Anda di halaman 1dari 12

TES URAIAN DAN TES OBJEKTIF

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan
informasi karakteristik suatu objek. Dalam pembelajaran objek ini bisa berupa kecakapan
peserta didik, minat, motivasi dan sebagainya. Bentuk tes yang digunakan di lembaga
pendidikan dilihat dari segi sistem penskorannya dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu tes
objektif dan tes sukjektif.
Tes objektif dalam hal ini adalah bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban atau
respon yang harus dipilih oleh peserta tes. Jadi kemungkinan jawaban atau respon telah
disediakan oleh penyusun butir soal. Peserta hanya memilih alternatif jawaban yang telah
disediakan. Dengan demikian pemeriksaan atau penskoran jawaban atau respon peserta tes
sepenuhnya dapat dilakukan secara objektif oleh pemeriksa. Karena sifatnya yang objektif,
maka tidak perlu harus dilakukan oleh manusia, tetapi dapat dilakukan sengan mesin,
misalnya mesin scanner. Dengan demikian skor hasil tes dapat dilakukan secara objektif.
Sebagai alat pengukur hasi belajar siswa tes diharapkan mampu memberikan informasi yang
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Artinya, alat tes dapat memberikan informasi
tentang siswa sesuai keadaan yang mendekati sesungguhnya. Hal itu penting karena
informasi tersebut akan dipergunakan untuk mempertimbangkan dan kemudian memutuskan
berbagai kebijakan baik yang berkenaan dengan siswa maupun kegiatan pengajaran secara
umum. Sebuah alat tes yang baik harus memenuhi beberapa kriteria tertentu, antara lain alat
tes haruslah tidak terlalu mudah atau terlalu sulit. Alat tes yang baik harus dapat
dipertanggungjawabkan dari segi kelayakan, kesahihan, keterpercayaan, dan kepraktisan
(Nurgiyantoro, 2001:98).

1.2 Rumusan Masalah


Makalah ini terfokuskan pada beberapa masalah yang akan dibahas penulis yaitu:
1.Apakah pengertian dari tes uraian ?
2.Apa saja kelebihan dan kelemahan tes uraian ?
3.Bagaimanakah petunjuk penyesuaian tes uraian?
4.Bagaimanakah klasifikasi tes uraian ?
5.Kapan penggunaan tes uraian digunakan?
6.Apakah pengertian dari tes objektif?
7.Apa saja kelemahan dan kelebihan tes objektif ?
8.Bagaimanakah klasifikasi tes objektif ?

1.3 Tujuan penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1.Memberikan informasi bagi pembaca mengenai tes uraian dan tes objektif.
2.Sebagai bahan pembelajaran dan pengkajian bagi mahasiswa dan penulis dalam mengetahui
pengertian tes uraian dan tes objektif, kelebihan dan kelemahan tes tersebut, klasifikasi tes,
dan lain sebagainya dalam proses pembelajaran evaluasi proses hasil pembelajaran
matematika.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 TES URAIAN (SUBJEKTIF)


