Anda di halaman 1dari 33

PERTEMUAN KE 5

DEFINISI DAN PENGUMPULAN


DATA
1. Kemampuan yang diharapkan:
Mahasiswa memahami definisi dan pengumpulan data
2. Bahan Kajian/ Materi Pembelajaran
Definisi dan pengumpulan data
3. Metode Pembelajaran
Diskusi, Pengolahan Informasi
4.Alokasi Waktu
TM; 3x50 = 150 menit
BT; 3x60 = 180 menit
BM; 3x60 = 180 menit
5. Pengalaman Belajar
Menggali informasi tentang definisi dan pengumpulan data dari berbagai sumber belajar
5. Assesment
a. Indikator:
1). Mahasiswa dapat memilih definisi dan pengumpulan data
2). Mahasiswa dapat menerapkan definisi dan pengumpulan data
b. Bentuk :
Tes lisan dan praktek
6. Bobot : 5
A. DEFINISI PENGUMPULAN DATA

1. Menurut Sugiyono (2010: 338), pengumpulan data adalah mencari, mencatat, dan mengumpulkan
semua secara objektif dan apa adanya sesuai dengan hasil observasi dan wawancara di lapangan
yaitu pencatatan data dan berbagai bentuk data yang ada di lapangan.
2. Menurut Moh. Nazir, pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan terstandar untuk
memperoleh data yang diperlukan.
3. Pengumpulan data dapat dilakukan antara lain dengan:
a. Tes
b. Non tes
• Kuesioner (questionnaire )
• Wawancara (interview)
• Observasi (observation)
• Analisis dokumen (documentary analysis)
B. TES
1. Pengertian Tes
• Menurut F.L. Goodenough, tes adalah serangkaian tugas yang diberikan kepada individu
atau kelompok dengan maksud untuk membandingkan kecakapan mereka satu dengan
yang lain.
• Menurut Suharsimi Arikunto (2013:67) “tes merupakan alat atau prosedur yang
digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan cara dan berbagai aturan
yang telah ditentukan.
• Menurut Surapranata (2007:19), tes sejatinya di gunakan untuk meningkatkan
pembelajaran, mengukur aspek-aspek perilaku manusia dari segi pengetahuan (kognitif),
sikap (afektif) dan dari segi keterampilan (psikomotor)
• Tes adalah suatu alat yang digunakan untuk mengumpullkan informasi guna mengetahui,
menilai dan mengukur hasil belajar peserta didik
2. Fungsi Tes
a. Menurut Anas Sudjono (2012 :67):
• Mengukur perkembangan dan kemajuan yang diperoleh siswa setelah proses
pembelajaran.
• Menentukan tingkat pencapaian program pengajaran yang telah dicapai.
b. Menurut M. Ngalim Purwanto:
• Untuk menentukan perkembangan siswa setelah melakukan kegiatan belajar mangajar;
• Untuk menentukan tingkat keberhasilan program pengajaran yang meliputi tujuan,
bahan pengajaran, metode, dan alat evaluasi pembelajaran.
• Untuk kepentingan bimbingan dan konseling
• Untuk meningkatkan perbaikan dan pengembangan kurikulum sekolah.

