuk bagi tumbuhan
tersebut.
c. Populasi ikan akan berkurang karena mereka memangsa plankton yang mengandung
insektisida.
d. Semua populasi yang terdapat dalam kolam akan mati.
Kunci: D
2) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi
a. Katak .
b. Ikan.
c. Teratai.
d. Air.
Kunci: C
Penjelasan :
Pilihan jawaban d pada contoh soal diatas tidak homogen dari segi materi karena air
bukanlah organisme, sedangkan pokok soal menanyakan tentang organism yang dapat
membuat makanannya sendiri.
a. Katak .
b. Ikan.
c. Teratai.
d. Serangga.
Kunci: C
3) Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang benar.
Penjelasan :
Contoh soal diatas lebih dari satu pilihan jawaban yang benar,yaitu b dan d sehingga dapat
membingungkan siswa. Sedangkan jawaban yang diminta hanya satu jawaban yang benar
atau paling tepat.
Bila populasi serangga punah, apa yang terjadi dengan populasi lain dalam kolam pak Irfan?
Kebun pak Budi ditanami 4 jenis pohon mangga, yaitu golek, indramayu, manalagi dan
harumanis. Pohon mangga golek mempunyai batang yang kokoh dan buah yang masam,
sedangkan pohon mangga harumanis mempunyai batang yang tidak kokoh dan buah yang
manis.
Diagram lingkaran berikut menggambarkan mangga yang dihasilkan dari kebun pak Budi.Mangga
yang dihasilkan dari kebun pak Budi kemudian diolah menjadi manisan dan selai.
indra mayu
Harumanis
35%
Golek
Manalagi
20%
36
a. 750 buah
b. 450 buah
c. 300 buah
d. 50 buah
Kunci : A
Penjelasan :
Penjelasan perumusan permasalahan dalam pokok soal tidak jelas, pengoceh menjadi sangat
heterogen, dan tidak jelas konsep apa yang ditanyakan.
Bila banyak manga golek 150 buah, jumlah seluruh manga yang diperoleh pak Budi
adalah….
a. 750 buah
b. 450 buah
c. 300 buah
d. 50 buah
Kunci : A
5) Rumusan pokok dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan
saja.
Pak Budi ingin mengembangkan usaha perkebunan mangga, oleh karena itu dia harus
menanam bibit mangga yang baik. Bagaimanakah cara pak Budi untuk memperoleh pohon
mangga baru dengan menggabungkan sifat-sifat yang baik dari pohon mangga golek
harumanis ?
Penjelasan :
Pokok soal di atas mengandung pernyataan yang tidak diperlukan, yaitu kalimat pertama.
Hal ini akan membingungkan siswa dan menyita waktu yang disediakan untuk membaca
dan memahami maksud soal.
Bagaimanakah cara pak Budi untuk memperoleh pohon mangga baru dengan
menggabungkan sifat-sifat yang lebih baik dari pohon mangga golek dan harumanis ?
Kunci jawaban : D
Penjelasan :
Kata unit pada pokok soal akan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar.
Jenis koperasi apakah yang tepat dijadikan sebagai tempat pemasaran manisan dan selai Pak
Budi ?
a. Koperasi Unit Desa
b. Koperasi SimpanPinjam
c. Koperasi Konsumsi
d. Koperasi Produksi
Kunci jawaban : A
38
7) Pokok soal yang menggunakan pernyataan yang bersifat negative ganda seperti
bukan, tidak, tanpa, kecuali dan sejenisnya dapat membingungkan peserta didik
dalam memahami pokok permasalahan yang ditayakan.
Contoh Soal yang Kurang Baik :
Berikut ini adalah organisasi yang tidak bergerak di bidang politik, kecuali ….
a. Budi Utomo
b. Muhammadiyah
c. Indische Partij
d. Taman siswa
Kunci : C
Penjelasan :
Pokok soal di atas menggunakan pernyataan yang bersifat negatif ganda, yaitu tidak dan
kecuali. Penggunaan kata negatif ganda tersebut dapat membingungkan siswa dalam
memahami pokok permasalahan yang ditanyakan.
Organisasi pada masa pergerakan nasional yang bergerak dibidang politik adalah …
a. Budi Utomo
b. Muhammadiyah
c. Indische Partij
d. Taman siswa
Kunci : C
Penjelasan :
Pada contoh soal di atas pilihan jawaban paling panjang. Hal ini perlu dihindari karena ada
kecenderungan peserta didik untuk memilih jawaban terpanjang sebagai kunci.