2.1.1 Pengertian Tes uraian
Tes uraian pada umumnya berbentuk essay examination (uraian), yang merupakan alat
penilaian hasil belajar yang paling tua. secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang
menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan,
membandingkan, menghubungkan pengertian-pengertian, memberikan alasan, dan bentuk
lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan
bahasa sendiri. dengan singkat dapat dikatakan bahwa tes ini dituntut kemampuan siswa
dalam hal mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan dan terutama harus
mempunyai daya kreativitas yang tinggi. dalam hal inilah kekuatan atau kelebihan tes essay
dari alat penilain lainnya.
Adapun ciri-ciri pertanyaan dari tes uarain adalah didahului dengan kata-kata seperti: uraikan,
jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan dan sebagainya. dan soal dalam
bentuk tes ini biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 5-10 buah soal dalam waktu
kira-kira 90 s/d 120 menit.
Sejak tahun 1960-an bentuk tes ini banyak ditinggalkan orang karena munculnya bentuk tes
obyektif. dan ada semacam kecenderungan dikalangan para pendidik dan guru untuk kembali
menggunakan tes uraian sebagai alat penilain hasil belajar, terutama di perguruan tinggi,
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain ialah
a. Adanya gejala menurunnya hasil belajar atau kualitas pendidikan di perguruan tinggi yang
salah satu di antaranya berkenaan dengan penggunaan tes objektif.
b. Lemahnya para mahasiswa dalam menggunakan bahasa tulisan sebagai akibat penggunaan
tes objektif yang berlebihan.
c. Kurangnya daya analisis para mahasiswa karena terbiasa dengan tes objektif yang
memungkin kan mereka main tebak jawaban manakala menghadapi kesulitan dalam
menjawabnya.
Kondisi seperti ini sangat menunjang penggunaan tes uaraian di perguruan tinggi akhir-akhir
ini dengan harapan dapat meningkatkan kembali kualitas pendidikan di perguruan tinggi. Tes
uraian dalam banyak hal ini mempunyai kelebihan daripada tes objektif, terutama dalam hal
meningkatkan kemampuan menalar di kalangan mahasiswa dan siswa. Karena melalui tes ini
para mahasiswa dapat mengungkapkan aspek kognitif tingkat tinggi seperti analisi – sintesis
– evaluasi, baik secara lisan maupun secara tulisan. Siswa juga dibiasakan dengan
kemampuan memecahkan masalah (problem solving), mencoba merumuskan hipotesis,
menyusun dan mengekspresikan gagasannya, dan menarik kesimpulan dari pemecahan
masalah. Tes uraian ini memiliki kekhususan dalam penggunaannya, yaitu :
1)Apabila jumlah peserta ujian relatif sedikit
2)Apabila waktu penyusunan soal terbatas
3)Biaya dan tenaga untuk mengadakan soal tidak memadai, waktu untuk melakukan
pemeriksaan hasil cukup panjang
4)Apabila tujuan tes untuk mengukur kemampuan berfikir analitik, sinetik, dan evaluatif
5)Apabila pendidik ingin mengukur kemampuan dan kekayaan bacaan peserta didik
6)Apabila pendidik ingin melihat kemampuan fantasi dan imajinasi peserta didik.

2.1.2 Kelebihan dan Kelemahan Tes Uraian


2.1.2.1 Kelebihan Tes Uraian
a)Mudah disiapkan dan disusun.
b)Tidak memberikan banyak kesempatan untuk berspekulas atau untung-untungan.
c)Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk
kalimat yang bagus.
d)Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa
dan caranya sendiri.
e)Dapat mengetahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diteskan.
2.1.2.2 Kelemahan Tes Uraian
a)Kadar validitas dan reabilitas rendah karena sukar diketahui segi mana dari pengetahuan c
siswa yang betul-betul telah dikuasai.
b)Kurang refresentatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang akan dites
karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas).
c)Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif.
d)Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari
penilai.
e)Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.