3. Prinsip Tes (Anas Sudjono, 2012:99)


• Bisa mengukur dengan detail hasil belajar siswa dimana harus sama dengan tujuan
intruksionalnya.
• Butir soal merupakan bagian dari berbagai materi yang sudah diajarkan kepada peserta
didik.
• Dalam menyajikan bentuk soal untuk tes hasil belajar harus bervariasi.
• Didesain untuk memperoleh hasil yang diinginkan sesuai dengan kegunaanya.
• Mempunyai reliabilitas yang bisa diandalkan.
• Dapat mengukur keberhasilan siswa serta menjadi alat yang dapat digunakan utuk evalusi
terhadap proses pembelajaran bagi siswa dan guru.
4. Ciri-ciri Tes Hasil Belajar yang Baik ( Arikunto,2016:72-77)
a. Validitas
• Validitas adalah kevalidan atau kesahihan suatu soal
• Kevalidan soal bisa dilihat dari bisa tidaknya soal dalam menilai pada suatu penilaian.
b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah kesamaan hasil tes jika diujikan apabila dilakkukan tes pada waktu
yang berbeda.
c. Objektivitas
Tidak ada unsur pribadi dari penilai dalam memberikan nilai.
d. Praktis
Tes mudah dijalankan, dengan dilengkapi petunjuk-petunjuk yang bisa dikerjkan oleh
semua orang.
e. Ekonomis
Dalam pelaksanaanya tes tidak membutuhkan biaya yang mahal dan waktu yang
singkat.
5. Jenis Tes
a. Berdasarkan pelaksanaan (Amirono dan Daryanto , 2016:68)
1). Tes Lisan
• Tes lisan adalah suatu tes dimana pemberi tes menanyakan langsung
pertanyaanya kepada peserta tes.
• Tes lisan mempunyai keunggulan yaitu hasil yang diperoleh bisa didapat dengan
cepat.
• Penilai dapat mengetahui kemampuan bicara atau bahasa dari peserta tes dan
menghindari kecurangan seperti kerjasama antar peserta saat pelaksanaan tes.
2). Tes Perbuatan
• Tes perbuatan (tes praktik), peserta didik melakukan berbagai prosedur yang
diminta oleh guru (penilai).
•Penilai dapat melihat kemampuan peserta didik dalam melakukan simulasi
(kegiatan praktik).
3). Tes Tertulis
Tes tertulis dibagi menjadi dua yaitu tes:
• Uraian
• Tes objektif..
b. Berdasarkan bentuk (Arikunto , 2016:177)
1). Tes Subjektif pada umumnya berupa esai (uraian).
• Jenis tes yang membutuhkan jawaban dari peserta didik berupa pembahasan dan
penjelsaan secara rinci dan deteil.
• Pada umumnya pertanyaan pada tes subjektif menggunaka kata seperti uraikan,
jelaskan, mengapa, dan bagaimana, dsb.
2). Tes Objektif
• Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaanya bisa dilakukan secara objektif
• Tes objektif digunakan untuk mengatasi kelemahan dari tes uraian yang condong
kearah subjektif.
• Tes objektif dibagi menjadi beberapa tes diantaranya adalah:
a). Tes betul salah;
b). Tes pilihan ganda;
c). Menjodohkan;
d). isian singkat.
1). Tes uraian
a). Definis tes uraian
• Tes uraian adalah pernyataan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk
menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan
bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan penyataan dengan menggunakan kata-
kata dan bahasa sendiri.
• Tes uraian (essay test) disebut juga tes subjektif (subjective test) yang mempunyai
karakteristik tertentu.

b). Karakteristik tes uraian


•Berbentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban berupa uraian atau
paparan kalimat yang pada umumnya cukup panjang
• Bentuk pertanyaan menuntut kepada testee untuk memberikan penjelasan komentar,
penafsiran, membandingkan, membedakan dan sebagainya
•Jumlah butir soalnya umumnya terbatas yaitu berkisar antara lima sampai sepuluh
butir
• Pada umumnya butir-butir soal tes uraian itu diwakili dengan kata: jelaskan, terangkan,
uraikan, mengapa, begaimana dsb
c). Penggolongan tes uraian
(1). Tes uraian bentuk bebas
Testee mempunyai kebebasan yang seluas-luasnya dalam merumuskan,
mengorganisasikan dan menyajikan jawabannya dalam bentuk uraian
(2). Tes uraian bentuk terbatas
Jawaban yang dikehendaki muncul dari testee adalah jawaban yang terarah (dibatasi)