39
Kunci B
Kunci A
Penjelasan :
Contoh soal di atas kurang baik karena hanya terdapat tiga pilihan jawaban yang
dipertimbangkan. Jika semua jawaban di atas benar merupakan kunci, maka kita tidak
mendapat informasi apakah peserta didik telah mengetahui dan memahami dengan baik
jawaban yang benar. Sebaliknya bila semua jawaban di atas salah merupakan kunci maka
kita tidak mendapatin formasi apa-apa dari jawaban siswa untuk pertanyaan tersebut.
Apa akibat yang ditimbulkan pada kehidupan manusia jika kita menebang pohon secara
sembarangan?
a. Akan terjadi banjir karena tidak ada akar tumbhan yang menahan air.
b. Kehidupan manusia tidak akan terpengaruh karena manusia dapat menanam hutan yang
baru.
40
c. kehidupan manusia semakin sulit karena tidak ada lagi sumber daya alam yang dapat
dimanfaatkan.
d. Manusia akan mencari sumber daya alam yang lain sebagai pengganti hutan.
Kunci: A
10) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan
besar kecilnya nilai angka tersebut, atau kronologis waktunya.
Bila suhu pada malam itu 20 C, berapa derajat suhu pada malam itu bila diukur dengan
menggunakan thermometer Fahrenheit?
a. 77 F
b. 45 F
c. 68 F
d. 36 F
Kunci: C
Penjelasan:
Pilihan jawaban di atas tidak berurutan dari besar ke kecil atau sebaliknya. Hal ini akan
menyita waktu lebih banyak bagi siswa untuk memahami dan memilih jawaban yang tepat,
karena harus membaca angka pilihan jawaban yang meloncat-loncat tidak berurutan.
Bila suhu pada malam itu , berapa derajat suhu pada malam itu bila di ukur dengan
menggunakan termometer Fahrenheit?
a.
b.
c.
d.
Kunci : C
41
11) Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas
dan berfungsi.
(Membaca Grafik)
a. 5
b. 10
c. 20
d. 25
Kunci : C
Penjelasan:
Grafik dalam soal belum di lengkapi dengan angka yang memberikan informasi tentang
jumlah murid dan berat badan, sehingga informasi dalam grafik itu tidak jelas. Akibatnya
siswa yang mengerjakan soal itu tidak dapat menjawab dengan benar.
42
(Membaca grafik)
30
25
20
Jumlah siswa
15
10
0
25 30 35 40 45
a. 5
b. 10
c. 20
d. 25
Kunci : C
Contoh :
Kunci : B
43
Penjelasan:
Soal di atas dapat merugikan siswa, karena siswa yang tidak menjawab dengan benar
pada soal nomor 1, pasti akan menjawab salah pada soal nomor 2. Oleh karena itu soal
nomor 2 harus diperbaiki sehingga menjadi soal yang berdiri sendri.
13) Rumusan butir soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia.
Andi punya duit Rp 20.000,00 dan Anto Rp 15.000,00.Mereka pengen beli bola voli
seharga Rp 30.000,00. Sisa duit Fikri dan Maula adalah ….
a. Rp 1.000,00
b. Rp 5.000,00
c. Rp 10.000,00
d. Rp 15.000,00
Kunci : B
Penjelasan:
Bahasa yang digunakan pada rumusan pokok soal tidak sesuai dengan kaidah Bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
Kunci : B
44
14) Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika soal akan digunakan untuk
daerah lain atau nasional.
Gambar di atas memperlihatkan adanya angin yang sedang bertiup. Angin tersebut terjadi
karena….
Kunci: C
Penjelasan:
Kata hawa hanya berlaku setempat saja (untuk masyarakat Jawa). Kata tersebut dapat
menimbulkan pengertian berbeda bagi siswa di daerah lain. Oleh karena itu kata hawa
perlu diganti dengan kata yang mudah dimengerti dan lazim digunakan yaitu udara.
Gambar di atas adanya angin yang sedang bertiup. Angin tersebut terjadi karena ….
Kunci: C
45
15) Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan merupakan satu
pengertian. Letakkan kata dan frase tersebut pada pokok soal.
Kunci : A
Penjelasan:
Kata melakukan ditulis secara berulang sampai 4 kali. Hal ini menyebabkan siswa
harus membaca kata tersebut berulang kali, sehingga menyita lebih banyak waktu.
Takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa harus ditunjukan dengan melakukan …
a. Semua perintah dan menjauhi larangan Nya
b. Semua perintah Nya dengan rasa terpaksa
c. Perintah Nya karena takut hukuman
d. Perintah dan larangan Nya dengan ikhlas
Kunci : A
46
2. Tes dengan bentuk tes/ soal dua pilihan jawaban (B-S/ YA-TIDAK)
a. Pengertian
Bentuk tes ini menuntut peserta tes untuk memilih dua kemungkinan
jawaban. Bentuk tes benar-salah (B - S) adalah pernyataan yang mengandung dua
kemungkinan jawaban, yaitu benar atau salah. Peserta didik diminta untuk
menentukan pilihannya mengenai pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-
pernyataan dengan cara seperti yang diminta dalam petunjuk mengerjakan soal.
