BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya untuk menjadi warga negara indonesia yang cerdas, trampil, dan
berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Depdiknas, 2006 : 2).
Dari definisi tersebut PKn mempunyai peran penting untuk membentuk karakter yang
dirumuskan secara luas untuk mencakup proses penyiapan generasi muda untuk
mengambil peran dan tanggung jawabnya sabagai warga negara, dan secara khusus,
masyarakat. Demokrasi adalah suatu learning process yang tidak begitu saja meniru
dimana seseorang mempelajari orientasi, sikap dan perilaku politik sehingga yang
bahwa PKn merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan
dan kemampuan dasar yang berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan
negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang
pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara untuk menjadi warga
negara yang cerdas dan mempunyai karakter sehingga indonesia mempunyai generasi
muda yang bisa bertanggung jawab sebagai warga negara yang bertijuan mempunyai
pemikiran yang kritis dan bertindak demokratis sehingga dapat diandalkan oleh
perkembangan zaman dengan demikian, substansi dari PKn itu sendiri dipengaruhi
dari berbagai unsur. Berikut ini adalah beberapa unsur yang terkait dengan
perkembangan PKn akan mempengaruhi pengertian PKn sebagai salah satu tujuan
satu tujuan pendidikan IPS yang menekankan pada nilai-nilai untuk menumbuhkan
warga negara yang baik dan patriotik, maka batasan pengertian PKn dapat
Secara lebih terperinci, berikut ini beberapa faktor yang lebih menjelaskan
a. PKn merupakan bagian atau salah satu tujuan pendidikan IPS, yaitu bahan
pendidikannya diorganisasikan secara terpadu (integrated) dari berbagai
disiplin ilmu sosial, humaniora, dokumen negara, terutama pancasila, UUD
1945, GBHN, dan perundangan negara, dengan tekanan bahan pendidikan
pada hubungan warga negara dan bahan pendidikan yang berkenaan
dengan bela negara.
b. PKn adalah seleksi dan adaptasi dari berbagai disiplin ilmu sosial,
humaniora, Pancasila, UUD 1945 dan dokumen negara lainnya yang
diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan
pendidikan.
c. PKn dikembangkan secara ilmiah dan psikologis baik untuk tingkat jurusan
PMPKN FPIPS maupun dikembangkan untuk tingkat pendidikan dasar dan
menengah serta perguruan tinggi.
d. Dalam mengembangkan dan melaksanakan PKn, kita harus berpikir secara
integratif, yaitu kesatuan yang utuh dari hubungan antara hubungan
pengetahuan intraseptif (agama, nilai-nilai) dengan pengetahuan
ekstraseptif (ilmu), kebudayaan indonesia, tujuan pendidikan nasional,
Pancasila, UUD 1945, GBHN, filsafat pendidikan, psikolgi pendidikan,
pengembangan kurikulum disiplin ilmu-ilmu sosial humaniora, kemudian
dibuat program pendidikannya yang terdiri atas unsur: (i) tujuan
pendidikan, (ii) metode pendidikan, (iv) evaluasi.
e. PKn menitikberatkan pada kemampuan dan ketrampilan berpikir aktif
warga negara, terutama generasi muda dalam menginternalisasikan nilai-
nilai warga negara yang baik (good citizen) dalam suasana demokratis
dalam berbagai masalah kemasyarakatan (civic affairs)
sebagai generasi penerus, karena PKn menggiring untuk menjadikan siswa sadar akan
politik, sikap demokratis dan sebagai mata pelajaran yang wajib dibelajarkan
disekolah. PKn sebagai pendidikan nilai dapat membantu para siswa dalam memilih
seistem nilai yang dipilihnya dan mengembangkan aspek afektif yang akan
ditampilkan dalam perilakunya. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pelajaran PKn dalam rangka “nation and character building”
lebih dikenal dengan nama Civic Education di USA menunjukkan adanya perluasan
a. Civics (1790)
b. Community Civics (1970, A. W. Dunn)
c. Civic Education (1901, Harold Wilson)
d. Cvics-Citizenship Education (1945, John Mahoney)
e. Cvics-Citizenship Education (1971, NCSS)
Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan atau singkat dengan PKn atau dengan
istilah yang lainnya (Civics) mulai deperkenalkan di negara Amerika Serikat pada
tahun 1790 dalam rangka “mengamerikakan bangsa Amerika” atau yang terkenal
“Civics”, pada tahun 1886, Henry Randall Waite merumuskan Civics dengan “the
(Somantri, 1975 : 31). Penjelasan mengenai Civics mempunyai kesamaan yang sama
yaitu “geoverment”, hak dan kewajiban sebagai warga negara. Akan tetapi, arti Civics
dikenal dengan istilah Community Civics, Econimic Civics dan Vocational Civics.
