Anda di halaman 1dari 57

INSTRUMEN DAN TEKNIK PENGUKURAN PEMBELAJARAN

Pengukuran merupakan proses yang natural dan biasa dilaksanakan baik sengaja
maupun tidak sengaja. Sebagai seorang pendidik, segala pengukuran yang dilakukan
selayaknya dapat dipertanggungjawabkan secara akademik, transparan dan logis. Oleh
karena itu, selain dibutuhkan instrumen dalam pengukuran dibutuhkan pula teknik yang
jelas dan logis dalam mengukur hasil belajar.

Pelaksanaan pengukuran tidak lepas dari sebuah alat pengukur yang disebut
instrumen. Alat yang baik niscaya akan memberikan hasil pengukuran yang baik jika
dibarengi dengan teknik yang baik pula. Dalam dunia pendidikan dikenal 2 instrumen
yang sering digunakan dalam pengukurannya, yaitu : Instrumen Tes dan Non Tes. Dalam
bab ini dibahas tentang pengukuran yang menggunakan tes dan non tes dalam kegiatan
pembelajaran.

A. Tes

Tes merupakan suatu bentuk instrumen yang paling akrab digunakan dalam dunia
pendidikan diberbagai jenjang. Oleh karena itu, penting kiranya untuk memahami tes,
kegunaan dan jenis tes dari berbagai sudut pandang. Djaali dan Pudjiono (2004)
mengatakan tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban yang benar atau
salah. Tes diartikan juga sebagai sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban, atau
sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat
kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes
(testee).

Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka
melaksanakan kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan,
pernyataan atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik
untuk mengukur aspek perilaku peserta didik. Dalam rumusan ini terdapat beberapa unsur
penting. Pertama, tes merupakan suatu cara atau teknik yang disusun secara sistematis dan
digunakan dalam rangka kegiatan pengukuran. Kedua, di dalam tes terdapat berbagai
pertanyaan dan pernyataan atau serangkaian tugas yang harus dijawab dan dikerjakan

26
27

oleh peserta didik. Ketiga, tes digunakan untuk mengukur suatu aspek perilaku peserta
didik. Keempat, hasil tes peserta didik perlu diberi skor dan nilai.

Tes adalah himpunan pertanyaan yang harus dijawab, atau pernyataan – pernyataan
yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas – tugas yang harus dilakukan oleh orang dites
dengan tujuan mengukur suatu aspek (perilaku) tertentu dari orang yang dites. Secara umum
tes dibedakan menjadi tes tertulis dan tes tidak tertulis. Tes tertulis adalah sebuah tes dimana
soal dan jawaban yang diberikan kepada siswa dalam bentuk bahan tulisan. Dalam
menjawab soal siswa tidak selalu harus merespons dalam bentuk menulis kalimat jawaban
tetapi dapat juga dalam bentuk mewarnai, memberi tanda, menggambar grafik, diagram dan
lain sebagainya.

Dari berbagai penjelasan tentang tes tersebut di atas, ada baiknya diketahui pula
kelemahan dari tes, antara lain

1. Hampir semua tes hanya dapat mengukur hasil belajar yang bersifat kognitif dan
keterampilan sederhana. Walaupun dapat mengukur hasil belajar yang esensial, maka
konstruksi tesnya akan membutuhkan waktu dan keterampilan yang lebih tinggi.
2. Hasil tes seringkali disalahartikan. Hasil tes seringkali dianggap gambaran utuh dan
keseluruhan dari kemampuan dan pengetahuan seseorang. Padahal, butir – butir tes
seringkali hanya mengukur sebagian ranah kognitif maupun psikomotor yang sangat
sederhana dari seseorang. Selain itu, hasil tes seringkali dianggap suatu hasil yang
permanen dan cenderung menetap, padahal hasil tes selalu berubah – ubah karena
memang hakikat hasil belajar sesungguhnya berubah – ubah.
3. Dalam proses pelaksanaannya, tes selalu menimbulkan kecemasan. Walaupun kadar
kecemasan setiap peserta didik berbeda – beda namun demikian, tetap saja faktor
kecemasan dapat mengakibatkan terjadinya perbedaan hasil yang diperoleh dalam
dengan kemampuan yang sesungguhnya.

Dalam berbagai kesempatan kita seringkali berhadapan dengan berbagai jenis tes
antara lain pilihan ganda, menjodohkan maupun isian dan essay atau uraian. Berikut ini
dapat dijelaskan Jenis jenis tes tersebut

1. Tes pilihan ganda


28

Tes bentuk pilihan ganda adalah soal yang jawabnya harus dipilih dari beberapa
kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Secara umum, setiap soal pilihan ganda
terdiri dari pokok soal (steam) dan pilihan jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri
atas kunci jawaban dan pengecoh (distractor). Kunci jawaban yang tidak benar,
namun memungkinkan seseorang terkecoh untuk memilihnya apabila tidak
menguasai bahannya atau materi pelajarannya dengan baik.
Soal tes bentuk pilihan-ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang
lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis,
sintesis dan evaluasi. Soal tes bentuk pilihan-ganda terdiri atas pembawa pokok
persoalan dan pilihan jawaban. Pembawa pokok persoalan dapat dikemukakan dalam
bentuk pertanyaan dan dapat pula dalam bentuk pernyataan (statement) yang belum
sempurna yang sering disebut stem. Sedangkan pilihan jawaban itu mungkin
berbentuk perkataan, bilangan atau kalimat dan sering disebut pilihan jawaban
(option).
Pilihan jawaban terdiri atas jawaban yang benar atau yang paling benar,
selanjutnya disebut kunci jawaban dan kemungkinan jawaban salah yang dinamakan
pengecoh (distractor atau decoy atau fails) namun memungkinkan seseorang
memilihnya apabila tidak menguasai materi yang ditanyakan dalam soal.
Mengenai jumlah alternatif jawaban sebenarnya tidak ada aturan baku. Anda bisa
membuat 3, 4 atau 5 alternatif jawaban. Semakin banyak semakin bagus. Hal ini
dimaksudkan untuk mengurangi faktor menebak (chance of guessing), sehingga dapat
meningkatkan validitas dan reliabilitas soal. Semakin banyak alternatif jawaban,
semakin kecil kemungkinan peserta didik menerka. Adapun kemampuan yang
dapat diukur oleh bentuk soal pilihan-ganda, antara lain : mengenal istilah, fakta,
prinsip, metode, dan prosedur; mengidentifikasi penggunaan fakta dan prinsip;
menafsirkan hubungan sebab-akibat; dan menilai metode dan prosedur.
Ada beberapa jenis tes bentuk pilihan-ganda, yaitu :
a. Distracters, yaitu setiap pertanyaan atau pernyataan mempunyai beberapa pilihan
jawaban yang salah, tetapi disediakan satu pilihan jawaban yang benar. Tugas
peserta didik adalah memilih satu jawaban yang benar itu.
29

b. Analisis hubungan antara hal, yaitu bentuk soal yang dapat digunakan untuk
melihat kemampuan peserta didik dalam menganalisis hubungan antara
pernyataan dengan alasan (sebab-akibat).
c. Variasi negatif, yaitu setiap pertanyaan atau pernyataan mempunyai beberapa
pilihan jawaban yang benar tetapi disediakan satu kemungkinan jawaban yang
salah. Tugas peserta didik adalah memilih jawaban yang salah tersebut.
d. Variasi berganda, yaitu memilih beberapa kemungkinan jawaban yang semuanya
benar, tetapi ada satu jawaban yang paling benar. Tugas peserta didik adalah
memilih jawaban yang paling benar.
e. Variasi yang tidak lengkap, yaitu pertanyaan atau pernyataan yang memiliki
beberapa kemungkinan jawaban yang belum lengkap. Tugas peserta didik adalah
mencari satu kemungkinan jawaban yang benar dan melengkapinya.

Kebaikan soal bentuk pilihan-ganda antara lain (1) cara penilaian dapat dilakukan
dengan mudah, cepat, dan objektif (2) kemungkinan peserta didik menjawab dengan
terkaan dapat dikurangi (3) dapat digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik
dalam berbagai jenjang kemampuan kognitif (4) dapat digunakan berulang-ulang
(5) sangat cocok untuk jumlah peserta tes yang banyak. Adapun kelemahan tes
bentuk pilihan ganda antara lain (1) tidak dapat digunakan untuk mengukur
kemampuan verbal dan pemecahan masalah (2) penyusunan soal yang benar-benar
baik membutuhkan waktu lama (3) sukar menentukan alternatif jawaban yang benar-
benar homogin, logis, dan berfungsi.

a. Beberapa petunjuk praktis dalam menyusun soal bentuk pilihan-ganda :


1. Harus mengacu kepada kompetensi dasar dan indikator soal.
2. Berilah petunjuk mengerjakannya dengan jelas.
3. Jangan memasukkan materi soal yang tidak relevan dengan apa yang sudah
dipelajari peserta didik.
4. Pernyataan pada soal seharusnya merumuskan persoalan yang jelas dan berarti.
5. Pernyataan dan pilihan hendaknya merupakan kesatuan kalimat yang tidak
terputus.
6. Alternatif jawaban harus berfungsi, homogin dan logis.
30

7. Panjang pilihan pada suatu soal hendaknya lebih pendek daripada itemnya.
8. Usahakan agar pernyataan dan pilihan tidak mudah diasosiasikan
9. Alternatif jawaban yang betul hendaknya jangan sistematis.
10. Harus diyakini benar bahwa hanya ada satu jawaban yang benar

b. Keunggulan dan keterbatasan Bentuk Tes Pilihan Ganda


1. Keunggulan
a) Mengukur berbagai jenjang kognitif (dari mengetahui sampai mencipta)
b) Penskorannya mudah, cepat, objektif dan dapt mencakup ruang lingkup
bahan/materi/pokok bahasan yang luas dalam suatu tes untuk suatu kelas
atau jenjang pendidikan.
c) Bentuk ini sangat tepat untuk ujian yang pesertanya sangat banyak atau
sifatnya missal, sedangkan hasilnya harus segera diumumkan, seperti Ujian
Semester, Ujian Kenaikan Kelas, Ujian Sekolah dan Ujian Nasional.
2. Keterbatasan
a) Memerlukan waktu yang relatif lama untuk membuatnya
b) Sulit membuat pengecoh yang homogenitas dan berfungsi
c) Terdapat peluang untuk menebak kunci jawaban (guessing)

c. Kaidah penulisan soal bentuk pilihan ganda


1. Materi
a) Soal harus sesuai dengan indikator. Artinya, soal harus menanyakan
perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai dengan tuntutan indikator
b) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi. Artinya,
semua pilihan jawaban harus berasal dari materi yang sama seperti
terkandung dalam pokok soal, penulisannya harus setara dan semua pilihan
jawaban harus berfungsi
c) Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling
benar. Artinya satu soal hanya mempunyai satu kunci jawaban. Jika
terdapat beberapa pilihan jawaban yang benar, maka kunci jawabannya
adalah pilihan jawaban yang paling benar.
31