d). Keunggulan tes uraian


(1). Pembuatannya dapat dilakukan dengan mudah dan cepat;
(2). Dapat mencegah kemungkinan timbulnya permainan spekulasi di kalangan testee;
(3). Penyusun soal akan dapat mengetahui tingkat kedalaman dan penguasaan testee
dalam memahami materi pelajaran;
(4). Testee akan terdorong dan terbiasa untuk berani mengemukakan pendapat dengan
menggunakan susunan kalimat dan gaya bahasa yang merupakan hasil olahannya
sendiri
e). Kelemahan tes uraian
(1). Kurang dapat mencakup semua isi materi pelajaran yang diberikan kepada testee yang
seharusnya diujikan dalam tes hasil belajar;
(2). Mengoreksi jawaban soal tes uraian cukup sulit;.
(3). Pemberian skor terdapat kecendrungan bahwa tester lebih banyak bersifat subjektif.
(4). Koreksi pada lembar jawaban sulit dilakukan orang lain;
f). Petunjuk operasional menyusun tes uraian
(1). Butir-butir soal tes uraian harus dapat mencakup ide-ide pokok dari materi pelajaran yang
telah diajarkan.
(2). Salah satu upaya untuk menghindari perbuatan curang oleh testee hendaknya diusahakan
agar susunan kalimat soal dibuat berlainan dengan susunan kalimat yang terdapat dalam
buku pelajaran atau bahan lain yang diminta untuk mempelajarinya.
(3). Sesaat setelah butir- butir soal tes uraian dibuat, hendaknya disusun dan dirumuskan secara
tegas bagaimana seharusnya jawaban yang dikehendaki testee sebagai jawaban yang betul.
(4). Penyusun butir-butir soal tes uraian hendaknya agar pertanyaan yang diajukan dibuat secara
bervariasi.
(5). Kalimat soal hendaknya disusun ringkas, padat dan jelas sehingga cepat dipahami oleh
testee.
(6). Hendaknya dikemukakan pedoman tentang cara mengerjakan butir-butir soal.
g). Kaidah Penulisan Soal Uraian
(1). Materi
• Soal harus sesuai dengan indikator.
• Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan (ruang lingkup) harus jelas.
•Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran
• Isi materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang, jenis sekolah, atau tingkat
kelas.
(2). Konstruksi
• Rumusan kalimat soal atau pertanyaan harus menggunakan kata tanya (perintah)
yang menuntut jawaban terurai, seperti: mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan,
hubungkan, tafsirkan, buktikan, hitunglah.
• Buatlah petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
•Buatlah pedoman penskoran.
• Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya harus disajikan dengan jelas,
berfungsi, terbaca, bermakna.
(3). Bahasa
• Rumusan butir soal menggunakan bahasa (kalimat dan kata- kata) yang sederhana
dan komunikatif sehingga mudah dipahami oleh peserta didik.
• Rumusan soal tidak mengandung kata yang dapat menyinggung perasaan peserta
didik atau kelompok tertentu.
• Rumusan soal tidak menggunakan kata-kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran
ganda atau salah pengertian.
• Butir soal menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
• Rumusan soal sudah mempertimbangkan segi bahasa dan budaya.
• Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat.
2). Tes Bentuk Objektif (Objective test)

a). Definisi tes objektif


Tes obyektif adalah salah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal
(item) yang dapat dijawab oleh testee dengan cara memilih salah satu atau lebih di antara
beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing-masing item.
b).Penggolongan Tes Objektif
Tes objektif bentuk:
(1). Benar- salah (true- false test);
(2). Menjodohkan (matching test)
(3). Melengkapi ( completion test)
(4). Isian (fill in test)
(5). Pilih ganda (multiple choice item)
c). Keunggulan tes objektif
(1). Tes objektif sifatnya lebih representatif dalam hal mencakup dan mewakili materi yang
telah diajarkan kepada peserta didik atau telah diperintahkan kepada peserta didik
untuk mempelajarinya.
(2). Tes objektif lebih memungkinkan bagi tester untuk bertindak lebih obyektif baik dalam
mengoreksi lembar-lembar jawaban, menentukan bobot skor maupun dalam
menentukan nilai hasil tesnya.
(3). Mengoreksi hasil tes objektif jauh lebih mudah dan lebih cepat ketimbang
mengoreksi hasil tes uraian.
(4). Memberikan kemungkinan kepada orang lain untuk ditugaskan untuk mengoreksi
hasil tes tersebut.
(5). Butir-butir soal pada tes objektif jauh lebih mudah dianalisis dari segi derajad
kesukarannya, daya bedanya, validitas maupun reliabilitasnya.
d). Kelemahan tes objektif
(1). Menyusun butir-butir soal tes objektif tidak semudah menyusun tes uraian
(2). Tes objektif pada umumnya kurang dapat mengukur proses berpikir tingkat tinggi atau
mendalam
(3). Terbuka kemungkinan bagi testee untuk bermain spekulasi, tebak terka, adu untung
daam memberikan jawaban soal.
(4). Dapat membuka peluang bagi testee untuk melakukan kerja sama yang tidak sehat
e). Petunjuk operasional penyusunan tes objektif