Gerakan “Community Civics” disebabkan pula karena pelajaran civics pada waktu itu
hanya mempelajari konstitusi dan pemerintah saja, akan tetapi kurang memperhatikan
education atau banyak disebut sebagai Citizenship Education. Ruang lingkup Civics
sebagai berikut:
lebih luas, karena bahannya selain mencakup program sekolah juga meliputi
pengaruh belajar diluar kelas dan pendidikan di rumah. Selanjutnya, PKn digunakan
dan Budimansyah, 2007 : 71) mengumumkan bahwa perkembangan istilah Civics dan
Belanda dengan nama “Burgerkunde”. Pada zaman ini ada dua buku yang digunakan
telah merdeka kedua buku ini menjadi pegangan guru Civics di Sekolah Menengah
sangat berkaitan dengan kebijaksanaan pemerintah pada waktu itu dan kurikulum
sekolah yang digunakan. Pada kurikulum 1957 istilah yang digunakan yaitu
Civics lagi, kemudian pada kurikulum 1968 menjadi Pendidikan Kewargaan Negara
(PKN). Selanjutnya kurikulum 1975 menjadi PMP. Pada kurikulum 1994 berubah
Tujuan pembelajaran PKn pada umumnya berisi berbagai tingkah laku yang
: 7), tujuan civic education adalah partisipasi yang bermutu dan tanggung jawab
dalam kehidupan politik dan masyarakat baik tingkat lokal, negara bagian, dan
nasional. Sedangkan tujuan pembelajaran PKn dalam Depdiknas (2006 : 49), adalah
Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan pembelajaran PKn secara umum adalah
untuk mempersiapkan generasi bangsa yang unggul dan berkepribadian, baik dalam
tingkat lingkungan sosial, regional maupun global. Agar tujuan PKn tersebut tidak
hanya bertahan sebagai slogan saja, maka tujuan PKn tersebut harus dirinci menjadi
unggul dan berkepribadian, baik dalam lingkungan local, regional maupun global.
Sedangkan tujuan PKn menurut Djahiri (1994/1995: 10) adalah sebagai berikut:
Berdasarkan tujuan PKn di atas bahwa pada hakekatnya dalam setiap tujuan
dibekali kemampuan peserta didik dalam hal tanggung jawabnya sebagai warga
Negara, yaitu warga Negara yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berpikir kritis, rasional dan kreatif, berpartisipasi dalam kegiatan bermasyarakat,
Sementara itu, trifungsi peran PKn seperti yang diungkapkan oleh Djahiri
diajarkan di sekolah, harus mencakup tiga komponen. Menurut Branson (1994: 4),
apa yang seharusnya diketahui oleh warga Negara” (Branson, 1999: 8). Aspek ini
atau konsep politik, hukum dan moral. Maka dari itu, mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan bidang kajian multidisipliner. Secara lebih rinci, materi
warga Negara, hak asasi manusia, prinsip-prinsip dan proses demokrasi, lembaga
(Rule of Law) dan peradilan yang bebas dan tidak memihak, konstitusi, serta nilai-
merupakan dimensi yang paling substantive dan esensial dalam mata pelajaran PKn.
tujuan mata pelajaran PKn, karakteristik mata pelajaran ini ditandai dengan
penekanan pada dimensi watak, karakter, sikap dan potensi lain yang bersifat afektif.