Salah satu fungsi bentuk soal benar-salah adalah untuk mengukur
kemampuan peserta didik dalam membedakan antara fakta dengan pendapat.
Agar soal dapat berfungsi dengan baik, maka materi yang ditanyakan hendaknya
homogen dari segi isi. Bentuk soal seperti ini lebih banyak digunakan untuk
mengukur kemampuan mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang
sederhana. Jika akan digunakan untuk mengukur kemampuan yang lebih tinggi,
paling juga untuk kemampuan menghubungkan antara dua hal yang homogen.
Dalam penyusunan soal bentuk benar-salah tidak hanya menggunakan kalimat
pertanyaan atau pernyataan tetapi juga dalam bentuk gambar, tabel dan diagram.
Bentuk soal benar-salah dapat juga digunakan untuk mengukur kemampuan
tentang sebab akibat. S.Surapranata (2004 : 96) menjelaskan “soal semacam ini
biasanya mengandung dua hal benar dalam satu pernyataan ataupun pertanyaan
dan peserta didik diminta untuk memutuskan benar-salahnya hubungan antara dua
hal tersebut.
Di dalam petunjuk pengerjaan soal hendaknya ditekankan agar peserta didik
bekerja dengan cepat dan tepat. Oleh karena itu, petunjuk perlu ditambahkan
dengan kata-kata, “Bekerjalah dengan cepat dan tepat agar dalam waktu 50 menit
Anda dapat menyelesaikannya”. Di samping itu, perlu ditekankan pula agar
peserta didik jangan main terka atau main tebak. Dalam bentuk ini ada baiknya
kita menyediakan lembar jawaban tersendiri, terpisah dari lembar soal. Hal ini
dimaksudkan untuk memudahkan pengoreksian lembar jawaban.
47
peserta didik harus membenarkan bagian kalimat yang dicetak miring atau
digarisbawahi dan menempatkannya pada titik-titik atau garis kosong yang
terletak di belakang item yang bersangkutan. Adapun bagian kalimat yang dicetak
miring itu harus merupakan inti persoalannya. Jadi, tidak boleh
sembarangan kata saja.
e. Kaidah penulisan dan contoh – contoh bentuk tes/soal dua pilihan jawaban
1) Soal harus sesuai dengan indikator dan hanya mengukur satu kemampuan per
butirnya.
2) Soal harus menggunakan bahasa yang baik dan benar, serta kalimat singkat dan
jelas, sehingga peserta tes dapat memahami dengan mudah.
3) Hindari penggunaan kata: terpenting, selalu, tidak pernah, hanya, sebagian
besar, dan kata-kata lain yang sejenis, karena dapat membingungkan peserta
tes dalam menjawab. Rumusan butir soal harus jelas, dan pasti benar atau pasti
salah.
(Jawaban: B)
49
Kata bukan dalam kalimat butir soal tersebut merupakan kata negatif
penggunaan kata negatif dalam kalimat butir soal tersebut membuat peseta
tes lebih sukar memahami maksud soal. Perlu dipahami bahwa rumusan
soal tes prestasi belajar yang baik adalah jelas danmudah dipahami oleh
siswa peserta tes. Dengan demikian, benar atau salah jawaban siswa
semata-mata ditentukan oleh faktor penguasaan materi yang ditanyakan,
tidak dipengaruhi oleh faktor penguasaan bahasa atau faktor lain yang
tidak relevan.
Rumusan yang lebih baik dari butir soal di atas sebagai berikut.
(Jawabannya: S)
6) Jumlah rumusan butir soal yang jawabanya benar dan salah hendaknya
seimbang
7) Panjang rumusan pernyataan butir soal hendaknya relatif sama.
50
8) Susunan pernyataan benar dan pernyataan salah secara random, tidak sistematis
mengikutip pola tertentu. Misalnya : B B S S, atau B S B S, dan sebagainya.
Susunan yang terpolasi sitematis seperti itu dapat member petunjuk kepada
jawaban yang benar.