(1). Pembuat soal harus membiasakan diri dan sering berlatih untuk merancang dan
menyusun butir-butir soal tes obyektif yang sempurna.
(2). Setiap kali alat pengukur hasil belajar berupa tes obyektif hendaknya dilakukan
penganalisisan item dengan tujuan untuk mengidentifikasi butir-butir item yang baik dan
yang kurang baik
(3). Dalam rangka mencegah permainan spekulasi dan kerja sama yang kurang sehat
dikalangan testee maka perlu disiapkan terlebih dahulu suatu norma yang
memperhitungkan faktor tebakan.
(4). Agar tes obyektif dapat mengungkap yang lebih mendalam maka dalam merancang
dan menyusun butir-butir item tes obyektif hendaknya tester menyusun kisi-kisi soal atau
blue print.
f). Kaidah Penulisan soal
(1). Kaidah Penulisan Soal Pilihan Ganda
(a).Materi
• Soal sesuai dengan indikator
• Pilihan jawaban homogen dan logis ditinjau dari segi materi
• Setiap soal mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling benar
(b).Konstruksi
• Pokok soal dirumuskan secara jelas dan tegas.
• Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban merupakan pernyataan
yang diperlukan saja.
• Pokok soal tidak memberi petunjuk ke arah jawaban benar.
• Pokok soal tidak mengandung pernyataan yang bersifat negatif
ganda.
• Panjang rumusan pilihan jawaban relatif sama.
•Pilihan jawaban tidak mengandung pernyataan, “Semua pilihan jawaban di
atas salah” atau “Semua pilihan jawaban di atas benar”.
• Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu disusun berdasarkan urutan besar
kecilnya nilai angka tersebut atau kronologisnya.
• Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal jelas, berfungsi,
tidak memunculkan kebingungan, dan mempunyai tingkat keterbacaan tinggi.
• Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya.

(c). Bahasa
• Setiap soal menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia.
• Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat jika soal akan digunakan untuk
daerah lain atau nasional
• Setiap soal menggunakan bahasa yang komunikatif
• Setiap pilihan jawaban tidak mengulang kata atau frase yang bukan merupakan satu
kesatuan pengertian
Contoh Formaat Telaah Penulisan soal Tes Tertulis bentuk Pilihan Ganda
No Uraian Keterangan
1 Materi
a. Soal sesuai dengan indikator
b. Pilihan jawaban homogen dan logis ditinjau dari segi materi
c. Setiap soal mempunyai satu jawaban yang benar atau yang
paling benar

2 Konstruksi
a. Pokok soal dirumuskan secara jelas dan tegas
b. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban merupakan
pernyataan yang diperlukan saja.
c. Pokok soal tidak memberi petunjuk ke arah jawaban benar.
d. Pokok soal tidak mengandung pernyataan yang bersifat
negatif ganda.
No Uraian Keterangan
e. Panjang rumusan pilihan jawaban relatif sama.
f. Pilihan jawaban tidak mengandung pernyataan, “Semua pilihan jawaban
di atas salah” atau “Semua pilihan jawaban di atas benar
g. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu disusun berdasarkan
urutan besar kecilnya nilai angka tersebut atau kronologisnya
h. Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal
jelas, berfungsi, tidak memunculkan kebingungan, dan mempunyai
tingkat keterbacaan tinggi i. Butir soal tidak bergantung pada jawaban
soal sebelumnya
3 Bahasa
a. Setiap soal menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia
b. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat jika soal akan
digunakan untuk daerah lain atau nasional
c. Setiap soal menggunakan bahasa yang komunikatif
d. Setiap pilihan jawaban tidak mengulang kata atau frase yang bukan
merupakan satu kesatuan pengertian
C. NON TES