Standar Nasional Pendidikan antara lain menyatakan bahwa kurukulum untuk jenis
pendidikan umum, pada jenjang pendidikan menengah, terdiri atas lima kelompok
mata pelajaran. PKn termasuk dalam kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan
kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam
peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
didalam penjelasan pasal 37 ayat (1) UUD Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
Pendidikan Nasional.
tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi sekolah atau daerah. Dengan
demikian, sekolah atau daerah mempunyai cukup kewenangan untuk merancang dan
Untuk itu, banyak hal yang harus dipersiapkan oleh daerah karena sebagian
dilaksanakan oleh sekolah atau daerah. Sekolah harus menyusun kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP) atau silabusnya dengan cara melakukan penjabaran dan
penyesuaian Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan. Kurikulum tingkat satuan
menyusun KTSP atau silabusnya terlebih dahulu dengan melakukan penjabaran yang
sesuai dengan bahan ajar memiliki peran yang penting dalam pembelajaran termasuk
Tahun 2005 tentang Standar Naasional Pendidikan. Ruang lingkup mata pelajaran
2007: 103):
komponen tersebut adalah tujuan, materi pelajaran, metode atau strategi pembelajaran,
media dan evaluasi. Komponen-komponen tersebut diatas jika dilaksanakan dengan baik
dan sitematis, maka proses pembelajaran menjadi terarah dan fokus pada target yang
akan dituju serta diharapkan meningkatkan motiavasi pendidik maupun peserta didik
adalah prinsip belajar siswa aktif (student active learning), kelompok belajar
Model ini menganut prinsip belajar siswa aktif. Aktifitas siswa hamper di
lapangan, dan pelaporan. Dalam fase perencanaan aktifitas siswa terlihat pada
tentu saja yang berkaitan dengan materi pelajaran. Setelah masalah terkumpul,
siswa melakukan voting untuk memilih satu masalah untuk kajian kelas.
data dan informasi tersebut, mereka mengambil foto, membuat sketsa, membuat
termasuk kerjasama sekolah dengan orang tua siswa dan lembaga terkait.
Kerjasama antar siswa jelas terlihat pada saat kelas sudah memilih satu masalah
dengan jadwal latihan olah raga yang diundur atau kunjungan lapangan yang
kecil dan sederhana. hal serupa juga seringkali terjadi dengan pihal keluarga.
orang tua perlu juga diberi pemahaman, manakala anaknya pulang agak
Sekali lagi, dari peristiwa ini pun tampak perlunya kerjasama antara sekolah
c) Pembelajaran Partisipatorik
melakoni (learning by doing). Salah satu bentuk pelakonan itu adalah siswa
belajar hidup berdemokrasi. Sebab dalam tiap langkah model ini memiliki
Sebagai contoh pada saat memilih masalah untuk kajian kelas memilih
makna bahwa siswa dapat mengahargai dan menerima pendapat yang didukung
kritik dan sebaliknya belajar menerima kritik, dengan tetap berkepala dingin.
heredity but learning (demokrasi itu tidak diwariskan, tetapi dipelajari dan
dialami). Oleh karena itu, mengajarkan demokrasi itu harus dalam suasana yang
demokratis (teaching democracy in and for democracy). Tujuan ini hanya dapat
dicapai dengan belajar sambil melakoni atau dengan kata lain harus
strategi agar murid mempunyai motivasi belajar. Oleh karena itu guru
memahani situasi sehingga materi pembelajaran menarik, tidak membosankan,
guru harus mempunyai sensitivitas yang tinggi untuk segera mengetahui apakah
kegiatan pembelajaran sudah membosankan siswa, jika hal ini terjadi maka
guru harus segera mencari cara untuk menanggulanginya. Inilah tipe guru yang
reaktif itu. Ciri guru yang reaktif itu diantaranya adalah sebagai berikut:
dipahami siswa.
Strategi merupakan kupulan sebuah metode atau cara dalam mencapai sesuatu
teknik, dan teknik adalah taktik atau cara kerja. Pendekatan (approach) adalah
akan menentukan strateginya, dan metoda serta teknik kerja akan ditentukan oleh
Sedang menurut Sudjana (1989 : 147), atrategi mengajar adalah “tindakan guru
variabel pengajaran (tujuan, bahan, metode dan alat, serta evaluasi) agar dapat
mempengaruhi para siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Dengan demikian,
strategi mengajar pada dasarnya adalah tindakan nyata dari guru atau praktek guru
melaksanakan pengajaran melalui cara tertentu yang dinilai lebih efektif dan lebih
efisien.