9) Hindari pengambilan kalimat langsung dari buku text. Pengambilan kalimat
langsung dari buku text lebih mendorong siswa untuk menghafal daripada
memahami dan menguasai konsep dengan baik
3. Tes menjodohkan
a. Pengertian
Keunggulan soal bentuk menjodohkan antara lain (1) relatif mudah disusun
(2) penyekorannya mudah, objektif dan cepat (sekor 0 untuk salah dan 1 untuk
51
benar) (3) dapat digunakan untuk menilai teori dengan penemunya, sebab dan
akibatnya, istilah dan definisinya (4) materi tes cukup luas. Adapun keterbatasan
soal bentuk menjodohkan yaitu (1) ada kecenderungan untuk menekankan ingatan
saja (2) Kemungkinan menebak dengan benar relatif tinggi, karena jumlah
pernyataan soal ( dalam lajur sebelah kiri ) dengan pernyataan jawaban(dalam
lajur sebelah kanan) tidak banyak berbeda.
Petunjuk:
Kerjakan soal berikut dengan cara memasangkan secara tepat antara pernyataan
yang terdapat pada lajur kiri dengan pernyataan yang terdapat pada lajur kanan!
Tulislah huruf pasangan yang tepat bagi setiap nomor soal dalam lembar jawaban
yang disediakan!
Kunci :
1. D 4. F
2. C
53
3. B 5. A
Penjelasan :
Rumusan butir soal tersebut kurang baik karena pernyataan pada lajur kiri maupun
pada lajur kanan tidak sejenis karena alternated jawaban yang ada tidak berfungsi
untuk seluruh pertanyaan. Ruang lingkup pertanyaan meliputi pergerakan nasional
namun pertanyaan kurang homogen sehingga siswa hanya mencari padanan yang
tepat tentang tempat tahun, atau pemimpin.
f. hati dingin
g.buah pinggang
54
Makna Ungkapan
Ungkapan
a. buah hati
b. buah pena
c. buah bibir
d. buah baju
e. buah pikiran
f. buah tangan
g. buah pinggang
55
Keunggulan tes jenis ini apat mencakup lingkup materi yang banyak dan
dapat diskor dengan mudah, cepat, dan objektif (sekor salah 0 sekor benar 1),
serta mudah menyusunnya, sangat baik untuk menilai kemampuan peserta didik
yang berkenaan dengan fakta-fakta, prinsip-prinsip, dan terminologi,menuntut
peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya secara singkat dan jelas.
1) Soal harus sesuai dengan indikator dan hanya mengukur satu kemampuan per
butirnya
2) Soal harus menggunakan bahasa yang baik dan benar, serta kalimat singkat
dan jelas, sehingga peserta tes dapat memahami dengan mudah.
3) Hendaknya tidak menggunakan soal yang terbuka, sehingga ada
kemungkinan peserta didik menjawab secara terurai.
4) Jawaban yang dituntut oleh soal harus singkat dan pasti yaitu berupa kata,
frase, angka, simbol, tempat, atau waktu
5) Soal tidak merupakan kalimat yang dikutip langsung dari buku
56
a. Melengkapi
Gunung kerinci terletak di Propinsi .... (Kunci jawaban : Jambi)
b. Asosiasi
Pada titik-titik disebelah kanan dari setiap lagu daerah, tuliskan asal (daerah)
lagu tersebut!
Kunci Jawaban :
1. Jakarta
2. Sumatera Barat
57
3. Jawa Barat
4. Madura
5. Jawa Tengah
Kalimat pertanyaan:
Kalimat perintah:
Kunci Jawaban:
1. Dewan Pengawas
2. Pengurus harian terdiri dari Ketua, wakil ketua, sekretaris, dan anggota
Penjelasan:
Contoh soal kurang baik Karena ruang lingkup pertanyaan menuntut jawaban
yang tidak pasti, artinya setiap jawaban siswa dapat berbeda-beda satu sama
lainnya.
Kalimat pertanyaan:
Kalimat perintah:
6. Tes Uraian
a. Pengertian
Pengertian tes uraian adalah butir tes yang mengandung pertanyaan atau
tugas yang jawaban atau pengerjaannya harus dilakukan dengan cara
mengekspresikan pikiran peserta didik. Soal bentuk uraian juga dapat
didefinisikan suatu soal yang jawabannya menuntut siswa untuk mengingat dan
mengorganisasikan gagasan-gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan
59
Pada prinsipnya, perbedaan antara soal bentuk objektif dan non objektif
terletak pada kepastian penskorannya. Pada soal bentuk objektif, kunci jawaban
dan pedoman penskorannya lebih pasti (diuraikan secara jelas komponen-
komponen yang diskor dan berapa besarnya skor untuk setiap komponen).
