Ada beberapa teknik dan alat penilaian yang dapat digunakan guru sebagai sarana untuk memperoleh
informasi tentang keadaan belajar siswa. Penggunaan berbagai teknik dan alat itu harus disesuaikan
dengan tujuan penilaian, waktu yang tersedia, sifat tugas yang dilakukan siswa dan banyaknya/jumlah
materi pelajaran yang sudah disampaikan.
Teknik penilaian adalah metode atau cara penilaian yang dapat digunakan guru untuk mendapatkan
informasi mengenai keadaan belajar dan prestasi peserta didik. Teknik penilaian yang memungkinkan dan
dapat dengan mudah digunakan oleh guru antara lain:
1. Teknik Tes
Istilah “tes” berasal dari bahasa Perancis, yaitu “testum”, berarti piring yang digunakan untuk memilih
logam mulia dari benda-benda lain, seperti pasir, batu, tanah, dan sebagainya. Tes merupakan suatu
teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang di dalamnya
terdapat serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan, kecerdasan, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh sesesorang atau kelompok.
Dilihat dari bentuknya, maka penilaian jenis tes ini dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian, yaitu:
a. Tes Tertulis
Tes tertulis adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik dengan memberikan jawaban
tertulis. Jenis tes tertulis secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
Bentuk uraian dapat digunakan untuk mengatur kegiatan-kegiatan belajar yang sulit diukur oleh bentuk
objektif. Disebut bentuk uraian, karena menuntut peserta didik untuk menguraikan, mengorganisasikan
dan menyatakan jawaban dengan kata-katanya sendiri dalam bentuk, teknik, dan gaya yang berbeda satu
dengan yang lainnya.
Dilihat dari luas-sempitnya materi yang ditanyakan, maka tes bentuk uraian ini dapat dibagi menjadi 2
bentuk, yaitu:
Dalam bentuk ini peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan cara dan sistematika sendiri. Peserta
didik bebas mengemukakan pendapat sesuai dengan kemampuannya. Oleh karena itu, setiap peserta didik
mempunyai cara dan sistematika yang berbeda-beda. Namun, guru tetap mempunyai acuan atau patokan
dalam mengoreksi jawaban peserta didik nanti. Contoh:
Dalam menyusun soal bentuk uraian, ada baiknya guru mengikuti petunjuk praktis berikut ini.
(1) Setiap pertanyaan hendaknya menggunakan petunjuk dan rumusan yang jelas dan mudah dipahami.
(2) Jangan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memilih beberapa soal dari sejumlah
soal yang diberikan, sebab cara demikian tidak memungkinkan untuk memperoleh skor yang dapat
dibandingkan.
Terdapat kelebihan dan kekurangan yang dimiliki pada soal bentuk uraian,. Adapun kelebihan bentuk soal
uraian antara lain:
v Guru sering terkecoh dalam memberikan nilai, karena keindahan kalimat dan tulisannya.
Tes objektif sering juga disebut tes dikotomi (dichotomously scored item) karena jawabannya antara
benar atau salah dan skornya antara 1 atau 0. Tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, antara lain:
Bentuk tes benar-salah (B-S) adalah pernyataan yang mengandung dua kemungkinan jawaban, yaitu
benar atau salah. Salah satu fungsi bentuk soal benar-salah adalah untuk mengukur kemampuan peserta
didik dalam membedakan antara fakta dengan pendapat. Bentuk soal seperti ini lebih banyak digunakan
unyuk mengukur kemampuan mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang sederhana.
Ada beberapa teknik/petunjuk praktis dalam penyusunan soal bentuk B-S, yaitu:
(2) Berilah petunjuk cara mengerjakan soal yang jelas dan memakai kalimat sederhana.
Soal tes bentuk pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang lebih kompleks dan
berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pilihan jawaban
(option) terdiri atas jawaban yang benar atau paling benar, selanjutnya disebut kunci jawaban dan
kemungkinan jawaban salah yang dinamakan pengecoh (distractor/decoy/fails).[2]
Beberapa petunjuk praktis dalam menyusun soal bentuk pilihan ganda, yaitu:
ü Harus mengacu pada kompetensi dasar dan indikator soal.
ü Jangan memasukkan materi soal yang tidak relevan dengan apa yang sudah dipelajari peserta didik.
ü Pernyataan dan pilihan hendaknya merupakan kesatuan kalimat yang tidak terputus.