Strategi yang seperti itu dilaksanakan melalui berbagai metode seperti ceramah
3. Materi Pembelajaran
pembelajaran (Djamarah dan zain, 2002: 50). Guru mempunyai tugas yang penting
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan materi pembelajaran,
yaitu:
pada kompetensi yang ingin dicapai. Materi yang dibelajarkan harus bermakna bagi
siswa dan merupakan hal yang benar-benar penting, baik dilihat dari kompetensi yang
ingin dicapai maupum fungsinya untuk menentukan materi pada proses pembelajaran
selanjutnya.
4. Metode Pembelajaran
metode “adalah sejumlah teknik adalah taktik atau cara kerja”, Akhmad Sudrajad
(2008) juga memberikan pengertian bahwa “metode pembelajaran sebagai cara yang
kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa
metode dalam pembelajaran PKn yang dikemukakan Djahiri (1985: 36), antara lain:
a) Ceramah (lecturing)
sehingga tidaklah benar pernyataan bahwa metode ini jelek dan harus
ceramah selama satu jam pelajaran penuh terus menerus dengan memakai
pola ceramah murni yang naratif, monoton dan bersifat normatif imperatif.
perguruan/sekolah.
bahan.
adalah:
10) Mampu mengangkat hal yang tidak ada dalam buku atau belum
45) adalah:
1) Cepat untuk menyampaikan informasi.
dan mengantuk.
b) Ekspositorik
menciptakan KBM yang terarah dan terkendali menuju target sasaran guru
atau pengajar.
c) Metode Pengajaran Konsep (teaching konsep)
1) Data adalah realita yang ada, kejadian, atau hal baik fisik-non
Metode Tanya jawab ini dianggap memiliki kadar CBSA yang tinggi,
e) Partisipatori
kegiatan bakti social, magang, modeling atau simulasi, dan studi proyek.
f) Diskusi dan Kelompok Belajar
Ciri khas dari diskusi sebagai pola kegiatan belajar mengajar yakni
serta tidak ada dominasi seseorang, memiliki indicator CBSA yang tinggi
siswa dialogistik sacara intra potensi diri antar potensi orang lain serta
1) Diskusi kelas
2) Diskusi kelompok
3) Diskusi panel
4) Seminar
5) Lokakarya
6) Diskusi penjaring
Kedua metode ini pada dasarnya sama, tetapi dalam metode pemecahan
Keunggulan kedua metode ini menurut Djahiri (1995/1996: 58) antara lain:
Jenis inkuiri ini adalah inkuiri sederhana, lengkap dan nilai. Inkuiri sederhana
yakni mengkaji, mencari, dan menentukan pilihan. Inkuiri yang lengkap merupakan
metode khusus yang langkah dan prosesnya telah baku, sedangkan inkuiri nilai adalah
5. Media Pembelajaran
Kata “media” berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata “medium”, yang secara harifah berarti “perantara atau pengantar”. Dengan
demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan
sesuatu yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran agar dapat merangsang pikiran,
perasaan, minat dan perhatian siswa sehingga proses interaksi komunikasi eduksi
antara guru (atau pembuat media) dan siswa dapat berlangsung secara tepat dan
berdayaguna‟‟.
mana butir mata pelajaran dan media bisa dilihat, diperoleh dan dikaji seperti buku,
Jenis dan bentuk media yang ditemukan oleh Djamarah dan Zain (2010 : 124
memilih dan menggunakan media yang tepat untuk digunakan dalam pengajaran.