2. Konstruksi
a) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Artinya, kemampuan/
materi yang hendak diukur/ ditanyakan harus jelas, tidak menimbulkan
pengertian atau penafsiran yang berbeda dari yang dimaksudkan penulis
dan hanya mengandung satu persoalan untuk setiap nomor. Bahasa yang
digunakan harus komunikatif, sehingga mudah dimengerti peserta didik.
Apabila tanpa harus melihat dahulu pilihan jawaban, siswa sudah dapat
mengerti pertanyaan/ maksud pokok soal, maka dapat disimpulkan bahwa
pokok soal tersebut sudah jelas.
b) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan
yang diperlukan saja. Artinya, apabila terdapat rumusan atau pernyataan
yang sebetulnya tidak diperlukan, maka rumusan atau pernyataan tersebut
dihilangkan saja.
c) Pokok soal jangan memberikan petunjuk kea rah jawaban yang benar.
Artinya pada pokok soal jangan sampai terdapat kata, frase atau ungkapan
yang dapat memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar.
d) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negative ganda.
Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat dua kata atau lebih yang
mengandung arti negative. Penggunaan kata negative ganda dapat
mempersulit siswa dalam memahami maksud soal. Oleh karena itu, perlu
dihindari. Namun untuk keterampilan bahasa, penggunaan kata negative
ganda diperbolehkan kalau ayang ingin diukur justru pengertian tentang
negative ganda itu sendiri
e) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relative sama. Kaidah ini perlu
diperhatikan karena adanya kecenderungan siswa untuk memilih jawaban
yang paling panjang, karena seringkali jawaban yang lebih panjang itu
lebih lengkap dan merupakan kunci jawaban.
f) Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan, “semua pilihan jawaban
di atas salah”, atau “semua pilihan jawaban di atas benar”. Artinya, dengan
adanya pilihan jawaban seperti itu, maka dari segi materi pilihan jawaban
32

berkurang satu, karena pernyataan itu hanya merujuk kepada materi dari
jawaban sebelumnya.
g) Pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun berdasarkan urutan
besar kecilnya nilai angka tersebut, dan pilihan jawaban berbentuk angka
yang menunjukan waktu harus disusun secara kronologis. Pengurutan
angka dilakukan dari nilai angka paling kecil ke besar atau sebaliknya.
Pengurutan waktu berdasarkan kronologis waktunya. Pengurutan tersebut
dimaksudkan untuk memudahkan siswa melihat dan memahami pilihan
jawaban.
h) Gambar, grafik, tabel, diagram dan sejenisnya yang terdapat pada soal
harus jelas dan berfungsi. Artinya, apa saja yang menyertai suatu soal yang
ditanyakan harus jelas, terbaca, dapat dimengerti oleh siwa. Apabila soal
tersebut tetap bisa dijawab tanpa melihat gambar, grafik, table atau
sejenisnya yang terdapat pada soal, berarti gambar grafik atau table tersebut
tidak berfungsi.
i) Butir materi soal jangan tergantung pada jawaban soal sebelumnya.
Ketergantungan pada soal sebelumnya menyebabkan siswa yang tidak
dapat menjawab benar soal pertama tidak akan dapat menjawab dengan
benar soal berikutnya.

3. Bahasa
a) Gunakan bahasa Indonesia (Bahasa Nasional) dalam pembuatan soal.
Artinya jangan menggunakan bahasa asing, karena kemungkinan
terjadinya kesalahan dalam pengukuran akan sangat tinggi, selain itu
bertentangan dengan Undang – Undang No.20 tahun 2003 tentang
SISDIKNAS.
b) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia.
c) Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika soal akan
digunakan untuk daerah lain atau nasional
33

d) Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan merupakan
satu kesatuan pengertian. Letakan kata tersebut pada pokok soal.

d. Contoh – contoh bentuk butir tes (soal) pilihan Ganda

Bacaan berikut ini untuk contoh soal no. 1 sampai dengan 3.

Pak Irfan membuka usaha perikanan darat yang dilakukan disebuah kolam. Ekosistem
kolam tersebut yang didalamnya terdapat populasi ikan (seperti bawal, gabus, gurame,
nila), katak, serangga, bangau, ular, teratai, eceng gondok, dan ganggang, berada
didekat sawah yang sering disemprot dengan insektisida. Secara terus menerus sisa-
sisa insektisida ini terbawa aliran air dan masuk ke dalam kolam.

1) Soal harus sesuai dengan indikator dan hanya mengukur satu kemampuan per
butirnya
Indikator : Siswa dapat memprediksi keadaan populasi dalam
ekosistem kolam setelah jangka waktu lama,
berdasarkan ilustrasi yang diberikan.

Contoh : Soal yang Kurang Baik

Manakah di antara hewan-hewan berikut yang paling terpengaruh oleh insektisida ?

a. Ikan .
b. Ular.
c. Katak.
d. Serangga.
Penjelasan:

Dalam contoh di atas dapat dilihat bahwa kemampuan yang ingin diukur dalam indikator
adalah memprekdiksi keadaan populasi dalam ekosistem kolam setelah jangka waktu lama,
sedangkan soal menanyakan tentang hewan yang terpengaruh oleh adanya insektisida.
Rumusan pokok soal ini tidak sesuai dengan indikator.

Contoh Soal yang Lebih Baik :

Apakah yang akan terjadi dengan populasi dalam ekosistrem kolam pak irfan dalam jangka
waktu yang lama?

a. Populasi ikan akan langsung mati karena mereka memakan insektisida.


34

b. Populasi eceng gondok akan meledak karena insektisida merupaka pupuk bagi tumbuhan
tersebut.
c. Populasi ikan akan berkurang karena mereka memangsa plankton yang mengandung
insektisida.
d. Semua populasi yang terdapat dalam kolam akan mati.
Kunci: D

2) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi

Contoh Soal yang Kurang Baik:


Organisme yang dapat membuat makanannya sendiri dalam ekosistem kolam pak Irfan
adalah….

a. Katak .
b. Ikan.
c. Teratai.
d. Air.

Kunci: C

Penjelasan :
Pilihan jawaban d pada contoh soal diatas tidak homogen dari segi materi karena air
bukanlah organisme, sedangkan pokok soal menanyakan tentang organism yang dapat
membuat makanannya sendiri.

Contoh Soal yang Baik:


Organisme yang dapat membuat makanannya sendiri dalam ekosistem kolam pak Irfan
adalah….

a. Katak .
b. Ikan.
c. Teratai.
d. Serangga.
Kunci: C

3) Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang benar.

Contoh Soal yang Kurang Baik:


Bila populasi serangga punah, apa yang terjadi dengan populasi lain dalam kolam pak Irfan?
a. Katak dan ular meningkat.
b. Teratai meningkat dan ular menurun.
35

c. Katak meningkat dan ular menurun.


d. Katak dan ular menurun.
Kunci: B dan D

Penjelasan :

Contoh soal diatas lebih dari satu pilihan jawaban yang benar,yaitu b dan d sehingga dapat
membingungkan siswa. Sedangkan jawaban yang diminta hanya satu jawaban yang benar
atau paling tepat.

Contoh Soal yang Lebih Baik:

Bila populasi serangga punah, apa yang terjadi dengan populasi lain dalam kolam pak Irfan?

a. Katak dan ular meningkat.


b. Katak menurun dan ular menurun.
c. Katak meningkat dan ular menurun.
d. Katak dan ular menurun.
Kunci: D

4) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.

Kebun pak Budi ditanami 4 jenis pohon mangga, yaitu golek, indramayu, manalagi dan
harumanis. Pohon mangga golek mempunyai batang yang kokoh dan buah yang masam,
sedangkan pohon mangga harumanis mempunyai batang yang tidak kokoh dan buah yang
manis.

Diagram lingkaran berikut menggambarkan mangga yang dihasilkan dari kebun pak Budi.Mangga
yang dihasilkan dari kebun pak Budi kemudian diolah menjadi manisan dan selai.

Contoh Soal yang Kurang baik :

Pohon mangga di kebun pak Budi adalah….

indra mayu
Harumanis
35%

Golek
Manalagi
20%
36

a. 750 buah
b. 450 buah
c. 300 buah
d. 50 buah

Kunci : A

Penjelasan :

Penjelasan perumusan permasalahan dalam pokok soal tidak jelas, pengoceh menjadi sangat
heterogen, dan tidak jelas konsep apa yang ditanyakan.

Contoh Soal yang Lebih Baik :

Bila banyak manga golek 150 buah, jumlah seluruh manga yang diperoleh pak Budi
adalah….

a. 750 buah
b. 450 buah
c. 300 buah
d. 50 buah
Kunci : A

5) Rumusan pokok dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan
saja.

Contoh Soal yang Kurang Baik :

Pak Budi ingin mengembangkan usaha perkebunan mangga, oleh karena itu dia harus
menanam bibit mangga yang baik. Bagaimanakah cara pak Budi untuk memperoleh pohon
mangga baru dengan menggabungkan sifat-sifat yang baik dari pohon mangga golek
harumanis ?

a. Melakukan perkawinan silang dari kedua pohon tersebut.


b. Mencangkok pohon mangga harumanis dan memberi pupuk sebanyak mungkin.
c. Melakukan penyambungan dengan pohon mangga harumanis sebagai pohon pokok.
d. Menempelkan bakal tunas dari pohon mangga harumanis ke batang pohon mangga golek.
Kunci : D
37

Penjelasan :

Pokok soal di atas mengandung pernyataan yang tidak diperlukan, yaitu kalimat pertama.
Hal ini akan membingungkan siswa dan menyita waktu yang disediakan untuk membaca
dan memahami maksud soal.

Contoh Soal yang lebih Baik :

Bagaimanakah cara pak Budi untuk memperoleh pohon mangga baru dengan
menggabungkan sifat-sifat yang lebih baik dari pohon mangga golek dan harumanis ?

a. Melakukan perkawinan silang dari kedua pohon tersebut.


b. Mencangkok pohon mangga harumanis dan member pupuk sebanyak mungkin.
c. Melakukan penyambungan dengan pohon mangga harumanis sebagai pohon pokok.
d. Menempelkan bakal tunas dari pohon mangga harumanis kebatang pohon mangga golek

Kunci jawaban : D

6) Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban benar


Contoh Soal yang Kurang Baik:
Jenis unit koperasi apakah yang tepat dijadikan sebagai tempat pemasaran manisan dan selai
Pak Budi ?
a. Koperasi Unit Desa
b. Koperasi SimpanPinjam
c. Koperasi Konsumsi
d. Koperasi Produksi
Kunci jawaban : A

Penjelasan :

Kata unit pada pokok soal akan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar.

Contoh Soal yang Kurang Baik:

Jenis koperasi apakah yang tepat dijadikan sebagai tempat pemasaran manisan dan selai Pak
Budi ?
a. Koperasi Unit Desa
b. Koperasi SimpanPinjam
c. Koperasi Konsumsi
d. Koperasi Produksi

Kunci jawaban : A
38

7) Pokok soal yang menggunakan pernyataan yang bersifat negative ganda seperti
bukan, tidak, tanpa, kecuali dan sejenisnya dapat membingungkan peserta didik
dalam memahami pokok permasalahan yang ditayakan.
Contoh Soal yang Kurang Baik :

Berikut ini adalah organisasi yang tidak bergerak di bidang politik, kecuali ….

a. Budi Utomo
b. Muhammadiyah
c. Indische Partij
d. Taman siswa
Kunci : C

Penjelasan :

Pokok soal di atas menggunakan pernyataan yang bersifat negatif ganda, yaitu tidak dan
kecuali. Penggunaan kata negatif ganda tersebut dapat membingungkan siswa dalam
memahami pokok permasalahan yang ditanyakan.

Contoh soal yang Lebih baik :

Organisasi pada masa pergerakan nasional yang bergerak dibidang politik adalah …

a. Budi Utomo
b. Muhammadiyah
c. Indische Partij
d. Taman siswa
Kunci : C

8) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relative sama.

Contoh soal yang Kurang Baik :


Salah satu isi Dekrit Presiden 5 juli 1959 adalah ….
a. Pembubaran Partai Komunis Indonesia
b. Kembali ke Undang-undang Dasar 1945
c. Pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat
d. Dibentuknya Dewan Nasional yang terdiri dari wakil-wakil semua partai yang ada.
Kunci : B

Penjelasan :
Pada contoh soal di atas pilihan jawaban paling panjang. Hal ini perlu dihindari karena ada
kecenderungan peserta didik untuk memilih jawaban terpanjang sebagai kunci.
39

Contoh soal yang lebih baik:


Salah satu isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959 adalah ….
a. Pembubaran Partai Komunis Indonesia
b. Kembali ke Undang-undang Dasar 1945
c. Pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat
d. Pembentukan dewan Nasional

Kunci B

9) Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan, “Semua pilihan jawaban di atas


salah”, atau “Semua pilihan jawaban di atas benar”.

