Waktu : 60 Menit
Universitas : UNIMED
Jawaban
b. Penilaian adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan
untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dalam
rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dari pertimbangan
tertentu.
Contoh : skor yang diperoleh diolah, Maria mendapat nilai yang sangat baik.
c. Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat
keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa
(Purwanto, 2002).
Contoh : setelah melalui tes, pengukuran, dan penilaian, dapat ditentukan bahwa
Maria lulus dengan hasil yang memuaskan dan perlu dipertahankan.
a. Menimbulkan Problematika
Tes standar mengukur informasi factual atau deklaratif dan sedikit kemampuan
verbal.
Tes standar tidak memadai dalam menilai kemampuan generatif siswa , seperti
alat tes yang disusun oleh seorang guru hanya tepat diterapkan pada kelasnya sendiri,
dan tidak pada kelas atau bahkan sekolah lain yang diajar oleh guru yang berbeda.
Dangan demikian, tes buatan guru hanya mempunyai daya jangkau pakai yang
terbatas. Hasil atau skor yang dicapai peserta didik juga terbatas, dalam arti hanya
dapat diperbandingkan dengan kawan-kawan sekelompoknya yang satu sekolah. Jika
hasil tes itu dibandingkan dengan capaian siswa dari sekolah lain kurang tepat karena
mungkin sekali alat ukur dan cara penafsiran yang dilakukan guru yang mengetesnya
tidak sama.
● Tes uraian
a. Kelebihan
1. Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi.
2. Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun tulisan,
dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa.
3. Dapat melatih kemampuan berfikir teratur atau penalaran, yakni berfikir logis,
analitis, dan sistematis;
4. Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving)
5. Adanya keuntungan teknis seperti mudahnya membuat soal sehingga tanpa
memakan waktu yang lama, guru dapat secara langsung melihat proses
berfikir siswa.
b. Kelemahan
1. Sampel tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat menguji
semua bahan yang telah diberikan, tidak seperti pada tes objektif yang dapat
menanyakan banyak hal melalui sejumlah pertanyaan;
2. Sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan, dalam membuat
pertanyaan, maupun dalam cara memeriksanya. Guru bias bertanya tentang
hal-hal yang menarik baginya, dan jawabannya berdasarkan apa yang
dikehendakinya;
3. Tes ini juga biasanya kurang realibel, mengungkap aspek yang terbatas ,
pemeriksaanya memerlukan waktu lama sehingga tidak praktis bagi kelas
yang jumlah siswanya relative besar.
Penyusunan tes diawali dengan menentukan tujuan yang ingin dicapai dengan
menyelenggarakan tes tersebut. Dalam tes bahasa pada umumnya tes disusun sebagai
tes hasil belajar. Tes hasil belajar yang mempunyau tujuan utama yaitu untuk
menentukan tingkat penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan
sampai tahap tertentu hingga tes tersebut diselenggarakan. Selain tujuan utama
tersebut biasanya tes dilakukan juga dengan tujuan untuk mengetahui kesulitan belajar
siswa, dan kelemahan butir-butir tes.
Dalam menentukan jenis tes yang akan digunakan perlu memperhatikan beberapa
faktor yaitu jumlah peserta tes, banyak sedikitnya bahan yang harus dicakup, waktu
yang tersedia, kemampuan pengajar untuk mengembangkan soal, kemudahan
penyelenggaraan, kemudahan pelaksanaan koreksi dan penilaian. Semua itu perlu
diperhatikan dengan seksama agar jenis dan bentuk tes yang digunakan dapat benar-
benar mengukur tingkat kemampuan dan pemahaman siswa.
3. Menyusun Kisi-kisi
Kisi-kisi merupakan deskripsi mengenai ruang lingkup dan isi materi yang akan
diujikan. Tujuan penyusunan kisi-kisi sebelum membuat soal adalah untuk
menentukan ruang lingkup dan tekanan soal yang setepat-tepatnya sehingga dapat
menjadi petunjuk dalam menulis soal. Dengan adanya penyusunan kisi-kisi maka
akan sangat mudah dalam mendeteksi poin mana yang tepat digunakan sebagai tes
dari berbagai kompetensi dasar.
Tahap penulisan butir soal dimulai dengan menentukan jumlah soal yang perlu
disusun. Penulisan butir tes pertama-tama mungkin menghasilakan butir soal yang
memeliki berbagai kekurangan dan kelemahan. Dengan kenyataan demikian maka
sebagai persediaan penyusunan butir soal diperlukan jumlah yang lebih besar dari
klebutuhan karena pada akhirnya butir-butir tersebut akan dipilih yang sesuai dengan
kompetensi yang diujikan. Selain membuat butir-butir soal perlu juga disusun kunci
jawaban yang nantinya akan digunakan sebagi acuan penilaian. Setelah mendapatkan
butir-butir soal selanjutnya kita harus memilih lagi butir soal mana yang sekiranya
tepat untuk dipakai.
Usaha pemantapan yang paling baik dan bertanggung jawab dalam pengembangan tes
dan butir-butirnya dapat diusahakan melalui rangkaian uji coba. Uji coba biasanya
dilakukan hanya pada pengembangan tes berstandar yang luas jangkauan
pernggunaanya dan penting kegunaanya. Usaha pemantapan ini bertujuan untuk
mengetahui kesesuain, kelebihan, dan kekurangan dari soal yang telah disusun.
Setelah soal benar-benar teruji validitasnya, kemudian kunci jawaban yang sudah
dibuat bersamaan pembuatan butir soal diuji kembali kebenaranya dan kemudian
disusun sesuai dengan urutan soal yang telah dibuat.
Pembuatan soal tidaklah lengkap tanpa disertai dengan penyusunan soal menjadi
perangkat tes yang baik. Dalam tahapan yang terakhir ini naskah soal yang sudah ada
disusun menjadi alat tes yang sempurna disertai jawabanya.
4. 1. Contoh soal pembentukan kata dengan membentuk kata turunan(memahami)