6. Sumber Belajar
Menurut Winataputra dan Ardiwinata (Djamarah dan Zain, 2010 : 48) sumber
belajar adalah sebagai “sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana
bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang”. Dengan demikian,
sumber belajar juga diartikan sebagai segala tempat atau lingkungan sekitar, benda,
dan orang yang mengandung informasi dapat digunakan sebagai wahana peserta didik
b. Buku/Perpustakaan.
d. Dalam Lingkungan.
e. Alat pengajaran ( buku pelajaran, peta, gambar, kaset, tape, papan tulis,
Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik maupun guru
7. Evaluasi Pembelajaran
Menurut Wand and Brown (Djamarah dan Zain, 2010: 50), evaluasi adalah
suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Berkaitan
dengan evaluasi pembelajaran, evaluasi dilakuakn pada kegiatan akhir dalam bentuk
1. Definisi Nasionalisme
Pembukaan UUD 1945 dan pancasila yang perlu diwariskan kepada generasi penerus
agama dan wilayah bersama pula; terhadap semua pengakuan lain atas loyalitas
entitas-entitas yang bebas atau otonom. Etnis-etnis ini sebagian besar mengambil
bentuk negara nasional merdeka, walaupun terdapat contoh dimana beberapa bentuk
Sikap nasionalisme ini tidak terbentuk begitu saja, tetapi ada faktor-faktor
yang mampengaruhi. Faktor-faktor tersebut antara lain faktor intern dan ekstern.
1. Faktor intern yaitu faktor yang berasal dari dalam individu itu sendiri
seperti minat, perhatian dan sebagainya. Dari faktor-faktor inilah sikap
seseorang terbentuk, baik yang melahirkan sikap positif ataupun negatif.
2. Faktor eksten yaitu faktor yang berasal dari luar individu, yakni sebagai
stimulus yang datangnya dari luar baik yang berhubungan secara
langsung ataupun tidak langsung.
dengan sendirinya tetapi pembentukan sikap ini terbentuk karena individu itu sendiri
sikap tersebut.
tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui proses tertentu yaitu melalui kontak sosial
individu, sikap juga dapat dibentuk melalui prasangka, yakni semacam pendapat
mengungkapkan bahwa:
nasionalisme adalah faktor obyektif dan faktor subyektif. Yang termasuk faktor
kewarganegaraan dan ras. Sedangkan faktor subyektif dari nasionalisme adalah cita-
cita, semangat, dan kinginan. Dalam arti timbulnya rasa kesadaran nasional pada
bangsa itu sesuai dengan tujuan utamanya adalah terwujudnya negara nasional.
Tidak jauh berbeda dengan yang di ungkapkan oleh Kartaprawira (2002) yang
Pertama, kesadaran mengenai persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang terdiri
atas banyak suku, etnik, dan agama. Kedua, kesadaran bersama bangsa Indonesia
dalam menghapuskan segala bentuk penjajahan dan penindasan dari bumi Insonesia.
Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 dan dalam Pembukaan UUD
1945. Dalam pembacaan teks Proklamasi Kemedekaan dengan jelas dinyatakan “atas
nama bangsa Indonesia” sedangkan Pembukaan UUD 1945 secara tegas dikatakan,
“segala bentuk penjajahan dan penindasan di dunia harus dihapuskan karena tidak
telah memberi makna yang sangat signifikan bagi nation building dan pemantapan
Indonesia dipelopori oleh Bung Karno (terutama) sejak masa mudanya, yang
berkeyakinan bahwa hanya dengan ide dan jiwa nasionalismelah sekat-sekat etnik,
suku, agama, budaya dan tanah kelahiran bisa ditembus untuk menggalang persatuan
Bahkan sekat-sekat ideologipun oleh Bung Karno ditebas tanpa ampun demi
bahwa nation Indonesia beserta kesadaran nasionalismenya tidak hanya eksis, tetapi
bangsa. Eksistensi nasion dan nasionalisme Indonesia adalah fakta obyektif yang
2002).
negeri Asia pada zaman modern, nasionalisme meripaka hasil yang paling penting
dari pengaruh kekuasaan Barat. Tentu saja nasionalisme di negeri-negeri Asia dan
suatu gejala historis yang telah berkembang sebagai jawaban terhadap kondisi politik,
ekonomi, dan sosial khususnya yang ditimbulkan oleh situasi kolonial. Hal yang
esensial bahwa nasionalisme dan kolonialisme itu tidak terlepas satu sama lain, dan
terasa juga adanya pengaruh timbal balik antara nasionalisme yang sedang
peradaban barat itu lebih tinggi dan berbeda sama sekali dengan kebudayaan Timur.
