Di Susun Oleh :
A32122079
UNIVERSITAS TADULAKO
2023
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Filsafat Pancasila
1. Pengertian Filsafat
Dari segi etimologi istilah “filsafat” dalam bahasa Indonesia mempunyai
padanan “falsafah” dalam kata Arab. Sedangkan menurut kata inggris
“philosophy”, kata latin “philosophia”, kata belanda “philosophie”, yang
kesemuanya itu diterjemahan dalam kata Indonesia “Filsafat”. “Philosophia” ini
adalah kata benda yang merupakan hasil dari kegiata “philosophien” sebagai kata
kerjanya. Sedangkan kegiatan ini dilakukan oleh philosophos atau filsuf sebagai
subjek yang berfilsafat. Menurut Dr. Harun Nasution, istilah “falsafah” berasal
dari bahasa yunani “philein” dan kata ini mengandung arti “cinta” dan “sophos”
dalam arti “hikmah” atau “kebijaksanaan” atau “wisdom”. Keseluruhan arti
filsafat yang meliputi berbagai masalah tersebut dapat dikelompokkan menjadi
dua macam sebagai berikut:
Pertama: Filsafat sebagai produk yang mencakup pengertian :
a). Filsafat sebagai jenis pengetahuan ilmu, konsep pemikiran-pemikiran daripada
filsafat pada zaman dahulu yang lazimnya merupakan suatu aliran atau sistem
filsafat tertentu. Misalnya rasionalisme, materialisme, pragmatisme, dan lain
sebagainya.
b). Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagai
hasil dari aktivitas berfilsafat. Jadi manusia mencari suatu kebenaran yang tinggi
dari persoalan yang bersumber pada akal sehat.
Kedua : Filsafat sebagai suatu proses, yang dalam hal ini filsafat diartikan dalam
bentuk suatu aktivitas berfilsafat, dalam proses suatu pemecahan permasalahan
dengan menggunakan cara dan metode tertentu yang sesuai dengan objeknya.
Dalam pengertian ini filsafat merupakan suatu sistem pengetahuan yang bersifat
dinamis. Filsafat dalam pengertian ini tidak lagi hanya merupakan suatu
kumpulan dogma yang hanya diyakini, ditekuni dan dipahami
sebagai suatu nilai tertentu tetapi lebih merupakan suatu aktivitas berfilsafat suatu
proses yang dinamis dengan menggunakan suatu metode tersendiri.
Adapun cabang-cabang filsafat yang pokok adalah, sebagai berikut:
a. Metafisika, membahas tentang hal-hal yang bereksistensi dibalik fisis, yang
meliputi bidang-bidang, antologi, kosmologi, dan antropologi.
b. Epistemologi, membahas tentang hakikat pengetahuan.
c. Metodologi, membahas tentang hakikat metode dalam ilmu pengetahuan.
d. Logika, membahas tentang filsafat berfikir, yaitu rumus-rumus dan dalil-dalil
berfikir yang benar.
e. Etika, membahas tentang moralitas, dan tingkah laku manusia.
f. Estetika, membahas tentang hakikat keindahan.
Filsafat pancasila dapat didefinisikan sebagai refleksi kritis dan rasionl
tentang pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan
tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan
menyeluruh. Pancasila dikatakan sebagai filsafat karena pancasila merupakan
hasil perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the founding fathers
Indonesia, yang di tuangkan dalam suatu system (Abdul Gani 1998).
Pengertian filsafat pancasila secara umum adalah hasil berfikir atau
pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap,
dipercaya dan diyakini sebagai kenyataan, norma-norma dan nilai-nilai yang
benar, adil, bijaksana dan paling sesuai dengan kehidupan dan kepribadian
bangsa Indonesia. Filsafat pancasila kemudian dikembangkan oleh Soekarno
sejak 1955 sampai kekuasaannya berakhir pada 1965. Pada saat itu Soekarno
selalu menyatakan bahwa pancasila merupakan filsafat asli Indonesia yang
diambil dari budaya dan tradisi Indonesia, serta merupakan akulturasi budaya
India (hindu-buddha), Barat (Kristen), Arab (Islam).