2.1.3 Petunjuk Penyusunan Tes Uraian


Dalam penyusunan tes subjektif , maka harus diperhatikan beberapa hal berikut.
a)Hendaknya soal- soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yang di teskan, dan kalau
mungkin disusun soal yang sifatnya komprehensif.
b)Hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku atau
catatan.
c)Pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi dengan kunci jawaban serta pedoman
penilaiannya.
d)Hendaknya diusahakan agar pertanyaannya bervariasi antara ”jelaskan”, ”bagaimana”,
”mengapa”, ”seberapa jauh”, agar dapat diketahui lebih jauh penguasaan siswa terhadap
bahan.
e)Hendaknya rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh tercoba.
f)Hendaknya ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki oleh penyusun tes. Untuk ini
pertanyaan tidak boleh terlal umum, tapi harus spesifik.
Agar diperoleh soal-soal bentuk uraian yang dikatakan memadai sebagai alat penilaian hasil
belajar, hendaknya diperhatikan hal-hal berikut :
a)Dari segi isi yang diukur
Segi yang hendak diukur hendaknya ditentukan secara jelas abilitasnya, misalnya
pemahaman konsep, aplikasi suatu konsep, analisis suatu permasalahan, dan aspek kognitif
lainnya.
b)Dari segi bahasa
Gunakan bahasa yang baik dan benar sehingga mudah diketahui makna yang terkandung
dalam rumusan pertanyaan. Bahasanya sederhana, singkat, tetapi jelas apa yang ditanyakan.
Hindari bahasa yang berbelit-belit membingungkan atau mengecoh siswa.
c)Dari segi teknis penyajian soal
Hendaknya jangan mengulang-ulang pertanyaan terhadap materi yang sama sekalipun untuk
abilitas yang berbeda sehingga soal atau pertanyaan yang diajukan lebih komprehensif
daripada segi lingkup materinya
d)Dari segi jawaban
Setiap pertanyaan yang hendak diajukan sebaiknya telah ditentukan jawaban yang
diharapkan, minimal pokok-pokoknya. Tentukan pula besarnya skor maksimal untuk setiap
soal yang dijawab benar dan skor minimal bila menjawab dianggap salah atau kurang
memadai.
Mengingat sifat tes uraian lebih mengutamakan kekuatan (power tests), bukan kecepatan
(speed tests), maka dalam pelaksanaan tes ini hendaknya diperhatikan hal-hal berikut :
a)Berilah waktu yang cukup kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal tersebut. Dengan
demikian siswa dapat mengungkapkan jawabannya tanpa terburu-buru.
b)Berikan kemungkinan kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal yang mudah terlebih
dahulu tanpa harus mengikuti urutan nomor soal.
c)Awasi pengerjaan soal oleh para siswa sehingga mereka bekerja sendiri tanpa bekerja sama
dengan siswa lain.
d)Dalam hal tertentu, jika dipandang perlu, berikan soal-soal uraian yang memperbolehkan
siswa membuka buku dan catatan pelajarannya. biasanya soal-soal yang mengungkapkan
aplikasi suatu konsep, pemecahan masalah suatu masalah, menarik suatu generalisasi dapat
diberikan kepada siswa dengan memperolehkan membuka buku dan catatan lainnya.
e)Setelah semau siswa selesai mengerjakan soal, ada baiknya guru menjelaskan jawaban
setiap soal sehingga para siswa mengetahuinya sebagai bahan dan untuk memperkaya
pemahaman mereka mengenai bahan atau materi pelajaran.

2.1.4 Klasifikasi Tes Uraian


2.1.4.1 Uraian bebas
Dalam uraian bebas jawaban siswa tidak dibatasi, bergantung pada pandangan siswa itu
sendiri. hal ini disebabkan oleh isi pertanyaan uraan bebas sifatnya umum.
Contoh pertanyaan bebtuk uraian bebas adalah sebagai berikut:
1.Coba saudara jelaskan sebab-sebab terjadinya pertumbuhan penduduk yang cepat?
2.Mengapa pertumbuhan penduduk berpengaruh terhadap kwalitas hidup manusia?
2.1.4.2 Uraian terbatas
Dalam bentuk tes ini pertanyaan telah diarahkan kepada hal-hal tertentu atau ada pembatasan
tertentu. Pembatasan ini bisa dari segi ruang lingkupnya, sudut pandang menjawabnya dan
indicator-indikatornya.
Adapun contoh pertanyaan uraian terbatas ini adalah:
1.Coba saudara jelaskan tiga faktor pertumbuhan penduduk!
2.Bagaimana hubungan pertumbuhan penduduk dengan kwalitas hidup manusia dalam hal
ekonomi, pendidikan dan kesehatan?

2.1.4.3 Uraian terstruktur


Soal berstruktur dipandang sebagai bentuk antara soal-soal objektif dan esai. Soal berstruktur
merupakan serangkaian soal jawaban singkat sekalipun bersifat terbuka dan bebas
menjawabnya. Soal berstruktur berisikan unsure-unsur pengantar soal, seperangkat data,dan
serangkaian subsoal. keuntungan soal bentuk berstruktrur ialah satu soal bisa terdiri dari atas
beberapa subsoal atau pertanyaan. setiap pertanyaan yang diajukan mengacu kepada suatu
data tertentu sehingga lebih jelas dan terarah. soal-soal berkaitan satu sama lain dan bisa
diurutkan berdasarkan tingkat kesulitannya. data yang diajukan dalam soal berstruktur bisa
berupa angka, tabel, grafik, gambar, bagan, kasus, bacaan tertentu, diagram, model dan lain-
lainnya.

2.1.5 Penggunaan Tes Uraian


Tes bentuk uraian digunakan apabila:
a.Kelompok yang akan dites kecil, dan tes itu tidak akan dilakukan berulang-ulang.
b.Tester(guru) ingin menggunakan berbagai cara untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
bentuk tertulis.
c.Guru ingin menglebih mengetahui lebih banyak tentang sikap-sikap siswa dari pada hasil
yang telah dicapai.
d.Memiliki waktu yang cukup untuk menyusun tes.