pengajaran di Indonesia tumbuhlah golongan sosial baru yang mempunyai fungsi dan
status baru sesuai dengan diferesiansi serta spesialisasi dalam bidang sosial-ekonomi
dan pemerintah. Sekaligus juga tercipta golongan profesional yang sebagai golongan
sosial baru tidak mempunyai tempat pada strata menurut stratifikasi sosial masyarakat
pelajaran sistem barat, mereka tidak hanya menyerap pengetahuan dari texbook
memolakan sikap baru yang mencakup sisiplin sosial, pemikiran rasional, gaya hidup
menurut jadwal waktu, dan nilai-nilai lainnya. Pendidikan Barat telah mengakibatkan
suatu kesadaran yang masuk kedalam, terutama kaum pemuda atau intelektual.
Perhimpunan Indonesia menjelaskan sendiri bahwa studi dari sejarah oleh pemuda
yang dijajah belanda (Dhont, 2005 : 90 – 91). Golongan menengah inilah yang
bekerja dalam bidang pemerintahan dan berbagai kelas usaha Barat. Mereka adalah
kelompok perkotaan yang bersaing dalam bidang sosial dan ekonomi dengan kelas
atas dengan berbagai kelompok yang sudah mengkonsolidasikan diri mereka dalam
bentuk nasionalisme karena kelompok yang mereka serang, orang Cina dan Eropa,
sebagaian besar berasal dari luar dan menekankan karakteristik tersendiri dalam
daya dorong nasionalisme, yang dilahirkan dalam suasana kebudayaan bazar dari
Inilah “komunitas yang dibayangkan” oleh “para perantau” yang pernah secara
bahwa proses pembentukan bangsa dan negara Indonesia adalah sebagai pergumulan
munculnya nasionalisme yang lain membentuk sebuah bangsa dalam wadah negara
sebagai ideologi negara. Perjuangan yang lama untuk mencapai kemerdekaan kini
yang berdaulat, merdeka, dan mandiri. Untuk memperkuat itu semua, disahkanlah
suatu tanda hari cerah setelah digulingkannya kesatuan asing. Demikian pula dengan
disahkannya UUD 1945, semangat dan jiwa Proklamasi yaitu Pancasila, memperoleh
bentuk dan dasar hukumnya yang resmi sebagai dasar falsafah Negara Republik
Indonesia, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
dasar dan kekuatan suatu bangsa dalam membangun negara dan bangsanya. Istilah ini
sering disebut sebagai nation building. Nation building pada dasarnya merupakan
sebuah proses terus menerus menuju terciptanya sebuah negara dalam melaksanakan
tetap berfungsi dalam nation building. Dalam proses itu, kebudayaan nasional,
pancasila versus Komunisme dan kemudian masalah posisi militer dalam kehidupan
negara merupakan bagian dari proses nation building tersebut (Simatupang, 1980 : 18
– 23).
tersebut. Dalam zaman modern ini, nasionalisme merujuk kepada amalan politik dan
nasionalisme pada siswa, harus juga dibarengi dengan upaya memahami Pancasila
yang mengandung nilai – nilai luhur Bangsa Indonesia. Pancasila yang merupakan
dasar dan pedoman hidup Bangsa Indonesia mengandung nilai – nilai nasionalisme
yang harus terus ditanamkan pada diri siswa sebagai generasi penerus bangsa.
Dengan memahami Pancasila baik sejarahnya, maupun maknanya maka akan tumbuh
Piaget mengemukakan (Respati : 2012) bahwa ada 4 aspek yang besar yang
Dapat disimpulkan bahwa kriteria anak SMP yang berkisar pada umur 11-
perkembangan struktur kognitif, anak remaja mampu berpikir logis untuk semua jenis
masalah hipotesis, masalah verbal, dan ia dapat menggunakan penalaran ilmiah dan
dapat menerima pandangan orang lain. Maka untuk penanaman sikap nasionalisme
pada siswa SMP dengan menanamkan sikap nasionalisme yang sesuai dengan siswa
SMP.