Filsafat pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat praktis sehingga
filsafat pancasila tidak hanya mengandung pemikiran yang sedalam-dalamnya
atau tidak hanya bertujuan mencari, tetapi hasil pemikiran yang berwujud filsafat
pancasila tersebut dipergunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari (way of life
atau weltanschauung) agar hidup bangsa Indonesia dapat mencapai kebahagiaan
lahir dan batin, baik dunia maupun di akhirat (Salam, 1988:23-24).
2. Sifat memonopoli
D. Identitas Nasional
Pernahkah anda berjumpa dengan orang asing, coba amati apakah ada
yang berbeda dengan orang indonesia. Tentu orang asing dengan kita ada
perbedaan, jika perbedaan itu ternyata persamaan dari kelompoknya/bangsanya,
maka itulah yang dimaksud dengan identitas kelompok. Identitas dapat dipahmi,
ciri dari individu atau kelompok yang dapat membedakan dengan individu atau
kelompok lain. Pada sebuah negar biasanya terdiri dari beberapa kelompok atau
suku bangsa, walaupun demikian sebagai sebuah negara mereka akan membuat
kesepakatan baik secara politis maupun sosiologis untuk membentuk ciri atau
tanda dari negara tersebut. Secara politis artinya identitas tersebut dirancang,
disepakati dan di sahkan oleh lemaga negara sebagai identitas nasional,
sedangkan secara sosiologis artinya identitas itu tumbuh dan berkembang secara
alami tanpa ada interfensi dari penguasa atau pemerintah. Secara istilah,
“identitas nasional” terdiri dari dua kata, yaitu ‘identitas’ dan ‘nasional’. Identitas
dapat dimaknai sebagai ciri, tanda, atau jatidiri; sedangkan ‘nasional’ dalam
konteks ini adalah kebangsaan. Menurut Triwamwoto dalam wikipedia.org,
Bangsa adalah suatu kelompok manusia yang dianggap memiliki identitas
bersama, dan mempunyai kesamaan bahasa, agama, ideologi, budaya, dan
sejarah. Selanjutnya menurut Ernest Renan, Bangsa adalah sekelompok manusia
yang berada dalam suatu ikatan batin yang dipersatukan karena memiliki
persamaan sejarah, serta cita-cita yang sama.
Menurut Chamim, dkk (2003:209), identitas nasional dapat diartikan
sebagai “jatidiri nasional” atau “kepribadian nasional” Sedangkan menurut
Kaelan, (2007:43) istilah “identitas nasional” secara terminologis adalah suatu
ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa
tersebut dengan bangsa lain. Dalam konteks Indonesia, menurut Ganeswara, dkk
(2007:27), identitas nasional merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang
tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan dari ratusan suku yang
”dihimpun” dalam satu kesatuan Indonesia menjadi kebudayaan nasional dengan
acuan Pancasila dan roh ”Bhinneka Tunggal Ika” sebagai dasar dan arah
pengembangannya. Pendapat senada tentang identitas nasional dikemukakan oleh
Abidin, dkk (2014: 153) identitas nasional dapat diartikan sebagai jati diri
nasional atau kepribadian nasional.