1. Kuesioner (questionnaire)
2. Wawancara (interview)
3. Observasi (observation)
4. Analisis dokumen (documentary analysis)
1. OBSERVASI
• Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan
dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap penomena-
fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.
• Observasi sebagai evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah laku individu atau
proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya
maupun dalam situasi buatan.
• Observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar.
• Observasi dapat dilakukan baik secara partisipatif (participant observation) maupun non
partisifatif (nonpartisipant observation).
• Observasi dapat pula berbentuk observasi eksperimental (experimental observation) yaitu
observasi yang dilakukan dalam situasi buatan atau berbentuk observasi yang dilakukan
dalam situasi yang wajar (nonexperimental observation)
• Kriteria Format Observasi:
a. Indikator-indikator variabel yg diamati sudah jelas
b. Bersifat mikro/spesifik (tidak general)
c. Bentuk dan isinya: berupa penilaian atau dpt pula catatan fakta.
Contoh: daftar cek (ceklist), tabel sosiometri, tabel isian/catatan, dll
Contoh Observasi berupa Rating Scale dalam rangka menilai sikap pesert didik
Nama : ................. Kelas: ...........
No Kegiatan/ Asppek yang dinilai Selalu Sering Kadang- Tidak
kadang pernar

1) Datang tepat pada waktunya X

2) Rapi dalam berpakaian X

3) Rapi dalam menulis dan mengerjakan X


pekerjaan

4) Menjaga kebersihan badan X

5) Hormat terhadap guru X

6) Rukun dengan teman-teman sekelasnya X

7) Suka menganggu ketenangan belajar di X


kelas

8) Suka berbuat onar di luar kelas X

9) Mengerjakan PR tepat pada waktunya X

10) Atif dalam mengikuti pembelajaran X

6 2 1 1
Keterangan Skor:
• Selalu = 4
• Sering = 3
• Kadang-kadang = 2
• Tidak pernah = 1

Kebaikan Observasi
a. Data observasi itu diperoleh secara langsung dengan cara melihat dan mengamati
kegiatan sehingga data tersebut dapat lebih bersifat obyektif dalam melukiskan
aspek-aspek kepribadian peserta didik.
b. Data hasil observasi dapat mencakup berbagai aspek kepribadian masing-masing
individu peserta didik sehingga dapat mencakup berbagai kecakapan atau prestasi
belajar peserta didik.
Kelemahan Observasi
a. Observasi sebagai salah satu alat evaluasi hasil belajar tidak selalu dapat
dilakukan dengan baik dan benar oleh pengajar karena sebagian guru kurang
memiliki kecakapan untuk melakukan observasi.
Untuk menghasilakn data observasi yang baik, seorang guru harus mampu
membedakan antara apa yang tersurat, dengan apa yang tersirat.
b. Kepribadian (personality) dari observer atau evaluator acap kali mewarnai atau
menyelinap masuk ke dalam penilaian yang dilakukan dengan cara observasi.
Prasangka yang mungkin melekat pada observer dapat mengakibatkan sulit
dipisahkan secara tegas mengenai tingkah laku peserta didik yang diamati.
c. Data yang diperoleh dari kegiatan observasi umumnya baru dapat mengungkap
kulit luarnya saja. Oleh sebab itu observasi harus didukung oleh data lainnya
misalnya wawancara.
2. WAWANCARA (INTERVIEW)
Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan
melakukan tanya-jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah seta tujuan yang
telah ditentukan.
a. Wawancara Terpimpin
• Dalam wawancara terpimpin, evaluator melakukan tanya jawab lisan dengan pihak-pihak
yang diperlukan untuk penilaian peserta didik.
• Wawancara sudah dipersiapkan secara matang yaitu dengan berpegang pada panduan
wawancara (interview guide) yang butir-butir itemnya terdiri dari hal-hal yang dianggap perlu
guna mengungkap kebiasaan sehari-hari dari peserta didik.
• Evaluator dapat dapat melakukan kontak langsung dengan peserta didik yang akan dinilai
sehingga dapat diperoleh hasil penilaian yang lebih lengkap dan mendalam
• Melalui wawancara dapat diperoleh data dalam bentuk kuantitatif dan kualitatif
• Wawancara dapat dilengkapi dengan alat perekam suara (tape recorder)
b. Wawancara Bebas
• Evaluator mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peseta didik atau orang tuanyatanpa
dikendalikan oleh pedoman tertentu
• Pada saat menganalisis dan menarik kesimpulan hasil wawancara bebas evaluator akan
dihadapkan pada kesulitankesulitan terutama jika jawaban responden beraneka ragam.
• Mencatat hasil wawancara bebas jauh lebih sulit oleh sebab itu pewawancara harus lebih
terampil mencatat pokok-pokok jawaban yang diberikan oleh responden.
3. ANGKET (QUESTIONAIRE)
• Angket (questionaire) dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka penilaian hasil
belajar
• Dengan menggunakan angket pengumpulan data sebagai bahan penilaian hasil belajar
jauh lebih praktis, menghemat waktu dan tenaga.
• Pada umumnya penggunaan angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama
adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu
bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar peserta didik
• Data yang dihimpun melalui kuesioner misalnya adalah data yang berkenaan dengan
kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik dalam mengikuti pelajaran.
• Dengan menggunakan angket pengumpulan data sebagai bahan penilaian hasil belajar
jauh lebih praktis, menghemat waktu dan tenaga.
• Pada umumnya penggunaan angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama
adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu
bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar peserta didik
• Data yang dihimpun melalui kuesioner misalnya adalah data yang berkenaan dengan
kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik dalam mengikuti pelajaran.
• Kuesioner sering digunakan untuk menilai hasil belajar ranah afektif
• Skala yang mengukur sikap peserta didik digunakan skala likert.