Menurut Yanto (2012) sikap nasionalisme siswa adalah merespon atas hal-hal
yang berkaitan dengan kebangsaan dan kebanggan menjadi anak negeri Indonesia
sebagai pelajar atau siswa yang melakukan aktifitas belajar di lingkungan sekolah
ataupun di rumah. dengan demikian sikap nasionalisme siswa adalah ketaatan atau
kepatuhan dari siswa kepada aturan, tata tertib atau norma di sekolah yang berkaitan
dengan semangat kebangsaan siswa didorong dalam belajar dan pembelajaran yang
D. Hakikat Globalisasi
1. Definisi Globalisasi
sesungguhnya cakupan fenomena ini jauh lebih luas. Hurrel dan Woods (dalam
images, values, and ideas flow ever swiftly and smoothly across natonal
global yang terjadi karena intensitas aliran uang, manusia, persepsi, nilai, dan
terbatas dan terdeteksi ke tanpa batas dan tak terdeteksi. Proses ini berkembang
karena kemajuan yang pesat dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang melintasi
globalisasi hamper dalam segenap bidang kehidupan yang menyertai lahirnya era
proses menuju sistem kehidupan yang lebih global, terbuka secara luas dalam
berbagai aspek dan segi kehidupan manusia. Baik di bidang ekonomi, sosial budaya,
teknologi dan sebagainya. Pengaruh globalisasi ini secara khusus juga dirasakan oleh
kalangan remaja sebagai kalangan dari usia pancaroba atau peralihan. Usia yang
rentan dengan budaya coba-coba dan memiliki rasa keingintahuan yang cukup besar.
era globalisasi yang terjadi pada remaja saat ini, berikut adalah dampak positif dan
negatif :
3) Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik
seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang
bangsa.
Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang
2) Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam
negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola,
3) Masyarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri
4) Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan
tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang
perilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan
terutama di kalangan muda. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu
kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan
kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala
Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti
minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan.
Pada hal cara berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita.
Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih
suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja
yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan
batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda internet sudah
menjadi santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita
memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian.
Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak
semestinya. Misal untuk membuka situs-situs porno. Bukan hanya internet saja, ada
lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial terhadap masyarakat
menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan
handphone.
Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan
santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena
hati mereka. Contoh riilnya adanya geng motor anak muda yang melakukan tindakan
menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan muda. Hubungannya dengan
nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa
sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus
dampak negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme antara lain yaitu :
a. Dimensi Pengetahuan
disajikan dalam bentuk materi yaitu berupa penjelasan secara menyeluruh tentang
Dan kemudian harus ada penyusunan materi yang sistematis dan telah dikaji
secara menyeluruh agar pembelajaran bisa berjalan sesuai dengan standar komptensi
dan kompetensi dasar yang di harapkan, contohnya susunan materi yang di ajarkan
seperti Pengertian dan pentingnnya globalisasi, Politik luar negeri Indonesia dalam
hubungan internasional die era globalisasi , Dampak negatif globalisasi dan dampak
globalisasi yaitu dalam bentuk ulangan akhir pelajaran. Adapun maksud dari pada
uraian diatas khususnya dalam kaitan dengan dimensi pengetahuan adalah agar para
siswa dapat berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
globalisasi.
terkandung dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Misalnya: para siswa
dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman globalisasi , para siswa dapat
menentukan sikap terhadap dampak globalisasi, para siswa dapat mengambil hal-hal
positif dalam era globalisasi, serta para siswa bisa memproteksi efek-efek negatif dari
dan meberikan ruang kepada para siswa untuk belajar tentang internet, menanamkan
jiwa nasionalisme yang kuat kepada para siswa, penguatan sejarah negara republik
budaya Indonesia agar mempunyai nilai tawar yang lebih di mata para siswa,
mengajak para siswa agar mencintai dan mengkonsumsi produk-produk asli buatan
negeri. Kemudian membuka ruang kreativitas para siswa sesuai dengan keterampilan
mereka masing-masing agar nantinya tidak hanya menjadi siswa yang konsumtif dan
Dari uraian diatas jelas bahwa para siswa setelah mempelajari “globalisasi”
diharapkan dapat memberikan kontribusi yang jelas khusunya dalam ruang lingkup
pembelajaran ini.