Contoh soal yang kurang baik :


Apa akibat yang ditimbulkan pada kehidupan manusia jika kita menebang pohon secara
sembarangan?
a. Akan terjadi banjir karena tidak ada akar tumbuhan yang menahan air.
b. Kehidupan manusia tidak akan terpengaruh karena manusia dapat menanam hutan yang
baru.
c. Kehidupan manusia semakin sulit karena tidak ada lagi sumber daya alam yang dapat
dimanfaatkan.
d. Semua pilihan jawaban di atas salah.

Kunci A

Penjelasan :
Contoh soal di atas kurang baik karena hanya terdapat tiga pilihan jawaban yang
dipertimbangkan. Jika semua jawaban di atas benar merupakan kunci, maka kita tidak
mendapat informasi apakah peserta didik telah mengetahui dan memahami dengan baik
jawaban yang benar. Sebaliknya bila semua jawaban di atas salah merupakan kunci maka
kita tidak mendapatin formasi apa-apa dari jawaban siswa untuk pertanyaan tersebut.

Contoh soal yang lebih baik:

Apa akibat yang ditimbulkan pada kehidupan manusia jika kita menebang pohon secara
sembarangan?

a. Akan terjadi banjir karena tidak ada akar tumbhan yang menahan air.
b. Kehidupan manusia tidak akan terpengaruh karena manusia dapat menanam hutan yang
baru.
40

c. kehidupan manusia semakin sulit karena tidak ada lagi sumber daya alam yang dapat
dimanfaatkan.
d. Manusia akan mencari sumber daya alam yang lain sebagai pengganti hutan.

Kunci: A

10) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan
besar kecilnya nilai angka tersebut, atau kronologis waktunya.

Contoh Soal yang kurang baik:

Bila suhu pada malam itu 20 C, berapa derajat suhu pada malam itu bila diukur dengan
menggunakan thermometer Fahrenheit?

a. 77 F
b. 45 F
c. 68 F
d. 36 F

Kunci: C

Penjelasan:

Pilihan jawaban di atas tidak berurutan dari besar ke kecil atau sebaliknya. Hal ini akan
menyita waktu lebih banyak bagi siswa untuk memahami dan memilih jawaban yang tepat,
karena harus membaca angka pilihan jawaban yang meloncat-loncat tidak berurutan.

Contoh soal yang lebih baik :

Bila suhu pada malam itu , berapa derajat suhu pada malam itu bila di ukur dengan
menggunakan termometer Fahrenheit?

a.
b.
c.
d.
Kunci : C
41

11) Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas
dan berfungsi.

Contoh soal yang kurang baik :

(Membaca Grafik)

Berat badan dalam Kg

Jumlah murid yang mempunyai berat badan 30 kg adalah .... murid.

a. 5
b. 10
c. 20
d. 25
Kunci : C

Penjelasan:

Grafik dalam soal belum di lengkapi dengan angka yang memberikan informasi tentang
jumlah murid dan berat badan, sehingga informasi dalam grafik itu tidak jelas. Akibatnya
siswa yang mengerjakan soal itu tidak dapat menjawab dengan benar.
42

Contoh Soal Yang Lebih Baik

(Membaca grafik)

30

25

20
Jumlah siswa

15

10

0
25 30 35 40 45

Berat Badan (dalam Kg)

Jumlah murid yang mempunyai berat badan 30 Kg adalah…….murid

a. 5
b. 10
c. 20
d. 25
Kunci : C

12) Butir Soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.

Contoh :

1) Kongres Pemuda II yang menghasilkan Sumpah Pemuda terjadi pada tanggal….


a. 20 Mei 1908
b. 5 Oktober 1945
c. 28 Oktober 1945
d. 10 Nopember 1945
Kunci : C

2) Tanggal yang dimaksudkan pada nomor 1, sekarang diperingati sebagai….


a. Hari Kebangkitan Nasional
b. Hari Sumpah Pemuda
c. Hari Pahlawan
d. Hari ABRI

Kunci : B
43

Penjelasan:
Soal di atas dapat merugikan siswa, karena siswa yang tidak menjawab dengan benar
pada soal nomor 1, pasti akan menjawab salah pada soal nomor 2. Oleh karena itu soal
nomor 2 harus diperbaiki sehingga menjadi soal yang berdiri sendri.

13) Rumusan butir soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia.

Contoh Soal yang Kurang Baik:

Andi punya duit Rp 20.000,00 dan Anto Rp 15.000,00.Mereka pengen beli bola voli
seharga Rp 30.000,00. Sisa duit Fikri dan Maula adalah ….
a. Rp 1.000,00
b. Rp 5.000,00
c. Rp 10.000,00
d. Rp 15.000,00

Kunci : B

Penjelasan:
Bahasa yang digunakan pada rumusan pokok soal tidak sesuai dengan kaidah Bahasa
Indonesia yang baik dan benar.

Contoh Soal yang lebih baik

Andi mempunyai uang Rp 20.000,00 dan Anto Rp 15.000,00. Mereka ingin


membeli bola voli seharga Rp 30.000,00. Sisa uang Fikri dan Maula adalah ….
a. Rp 1.000,00
b. Rp 5.000,00
c. Rp 10.000,00
d. Rp 15.000,00

Kunci : B
44

14) Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika soal akan digunakan untuk
daerah lain atau nasional.

Perhatikan gambar di bawah ini:

Contoh soal yang kurang baik:

Gambar di atas memperlihatkan adanya angin yang sedang bertiup. Angin tersebut terjadi
karena….

a. Hawa di darat lebih tinggi daripada di laut


b. Tekanan hawa di darat lebih rendah daripada di laut
c. Tekanan hawa di darat lebih tinggi daripada di laut
d. Hawa di darat lebih renggang daripada di laut

Kunci: C

Penjelasan:

Kata hawa hanya berlaku setempat saja (untuk masyarakat Jawa). Kata tersebut dapat
menimbulkan pengertian berbeda bagi siswa di daerah lain. Oleh karena itu kata hawa
perlu diganti dengan kata yang mudah dimengerti dan lazim digunakan yaitu udara.

Contoh soal yang lebih baik:

Gambar di atas adanya angin yang sedang bertiup. Angin tersebut terjadi karena ….

a. Suhu di darat lebih tinggi daripada di laut


b. Tekanan udara di darat lebih rendah daripada di laut
c. Tekanan udara di darat eabih tinggi daripada di laut
d. Udara di darat lebih renggang daripada di laut.

Kunci: C
45

15) Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan merupakan satu
pengertian. Letakkan kata dan frase tersebut pada pokok soal.

Contoh Soal yang Kurang Baik :

Takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa harus ditunjukkan dengan…

a. Melakukan semua perintah dan menjauhi larangan Nya


b. Melakukan semua perintah dengan rasa terpaksa
c. Melakukan perintah Nya karena takut dimarahi
d. Melakukan perintah dan larangan dengan ikhlas

Kunci : A
Penjelasan:

Kata melakukan ditulis secara berulang sampai 4 kali. Hal ini menyebabkan siswa
harus membaca kata tersebut berulang kali, sehingga menyita lebih banyak waktu.

Contoh Soal yang Lebih Baik:

Takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa harus ditunjukan dengan melakukan …
a. Semua perintah dan menjauhi larangan Nya
b. Semua perintah Nya dengan rasa terpaksa
c. Perintah Nya karena takut hukuman
d. Perintah dan larangan Nya dengan ikhlas

Kunci : A
46

2. Tes dengan bentuk tes/ soal dua pilihan jawaban (B-S/ YA-TIDAK)
a. Pengertian
Bentuk tes ini menuntut peserta tes untuk memilih dua kemungkinan
jawaban. Bentuk tes benar-salah (B - S) adalah pernyataan yang mengandung dua
kemungkinan jawaban, yaitu benar atau salah. Peserta didik diminta untuk
menentukan pilihannya mengenai pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-
pernyataan dengan cara seperti yang diminta dalam petunjuk mengerjakan soal.
Salah satu fungsi bentuk soal benar-salah adalah untuk mengukur
kemampuan peserta didik dalam membedakan antara fakta dengan pendapat.
Agar soal dapat berfungsi dengan baik, maka materi yang ditanyakan hendaknya
homogen dari segi isi. Bentuk soal seperti ini lebih banyak digunakan untuk
mengukur kemampuan mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang
sederhana. Jika akan digunakan untuk mengukur kemampuan yang lebih tinggi,
paling juga untuk kemampuan menghubungkan antara dua hal yang homogen.
Dalam penyusunan soal bentuk benar-salah tidak hanya menggunakan kalimat
pertanyaan atau pernyataan tetapi juga dalam bentuk gambar, tabel dan diagram.
Bentuk soal benar-salah dapat juga digunakan untuk mengukur kemampuan
tentang sebab akibat. S.Surapranata (2004 : 96) menjelaskan “soal semacam ini
biasanya mengandung dua hal benar dalam satu pernyataan ataupun pertanyaan
dan peserta didik diminta untuk memutuskan benar-salahnya hubungan antara dua
hal tersebut.
Di dalam petunjuk pengerjaan soal hendaknya ditekankan agar peserta didik
bekerja dengan cepat dan tepat. Oleh karena itu, petunjuk perlu ditambahkan
dengan kata-kata, “Bekerjalah dengan cepat dan tepat agar dalam waktu 50 menit
Anda dapat menyelesaikannya”. Di samping itu, perlu ditekankan pula agar
peserta didik jangan main terka atau main tebak. Dalam bentuk ini ada baiknya
kita menyediakan lembar jawaban tersendiri, terpisah dari lembar soal. Hal ini
dimaksudkan untuk memudahkan pengoreksian lembar jawaban.
47

b. Kebaikan dan keterbatasan bentuk tes/ soal pilihan dua jawaban


Kebaikan tes bentuk B - S antara lain (1) mudah disusun dan
dilaksanakan,karena itu banyak digunakan (2) dapat mencakup materi yang lebih
luas. Namun demikian, tidak semua materi dapat diukur dengan bentuk benar-
salah (3) dapat dinilai dengan cepat dan objektif (4) banyak digunakan untuk
mengukur fakta-fakta dan prinsip-prinsip.
Sedangkan kelemahan atau keterbatasan tes bentuk B - S antara lain (1) ada
kecenderungan peserta didik menjawab coba-coba (2) pada umumnya memiliki
derajat validitas dan reliabilitas yang rendah, kecuali jika itemnya banyak sekali
(3) sering terjadi kekaburan, karena itu sukar untuk menyusun item yang benar-
benar jelas (4) dan terbatas mengukur aspek pengetahuan saja.
c. Beberapa petunjuk praktis dalam menyusun soal bentuk B - S :
1) Dalam menyusun item bentuk benar-salah ini hendaknya jumlah item
cukup banyak, sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Sebaliknya, jika
jumlah item kurang dari 50, kiranya kurang dapat dipertanggungjawabkan.
2) Jumlah item yang benar dan salah hendaknya sama.
3) Berilah petunjuk cara mengerjakan soal yang jelas dan memakai kalimat
yang sederhana.
4) Hindarkan pernyataan yang terlalu umum, kompleks, dan negatif.
5) Hindarkan penggunaan kata yang dapat memberi petunjuk tentang
jawaban yang dikehendaki. Misalnya, biasanya, umumnya, selalu.

d. Usaha Memperbaiki Soal Bentuk B - S :


Kelemahan yang paling menyolok dari bentuk tes benar-salah ini adalah
sangat mudahnya ditebak tanpa dapat diketahui oleh korektor. Untuk
menghilangkan kelemahan ini, maka orang menambahkan pada item benar-salah
ini dengan “koreksi”. Di sini peserta didik tidak hanya dituntut memilih benar
atau salah dari setiap item, tetapi harus dapat memberikan koreksi jika item
tersebut dinyatakan salah oleh peserta didik yang bersangkutan.
Jika pernyataannya benar, maka tidak perlu dikoreksi lagi, artinya peserta
didik langsung menyilang huruf B (benar). Sebaliknya, jika pernyataannya salah,
48

peserta didik harus membenarkan bagian kalimat yang dicetak miring atau
digarisbawahi dan menempatkannya pada titik-titik atau garis kosong yang
terletak di belakang item yang bersangkutan. Adapun bagian kalimat yang dicetak
miring itu harus merupakan inti persoalannya. Jadi, tidak boleh
sembarangan kata saja.

e. Kaidah penulisan dan contoh – contoh bentuk tes/soal dua pilihan jawaban
1) Soal harus sesuai dengan indikator dan hanya mengukur satu kemampuan per
butirnya.
2) Soal harus menggunakan bahasa yang baik dan benar, serta kalimat singkat dan
jelas, sehingga peserta tes dapat memahami dengan mudah.
3) Hindari penggunaan kata: terpenting, selalu, tidak pernah, hanya, sebagian
besar, dan kata-kata lain yang sejenis, karena dapat membingungkan peserta
tes dalam menjawab. Rumusan butir soal harus jelas, dan pasti benar atau pasti
salah.