Pada soal bentuk uraian non objektif skornya dinyatakan dalam bentuk
„rentangan‟ atau biasa disebut rentang parameter pengukuran yang bergerak dari
satu kutub (negatif, kurang baik atau salah) ke kutub lainnya (positif, baik atau
benar), karena hal-hal atau komponen yang diskor hanya diuraikan secara garis
besar dan berupa kriteria tertentu. Karena kriteria penskoran belum jelas sekali
seperti halnya pada penskoran objektif dan kemungkinan masuknya unsur
subjektifitas dari penskor dapat mempengaruhi pada waktu melakukan skoring,
maka cara penskoran ini disebut penskoran non objektif
c. Kaidah penyusunan
Pada dasarnya setiap penulisan soal bentuk uraian harus selalu
berpedoman pada langkah-langkah atau kaidah – kaidah penulisan soal secara
umum, misalnya mengacu pada kisi-kisi tes yang telah dibuat dan tujuan soalnya.
Dalam menulis soal bentuk uraian, seorang penulis soal harus mempunyai
gambaran tentang ruang lingkup materi yang ditanyakan dan lingkup jawaban
yang diharapkan, kedalaman dan panjang jawaban, atau rincian jawaban yang
mungkin diberikan siswa. Dengan kata lain, ruang lingkup ini menunjukan
kriteria luas atau sempitnya masalah yang ditanyakan.
61
Di samping itu, ruang lingkup tersebut harus tegas dan jelas tergambar
dalam rumusan soalnya. Dengan adanya batasan sebagai ruang lingkup soal,
kemungkinan terjadi ketidakjelasan soal dapat di hindari. Ruang lingkup tersebut
juga akan membantu mempermudah pembuatan criteria atau pedoman penskoran.
Secara rinci beberapa kaidah yang perlu diperhatikan dalam penulisan soal uraian
adalah sebagai berikut:
1) Materi
a) Soal harus sesuai dengan indikator, artinya soal harus menanyakan
perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai dengan tuntutan indikator.
b) Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan (ruang lingkup) harus
jelas.
c) Isi materi sesuai dengan petunjuk pengukuran.
d) Isi materi yang ditanyakan sudah sesuai dengan jenjang,jenis sekolah,
atau tingkat kelas.
2) Konstruksi
a) Rumusan kalimat soal atau pertanyaan harus menggunakan kata-kata
Tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai, seperti: Mengapa,
uraikan, jelaskan, bandingkan, hubungkan, tafsirkan, buktikan, hitunglah.
b) Jangan menggunakan kata Tanya yang tidak menuntut jawaban uraian,
misalnya: siapa, dimana, kapan. Demikian juga kata-kata Tanya yang
hanya menuntut jawaban ya atau tidak.
c) Buatlah petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal
d) Buatlah pedoman penskoran segera setelah soalnya ditulis dengan cara
menguraikan komponen yang akan dinilai atau kriteria
penskoranya,besarnya skor bagi setiap koponen atau rentangan skor yang
dapat diperoleh untuk setiap criteria dalam soal yang bersangkutan.
e) Hal-hal lain yang menyertai soal seperti table,gambar,grafik,peta,atau
yang sejenisnya harus disajikan dengan jelas dan terbaca. Sehingga tidak
menimbulkan penafsiran yang berbeda dan juga harus bermakna.
62
3) Bahasa
a) Rumusan butir soal menggunakan bahasa (kalimat dan kata-kata) yang
sederhana dan komunikatif, sehingga mudah dipahami oleh siswa.
b) Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat menyinggung
perasaan peserta didik atau kelompok tertentu.
c) Rumusan soal tidak menggunakan kata-kata/kalimat yang menimbulkan
penafsiran ganda atau salah pengertian.
d) Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baik benar.
e) Rumusan soal sudah mempertingkan segi bahas dan budaya.
f) Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat,jika soal akan
digunakan untuk daerah lain atau nasional.
4) Penyusunan Pedoman Penskoran
Pedoman penskoran merupakan panduan atau petunjuk yang
menjelaskan tentang :
a) Batasan atau kata-kata kunci atau konsep untuk melakukan penskoran
terhadap soal-soal bentuk uraian objektif.
b) Kemungkinan-kemungkinan jawaban yang diharapkan
c) Kriteria-kriteria jawaban yang digunakan untuk melakukan penskoran
terhadap soal-soal uraian non objektif.
d) Pedoman pemberian skor untuk setiap butir soal uraian harus disusun
segera setalah perumusan kalimat-kalimat butir soal tersebut.
Hitunglah :
1. Suhu akhir campuran
2. Massa es yang melebur.
PEDOMAN PENSKORAN
80 x = 6 . 104 jadi x =
1
Es yang melebur = 750 gram
Skor Maksimum 7
Penjelasan :
Contoh soal di atas kurang baik karena panjang karangan tidak dibatasi, dan apa
yang dinilai dari karangan siswa tidak diberitahukan.