Kebaikan soal bentuk pilihan-ganda, antara lain: (1) cara penilaian dapat dilakukan dengan mudah, cepat,
dan objektif, (2) dapat mencakup ruang lingkup bahan/materi yang luas, (3) mampu mengungkap tingkat
kognitif rendah sampai tinggi, dan (4) dapat digunakan berulang kali. Sedangkan kelemahannya antara
lain: (1) proses penyusunan soal benar-benar membutuhkan waktu yang lama, (2) memberi peluang siswa
untuk menebak jawaban, dan (3) kurang mampu meningkatkan daya nalar siswa.
Soal tes bntuk menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya
dikumpulkan pada dua kolom berbeda, yaitu kolom sebelah kiri menunjukkan kumpulan persoalan, dan
kolom sebelah kanan menunjukkan kumpulan jawaban. Bentuk soal seperti ini sangat baik untuk
mengukur kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi hubungan antara dua hal.
(2) Kumpulan soal diletakkan di sebelah kiri, dan jawaban di sebelah kanan.
Soal bentuk melengkapi (completion) dikemukakan dalam kalimat yang tidak lengkap. Contoh:
(2) Titik-titik kosong sebagai tempat jawaban hendaknya diletakkan di akhir kalimat.
(4) Jika perlu, dapat diberi gambar-gambar sehingga dapat dipersingkat dan jelas.[3]
b. Tes Lisan
Tes lisan yakni tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung
antara pendidik dan peserta didik. Tes ini memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya antara
sebagai berikut.
1.) Dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki peserta didik, sikap, serta
kepribadiannya karena dilakukan secara berhadapan langsung.
2.) Bagi peserta didik yang kemampuan berpikirnya relatif lambat sehingga sering mengalami
kesukaran dalam memahami pernyataan soal, tes bentuk ini dapat menolong sebab peserta didik dapat
menanyakan langsung kejelasan pertanyaan yang dimaksud.
c. Tes Perbuatan
Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan pelaksanaan
tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau unjuk kerja. Penilaian tes perbuatan dilakukan sejak peserta
didik melakukan persiapan, melaksanakan tugas, sampai dengan hasil yang dicapainya.
Untuk menilai tes perbuatan pada umumnya diperlukan sebuah format pengamatan, yang bentuknya
dibuat sedemikian rupa agar pendidik dapat menuliskan angka-angka yang diperolehnya pada tempat
yang sudah disediakan. Bentuk formatnya dapat disesuaikan menurut keperluan. Untuk tes perbuatan
yang sifatnya individual, sebaiknya menggunakan format pengamatan individual. Untuk tes perbuatan
yang dilaksanakan secara kelompok digunakan format tertentu yang sudah disesuaikan untuk keperluan
pengamatan kelompok.
2. Teknik Non-Tes
Teknik non-tes sangat penting dalam mengevaluasi siswa pada ranah afektif dan psikomotor, berbeda
dengan teknik tes yang lebih menekankan asfek kognitif. Ada beberapa macam teknik non-tes, yakni:
pengamatan (observation), wawancara (interview), kuesioner/angket (quetionaire).
a. Observasi
Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional
mengenai berbagai fenomena untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam evaluasi pembelajaran, observasi
dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik, seperti tingkah laku peserta didik
pada waktu belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain. Alat yang digunakan untuk melakukan
observasi disebut pedoman observasi.
JAWABAN NO 2
ada tiga model pembelajaran terpadu yang cocok diterapkan di sekolah dasar, yaitu model jaring laba-laba
(webbing), model keterhubungan (connected), dan model keterpaduan (integrated).
model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Pertama-tama harus menentukan
tema terlebih dahulu, kemudian dikembangkan menjadi subtema dengan memperhatikan keterkaitan antar
tema dengan mata pelajaran yang terkait. Model ini lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam
pembelajaran sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman secara langsung. Dengan pengalaman secara
langsung siswa mudah memahami konsep yang akan dipelajari. Model ini mempunyai kelebihan dan
kekurangan dalam pelaksanaannya.
Model keterhubungan atau connected adalah
model pembelajaran terpadu yang secara sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan
konsep lain, satu topik dengan topik lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain yang dipelajari
dalam satu bidang studi. Guru mengkaitkan pelajaran yang satu dengn yang lainnya sehingga pengalaman
belajar peserta didik lebih luas dan menyeluruh.
model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar mata pelajaran. Menurut fogarty model
keterpaduan pembelajaran yang menggabungkan bidang studi yang tumpang tindih dengan topik, konsep,
sikap yang saling berhubungan di dalam beberapa mata pelajaran.