Contoh rumusan butir soal yang kurang baik:

B-S Unsur yang terpenting dari organisasi Negara adalah rakyat.

Penggunaan kata terpenting dalam kalimat butir soal tersebut dapat


menimbulkan kesan yang membingungkan peserta tes. Terpenting menurut
siapa? Apakah dapat terwujud suatu negara apabila ada rakyat, namun salah
satu unsur lain, misalnya wilayah atau pemerintah yang berdaulat tidak ada?
Oleh karena itu, rumusan butir soal tersebut perlu diperbaiki.

Rumusan yang baik dari butir soal tersebut sebagai berikut.

B–S Salah satu unsur negara adalah rakyat. (Jawaban: B)

4) Hindari pernyataan negatif.

Contoh rumusan butir soal yang kurang baik:

B–S Gunung Kerinci letaknya bukan di Propinsi Sumatera


Selatan

(Jawaban: B)
49

Kata bukan dalam kalimat butir soal tersebut merupakan kata negatif
penggunaan kata negatif dalam kalimat butir soal tersebut membuat peseta
tes lebih sukar memahami maksud soal. Perlu dipahami bahwa rumusan
soal tes prestasi belajar yang baik adalah jelas danmudah dipahami oleh
siswa peserta tes. Dengan demikian, benar atau salah jawaban siswa
semata-mata ditentukan oleh faktor penguasaan materi yang ditanyakan,
tidak dipengaruhi oleh faktor penguasaan bahasa atau faktor lain yang
tidak relevan.

Rumusan yang lebih baik dari butir soal di atas sebagai berikut.

B-S Gunung Kerinci letaknya di Propinsi Sumatera Selatan

(Jawabannya: S)

5) Hindari penggunaan kata yang dapat menimbulkan penafsiran ganda.

Contoh rumusan butir soal yang kurang baik:

B – S Banyak wanita usia subur di Desa A mengikuti program Keluarga


Berencana

Kata banyak dalam kalimat butir soal tersebut dapat menimbulkan


penafsiran ganda. Kata tersebut dapat ditafsirkan lebih dari dua orang,
lebih dari 50%, atau mendekati 100%. Oleh karena itu dapat
membingungkan peserta untuk memilih jawaban yang tepat, sesuai dengan
yang diharapkan oleh penulis soal.

Rumusan yang baik dari butir soal di atas sebagai berikut :

B – S Lebih dari 50% wanita usia subur di Desa A mengikuti program


Keluarga Berancana

6) Jumlah rumusan butir soal yang jawabanya benar dan salah hendaknya
seimbang
7) Panjang rumusan pernyataan butir soal hendaknya relatif sama.
50

8) Susunan pernyataan benar dan pernyataan salah secara random, tidak sistematis
mengikutip pola tertentu. Misalnya : B B S S, atau B S B S, dan sebagainya.
Susunan yang terpolasi sitematis seperti itu dapat member petunjuk kepada
jawaban yang benar.
9) Hindari pengambilan kalimat langsung dari buku text. Pengambilan kalimat
langsung dari buku text lebih mendorong siswa untuk menghafal daripada
memahami dan menguasai konsep dengan baik

3. Tes menjodohkan
a. Pengertian

Soal tes bentuk menjodohkan sebenarnya masih merupakan bentuk pilihan-


ganda. Perbedaannya dengan bentuk pilihan-ganda adalah pilihan-ganda terdiri
atas stem dan option, kemudian peserta didik tinggal memilih salah satu option
yang dianggap paling tepat.

Soal bentuk menjodohkan terdiri dari dua kelompok pernyataan. Kelompok


pertama ditulis pada lajur sebelah kiri, biasanya merupakan pernyataan soal atau
pernyataan stimulus. Kelompok kedua ditulis pada lajur sebelah kanan, biasanya
merupakan pernyataan jawaban atau pernyataan respon. Peserta tes diminta untuk
menjodohkan, atau memilih pasangan yang tepat bagi pernyataan yang ditulis
pada lajur sebelah kiri di antara pernyataan yang ditulis pada lajur sebelah kanan.

Bentuk soal menjodohkan sangat baik untuk mengukur kemampuan


peserta didik dalam mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang
sederhana dan kemampuan menghubungkan antara dua hal. Semakin banyak
hubungan antara premis dengan respon dibuat, maka semakin baik soal yang
disajikan

b. Keunggulan dan keterbatasan

Keunggulan soal bentuk menjodohkan antara lain (1) relatif mudah disusun
(2) penyekorannya mudah, objektif dan cepat (sekor 0 untuk salah dan 1 untuk
51

benar) (3) dapat digunakan untuk menilai teori dengan penemunya, sebab dan
akibatnya, istilah dan definisinya (4) materi tes cukup luas. Adapun keterbatasan
soal bentuk menjodohkan yaitu (1) ada kecenderungan untuk menekankan ingatan
saja (2) Kemungkinan menebak dengan benar relatif tinggi, karena jumlah
pernyataan soal ( dalam lajur sebelah kiri ) dengan pernyataan jawaban(dalam
lajur sebelah kanan) tidak banyak berbeda.

Beberapa petunjuk praktis dalam menyusun soal bentuk menjodohkan :

1) Buatlah petunjuk tes dengan jelas, singkat, dan mudah dipahami.


2) Harus sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator.
3) Hendaknya kumpulan soal diletakkan di sebelah kiri sedangkan
jawabannya di sebelah kanan.
4) Jumlah alternatif jawaban hendaknya lebih banyak daripada jumlah soal
5) Susunlah item-item dan alternatif jawaban dengan sistematika tertentu.
Misalnya, sebelum pada pokok persoalan, didahului dengan stem, atau bisa
juga langsung pada pokok persoalan.
6) Hendaknya seluruh kelompok soal dan jawaban hanya terdapat dalam satu
halaman.
7) Gunakan kalimat yang singkat dan langsung terarah pada pokok persoalan.

c. Kaidah dan contoh soal/ tes menjodohkan


1) Soal harus sesuai dengan indikator dan hanya mengukur satu kemampuan per
butirnya
2) Soal harus menggunakan bahasa yang baik dan benar, serta kalimat singkat
dan jelas, sehingga peserta tes dapat memahami dengan mudah.
3) Tulislah seluruh pernyataan dalam lajur kiri sejenis, dan pertanyataan dalam
lajur kanan juga sejenis. Dengan kata lain : pernyataan dalam lajur sebelah
kiri isinya homogen, demikian juga pernyataan dalam lajur sebelah kanan
isinya harus homogen.
4) Tulislah pernyataan jawaban lebih banyak dari pernyataan soal. Hal ini
penting untuk memperkecil probabilitas peserta tes menjawab soal secara
52

menebak dengan benar. Seperti contoh berikut, pernyataan soal yg ada di


lajur kiri adalah lima butir, pernyataan jawaban yang ada di lajur kanan
adalah enam butir.
5) Susunlah jawaban yang berbentuk angka secara berurutan dari besar ke kecil
atau sebaliknya. Apabila alternatif jawabannya berupa tanggal dan tahun
terjadinya peristiwa, maka susunlah tanggal dan tahun tersebut berurutan
secara kronologis,seperti dalam penulisan soal pilihan ganda.
6) Tulislah petunjuk mengerjakan tes yang jelas dan mudah dipahami oleh
peserta tes. Oleh karena itu dalam perumusan kalimatdan penggunaan
kosakata perlu memperhatikan perkembangan kemampuan bahasa peserta tes.

Contoh bentuk soal menjodohkan

Petunjuk:

Kerjakan soal berikut dengan cara memasangkan secara tepat antara pernyataan
yang terdapat pada lajur kiri dengan pernyataan yang terdapat pada lajur kanan!
Tulislah huruf pasangan yang tepat bagi setiap nomor soal dalam lembar jawaban
yang disediakan!

Contoh soal kurang baik:

1. Tahun sarekat dagang islam terbentuk

2. Tempat partai nasional indonesia terbentuk

3. Pemimpin partai Indonesia Raya

4. Pemimpin perhimpunan indonesia

5. Kapan gabungan politik indonesia terbentuk?

A. 1939 C. Bandung E. Jakarta

B. Dr. Sutomo D. 1909 F. Drs. Moh. Hatta

Kunci :

1. D 4. F

2. C
53

3. B 5. A

Penjelasan :

Rumusan butir soal tersebut kurang baik karena pernyataan pada lajur kiri maupun
pada lajur kanan tidak sejenis karena alternated jawaban yang ada tidak berfungsi
untuk seluruh pertanyaan. Ruang lingkup pertanyaan meliputi pergerakan nasional
namun pertanyaan kurang homogen sehingga siswa hanya mencari padanan yang
tepat tentang tempat tahun, atau pemimpin.

Contoh Soal Lebih Baik :

1. Pemimpin Sarekat Dagang Islam a. Moh. Husni Thamrin


2. Pemimpin Partai Nasional Indonesia b. Dr. Soetomo
3. Pemimpin Partai Indonesia Raya c. Ir. Soekarno
4. Pemimpin Perhinpunan Indonesia d. RM Tirtoadisuryo
5. Pemimmpin Gabungan Politik Indonesia e. Danudirja Setiabudi
f. Drs. Moh. Hatta

Kunci: 1.D 2.C 3.B 4.F 5.A

Contoh soal yang kurang baik :

Jodohkan uangkapan di sebelah kanan dengan maknanya di sebelah kiri dengan


cara menuliskan huruf pilihan jawaban di depan pertanyaan yang tepat.

Makna Ungkapan Ungkapan

 1. Ibu sedang memasang kancing yang lepas a. sempit hati

 2. Orang itu menjadi wakil atasannya b. mata air

 3. Anak pemarah itu capat tersinggung c. buah baju

 4. Setiap hari Runa mandi di sumber air d. tangan kanan

 5. Ketua memimpin rapat dengan sabar e. lapang dada

f. hati dingin

g.buah pinggang
54

Contoh di atas memperlihatkan ungkapan pada pilihan jawaban (respon) tidak


homogen. Setiap pilihan jawaban tidak memiliki kemungkinan yang sama untuk
menjadi kunci jawaban bagi seluruh butir soal. Coba lihat uangkapan buah baju
tidak memiliki kemungkinan menjadi jawaban makna ungkapan wakil atau
sumber atau sabar.

Contoh soal yang lebih baik:

Jodohkanlah ungkapan di sebelah kanan dengan maknanya di sebelah kiri, dengan


cara membubuhkan huruf pilihan jawaban di depan pernyataan yang tepat.

Makna Ungkapan

1. Ibu sedang memasang kancing yang lepas.

2. Anak itu menjadi bahan pembicaraan di kelas.

3. Ayah membawa oleh-oleh dari Jambi.

4. Runa menjadi anak kesayangan ayahnya.

5. Silahkan mengajukan pendapat pribadi.

Ungkapan

a. buah hati

b. buah pena

c. buah bibir

d. buah baju

e. buah pikiran

f. buah tangan

g. buah pinggang
55

4. Tes Isian dan melengkapi


a. Pengertian
Kedua bentuk tes ini masing-masing menghendaki jawaban dengan kalimat
dan atau angka-angka yang hanya dapat dinilai benar atau salah. Soal tes bentuk
jawaban singkat biasanya dikemukakan dalam bentuk pertanyaan. Soal isian
adalah soal yang menuntut peserta tes untuk memberikan jawaban singkat, berupa
kata, frase, angka, atau simbol.
b. Keunggulan dan keterbatasan

Keunggulan tes jenis ini apat mencakup lingkup materi yang banyak dan
dapat diskor dengan mudah, cepat, dan objektif (sekor salah 0 sekor benar 1),
serta mudah menyusunnya, sangat baik untuk menilai kemampuan peserta didik
yang berkenaan dengan fakta-fakta, prinsip-prinsip, dan terminologi,menuntut
peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya secara singkat dan jelas.