Sekor Maksimum 14
7. Tes Lisan
Tes lisan adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk
lisan. Peserta didik akan mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai
dengan pertanyaan atau perintah yang diberikan. Pada dasarnya tes lisan hampir
66
mirip dengan tes tertulis, hanya saja dalam penyampaiannya berbentuk lisan. Oleh
karena itu diperlukan alat perekam atau kerta catatan agar lebih terformulasi dengan
baik. Tes lisan dapat berbentuk seperti berikut :
a. Seorang guru menilai seorang peserta didik.
b. Seorang guru menilai sekelompok peserta didik.
c. Sekelompok guru menilai seorang peserta didik.
d. Sekelompok guru menilai sekelompok peserta didik.
Kebaikan tes lisan antara lain (1) dapat mengetahui langsung kemampuan
peserta didik dalam mengemukakan pendapatnya secara lisan (2) tidak perlu
menyusun soal-soal secara terurai, tetapi cukup mencatat pokok-pokok
permasalahannya saja (3) kemungkinan peserta didik akan menerka-nerka jawaban
dan berspekulasi dapat dihindari. Sedangkan kelemahannya adalah (1) memakan
waktu yang cukup banyak, apalagi jika jumlah peserta-didiknya banyak (2) sering
muncul unsur subjektifitas bilamana dalam suasana ujian lisan itu hanya ada seorang
guru dan seorang peserta didik.
Beberapa petunjuk praktis dalam pelaksanaan tes lisan adalah :
a. Jangan terpengaruh oleh faktor-faktor subjektifitas, misalnya dilihat dari
kecantikan, kekayaan, anak pejabat atau bukan, hubungan keluarga.
b. Berikanlah skor bagi setiap jawaban yang dikemukakan oleh peserta didik.
Biasanya kita memberikan penilaian setelah tes itu selesai. Cara ini termasuk cara
yang kurang baik, akibatnya penilaian akan dipengaruhi oleh jawaban- jawaban
yang terakhir.
c. Catatlah hal-hal atau masalah yang akan ditanyakan dan ruang lingkup jawaban
yang diminta untuk setiap pertanyaan. Hal ini dimaksudkan agar jangan sampai
pertanyaan yang diajukan menyimpang dari permasalahan dan tak sesuai dengan
jawaban peserta didik.
d. Ciptakan suasana ujian yang menyenangkan. Hal ini dimaksudkan agar peserta
didik tidak ketakutan menghadapi ujian lisan tersebut. Kadang- kadang ada
juga guru yang sampai berbuat tidak wajar seperti membentak-bentak peserta
didik, dan mungkin pula bertindak berlebihan. Tindakan ini harus dihindari,
karena dapat mengakibatkan proses pemikiran peserta didik menjadi terhambat,
67
1 Data Pengamatan
2 Pembahasan
Membahas tentang: 6
pemuaian suatu logam
perubahan pertambahan panjang logam karena pengaruh
panas
3 Kesimpulan:
4 Jawaban pertanyaan
1. Menuliskan logam/kawat yang mengalami pertambahan
panjang paling besar, beserta alasannya (disesuaikan
dengan hasil percobaan) 2
2. Yang akan mengalami pertambahan panjang paling besar
adalah kawat tembaga karena memiliki panas jenis lebih
besar
(bila menjawab tepat dan benar diberi poin yang sesuai, bila tidak
diberi nilai nol)
2
Jumlah 18
B. Non tes
Instrumen non tes pada dasarnya dapat dipakai untuk mengukur ranah – ranah
yang dimiliki tiap orang. Adapun ranah yang diukur dengan menggunakan non tes ini
adalah kognitif, psikomotorik, persepsi, dan ranah afektif. Mardapi (2004), mengatakan
bahwa dalam kaitan dengan afektif ada empat tipe karakteristik afektif yang penting,
yaitu sikap, minat, konsep diri, dan nilai. Instumen non tes sebagai alat pengumpul data
secara garis besar terdiri dari 2, yaitu yang berupa kertas yang berisi pertanyaan,
pernyataan dan daftar isian serta manusia itu sendiri sebagai instrumen.
Untuk kegiatan evaluasi yang bersifat kualitatif dengan menggunakan wawancara
dan observasi, maka subyek pengumpul data adalah instrumennya sedangkan borang dan
pedoman hanyalah alat bantu. Lain halnya ketika evaluasi yang sifatnya kuantitatif, maka
angket, kuisioner, daftar isian dan skala adalah insrtumennya.