2.2TES OBJEKTIF
2.2.1 Pengertian Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. hal ini
memang dilakukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk esai (uraian).
Dalam penggunaan tes objektif ini jumlah soal yag diajukan jauh lebih banyak dari tes uraian.
Kadang-kadang untuk tes yang berlangsung selama 60 menit dapat diberikan 30-40 buah
soal. Tes objektif ini menuntut peserta didik untuk memilih jawaban yang benar diantara
kemungkinan jawaban yang telah disediakan, memberi jawaban singkat, dan melengkapi
pertanyaan atau pernyataan yang belum sempurna. Tes objektif sangat cocok untuk begitu
tinggi, seperti kemampuan mengingat kembali, kemampuan mengenal kembali, kemampuan
pengertian, dan kemampuan mengaplikasikan prinsip-prinsip.

2.2.2 Kelebihan dan Kelemahan Tes Objektif


2.2.2.1 Kelebihan dari Tes Objektif
a)Mengandung lebih banyak segi-segi yang positif, misalnya lebih refresentatif mewakili isi
dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur tangannya unsur-unsur subjektif baik
dari segi siswa maupun segi guru yang memeriksa.
b)Lebih mudah dan lebih cepat memeriksanya karena dapat menggunakan kunci tes bahkan
alat-alat hasil kemajuan teknologi.
c)Pemeriksaannya dapat diserahkan pada orang lain.
d)Dalam pemeriksaan tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi.

2.2.2.2 Kelemahan dari Tes Objektif


a)Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit dari pada tes esai karena soalnya banyak dan
harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang lain.
b)Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan kembali saja,
dan sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi.
c)Banyak kesempatan untuk main untung-untungan.
d)Kerja sama antar siswa pada mengerjakan soal tes lebih terbuka.

2.2.3 Kasifikasi Tes Objektif


2.2.3.1 Free-Response Items
Penyusunan tes objektif , jawaban bebas secara umum sama dengan seluruh tes objektif,
yakni munculnya keseragaman dan kepastian tentang jawaban yang benar sesuai dengan
pernyataan. Berikut ini adalah prinsip-prinsip penyusunan tes objektif jenis ini:

1.Short answer objective items


Tes bentuk ini tepat digunakan untuk mengukur kemampuan hafalan atau ingatan, khususnya
kemampuan bidang matematika dan kemampuan penguasaan kosa kata dalam bahasa asing,
maupun fakta-fakta spesifik, nama-nama tokoh, serta tempat tertentu dalam sejarah.
Contoh: Siapa yang menemukan rumus Dalil Phytagoras?
2.Completion test
Completion test merupakan salah satu bentuk test jawaban bebas, yaitu butir-butir test
soalnya berupa satu kalimat dengan bagian-bagian yang dianggap penting dikosongkan
sebagai pertanyaan yang mesti dijawab dalam penyelenggaraan tes, dengan kata lain peserta
didik diminta untuk mengisi bagian-bagian yang ditiadakan tersebut.
Contoh: candi Borobudur terdapat dikota dan candi Prambanan terdapat di kota.

2.2.3.2 Fixed-Response Items


Fixed-response items merupakan bentuk tes objektif karena butir-butir soal yang diberikan
kepada peserta didik disertai dengan alternatif jawaban sehingga peserta didik dapat memilih
salah satu alternatif yang disediakan. Selain itu, yang termasuk tes objektif tipe fixed-
response items ini adalah:
1.Tes Benar-Salah (true-false)
Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan (statement). Statement tersebut ada yang benar
dan ada yang salah. Orang yang ditanya bertugass menandai masing-masing pernyataan itu
dengan melingkari hurup B jika pernyataan itu betul menurut pendapatnya dan melingkari
hurup S jika pernyataanya salah.
Bentuk tes benar-salah ada 2 macam (dilihat dari segi mengerjakan/menjawab soal), yakni:
1)Dengan pembetulan (with corection) yaitu siswa diminta membetulkan jika ia memilih
jawaban yang salah.
2)Tanpa pembetulan (without correction) yaitu siswa hanya diminta melingkari huruf B atau
S tanpa memberikan jawaban yang betul.