Sedangkan, keterbatasan tes jenis ini Cenderung mengukur kemampuan


mengingat (simple recall), pada soal bentuk melengkapi, jika titik-titik kosong
yang harus diisi terlalu banyak, para peserta didik sering terkecoh, dalam
memeriksa lembar jawaban dibutuhkan waktu yang cukup banyak

c. Kaidah dan contoh soal/ tes Isian dan melengkapi

Kaidah dalam menulis tes jenis ini adalah sebagai berikut :

1) Soal harus sesuai dengan indikator dan hanya mengukur satu kemampuan per
butirnya
2) Soal harus menggunakan bahasa yang baik dan benar, serta kalimat singkat
dan jelas, sehingga peserta tes dapat memahami dengan mudah.
3) Hendaknya tidak menggunakan soal yang terbuka, sehingga ada
kemungkinan peserta didik menjawab secara terurai.
4) Jawaban yang dituntut oleh soal harus singkat dan pasti yaitu berupa kata,
frase, angka, simbol, tempat, atau waktu
5) Soal tidak merupakan kalimat yang dikutip langsung dari buku
56

6) Soal tidak memberikan petunjuk ke kunci jawaban


7) Pernyataan hendaknya hanya mengandung satu alternatif jawaban.
8) Bagian kalimat yang harus dilengkapi sebaiknya hanya satu bagian dalam
ratio butir soal, dan paling banyak dua bagian, supaya tidak membingungkan
siswa.
9) Titik-titik kosong sebagai tempat jawaban hendaknya diletakkan pada akhir
atau dekat akhir kalimat daripada pada awal kalimat.
10) Jangan menyediakan titik-titik kosong terlalu banyak. Pilihlah untuk masalah
yang penting (urgen) saja.
11) Jika perlu dapat digunakan gambar-gambar sehingga dapat dipersingkat dan
jelas.

Contoh – Contoh Bentuk Soal Isian

a. Melengkapi
Gunung kerinci terletak di Propinsi .... (Kunci jawaban : Jambi)
b. Asosiasi
Pada titik-titik disebelah kanan dari setiap lagu daerah, tuliskan asal (daerah)
lagu tersebut!

Lagu Daerah Daerah


1. Keroncong Kemayoran ....
2. Ayam Den Lapeh ....
3. Manuk Dadali ....
4. Tanduk Majeng ....
5. Suwe Ora Jamu ....

Kunci Jawaban :

1. Jakarta

2. Sumatera Barat
57

3. Jawa Barat

4. Madura

5. Jawa Tengah

5. Tes Jawaban singkat


a. Pengertian
Tes atau soal jawaban singkat adalah Tes atau Soal yang jawabannya
berupa kata, kalimat pendek, atau frase terhadap suatu pertanyaan.

b. Keunggulan dan keterbatasan


Keunggulan bentuk tes jawaban singkat dapat mencakup lingkup materi
yang banyak dan dapat diskor dengan mudah, cepat, serta objektif. Sedangkan
keterbatasanya adalah Cenderung mengukur kemampuan mengingat (simple
recall)

c. Kaidah penyusunan dan contoh tes/ soal jawaban singkat


Kaidah penulisan tes atau soal jawaban singkat dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Soal harus sesuai dengan indikator dan hanya mengukur satu kemampuan per
butirnya.
2) Soal harus menggunakan bahasa yang baik dan benar, serta kalimat
singkat dan jelas, sehingga peserta tes dapat memahami dengan mudah.
3) Menggunakan kalimat pertanyaan langsung atau kalimat perintah.
4) Pertanyaan atau perintah harus jelas, agar mendapat jawaban yang
singkat.
5) Panjang kata atau kalimat yang harus dijawab oleh siswa pada semua soal
diusahakan relatif sama.
6) Hindari penggunaan kata, kalimat, atau frase yang diambil langsung dari buku
teks, sebab akan mendorong siswa untuk sekedar mengingat atau menghafal
apa yang tertulis di buku.
7) Buatlah pedoman penskoran untuk digunakan pada waktu menskor.
58

Contoh-Contoh Bentuk Soal Jawaban Singkat

Contoh soal yang kurangbaik:

Kalimat pertanyaan:

Bagaimanakah susunan pengurus suatu koperasi?

Kalimat perintah:

Tulislah susunan pengurus suatu koperasi!

Kunci Jawaban:

1. Dewan Pengawas
2. Pengurus harian terdiri dari Ketua, wakil ketua, sekretaris, dan anggota
Penjelasan:

Contoh soal kurang baik Karena ruang lingkup pertanyaan menuntut jawaban
yang tidak pasti, artinya setiap jawaban siswa dapat berbeda-beda satu sama
lainnya.

Contoh soal lebih baik:

Kalimat pertanyaan:

Siapakah pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi?

Kalimat perintah:

Sebutkan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi!

Kunci jawaban: Rapat Anggota

6. Tes Uraian
a. Pengertian
Pengertian tes uraian adalah butir tes yang mengandung pertanyaan atau
tugas yang jawaban atau pengerjaannya harus dilakukan dengan cara
mengekspresikan pikiran peserta didik. Soal bentuk uraian juga dapat
didefinisikan suatu soal yang jawabannya menuntut siswa untuk mengingat dan
mengorganisasikan gagasan-gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan
59

cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian


tertulis
Ciri khas tes uraian adalah jawaban terhadap soal tersebut tidak disediakan
oleh pembuat tes, akan tetapi diberikan oleh peserta didik dengan bahasanya
sendiri dengan mengacu kepada topik yang sedang ditanyakan.
Berdasarkan penskorannya soal bentuk uraian diklasifikasikan atas uraian
objektif dan uraian nonobjektif.
1) Soal bentuk uraian objektif adalah rumusan soal atau pertanyaan yang
menuntut sehimpunan jawaban dengan pengertian /konsep tertentu, sehingga
penskorannya dapat dilakukan secara objektif
2) Soal bentuk uraian nonobjektif adalah rumusan soal yang menuntut
sehimpunan jawaban yang berupa pengertian/konsep menurut pendapat
masing-masing siswa, sehingga penskorannya sukardilakukan secara objektif
(penskorannya dapat engandung unsur subjektifitas

Pada prinsipnya, perbedaan antara soal bentuk objektif dan non objektif
terletak pada kepastian penskorannya. Pada soal bentuk objektif, kunci jawaban
dan pedoman penskorannya lebih pasti (diuraikan secara jelas komponen-
komponen yang diskor dan berapa besarnya skor untuk setiap komponen).

Pada soal bentuk uraian non objektif skornya dinyatakan dalam bentuk
„rentangan‟ atau biasa disebut rentang parameter pengukuran yang bergerak dari
satu kutub (negatif, kurang baik atau salah) ke kutub lainnya (positif, baik atau
benar), karena hal-hal atau komponen yang diskor hanya diuraikan secara garis
besar dan berupa kriteria tertentu. Karena kriteria penskoran belum jelas sekali
seperti halnya pada penskoran objektif dan kemungkinan masuknya unsur
subjektifitas dari penskor dapat mempengaruhi pada waktu melakukan skoring,
maka cara penskoran ini disebut penskoran non objektif

b. Keunggulan dan keterbatasan


Keunggulan tes bentuk ini adalah Dapat mengukur kemampuan siswa
dalam hal menyajikan jawaban terurai secara bebas, mengorganisasikan
60

pikirannya, mengemukakan pendapatnya, dan mengekspresikan gagasan-gagasan


dengan menggunakan kata-kata atau kalimat siswa sendiri.
Sedangkan keterbatasanannya Jumlah materi atau pokok bahasan dapat
ditanyakan relatif terbatas, waktu untuk memeriksajawaban siswa cukup lama,
penskorannya relatif sunjektif terutama untuk soal nonobjektif, dan tingkat
reliabilitasnya relatif lebih rendah dibandingkan dengan soal bentuk pilihan
ganda, karena reliabilitas skor pada soal bentuk uraian sangat tergantung pada
penskor tes.

Perbandingan Antara bentuk Soal Pilihan Ganda dan Uraian


KARAKTERISTIK URAIAN PILIHAN GANDA

Penulisan Soal Relatif mudah Relatif sukar


Jumlah pokok bahasan yang Terbatas Lebih Banyak
ditanyakan
Aspek atau kemampuan Yng Dapat lebih dari satu Hanya satu
diukur oleh satu soal
Persiapan siswa Penekannannya pada Lebih menekan pada
kedalaman materi keluasan materi
Jawaban siswa Menggorganisasikan Memilih jawaban
jawaban
Kecenderungan menebak Tidak ada Ada
Penskoran Sukar, lama, kurang Mudah, cepat, sangat
konsisten (reliabel) dan konsisten, dan objektif
subjektif

c. Kaidah penyusunan
Pada dasarnya setiap penulisan soal bentuk uraian harus selalu
berpedoman pada langkah-langkah atau kaidah – kaidah penulisan soal secara
umum, misalnya mengacu pada kisi-kisi tes yang telah dibuat dan tujuan soalnya.
Dalam menulis soal bentuk uraian, seorang penulis soal harus mempunyai
gambaran tentang ruang lingkup materi yang ditanyakan dan lingkup jawaban
yang diharapkan, kedalaman dan panjang jawaban, atau rincian jawaban yang
mungkin diberikan siswa. Dengan kata lain, ruang lingkup ini menunjukan
kriteria luas atau sempitnya masalah yang ditanyakan.
61

Di samping itu, ruang lingkup tersebut harus tegas dan jelas tergambar
dalam rumusan soalnya. Dengan adanya batasan sebagai ruang lingkup soal,
kemungkinan terjadi ketidakjelasan soal dapat di hindari. Ruang lingkup tersebut
juga akan membantu mempermudah pembuatan criteria atau pedoman penskoran.
Secara rinci beberapa kaidah yang perlu diperhatikan dalam penulisan soal uraian
adalah sebagai berikut:
1) Materi
a) Soal harus sesuai dengan indikator, artinya soal harus menanyakan
perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai dengan tuntutan indikator.
b) Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan (ruang lingkup) harus
jelas.
c) Isi materi sesuai dengan petunjuk pengukuran.
d) Isi materi yang ditanyakan sudah sesuai dengan jenjang,jenis sekolah,
atau tingkat kelas.
2) Konstruksi
a) Rumusan kalimat soal atau pertanyaan harus menggunakan kata-kata
Tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai, seperti: Mengapa,
uraikan, jelaskan, bandingkan, hubungkan, tafsirkan, buktikan, hitunglah.
b) Jangan menggunakan kata Tanya yang tidak menuntut jawaban uraian,
misalnya: siapa, dimana, kapan. Demikian juga kata-kata Tanya yang
hanya menuntut jawaban ya atau tidak.
c) Buatlah petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal
d) Buatlah pedoman penskoran segera setelah soalnya ditulis dengan cara
menguraikan komponen yang akan dinilai atau kriteria
penskoranya,besarnya skor bagi setiap koponen atau rentangan skor yang
dapat diperoleh untuk setiap criteria dalam soal yang bersangkutan.
e) Hal-hal lain yang menyertai soal seperti table,gambar,grafik,peta,atau
yang sejenisnya harus disajikan dengan jelas dan terbaca. Sehingga tidak
menimbulkan penafsiran yang berbeda dan juga harus bermakna.
62

3) Bahasa
a) Rumusan butir soal menggunakan bahasa (kalimat dan kata-kata) yang
sederhana dan komunikatif, sehingga mudah dipahami oleh siswa.
b) Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat menyinggung
perasaan peserta didik atau kelompok tertentu.
c) Rumusan soal tidak menggunakan kata-kata/kalimat yang menimbulkan
penafsiran ganda atau salah pengertian.
d) Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baik benar.
e) Rumusan soal sudah mempertingkan segi bahas dan budaya.
f) Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat,jika soal akan
digunakan untuk daerah lain atau nasional.
4) Penyusunan Pedoman Penskoran
Pedoman penskoran merupakan panduan atau petunjuk yang
menjelaskan tentang :
a) Batasan atau kata-kata kunci atau konsep untuk melakukan penskoran
terhadap soal-soal bentuk uraian objektif.
b) Kemungkinan-kemungkinan jawaban yang diharapkan
c) Kriteria-kriteria jawaban yang digunakan untuk melakukan penskoran
terhadap soal-soal uraian non objektif.
d) Pedoman pemberian skor untuk setiap butir soal uraian harus disusun
segera setalah perumusan kalimat-kalimat butir soal tersebut.

d. Contoh-Contoh Bentuk Soal Uraian


1. Uraian Objektif :
Indikator :Siswa dapat menghitung suhu akhir campuran dan massa es yang
melebur dengan menggunakan rumus kekekalan energi : Q lepas = Q diterima

Contoh Soal yang kurang Baik:


Es sebanyak 1 kg pada suhu 0˚C dicampur dengan air 2 kg yang bersuhu
30˚C.Diketahui kalor lebur es 80 ka l dan kalor jenis air =
63

Hitunglah :Kalor yang dilepaskan!