JAWABAN NO 3
Rubrik penilaian merupakan panduan yang digunakan untuk menilai kinerja peserta didik.
Informasi yang diperoleh dari rubrik dapat digunakan untuk fungsi formatif, yakni untuk memperbaiki
proses pembelajaran.
Selain itu, informasi yang diperoleh dari rubrik dapat digunakan untuk fungsi sumatif, yakni menilai
pencapaian kompetensi pembelajaran.
Adapun aspek yang dinilai dalam penilaian praktik ditulis dalam rubrik penilaian.
Rubrik penilaian berisi kriteria-kriteria berkaitan dengan langkah-langkah yang dilakukan pada saat
mengerjakan suatu aktivitas. Langkah-langkah tersebut diurutkan, lengkap, jelas, mudah diamati, dan
dapat diukur.
Kurikulum 2013
4.4 Melakukan
percobaan rangkaian
Kompetensi listrik sederhana secara
Dasar seri dan paralel
o Melakukan
percobaan
rangkaian listrik
sederhana
secara seri dan
paralel
o Membuat
Indikator rangkaian listrik
Soal seri dan paralel
Lampu A
Lampu C
JAWABAN NO 4
I. Standar Kompetensi
6. Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda
berdasarkansifatnya.
II. Kompetensi Dasar
6.2 Mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud cair → padat → cair; cair → gas → cair;
padat → gas→padat.
III. Indikator
1. Mengidentifikasi perubahan wujud benda.
2. Memberikan contoh perubahan wujud benda.
IV. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui diskusi kelompok siswa mampu memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda.
2. Siswa mampu memahami dan memberikan contoh perubahan wujud benda melalui presentasi gambar
yang menunjukkan contoh perubahan wujud oleh kelompok ahli.
V. Materi Pembelajaran
Perubahan Wujud Benda
Materi terlampir
VI. Metode Pembelajaran
a. Diskusi tanya jawab
b. Model Pembelajaran Jigsaw
VII. Langkah-Langkah Kegiatan
A. Pertemuan Pertama
a. Kegiatan Pendahuluan / Apersepsi
1). Mengkondisikan kelas
3). Menginformasikan materi yang hendak dipelajari siswa.
4). Menyampaikan Tujuan
b. Kegiatan Inti
1. Eksplorasi
1). Guru meminta salah seorang peserta didik menceritakan cara membuat es. Guru dapat
mengajukan pertanyaan sebagai berikut.
• Apakah bahan untuk membuat es?
• Bagaimana perubahan wujud benda pada es?
2). Pengetahuan Prasyarat
Apakah membeku, mencair, menguap, mengembun, mengkristal dan menyublim itu?
2. Elaborasi
1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, setiap kelompok dibagi menjadi 6 anak (KELOMPOK
ASAL).
2. Masing-masing anggota Kelompok Asal dibagi menjadi dari Kelompok Ahli 1 hingga 6.
3. Setiap kelompok ahli mendapatkan sub materi yang berbeda-beda yaitu:
Kelompok 1 membahas : perubahan wujud mencair.
Kelompok 2 membahas : perubahan wujud membeku.
Kelompok 3 membahas : perubahan wujud menguap.
Kelompok 4 membahas : perubahan wujud mengembun.
Kelompok 5 membahas : perubahan wujud menyublim.
Kelompok 6 membahas : perubahan wujud mengkristal.
5. Masing-masing kelompok ahli mendiskusikan materi yang telah didapat.
6.Setelah mendiskusikan materi dengan kelompok ahli, siswa kembali ke kelompok asal tadi.Secara
bergiliran, masing-masing anggota kelompok menjelaskan hasil diskusi dalam kelompok asal tadi.
8. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
3. Konfirmasi
1.Gurumemberikan pemantapan¸ serta menyimpulkan/merefleksi hasil diskusi.
2.Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, apabila ada yang belum paham.
c. Kegiatan Penutup
1. Guru memberikan evaluasi berupa soal yang berkaitan dengan materi yang diajarkan.
2. Guru memberi tugas remedial jika perlu, dan memberikan PR kepada siswa.
3. Guru menutup pembelajaran, kemudian berdo’a untuk menutup pembelajaran sesuai dengan
kepercayaan masing-masing.
IX. EVALUASI
a. Jenis : Tertulis
b. Bentuk : Isian Singkat
c. Instrumen : Soal-soal Terlampir