Identitas bangsa yang satu dengan yang lainnya tentu saja berbeda. Hal
ini disebabkan oleh perbedaan latar belakang sejarah, kebudayaan, maupun
geografi. 10 Identitas nasional Indonesia terbentuk karena rakyat Indonesia
memiliki pengalaman sejarah dan penderitaan yang sama. Pada masa swebelum
kemerdekaan, bangsa Indonesia kemiliki pengalaman yang sama dalam mengusir
penjajah yang membutuhkan pengorbanan bukan saja harta dan nyawa, namun
juga kehilangan sanak saudara yang dicintai. Perjuangan yang sama dalam
mengusir penjajah inilah yang meleburkan perbedaan agama, suku, bahasa daerah
dan sebagainya. Perasaan senasib ini mendorong tumbuhnya kesadaran bahwa
kita memang memiliki banyak perbedaan, tetapi perbedaan itu tidak dapat
menutup kenyataan bahwa kita memiliki kesamaan sejarah dalam melawan
penjajah. Pengalaman sejarah inilah yang dapat menumbuhkan kesadaran
kebangsaan kemudian melahirkan identitas nasional. Namun demikian,
globalisasi yang ”menyatukan” dunia membawa dampak yang cukup serius,
misalnya menurunnya semangat kebangsaan dan kecintaan terhadap tanah air
yang ditunjukkan oleh gejala seperti kenakalan remaja yang membabi buta,
korupsi, kolusi dan nepotisme yang dilakukan oleh penyelenggara negara.
Bahkan perilaku generasi muda yang lebih mengikuti budaya dari negara lain
yang terkadang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.
E. Integrasi Nasional
Integrasi Nasional berasal dari dua kata, yakni Integrasi dan Nasional.
Integrasi ini berasal dari Bahasa Inggris (integrate) yang memiliki arti
menyatupadukan, mempersatukan atau menggabungkan.
a. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Integrasi memiliki arti
pembauran sehingga menjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh.
b. Secara Politis. Integrasi Nasional secara politis ini memiliki arti bahwa
penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial dalam kesatuan wilayah
nasional yang membentuk suatu identitas nasional.
c. Secara Antropologi Integrasi Nasional secara antropologis ini berarti bahwa
proses penyesuaian diantara unsurunsur kebudayaan yang berbeda sehingga
mencapai suatu kesatuan fungsi di dalam kehidupan masyarakat.
Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan
perbedaan yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan
keselarasan secara nasional. Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan
bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu sisi
hal ini membawa dampak positif bagi bangsa karena kita bisa memanfaatkan
kekayaan alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya budaya yang
melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan sebuah
keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru. Kita ketahui
dengan wilayah dan budaya yang melimpah itu akan menghasilkan karakter atau
manusia manusia yang berbeda pula sehingga dapat mengancam keutuhan bangsa
Indonesia.
1. Pentingnya Integrasi Nasional Bagi Bangsa Indonesia
Integrasi nasional merupakan salah satu cara untuk menyatukan berbagai
macam perbedaan yang ada di Indonesia.Integrasi itu sendiri dapat dikatakan
sebagai suatu langkah yang baik untuk menyatukan sesuatu yang semula terpisah
menjadi suatu keutuhan yang baik bagi bangsa Indonesia,misalnya menyatukan
berbagai macam suku dan berbudaya yang ada serta menyatukan berbagai macam
agama yang ada di Indonesia.
Integrasi nasional penting untuk diwujudkan dalam kehidupan masyrakat
Indonesia dikarenakan Indonesia merupakan negara yang masih berkembang atau
dapat dikatakan negara yang masih mencari jati diri. Selain itu, integrasi nasional
sangat penting untuk diwujudkan karena integrasi nasional merupakan suatu cara
yang dapat menyatukan berbagai macam perbedaan yang ada di Indonesia.
Indonesia sangat dikenal dengan keanekaraganm suku, budaya, dan agama. Oleh
sebab itu, adanya pengaruh globalisasi yang masuk ke Indonesia membuat
masyarakat Indonesia lebih memilih untuk suatu yang trend walaupun hal
tersebut membuat upaya integrasi tidak terwujud. Masyarakat Indonesia belum
sadar akan pengaruh globalilasi yang ternyata tidak baik bagi masyarakat
Indonesia. Selain pengaruh globalisasi, masyarakat Indonesia bertindak atas
wewenang sendiri maupun kelompok sehingga konflik terjadi dimana-mana
seperti pertengkaran antar suku, pembakaran tempat-tempat ibadah dan lain
sebagainya. Konflik tersebutlah yang membuat integrasi nasional susah
diwujudkan. Upaya integrasi terus dilakukan agar Indonesia menjadi satu
kesatuan yang mana disebutkan dalam semboya bhinneka tunggal ika. Adanya
upaya mengintegrasikan Indonesia, perbedaan-perbedaan yang ada tetap harus
diakui dan dihargai sehingga Indonesia menjadi negara yang dapat mencapai
tujuannya. Selain 12 menghargai dan mengakui berbagai macam perbedaan di
Indonesia, masyarakat Indonesia harus memliki rasa toleransi terhadap sesama
sehingga tidak terjadi konflik yang berkepanjangan yang dapat merugikan
Indonesia.