Soal tersebut tidaks esuai dengan indikator. Tuntutan indikator adalah menghitung
suhu akhir campuran dan massa es yang melebur dengan menggunakan rumus
kekekalan energi : Q lepas = Qditerima, bukan kalor yang dilepaskan.

Contoh Soal yang Lebih Baik :


Es sebanyak 1kg pada suhu 0˚ C dicampur dengan air sebanyak 2 kg yang bersuhu
30˚C. Diketahui kalor lebur es = 80 kal

Hitunglah :
1. Suhu akhir campuran
2. Massa es yang melebur.

PEDOMAN PENSKORAN

Kunci / Kriteria Jawaban Skor


Diketahui :
m es = 1 kg = 1000 gram
t es = 0 0 C
m a = 2 kg = 1000 gram
L es = 80 kal g-1
C a = 1 kal g-1 C-1
Ditanyakan :
a. Suhu akhir ( t c) = ....
b. Massa es yang mencair (m) = ....
Jawaban :
a. Untuk melebur es memerlukan kalor Q es.
Q es = m . L 1
= 1000 x 80
= 8 x 104 kalor 1
64

Kunci / Kriteria Jawaban Skor


Untuk mencapai 00C air melepaskan kalor Q air
Q air = m . C . ∆t 1
= 2000 x 1 x 30
= 6 x 106 kalori 1
Q es > Q air
Es tidak mencair seluruhnya sehingga suhu air = suhu es = 00 C
tc = 00 C 1
b. Misalkan es yang lebur = x gram
M . L = ma . C . ∆t 1
X . L = ma . C . ∆t

80 x = 6 . 104 jadi x =
1
Es yang melebur = 750 gram
Skor Maksimum 7

2. Uraian Non Objektif

Contoh Soal yang kurang baik

Buatlah karangan dengan Topik “Meningkatkan minat baca siswa”

Penjelasan :

Contoh soal di atas kurang baik karena panjang karangan tidak dibatasi, dan apa
yang dinilai dari karangan siswa tidak diberitahukan.

Contoh soal yang lebih baik

Buatlah karangan dengan topik “meningkatkan minat baca siswa” sekurang –


kurang nya 150 kata. Perhatikan ejaan, tanda baca, struktur kalimat dan
hubungan/keterkaitan (koherensi) antar kalimat.
65

No Kriteria Jawaban Sekor

1 Kesesuaian antara judul dan isi cerita 2-0

- Judul sesuai dengan isi cerita 2


- Judul agak sesuai dengan isi cerita 1
- Judul tidak sesuai dengan isi cerita 0

2 Ketepatan penulisan ejaan 3-0

- Tidak ada kesalahan ejaan 3


- Ada kesalahan 1-3 kata 2
- Ada kesalahan 4-6 kata 1
- Kesalahan ejaan lebih dari 6 kata 0

3 Ketepatan penulisan tanda baca 3-0

- Tidak ada kesalahan tanda baca 3


- Ada kesalahan tanda baca 1 – 5. 2
- Ada kesalahan tanda baca 6-10 1
- Ada kesalahan tanda baca lebih dari 10 0

4 Ketepatan struktur kalimat 3-0

- Semua kalimat memiliki struktur yang tepat 3


- Ada 1 -2 kalimat yang strukturnya tidak tepat 2
- Ada 2 -3 kalimat yang strukturnya tidak tepat 1
- Lebih dari 3 kalimat yang strukturnya tidak tepat. 0

5 Keterpaduan antar kalimat 3-0

- Semua kalimat padu 3


- Ada 1 -2 kalimat yang tidak padu 2
- Ada 2 -3 kalimat yang tidak padu 1
- Lebih dari 3 kalimat yang tidak padu 0

Sekor Maksimum 14

7. Tes Lisan
Tes lisan adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk
lisan. Peserta didik akan mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai
dengan pertanyaan atau perintah yang diberikan. Pada dasarnya tes lisan hampir
66

mirip dengan tes tertulis, hanya saja dalam penyampaiannya berbentuk lisan. Oleh
karena itu diperlukan alat perekam atau kerta catatan agar lebih terformulasi dengan
baik. Tes lisan dapat berbentuk seperti berikut :
a. Seorang guru menilai seorang peserta didik.
b. Seorang guru menilai sekelompok peserta didik.
c. Sekelompok guru menilai seorang peserta didik.
d. Sekelompok guru menilai sekelompok peserta didik.
Kebaikan tes lisan antara lain (1) dapat mengetahui langsung kemampuan
peserta didik dalam mengemukakan pendapatnya secara lisan (2) tidak perlu
menyusun soal-soal secara terurai, tetapi cukup mencatat pokok-pokok
permasalahannya saja (3) kemungkinan peserta didik akan menerka-nerka jawaban
dan berspekulasi dapat dihindari. Sedangkan kelemahannya adalah (1) memakan
waktu yang cukup banyak, apalagi jika jumlah peserta-didiknya banyak (2) sering
muncul unsur subjektifitas bilamana dalam suasana ujian lisan itu hanya ada seorang
guru dan seorang peserta didik.
Beberapa petunjuk praktis dalam pelaksanaan tes lisan adalah :
a. Jangan terpengaruh oleh faktor-faktor subjektifitas, misalnya dilihat dari
kecantikan, kekayaan, anak pejabat atau bukan, hubungan keluarga.
b. Berikanlah skor bagi setiap jawaban yang dikemukakan oleh peserta didik.
Biasanya kita memberikan penilaian setelah tes itu selesai. Cara ini termasuk cara
yang kurang baik, akibatnya penilaian akan dipengaruhi oleh jawaban- jawaban
yang terakhir.
c. Catatlah hal-hal atau masalah yang akan ditanyakan dan ruang lingkup jawaban
yang diminta untuk setiap pertanyaan. Hal ini dimaksudkan agar jangan sampai
pertanyaan yang diajukan menyimpang dari permasalahan dan tak sesuai dengan
jawaban peserta didik.
d. Ciptakan suasana ujian yang menyenangkan. Hal ini dimaksudkan agar peserta
didik tidak ketakutan menghadapi ujian lisan tersebut. Kadang- kadang ada
juga guru yang sampai berbuat tidak wajar seperti membentak-bentak peserta
didik, dan mungkin pula bertindak berlebihan. Tindakan ini harus dihindari,
karena dapat mengakibatkan proses pemikiran peserta didik menjadi terhambat,
67

sehingga apa yang dikemukakan oleh mereka tidak mencerminkan kemampuan


yang sesungguhnya.
e. Jangan mengubah suasana ujian lisan menjadi suasana diskusi atau suasana
ngobrol santai atau juga menjadi suasana pembelajaran.
Demikianlah beberapa kelebihan dan kelemahan tes lisan berikut petunjuk
praktisnya. Petunjuk ini dapat dijadikan pegangan atau pedoman bagi guru dalam
menyelenggarakan tes lisan. Petunjuk-petunjuk praktis untuk suatu ujian biasanya
telah dimuat sebagai pedoman seperti yang telah disebutkan tadi. Jadi, Anda harus
mempelajari petunjuk praktis itu sebaik-baiknya sebelum kegiatan tes dimulai.
Contoh format tes lisan
No Pertanyaan Ringkasan jawaban Ket
1 Kapan perang Diponegoro
berlangsung
2 Dimana letak basis pertahanan
pangeran Diponegoro dalam
memerangi Belanda
3 Apa yang menyebabkan perang
Jawa terjadi
4 Apa yang kamu ketahui
tentang perjanjian Giyanti
5 Nilai/ pelajaran apa yang bisa
diambil dari perjuangan
pangeran Diponegoro

8. Tes perbuatan (Kinerja)


Tes perbuatan atau tes praktik adalah tes yang menuntut jawaban peserta didik
dalam bentuk perilaku, tindakan, atau perbuatan. Lebih jauh Stigins (1994 : 375)
mengemukakan “tes tindakan adalah suatu bentuk tes dimana peserta didik diminta
untuk melakukan kegiatan khusus di bawah pengawasan penguji yang akan
mengobservasi penampilannya dan membuat keputusan tentang kualitas hasil belajar
yang didemontrasikan”. Peserta didik bertindak sesuai dengan apa yang diperintahkan
68

dan ditanyakan. Misalnya, praktikkan bagaimana cara melaksanakan pekerjaan


dinding dengan baik dan benar (tes praktik dalam SMK Teknik Sipil).
Untuk melihat bagaimana cara melaksanakan pekerjaan dinding dengan baik
dan benar, guru harus meminta peserta didik mempraktikkan atau mendemonstrasikan
menyiapkan adukan, menyusun bata, mengukur sudut siku – siku antara dinding dan
lantai dll. Begitu juga untuk mengetahui apakah seorang peserta didik sudah dapat
membuat “Cheese Cake” (tes praktik SMK Tata Boga) sesuai dengan resep yang
diajukan, maka cara yang paling tepat adalah melakukan tes tindakan dengan
meminta peserta didik mempraktikkan langsung. Dalam pelaksanaannya, tes kinerja/
praktik dapat dilakukan dalam situasi yang sebenarnya atau situasi yang dimanipulasi.
Alat yang dapat digunakan dalam tes tindakan adalah lembar kerja, lembar
pengamatan dan portofolio.
Tes-tes semacam inilah yang dimaksudkan dengan tes perbuatan atau tindakan.
Tes tindakan sebagai suatu teknik evaluasi tidak hanya digunakan dalam mata
pelajaran kejuruan saja, tetapi dapat juga digunakan dalam menilai hasil-hasil
pelajaran tertentu, seperti olahraga, teknologi informasi dan komunikasi, bahasa,
kesenian, dan sebagainya. Tes tindakan dapat dilakukan secara kelompok dan
individual. Secara kelompok berarti seorang guru menghadapi sekelompok peserta
didik, sedangkan secara individual berarti seorang guru menghadapi seorang peserta
didik. Tes tindakan dapat digunakan untuk menilai kualitas suatu perkerjaan yang
telah selesai dikerjaan oleh peserta didik, termasuk juga keterampilan dan ketepatan
menyelesaikan suatu pekerjaan, kecepatan dan kemampuan merencanakan suatu
pekerjaan, dan mengidentifikasi suatu piranti (komputer misalnya). Tes tindakan
dapat difokuskan kepada proses, produk atau keduanya.
Tes tindakan sangat bermanfaat untuk memperbaiki kemampuan/perilaku
peserta didik, karena secara objektif kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh peserta
didik dapat diamati dan diukur, sehingga menjadi dasar pertimbangan untuk praktik
selanjutnya. Sebagaimana jenis tes yang lain, tes tindakanpun mempunyai kelebihan
dan kekurangan. Kelebihan tes tindakan adalah (1) satu-satunya teknik tes yang dapat
digunakan untuk mengetahui hasil belajar dalam bidang keterampilan, (2) sangat baik
digunakan untuk mencocokkan kesesuaian antara pengetahuan teori dengan
69

keterampilan praktik, sehingga hasil penilaian menjadi lengkap (3) dalam


pelaksanaannya tidak memungkinkan peserta didik untuk menyontek (4) guru dapat
mengenal lebih dalam tentang karakteristik masing-masing peserta didik sebagai
dasar tindak lanjut hasil penilaian, seperti pembelajaran selanjutnya maupun
remedial.
Adapun kelemahan/kekurangan tes Kinerja/ tes praktik adalah sebagai
berikut:
a. Memakan waktu yang lama
b. Dalam hal tertentu membutuhkan biaya yang besar
c. Cepat membosankan
d. Jika tes tindakan sudah menjadi sesuatu yang rutin, maka ia tidak mempunyai
arti apa-apa lagi
e. Memerlukan syarat-syarat pendukung yang lengkap, baik waktu, tenaga
maupun biaya. Jika syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi, maka hasil penilaian
tidak dapat dipertanggungjawabkan dengan baik.