a.Kelebihan Tes Benar-Salah


1)Dapat mencakup bahan yang luas dan tidak banyak memakan tempat karena biasanya
pertanyaan-pertanyaannya singkat saja.
2)Mudah menyusunnya.
3)Dapat digunakan berkali-kali.
4)Dapat dilihat secara cepat dan objektif.
5)Petunjuk cara mengerjakannya mudah dimengerti.

b.Kelemahan Tes Benar-Salah


1)Sering membingungkan.
2)Mudah ditebak/diduga.
3)Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakn hanya engan dua kemungkinan benar atau
salah.
4)Hanya dapat mengungkap daya ingatan dan pengenalan kembali.

c.Petunjuk Penyusunan Tes Benar-Salah


1)Dalam penyusunan tes benar-salah, maka harus diperhatikan hal-hal berikut:
2) Tulislah huruf B-S pada permulaan masing-masing item dengan maksud untuk
mempermudah mengerjakan atau menilai (sKoring).
3) Usahakan agar jumlah butir soal yang harus ijaab B sama dengan butir soal yang harus
dijawab S. Dalam hal ini hendaknya pola jawaban tidak bersifat teratur misalnya: B-S-B-S-B-
S atau SS-BB-SS-BB-SS.
4)Hindari item yang masih bisa diperdebatkan
5)B-S. Kekayaan lebih penting dari pada kepandaian.
6) Hindari pertanyaan-pertanyaan yang persis dengan buku.
7) Hindari kata-kata yang menunjukkan kecenderungan memberi saran seperti yang
dikehendaki oleh item yang bersangkutan, misalnya: semuanya, tidak selalu, tidak pernah,
dan sebagainya.

2. Tes Pilihan Ganda (multiple choice)


Multiple choice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian
yang belum lengkap. dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa
kemungkinan jawaban yang telah disediakan . Atau multiple choice test terdiri atas bagian
keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternative (options). Kemungkinan
jawaban (option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dari beberapa
pengecoh (distractor).
a. Penggunaan Tes Pilihan Ganda
Tes bentuk pilihan ganda (PG) ini merupaka bentuk tes objektif yang paling banyak
digunakan karena banyak sekali materi yang dapat dicakup. Bentuk soal yang digunakan
biasa dalam bentuk beberapa variasi, diantaranya yaitu:
a. Pilihan ganda biasa
b. Hubungan antar hal (pernyataan-sebab-pernyataan)
c. Kasus (dapat muncul dalam berbagai bentuk)
d. Diagram, gambar, tabel, dan sebagainya.
e. Asosiasi.

b. Petunjuk Penyusunan Soal Pilihan Ganda


Pada dasarnya, soal bentuk pilihan ganda ini adalah bentuk soal bentuk benar-salah juga,
tetapi dalam bentuk jamak. Tercoba (testee) diminta membenarkan atau menyalahkan setiap
stem dengan tiap pilihan jawaban. Kebanyakan jawaban itu biasanya sebanyak tiga atau
empat buah, tapi adakalanya dapat juga lebih banyak (untuk tes yan diolah dengan komputer
banyaknya option diusahakan 4 buah).
Cara memilih jawaban dapat dilakukan dengan jalan:
a) Mencoret kemungkinan jawaban yang tidak benar.
b) Memberi garis bawah pada jawaban yang benar (dianggap benar).
c) Melingkari atau memberi tanda kurung pada huruf didepan jawaban yang dianggap benar.
Yang sering kita temui adalah melingkari huruf didepan jawaban yang dianggap benar.
d) Membubuhkan tanda kali (x) atau (+) didalam kotak atau tanda kurung didepan jawaban
yang telah disediakan.
e) Menuliskan jawaban ditempat yang telah disediakan.