Kriteria Kuisioner:
• Lakukan identifikasi variabel (jangan borongan, cukup berisi variabel yang
diperlukan/akan diteliti saja agar singkat)
• Harus singkat
• Mengukur satu hal yang unik (interpretasi tunggal)
• Komunikatif (harus sesuai dgn bahasa responden)
• Pertanyaan berlaku untuk seluruh responden
• Dimungkinkan pertanyaan bersambung.
Ada beberapa jenis kuisioner:
• Tertutup
• Terbuka
• Semi tertutup/terbuka (ada alternatif lainnya: ....)
• Tertutup/Terbuka (peranyaan bersambung).
• Contoh: Apakah Anda bekerja:
A. Ya B. Tidak
• Jika ya, sebutkan: ................
4.PEMERIKSAAN DOKUMEN (DOCUMENTARY ANALYSIS)
• Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai variabel berupa catatan, transkrip,
buku, surat kabar, majalah dll.
• Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik
tanpa menguji (nontes) dapat dilengkapi dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap
dokumen-dokumen misalnya tentang mengenai riwayat hidup (auto biografi).
• Dapat juga digunakan dokumen berbentuk formulir atau blanko isian yang harus diisi
pada saat peserta didik diterima sebagai siswa di sekolah yang bersangkutan.
E. Langkah - Langkah Konstruksi Instrumen
1. Analisis Teori (Konsep Variabel)
2. Menyusun Konstruk (Definisi Konseptual dan Definisi Operasional)
3. Pengembangan Dimensi (Indikator)
4. Membuat kisi-kisi
5. Penulisan butir
6. Validasi Konsep (Telaah butir)
7. Revisi atau perbaikan
8. Reproduksi Instrumen terbatas
9. Uji coba Instrumen
10. Analisis hasil uji coba (uji validitas dan reliabilitas)
11. Seleksi Butir
12. Penyajian Instrumen yang valid dan reliabel
TUGAS INDIVIDU
1. Jelaskan perbedaan antara tes dengan non tes
2. Buatlah masing-masing 1 instrumen (soal)
a. Uraian
b. Pilihan ganda
3. Jelaskan:
a. observasi, wawancara, angket, kuesioner.
b. Masing-masing 1 contoh instrumen observasi, wawancara, kuesioner
THANK YOU
Good Luck

Anda mungkin juga menyukai