2. Hakikat Konsep Integrasi Nasional
Dalam upaya mewujudkan integrasi nasional, tantangan yang di hadapi
dating dari dimensi horizontal dan vertical. Dalam dimensi horizontal tantangan
berakar pada suku,agama,ras,dan geografi.
Sementara dalam dimensi vertical,terdapat celah perbedaan antara kaum
elit dan massa, yang dimana latar pendidikan kekotaan menyebabkan sudut
pandang kaum elit berbeda dengan massa yang cenderung bersudut pandang
tradisional.
Masalah yang berkaitan dengan dimensi vertikal sering muncul terjadi ke
permukaan setelah berbaur dengan dimensi horizontal, sehingga hal ini memberi
kesan bahwa kasus dimensi horizontal di Indonesia lebih menonjol daripada
dimensi vertikalnya, demikian dikutip dari jurnal ilmiah Integrasi Nasional
Sebagai Salah Satu Parameter Persatuan Dan Kesatuan Bangsa Negara Republik
Indonesia.
F. Nilai dan Norma Konstitusional UUD NRI Tahun 1945 dan Peraturan
Perundang-undangan di Bawah UUD
Istilah konstitusi dalam bahasa Prancis dikenal dengan istilah constituer,
dalam bahasa Inggris digunakan istilah constitution, Constituer (bahasa Prancis)
berarti membentuk, pembentukan. Yang dimaksud dengan membentuk di sini
adalah membentuk suatu negara.Konstitusi mengandung permulaan dari segala
peraturan mengenai suatu Negara.
Thomas Hobbes (1588-1879) dalam bukunya Leviatan. mengajukan
suatu argumentasi tentang kewajiban politik yang disebut kontrak sosial yang
mengimplikasikan pengalihan kedaulatan kepada primus inter pares yang
kemudian berkuasa secara mutlak (absolut).Negara dalam pandangan Hobbes
cenderung seperti monster Leviathan.Pemikiran Hobbes tak lepas dari pengaruh
kondisi zamannya sehingga ia cenderung membela monarkhi absolut (kerajaan
mutlak) dengan konsep divine right yang menyatakan bahwa penguasa di bumi
merupakan pilihan Tuhan sehingga ia memiliki otoritas tidak tertandingi.
Misalnya : Louis XIV berhasil menerapkan absolutisme dan negara terpusat.
Magna Charta di Inggris, Bill of Rights dan Declaration of Independence dalam
sejarah Amerika Serikat, dan Declaration des Droits de L’homme et du Citoyen
di Perancis.
Dalam arti sempit, konstitusi merupakan suatu dokumen atau seperangkat
dokumen yang berisi aturan-aturan dasar untuk menyelenggarakan negara.
Dalam arti luas, konstitusi merupakan peraturan, baik tertulis maupun tidak
tertulis, yang menentukan bagaimana lembaga negara dibentuk dan dijalankan.
Konstitusi adalah seperangkat aturan atau hukum yang berisi ketentuan
tentang bagaimana pemerintah diatur dan dijalankan. Oleh karena aturan atau
hukum yang terdapat dalam konstitusi itu mengatur hal-hal yang amat mendasar
dari suatu negara, maka konstitusi dikatakan pula sebagai hukum dasar yang
dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan suatu negara. Konstitusi adalah suatu
kerangka negara yang diorganisasikan melalui dan dengan hukum, yang
menetapkan lembaga-lembaga yang tetap dengan mengakui fungsi-fungsi dan
hak-haknya (Lord James Bryce) • Konstitusi merupakan satu kumpulan asas-asas
mengenai kekuasaan pemerintah, hak-hak yang diperintah, dan hubungan antara
keduanya (pemerintah dan yang diperintah dalam konteks hakhak asasi manusia)
( C.F Strong).