1. Kuisioner/ angket
a. Pengertian
Kuisioner merupakan salah satu instrumen yang seringkali digunakan baik dalam
pembelajaran sekolah, perguruan tinggi maupun penelitian. Menurut Djaali
(2005) kuisioner terdiri dari daftar pertanyaan yang disampaikan kepada
responden untuk dijawab secara tertulis.
71
2. Skala
a. Pengertian
Skala adalah alat pengumpul data untuk memperoleh gambaran kuantitatif aspek
– aspek tertentu dari suatu barang atau sifat – sifat seseorang dalam bentuk skala
yang bersifat ordinal (SS, S, R, TS, STS). Skala dapat berbentuk skala sikap yang
biasanya ditujukan untuk mengukur variabel yang bersifat internal psikolois dan
diisi oleh responden yang bersangkutan. Selain itu, skala dapat pula berbentuk
skala penilaian yaitu, apabila skala tersebut ditujukan untuk mengukur variabel
yang indikator – indikatornya dapat diamati oleh orang lain, sehingga skala
72
penilaian bukan diberikan kepada unit analisis tetapi diberikan atau diisi oleh
orang yang mempunyai pengetahuan atau pengalaman yang cukup memadai
tentang keadaan subjek yang menjadi unit analisis dalam kaitannya dengan
variabel yang diukur.
b. Keunggulan dan keterbatasan
Keunggulan dan keterbatasn skala pada dasarnya mirip dengan kuisioner atau
angket, yaitu lebih praktis, hemat waktu dan tenaga dibanding dengan
wawancara. Namun keterbatasannya adalah kemungkinan adanya jawaban yang
diberikan dalam kuisioner tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga
butuh pendalaman dan kehati – hatian dalam menganalisanya.
c. Kaidah dan contoh instrumen skala sikap
Bentuk instrumen yang digunakan untuk skala sikap berupa skala penilaian
(rating scale). Skala penilaian menentukan posisi sikap atau perilaku peserta didik
dalam suatu rentangan sikap. Skala sikap secara umum memuat pernyataan sikap
atau perilaku yang diamati dan hasil pengamatan sikap atau perilaku sesuai
kenyataan. Pernyataan memuat sikap atau perilaku yang positif atau negatif sesuai
indikator penjabaran sikap dalam kompetensi inti dan kompetensi dasar. Rentang
skala hasil pengamatan antara lain berupa :
1) Sangat sering, sering, jarang, sangat jarang, tidak pernah
2) Sangat baik, baik, biasa saja, kurang baik, tidak baik
3) Selalu, sering, kadang – kadang, tidak pernah
Dalam menyusun skala sikap, langkah yang hendaknya dilakukan adalah
sebagai berikut :
1) Mengkaji teori
2) Membuat konstruk (definisi konseptual dan operasional
3) Mengembangkan dimensi dan indikator
4) Membuat kisi – kisi
5) Menetapkan rentang parameter pengukuran (kutub postif dan negatif)
6) Identifikasi ciri – ciri kutub
7) Menulis butir instrumen
8) Proses validasi konsep (telaah pakar / panel)
73
9) Perbaikan / revisi
10) Proses validasi empiris (uji coba instrumen, analisis data hasil uji coba
dengan uji validitas dan reliabilitas)
11) Seleksi butir valid
12) Perakitan instrumen
Dalam perkembangannya, instrumen non tes berbentuk skala ini dapat
disusun secara pribadi oleh guru maupun menggunakan yang sudah baku atau
dapat pula menggunakan instrumen yang sudah diberikan oleh kementerian
pendidikan dan kebudayaan. Berikut ini adalah contoh skala sikap tentang
Disiplin Belajar yang disusun mandiri oleh guru.
Skor
No Aspek Pengamatan
1 2 3 4
1 Berdoa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu
2 Mengucapkan rasa syukur atas karunia Tuhan
3 Memberi salam sebelum dan sesudah
menyampaikan pendapat/presentasi
4 Mengungkapakan kekaguman secara lisan maupun
tulisan terhadap Tuhan saat melihat kebesaran
Tuhan
5 Merasakan keberadaan dan kebesaran Tuhan saat
mempelajari ilmu pengetahuan
Jumlah Skor
Petunjuk Penskoran :
Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :
Contoh :
Skor diperoleh 14, skor tertinggi 4 x 5 pernyataan = 20, maka skor akhir :
Tidak semua bahan pelajaran dan aspek hasil belajar dapat diukur, diuji dan dijadikan
bahan pengukuran, karena waktu yang tersedia dan karakteristik dari materi tersebut.
Oleh karena itu, penting kiranya untuk mengukur sesuatu yang memang sudah
dipelajari dan terkait dengan materi tersebut.