Contoh tes kinerja

PERCOBAAN PERUBAHAN PANJANG (MUAI PANJANG)


No. Pokok-Pokok yang dinilai Skor

1 Data Pengamatan

Mengisi Tabel Pengamatan

No. Jenis Logam Pertambahan Panjang Keterangan


1. Tembaga ……………… cm
2. Nikelin ……………… cm 2
3. dll ……………… cm
4.

2 Pembahasan

Membahas tentang: 6
 pemuaian suatu logam
 perubahan pertambahan panjang logam karena pengaruh
panas
3 Kesimpulan:

Menyimpulkan dari hasil percobaan yang diperoleh. 6


70

No. Pokok-Pokok yang dinilai Skor

4 Jawaban pertanyaan
1. Menuliskan logam/kawat yang mengalami pertambahan
panjang paling besar, beserta alasannya (disesuaikan
dengan hasil percobaan) 2
2. Yang akan mengalami pertambahan panjang paling besar
adalah kawat tembaga karena memiliki panas jenis lebih
besar
(bila menjawab tepat dan benar diberi poin yang sesuai, bila tidak
diberi nilai nol)
2

Jumlah 18

B. Non tes
Instrumen non tes pada dasarnya dapat dipakai untuk mengukur ranah – ranah
yang dimiliki tiap orang. Adapun ranah yang diukur dengan menggunakan non tes ini
adalah kognitif, psikomotorik, persepsi, dan ranah afektif. Mardapi (2004), mengatakan
bahwa dalam kaitan dengan afektif ada empat tipe karakteristik afektif yang penting,
yaitu sikap, minat, konsep diri, dan nilai. Instumen non tes sebagai alat pengumpul data
secara garis besar terdiri dari 2, yaitu yang berupa kertas yang berisi pertanyaan,
pernyataan dan daftar isian serta manusia itu sendiri sebagai instrumen.
Untuk kegiatan evaluasi yang bersifat kualitatif dengan menggunakan wawancara
dan observasi, maka subyek pengumpul data adalah instrumennya sedangkan borang dan
pedoman hanyalah alat bantu. Lain halnya ketika evaluasi yang sifatnya kuantitatif, maka
angket, kuisioner, daftar isian dan skala adalah insrtumennya.
1. Kuisioner/ angket
a. Pengertian
Kuisioner merupakan salah satu instrumen yang seringkali digunakan baik dalam
pembelajaran sekolah, perguruan tinggi maupun penelitian. Menurut Djaali
(2005) kuisioner terdiri dari daftar pertanyaan yang disampaikan kepada
responden untuk dijawab secara tertulis.
71

b. Keunggulan dan keterbatasan


Keunggulan kuisioner sebagai instrumen lebih praktis, hemat waktu dan tenaga
dibanding dengan wawancara. Namun keterbatasannya adalah kemungkinan
adanya jawaban yang diberikan dalam kuisioner tidak sesuai dengan keadaan
sebenarnya.
c. Kaidah dan contoh instrumen kuisioner atau angket
Dalam menyusun instrumen kuisioner atau angket, langkah yang hendaknya
dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Mengkaji teori
2) Membuat konstruk (definisi konseptual dan operasional
3) Mengembangkan dimensi dan indikator
4) Membuat kisi – kisi
5) Menetapkan rentang parameter pengukuran (kutub postif dan negatif)
6) Identifikasi ciri – ciri kutub
7) Menulis butir instrumen
8) Proses validasi konsep (telaah pakar / panel)
9) Perbaikan / revisi
10) Proses validasi empiris (uji coba instrumen, analisis data hasil uji coba
dengan uji validitas dan reliabilitas)
11) Seleksi butir valid
12) Perakitan instrumen

2. Skala
a. Pengertian
Skala adalah alat pengumpul data untuk memperoleh gambaran kuantitatif aspek
– aspek tertentu dari suatu barang atau sifat – sifat seseorang dalam bentuk skala
yang bersifat ordinal (SS, S, R, TS, STS). Skala dapat berbentuk skala sikap yang
biasanya ditujukan untuk mengukur variabel yang bersifat internal psikolois dan
diisi oleh responden yang bersangkutan. Selain itu, skala dapat pula berbentuk
skala penilaian yaitu, apabila skala tersebut ditujukan untuk mengukur variabel
yang indikator – indikatornya dapat diamati oleh orang lain, sehingga skala
72

penilaian bukan diberikan kepada unit analisis tetapi diberikan atau diisi oleh
orang yang mempunyai pengetahuan atau pengalaman yang cukup memadai
tentang keadaan subjek yang menjadi unit analisis dalam kaitannya dengan
variabel yang diukur.
b. Keunggulan dan keterbatasan
Keunggulan dan keterbatasn skala pada dasarnya mirip dengan kuisioner atau
angket, yaitu lebih praktis, hemat waktu dan tenaga dibanding dengan
wawancara. Namun keterbatasannya adalah kemungkinan adanya jawaban yang
diberikan dalam kuisioner tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga
butuh pendalaman dan kehati – hatian dalam menganalisanya.
c. Kaidah dan contoh instrumen skala sikap
Bentuk instrumen yang digunakan untuk skala sikap berupa skala penilaian
(rating scale). Skala penilaian menentukan posisi sikap atau perilaku peserta didik
dalam suatu rentangan sikap. Skala sikap secara umum memuat pernyataan sikap
atau perilaku yang diamati dan hasil pengamatan sikap atau perilaku sesuai
kenyataan. Pernyataan memuat sikap atau perilaku yang positif atau negatif sesuai
indikator penjabaran sikap dalam kompetensi inti dan kompetensi dasar. Rentang
skala hasil pengamatan antara lain berupa :
1) Sangat sering, sering, jarang, sangat jarang, tidak pernah
2) Sangat baik, baik, biasa saja, kurang baik, tidak baik
3) Selalu, sering, kadang – kadang, tidak pernah
Dalam menyusun skala sikap, langkah yang hendaknya dilakukan adalah
sebagai berikut :
1) Mengkaji teori
2) Membuat konstruk (definisi konseptual dan operasional
3) Mengembangkan dimensi dan indikator
4) Membuat kisi – kisi
5) Menetapkan rentang parameter pengukuran (kutub postif dan negatif)
6) Identifikasi ciri – ciri kutub
7) Menulis butir instrumen
8) Proses validasi konsep (telaah pakar / panel)
73

9) Perbaikan / revisi
10) Proses validasi empiris (uji coba instrumen, analisis data hasil uji coba
dengan uji validitas dan reliabilitas)
11) Seleksi butir valid
12) Perakitan instrumen
Dalam perkembangannya, instrumen non tes berbentuk skala ini dapat
disusun secara pribadi oleh guru maupun menggunakan yang sudah baku atau
dapat pula menggunakan instrumen yang sudah diberikan oleh kementerian
pendidikan dan kebudayaan. Berikut ini adalah contoh skala sikap tentang
Disiplin Belajar yang disusun mandiri oleh guru.

No. Uraian Pernyataan SS S Jr SJr TP


1 Saya belajar setiap malam
2 Saya membaca pelajaran untuk besok hari
dalam belajar sehari - hari
3 Saya mengumpulkan tugas tepat waktu
4 Saya mengerjakan PR beberapa menit
sebelum berangkat ke sekolah.
5 saya kerjakan tugas secara mandiri
sepulang dari sekolah.
6 Saya merapikan buku pelajaran beberapa
menit sebelum berangkat ke sekolah.
7 Saya masuk sekolah tepat waktu.
Keterangan :
SS = Sangat sering
S = Sering
Jr = Jarang
SJr = Sangat jarang
TP = Tidak Pernah

3. Wawancara (borang wawancara)


a. Definisi
Secara umum yang dimaksud wawacara adalah cara menghimpun bahan –
bahan keterangan yang dilaksanakan dengan tanya jawab secara lisan, sepihak,
berhadapan muka dan dengan arah tujuan yang telah ditentukan.
74

b. Keunggulan dan keterbatasan


Keunggulan wawancara adalah pewawancara sebagai pengumpul data dapat
melakukan kontak langsung dengan sumber data (responden) yang dimintai
keterangan sehingga dapat diperoleh data atau informasi yang lebih lengkap dan
mendalam. Melalui wawancara maka dimungkinkan sumber data dapat
memberikan dan mengeluarkan ide pemikiran atau isi hati secara lebih bebas.
Sedangkan keterbatasan wawancara adalah memakan waktu yang relatif
lama, memerlukan keterampilan bertanya yang sangat baik sehingga proses
wawancara tidak menjemukan dan cakupan responden sangat terbatas
dikarenakan belum tentu semua responden mau diwawancarai
c. Kaidah dan contoh instrumen borang wawancara
Dalam menyusun borang wawancara, langkah yang hendaknya dilakukan
adalah sebagai berikut :
1) Mengkaji teori
2) Membuat konstruk (definisi konseptual dan operasional
3) Mengembangkan dimensi dan indikator
4) Membuat borang wawancara.
5) Menulis butir pertanyaan yang terstruktur merujuk pada apa yang ingin
diketahui oleh pewawancara.
6) Perakitan instrumen
Berikut ini contoh pedoman wawancara atau borang wawancara dalam
wawancara terstruktur:
PEDOMAN WAWANCARA
No Aspek wawancara Ringkasan jawaban Ket
1 Motivasi belajar matematika
2 Minat belajar matematika
3 Kesulitan yang ditemui
4 Usaha yang sudah dilakukan
dalam mengahadapi kesulitan
5 Hasil usaha tersebut
75

4. Observasi (Pedoman Observasi)


a. Pengertian
Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara
berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun
tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah
indikator perilaku yang diamati. Observasi langsung dilaksanakan secara
langsung tanpa perantara orang lain. Sedangkan observasi tidak langsung dengan
bantuan orang lain.
Djaali (2005) mengatakan observasi adalah cara menghimpun bahan –
bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap fenomena – fenomena yang dijadikan objek
pengamatan. Observasi sebagai metode pengumpulan data banyak digunakan
untuk mengamati tingkah laku individu atau proses terjadinya kegiatan yang
diamati.
b. Keunggulan dan keterbatasan
Keunggulan observasi adalah mendapatkan data yang begitu detail,
terperinci dan berupa tingkah laku secara spesifik. Sedangkan keterbatasannya
adalah diperlukan orang atau peneliti yang terlatih, waktu yang dibutuhkan cukup
lama, karena data berupa tingkah laku, maka perlu proses yang cukup rumit serta
sistematis dalam pengolahannya.
c. Kaidah dan contoh instrumen Observasi
Bentuk instrumen yang digunakan untuk observasi adalah pedoman
observasi yang berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai
rubrik. Daftar cek digunakan untuk mengamati ada tidaknya suatu sikap atau
perilaku. Sedangkan skala penilaian menentukan posisi sikap atau perilaku peserta
didik dalam suatu rentangan sikap. Pedoman observasi secara umum memuat
pernyataan sikap atau perilaku yang diamati dan hasil pengamatan sikap atau
perilaku sesuai kenyataan. Pernyataan memuat sikap atau perilaku yang positif
atau negatif sesuai indikator penjabaran sikap dalam kompetensi inti dan
kompetensi dasar. Rentang skala hasil pengamatan antara lain berupa :
4) Sangat sering, sering, jarang, sangat jarang, tidak pernah
76

5) Sangat baik, baik, biasa saja, kurang baik, tidak baik


6) Selalu, sering, kadang – kadang, tidak pernah.
Pedoman observasi dilengkapi juga dengan rubrik dan petunjuk penskoran.
Rubrik memuat petunjuk/uraian dalam penilaian skala atau daftar cek. Sedangkan
petunjuk penskoran memuat cara memberikan skor dan mengolah skor menjadi
nilai akhir. Agar observasi lebih efektif dan terarah hendaknya :
1) Dilakukan dengan tujuan jelas dan direncanakan sebelumnya. Perencanaan
mencakup indikator atau aspek yang akan diamati dari suatu proses.
2) Menggunakan pedoman observasi berupa daftar cek atau skala penilaian.
3) Pencatatan dilakukan selekas mungkin.
4) Kesimpulan dibuat setelah program observasi selesai dilaksanakan

Contoh : Pedoman Observasi Sikap Spiritual


(Untuk sekolah menengah)
Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap spiritual peserta didik. Berilah
tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap spiritual yang ditampilkan oleh peserta
didik, dengan kriteria sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan
kadang-kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan
sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan

Nama Peserta Didik : ………………….