c. Hal-hal yang harus di Perhatikan dalam Tes Pilihan Ganda


1) Instruksi pengerjaan harus jelas, dan bila dipandang perlu baik disertai contoh
mengerjakannya.
2) Dalam multiple choice test hanya ada satu jawaban yang benar. Jadi tidak mengenal
tingkatan-tingkatan benar, misalnya benar nomor satu, benar nomor dua dan sebagainya.
3) Kalimat pokoknya hendaknya mencakup dan sesuai dengan rangakain mana pun yang
dapat dipilih.
4) Kalimat pada butir soal hendaknya sesingkat mungkin.
5) Usahakan menghindarkan penggunaan bentuk negatif dalam kalimat pokoknya.
6) Kalimat pokok dalam setiap butir soal, hendaknya tidak tergantung pada butir-butir lain.
7) Gunakan kata-kata: ”manakah jawaban paling baik”, ”pilihlah satu yang pasti lebih baik
dari yang lain”, bilamana terdapat lebih dari satu jawaban yang benar.
8) Jangan membuang bagian pertama dari suatu kalimat.
9) Dilihat dari segi bahasanya, butir-butir soal jangan terlalu sukar.
10) Tiap butir soal hendaknya hanya mengandung satu ide, meskipun ide tersebut kompleks.
11) Bila dapat disusun urutan logis antar pilihan-pilihan, urutkanlah (misalnya: urutan tahun,
urutan alfabet, dan sebagainya).
12) Susunlah agar jawaban manapun mempunyai kesesuaian tata bahasa dengan kalimat
pokoknya.
13) Alternatif yang disajikan hendaknya agak seragam dalam panjangnya, sifat uraiannya
maupun taraf teknis.
14) Alternatif-alternatif yang disajikan hendaknya agak bersifat homogen mengenai isi dan
bentuknya.
15) Buatlah jumlah alternatif pilihan ganda sebanyak empat. Bilamana terdapat kesukaran,
buatlah pilihan-pilihan tambahanuntuk mencapai jumlah empat tersebut pilihan-pilihan
tambahan hendaknyajangan terlalu gampang diterka karena bentuk atau isi.
16) Hindarkan pengulangan kata pada kalimat pokok di alternatif-alternatifnya, karena anak
cenderung akan memilih alternatif yang mengandung pengulangan tersebut. Hal ini
disebabkan karena dapat diduga itulah jawaban yang benar.
17) Hindarkan menggunakan susunan kalimat dalam buku pelajaran. Karena yang terungkap
mungkin bukan pengertiannya melainkan hafalannya.
18) Alternatif-alternatif hendaknya jangan tumpang-tindih, jangan inklusif, dan jangan
sinonim.
19) Jangan gunakan kata-kata indikator seperti selalu, kadang-kadang, dan pada umumnya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara singkat, bahwa tes terbagi menjadi dua. Pertama, tes objektif yakni tes yang terdiri
dari item-item(stem) yang dapat dijawab dengan jalan memilih salah satu alternatif(option)
yang benar dari alternatif yang tersedia atau dengan mengisi jawaban yang benar. Kedua, tes
uraian / subjektif yakni sebuah pertanyaan yang membutuhkan jawaban uraian yang relatif
panjang. Siswa harus menjelaskan, membandingkan, dan mencari perbedaan sehingga siswa
dapat mengerti suatu materi pelajaran.
Tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawab dalam bentuk menguraikan,
menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, menghubungkan pengertian-pengertian,
memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan
menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri.
Tes uraian memilik kelebihan di antaranya: dapat mengukur proses mental yang tinggi atau
aspek kognitif tingkat tinggi, dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan
maupun tulisan, dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa, dapat melatih
kemampuan berfikir teratur atau penalaran, yakni berfikir logis, analtis, dan sistematis,
mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving), adanya keuntungan
teknis seperti mudah membuat soalnya sehingga tanpa memakan waktu yang lama, guru
dapat secara langsung melihat proses berfikir siswa.
Selain itu terdapat juga kekurangan dari tes uraian ini yaitu, Kadar validitas dan realibilitas
rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah
dikuasai, kurang representatif dalam hal mewakili seluruh skop bahan pelajaran yang akan di
tes karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas), cara memeriksanya banyak dipengaruhi
oleh unsure-unsur subyektif, dan pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan
pertimbangan individual lebih banyak dari penilai.
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. hal ini
memang dilakukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk esai (uraian).
Dalam penggunaan tes objektif ini jumlah soal yang diajukan jauh lebih banyak dari tes
uraian.

3.2 Saran-saran
Makalah sederhana ini memiliki banyak kekurangan dan sangat terbuka untuk didiskusikan
kembali secara bersama-sama. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
dari pembaca demi perbaikan kedepannya agar lebih sempurna.
Sekian makalah ini semoga dapat bermanfaat dalam proses pembelajaran. dan semoga
makalah ini dapat menjadi salah satu masukan yang baik untuk para calon guru.

Anda mungkin juga menyukai