2. Tipe yang digunakan
Secara umum, tidak ada suatu tipe alat ukur dalam pendidikan yang lebih baik atau
yang terbaik dalam mengukur perubahan perilaku maupun hasil belajar. Masing –
masing memiliki kekuatan dan kekurangannya. Hal yang mungkin untuk dilakukan
adalah memilih bentuk tes atau pun non tes yang sesuai serta lebih tepat untuk
mengukur perubahan perilaku maupun hasil belajar tertentu.
3. Aspek kemampuan yang akan diuji
Materi maupun bahan yang akan diuji tidak selamanya menggambarkan seluruh
aspek dalam ranah kognitif, afektif maupun psikomotor. Dalam kognitif terdapat 6
ranah yang merupakan hasil berurutan dan berjenjang. Artinya, suatu kompetensi
dasar yang bersifat awalan umumnya hanya membutuhkan tingkatan pengetahuan
yang berupa ingatan hendaknya aspek yang diuji hanyalah pada tingkatan tersebut
saja.
4. Format butir
Setiap instrumen tes maupun non tes memiliki tipe dan format soal yang beragam.
Misalnya, tes objektif terdiri dari benar – salah, pilihan ganda dan menjodohkan.
Setiap tipe memiliki format yang berbeda – beda.
5. Jumlah butir
Penentuan jumlah butir sangat terkait dengan keterwakilan bahan yang diujikan,
waktu yang tersedia dan reliabilitas tes. Semakin banyak tes yang digunakan semakin
reliabel tes tersebut, baik reliabilitas dalam arti stabilitas maupun internal
konsistensinya.
6. Distribusi tingkat kesukaran
Tingkat kesukaran berkaitan dengan tujuan dari kegiatan pengukuran.
1. Valid, artinya suatu alat ukur dapat dikatakan valid jika betul-betul
mengukur apa yang hendak diukur secara tepat. Misalnya, alat ukur
matapelajaran. Ilmu Fiqih, maka alat ukur tersebut harus betul-betul
dan hanya mengukur kemampuan peserta didik dalam mempelajari
Ilmu Fiqih, tidak boleh dicampuradukkan dengan materi pelajaran
yang lain. Validitas suatu alat ukur dapat ditinjau dari berbagai
segi, antara lain validitas ramalan (predictive validity), validitas
bandingan (concurent validity), dan validitas isi (content validity),
validitas konstruk (construct validity), dan lain-lain. Penjelasan
tentang validitas ini dapat Anda baca uraian modul berikutnya.
80
2. Reliabel, artinya suatu alat ukur dapat dikatakan reliabel atau handal
jika ia mempunyai hasil yang taat asas (consistent). Misalnya, suatu
alat ukur diberikan kepada sekelompok peserta didik saat ini, kemudian
diberikan lagi kepada sekelompok peserta didik yang sama pada saat
yang akan datang, dan ternyata hasilnya sama atau mendekati sama,
maka dapat dikatakan alat ukur tersebut mempunyai tingkat reliabilitas
yang tinggi.
3. Relevan, artinya alat ukur yang digunakan harus sesuai dengan
standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang telah
ditetapkan. Alat ukur juga harus sesuai dengan domain hasil belajar,
seperti domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Jangan sampai ingin
mengukur domain kognitif menggunakan alat ukur non-tes. Hal ini
tentu tidak relevan.
4. Representatif, artinya materi alat ukur harus betul-betul mewakili dari
seluruh materi yang disampaikan. Hal ini dapat dilakukan bila guru
menggunakan silabus sebagai acuan pemilihan materi tes. Guru juga
harus memperhatikan proses seleksi materi, mana materi yang bersifat
aplikatif dan mana yang tidak, mana yang penting dan mana yang
tidak.
5. Praktis, artinya mudah digunakan. Jika alat ukur itu sudah memenuhi
syarat tetapi sukar digunakan, berarti tidak praktis. Kepraktisan ini
bukan hanya dilihat dari pembuat alat ukur (guru), tetapi juga bagi
orang lain yang ingin menggunakan alat ukur tersebut.
6. Diskriminatif, artinya adalah alat ukur itu harus disusun sedemikian
rupa, sehingga dapat menunjukkan perbedaan-perbedaan yang sekecil
apapun. Semakin baik suatu alat ukur, maka semakin mampu alat
ukur tersebut menunjukkan perbedaan secara teliti. Untuk mengetahui
apakah suatu alat ukur cukup deskriminatif atau tidak, biasanya
didasarkan atas uji daya pembeda alat ukur tersebut.
7. Spesifik, artinya suatu alat ukur disusun dan digunakan khusus untuk
objek yang diukur. Jika alat ukur tersebut menggunakan tes, maka
81