Kelas : ………………….
Tanggal Pengamatan : …………………..
Materi Pokok : …………………..
Skor
No Aspek Pengamatan
1 2 3 4
77

Skor
No Aspek Pengamatan
1 2 3 4
1 Berdoa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu
2 Mengucapkan rasa syukur atas karunia Tuhan
3 Memberi salam sebelum dan sesudah
menyampaikan pendapat/presentasi
4 Mengungkapakan kekaguman secara lisan maupun
tulisan terhadap Tuhan saat melihat kebesaran
Tuhan
5 Merasakan keberadaan dan kebesaran Tuhan saat
mempelajari ilmu pengetahuan
Jumlah Skor

Petunjuk Penskoran :
Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :

Contoh :
Skor diperoleh 14, skor tertinggi 4 x 5 pernyataan = 20, maka skor akhir :

Peserta didik memperoleh nilai :


Sangat Baik : apabila memperoleh skor 3,20 – 4,00 (80 – 100)
Baik : apabila memperoleh skor 2,80 – 3,19 (70 – 79)
Cukup : apabila memperoleh skor 2.40 – 2,79 (60 – 69)
Kurang : apabila memperoleh skor kurang 2.40 (kurang dari 60%)

C. Perencanaan Pengukuran Pembelajaran


Ada enam aspek yang selayaknya dipertimbangkan dalam perencanaan pengukuran,
yaitu sebagai berikut :
1. Pemilihan materi pengukuran
78

Tidak semua bahan pelajaran dan aspek hasil belajar dapat diukur, diuji dan dijadikan
bahan pengukuran, karena waktu yang tersedia dan karakteristik dari materi tersebut.
Oleh karena itu, penting kiranya untuk mengukur sesuatu yang memang sudah
dipelajari dan terkait dengan materi tersebut.
2. Tipe yang digunakan
Secara umum, tidak ada suatu tipe alat ukur dalam pendidikan yang lebih baik atau
yang terbaik dalam mengukur perubahan perilaku maupun hasil belajar. Masing –
masing memiliki kekuatan dan kekurangannya. Hal yang mungkin untuk dilakukan
adalah memilih bentuk tes atau pun non tes yang sesuai serta lebih tepat untuk
mengukur perubahan perilaku maupun hasil belajar tertentu.
3. Aspek kemampuan yang akan diuji
Materi maupun bahan yang akan diuji tidak selamanya menggambarkan seluruh
aspek dalam ranah kognitif, afektif maupun psikomotor. Dalam kognitif terdapat 6
ranah yang merupakan hasil berurutan dan berjenjang. Artinya, suatu kompetensi
dasar yang bersifat awalan umumnya hanya membutuhkan tingkatan pengetahuan
yang berupa ingatan hendaknya aspek yang diuji hanyalah pada tingkatan tersebut
saja.
4. Format butir
Setiap instrumen tes maupun non tes memiliki tipe dan format soal yang beragam.
Misalnya, tes objektif terdiri dari benar – salah, pilihan ganda dan menjodohkan.
Setiap tipe memiliki format yang berbeda – beda.
5. Jumlah butir
Penentuan jumlah butir sangat terkait dengan keterwakilan bahan yang diujikan,
waktu yang tersedia dan reliabilitas tes. Semakin banyak tes yang digunakan semakin
reliabel tes tersebut, baik reliabilitas dalam arti stabilitas maupun internal
konsistensinya.
6. Distribusi tingkat kesukaran
Tingkat kesukaran berkaitan dengan tujuan dari kegiatan pengukuran.

D. Karakteristik Alat ukur yang baik


79

Evaluasi sangat berguna untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil


pembelajaran. Pentingnya evaluasi dalam pembelajaran, dapat dilihat dari tujuan dan
fungsi evaluasi maupun sistem pembelajaran itu sendiri. Evaluasi tidak dapat dipisahkan
dari pembelajaran, sehingga guru mau tidak mau harus melakukan evaluasi
pembelajaran. Melalui evaluasi, Anda dapat melihat tingkat kemampuan peserta didik,
baik secara kelompok maupun individual. Anda juga dapat melihat berbagai
perkembangan hasil belajar peserta ddik, baik yang yang menyangkut domain kognitif,
afektif maupun psikomotor. Pada akhirnya, guru akan memperoleh gambaran tentang
keefektifan proses pembelajaran. Setelah Anda memahami pentingnya evaluasi dalam
kegiatan pembelajaran di madrasah, tentunya Anda juga perlu tahu apa karakteristik dari
alat ukur yang baik.
Pemahaman tentang alat ukur ini menjadi penting karena dalam praktik evaluasi
atau penilaian di sekolah, pada umumnya guru melakukan proses pengukuran. Dalam
pengukuran tentu harus ada alat ukur (instrumen), baik yang berbentuk tes maupun non
tes. Alat ukur tersebut ada yang baik, ada pula yang kurang baik. Alat ukur yang baik
adalah alat ukur yang memenuhi syarat-syarat atau kaidah-kaidah tertentu, dapat
memberikan data yang akurat sesuai dengan fungsinya, dan hanya mengukur sampel
prilaku tertentu.
Secara sederhana, Zainal Arifin (2011 : 69) mengemukakan karakteristik instrumen
pengukuran, penilaian dan evaluasi yang baik adalah “valid, reliabel, relevan,
representatif, praktis, diskriminatif, spesifik dan proporsional”.

1. Valid, artinya suatu alat ukur dapat dikatakan valid jika betul-betul
mengukur apa yang hendak diukur secara tepat. Misalnya, alat ukur
matapelajaran. Ilmu Fiqih, maka alat ukur tersebut harus betul-betul
dan hanya mengukur kemampuan peserta didik dalam mempelajari
Ilmu Fiqih, tidak boleh dicampuradukkan dengan materi pelajaran
yang lain. Validitas suatu alat ukur dapat ditinjau dari berbagai
segi, antara lain validitas ramalan (predictive validity), validitas
bandingan (concurent validity), dan validitas isi (content validity),
validitas konstruk (construct validity), dan lain-lain. Penjelasan
tentang validitas ini dapat Anda baca uraian modul berikutnya.
80

2. Reliabel, artinya suatu alat ukur dapat dikatakan reliabel atau handal
jika ia mempunyai hasil yang taat asas (consistent). Misalnya, suatu
alat ukur diberikan kepada sekelompok peserta didik saat ini, kemudian
diberikan lagi kepada sekelompok peserta didik yang sama pada saat
yang akan datang, dan ternyata hasilnya sama atau mendekati sama,
maka dapat dikatakan alat ukur tersebut mempunyai tingkat reliabilitas
yang tinggi.
3. Relevan, artinya alat ukur yang digunakan harus sesuai dengan
standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang telah
ditetapkan. Alat ukur juga harus sesuai dengan domain hasil belajar,
seperti domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Jangan sampai ingin
mengukur domain kognitif menggunakan alat ukur non-tes. Hal ini
tentu tidak relevan.
4. Representatif, artinya materi alat ukur harus betul-betul mewakili dari
seluruh materi yang disampaikan. Hal ini dapat dilakukan bila guru
menggunakan silabus sebagai acuan pemilihan materi tes. Guru juga
harus memperhatikan proses seleksi materi, mana materi yang bersifat
aplikatif dan mana yang tidak, mana yang penting dan mana yang
tidak.
5. Praktis, artinya mudah digunakan. Jika alat ukur itu sudah memenuhi
syarat tetapi sukar digunakan, berarti tidak praktis. Kepraktisan ini
bukan hanya dilihat dari pembuat alat ukur (guru), tetapi juga bagi
orang lain yang ingin menggunakan alat ukur tersebut.
6. Diskriminatif, artinya adalah alat ukur itu harus disusun sedemikian
rupa, sehingga dapat menunjukkan perbedaan-perbedaan yang sekecil
apapun. Semakin baik suatu alat ukur, maka semakin mampu alat
ukur tersebut menunjukkan perbedaan secara teliti. Untuk mengetahui
apakah suatu alat ukur cukup deskriminatif atau tidak, biasanya
didasarkan atas uji daya pembeda alat ukur tersebut.
7. Spesifik, artinya suatu alat ukur disusun dan digunakan khusus untuk
objek yang diukur. Jika alat ukur tersebut menggunakan tes, maka
81

jawaban tes jangan menimbulkan ambivalensi atau spekulasi.


8. Proporsional, artinya suatu alat ukur harus memiliki tingkat kesulitan
yang proporsional antara sulit, sedang dan mudah. Begitu juga ketika
menentukan jenis alat ukur, baik tes maupun non-tes.

Karakteristik instrumen evaluasi di atas tentunya sedikit banyak telah


memenuhi apa yang diperlukan oleh evaluator. Namun demikian, ada
beberapa hal kekinian yang mestinya juga dijadikan acuan untuk menjawab
tantangan yang begitu kompleks dewasa ini. Dalam menyusun instrumen
evaluasi, seorang evaluator hendaknya memperhatikan pula kenyataan dari
data yang akan diambil, oleh karena itu ke-otentikan dalam menyusun
instrumen dirasa perlu.

Otentik, Artinya Memandang sesuatu objek/subyek evaluasi secara


terpadu. Evaluasi bersifat otentik berarti pula mencerminkan masalah dunia
nyata. Menggunakan berbagai cara yang holistik. Instrumen yang bersifat
otentik tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh subyek/obyek evaluasi,
tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh
subyek/obyek evaluasi.

Hal yang berikutnya yang tidak kalah pentingnya adalah dasar


penyusunan instrumen evaluasi hendaknya mengacu pada kriteria tertentu.
Mengacu pada kriteria, Artinya Instrumen disusun berdasarkan kriteria yang
ditetapkan, misalnya ketuntasan minimal, standarisasi tertentu atau
kemampuan minimal. Kompetensi Inti, standar kompetensi dan indikator
untuk kalangan sekolah dasar dan menengah. Untuk para peneliti dan
evaluator kriteria dapat ditetapkan berdasarkan standar minimum yang
dipersyaratkan baik secara undang – undang maupun peraturan yang berlaku
dalam pencapaian standar tersebut. Untuk mengukur suatu kemampuan dalam
keterampilan tertentu kriteria dapat mengacu pada kompetensi tertentu yang
wajib dicapai.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan dalam menyusun


instrumen pengukuran, penilaian dan evaluasi instrumen tersebut hendaknya
82

memiliki karakteristik “valid, reliabel, relevan, representatif, praktis,


diskriminatif, spesifik, proporsional, otentik dan mengacu pada kriteria
tertentu”.

Anda mungkin juga menyukai