Konstitusi berfungsi sebagai landasan kontitusionalisme. Landasan
konstitusionalisme adalah landasan berdasarkan konstitusi.Konstitusi berfungsi
untuk membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa, sehingga
penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenangwenang. Dengan demikian,
diharapkan hak-hak warganegara akan lebih terlindungi. Konstitusi berfungsi: (a)
membatasi atau mengendalikan kekuasaan penguasa agar dalam menjalankan
kekuasaannya tidak sewenang-wenang terhadap rakyatnya; (b) memberi suatu
rangka dasar hukum bagi perubahan masyarakat yang dicitacitakan tahap
berikutnya; (c) dijadikan landasan penyelenggaraan negara menurut suatu sistem
ketatanegaraan tertentu yang dijunjung tinggi oleh semua warga negaranya; (d)
menjamin hak-hak asasi warga negara.
3. PENUTUP
A. Kesimpulan
pendidikan kewarganeraaan adalah suatu upaya sadar dan terencana
mencerdaskan warganegara (khususnya generasi muda). Caranya dengan
menumbuhkan jati diri dan moral bangsaagar mampu berpartisipasi aktif dalam
pembelaan negara. Dalam sejarah timbulnya istilah Civicsdi Indonesia dapat
dilukiskan secara kronologis.Sejak tahun 1957 dalam kurikulum
SekolahMenengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas terdapat istilah
kewarganegaraan
yaitu pelajaran yang ditempelkan dalam pelajaran tatanegara. Pendidikan kewarg
anegaraan adalah program pendidikan berdasarkan Nilai-nilai pancasila sebagai
wahana untuk mengembangkandan melestarikan nilai luhur dan moral yang
berakar pada budaya bangsa yang diharapkanmenjadi jati diri yang diwujudkan
dalam bentuk prilaku dalam kehidupan sehari-hari paramahasiswa baik sebagai
individu, sebagai calon guru/pendidik, anggota masyarakat dan ciptaanTuhan
Yang Maha Esa. Universitas memberikan Mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan(MPK) sebagai pengembangan kepribadian karena pendidikan
kewarganegaraan dapatmembantu mahasiswa-mahasiswi menjadi warga negara
yang baik sekaligus paham antara hakdan kewajiban, dapat hidup berdemokrasi,
nasionalis, dengan dibekali nilai-nilai moral, norma-norma yang berlaku dalam
kehidupan bermasyarakat.
B. Saran
Dalam era globalisasi diperlukan adanya suatu pola pendidikan yang
mengarah,pada pembentukan karakter agar terciptanya manusia yang berkepr
ibadian serta berkarakter. Jadilahwarga Negara Indonesia yang baik. Taat
pada hukum dan norma-norma yang berlaku, taat pada pancasila dan taat
pada undan-undang dasar 1945.
DAFTAR PUSTAKA
Maswardi M. Amin (2011).Pendidikan Karakter Anak Bangsa
. Jakarta: Baduose Media.Sinamo, Nomensen (2010).
Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi
.Jakarta: PT. Bumi Intitama Sejahtera.Budiyanto.
Pendidikan Kewarganegaraan
.Yogyakarta: UNY Press. 2004Endang Zaelani Zukarya, dkk. 2000.
Pendidikan Kewarganegaraan untuk PerguruanTinggi
. Yogyakarta: Paradigma.Prof. DR. H. Kaelani, M.S. dan Drs. H. Achmad
Zubaidi, M.Si.
PendidikanKewarganegaraanUntuk Perguruan Tinggi
. Penerbit Paradigma:Yogyakarta 2007Winarno.
Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan
. Jakarta: Bumi Aksara,
2008http://biasamembaca.blogspot.co.id/2015/05/perkembangan-pendidikan-
kewarganegaraan.htmlDiakses pada 19-11-2016 pukul
20.00https://endriyb.wordpress.com/category/pendidikan-kewarganegaraan/ diak
ses pada 19-11-16 pukul
20.37http://nurdiansyahgundar.blogspot.co.id/2013/04/hakikat-mempelajari-
pendidikan_1.htmldiakses pada 19-11-16 pukul
21.00http://dodirullyandapgsd.blogspot.co.id/2014/08/pengertian-tujuan-dan-
ruang-lingkup_85.html diakses pada 19-11-16 pukul 22-30
4. Mata pelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan
merupakan mata
5. pelajaran yang
sangat penting bagi
setiap individu untuk
lebih mencintai
6. bangsa Indonesia,
melalui mata pelajaran
ini para siswa,
mahasiswa, maupun
7. warga negara dididik
untuk lebih mencintai
bangsa dan negara
Indonesia ini.
8. PKn meliputi pokok
bahasan pengantar
PKn, Hak dan
Kewajiban
9. warga negara,
pendidikan pendahuluan
bela negara, demokrasi
Indonesia, hak
10. asasi manusi,
wawasan nusantara,
ketahanan nasional,
politik dan stategi
11. nasional.
12. Jadi, Pendidikan
Kewarganegaraan
adalah program
pendidikan
13. berdasarkan nilai-nilai
pancasila sebagai
wahana untuk
mengembangkan dan
14. melestarikan nilai-
nilai luhur dan moral
yang berakar dari
budaya bangsa
15. Indonesia yang
diharapkan dapat
menjadi jati diri yang
diwujudkan dalam
16. bentuk perilaku yang
diwujudkan dalam
kehidupan sehari-hari
para mahasiswa
17. baik sebagai
individu, sebagai calon
guru/pendidik, anggota
masyarakat dan
18. makhluk ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa
G. Konstitusi adalah
seperangkat aturan atau
hukum yang berisi
ketentuan
H. tentang bagaimana
pemerintah diatur dan
dijalankan. Oleh karena
aturan
I. atau hukum yang
terdapat dalam
konstitusi itu mengatur
hal-hal yang
J. amat mendasar dari
suatu negara, maka
konstitusi dikatakan pula
K. sebagai hukum dasar
yang dijadikan pegangan
dalam penyelenggaraan
L. suatu negara.
M. 1. Konstitusi
berfungsi sebagai
landasan
kontitusionalisme.
Landasan
N. konstitusionalisme
adalah landasan
berdasarkan konstitusi,
baik
O. konstitusi dalam arti
luas maupun konstitusi
dalam arti sempit.
Konstitusi
P. dalam arti luas
meliputi undang-undang
dasar, undang-undang
organik,
Q. peraturan perundang-
undangan lain, dan
konvensi. Konstitusi
dalam arti
R. sempit berupa
Undang-Undang
Dasar(Astim Riyanto,
2009).
S. Konstitusi adalah
seperangkat aturan atau
hukum yang berisi
ketentuan
T. tentang bagaimana
pemerintah diatur dan
dijalankan. Oleh karena
aturan
U. atau hukum yang
terdapat dalam
konstitusi itu mengatur
hal-hal yang
V. amat mendasar dari
suatu negara, maka
konstitusi dikatakan pula
W. sebagai hukum dasar
yang dijadikan pegangan
dalam penyelenggaraan
X. suatu negara.
Y. 1. Konstitusi
berfungsi sebagai
landasan
kontitusionalisme.
Landasan
Z. konstitusionalisme
adalah landasan
berdasarkan konstitusi,
baik
AA. konstitusi dalam
arti luas maupun
konstitusi dalam arti
sempit. Konstitusi
BB. dalam arti luas
meliputi undang-undang
dasar, undang-undang
organik,
CC. peraturan
perundang-undangan
lain, dan konvensi.
Konstitusi dalam arti
DD. sempit berupa
Undang-Undang
Dasar(Astim Riyanto,
2009).