Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SUMBER POLITIS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


INDONESIA
Mata Kuliah : Kewarganegaraan
Dosen Pengampu : Della Monika, SH., MH

Disusun oleh Kelompok 3 :


1. Aisya Aryuni (2003030042)
2. Jilan Zahwa Salsabila (2003030017)
3. Lisa Meysinta (2003030035)
4. Manja Nurani (2003030021)
5. Mia Nurtantri (2003030043)
6. Ninisa Cahya Pratiwi (2003030005)
7. Puspita Aisyah Indriatika (2003030039)

Kelas : Pendidikan Biologi 20 B


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sumber Politis
Pendidikan Kewarganegaraan Indonesia” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ibu
dosen pada mata kuliah Kewarganegaraan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Sumber Politis Pendidikan Kewarganegaraan
Indonesia bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Della Monika, SH., MH, selaku dosen
mata kuliah Kewarganegaraan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian PKn
B. Sejarah PKn
C. Sumber Politis Pendidikan Kewarganegaraan Indonesia
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Pendidikan kewarganegaraan sangatlah penting untuk dipelajari oleh semua
kalangan. Oleh sebab itu, pendidikan Nasional Indonesia menjadikan
pendidikan kewarganegaraan sebagai pelajaran pokok dalam lima status.
Pertama, sebagai mata pelajaran di sekolah. Kedua, sebagai mata kuliah di
perguruan tinggi. Ketiga, sebagai salah satu cabang pendidikan disiplin ilmu
pengetahuan sosial dalam kerangka program pendidikan guru. Keempat,
sebagai program pendidikan politik yang dikemas dalam bentuk Penataran
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Penataran P4) atau
sejenisnya yang pernah dikelola oleh Pemerintah sebagai sutuan crash program.
Kelima, sebagai kerangka konseptual dalam bentuk pemikiran individual dan
kelompok pakar terkait Serta kewarganegaraan merupakan hal yang sangat
penting di dalam suatu negara. Tanpa status kewarganegaraan seorang warga
negara tidak akan diakui oleh sebuah negara.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa yang dimaksud dengan PKn?
b. Apa saja sejarah PKn?
c. Apakah sumber politis Pendidikan Kewarganegaraan Indonesia?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
a. Menjelaskan pengertian PKn
b. Menjelaskan sejarah PKn
c. Menjelaskan sumber politis Pendidikan Kewarganegaraan Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian PKn
Definisi dan pengertian pendidikan kewarganeraaan adalah suatu upaya
sadar dan terencana mencerdaskan warga negara (khususnya generasi
muda). Caranya dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa agar
mampu berpartisipasi aktif dalam pembelaan negara. Dengan kata lain
pendidikan kewarganegaraan merupakan alat untuk membangun dan
memajukan suatu negara. Dalam implementasinya pendidikan
kewarganegaraan menerapkan prinsip-prinsip demokratis dan humanis.
Pendidikan kewarganegaraan adalah arti generik yang meliputi pengalaman
belajar di sekolah serta diluar sekolah, seperti yang berlangsung di
lingkungan keluarga, dalam organisasi keagamaan, dalam organisasi
kemasyarakatan, serta dalam media. Dalam makna luas, pendidikan
kewarganegaraan dimaknai juga sebagai pendidikan demokrasi yang
mempunyai tujuan untuk menyiapkan warga masyarakat berfikir kritis serta
melakukan tindakan demokratis, lewat kesibukan menanamkan kesadaran
pada generasi baru bahwa demokrasi yaitu bentuk kehidupan orang-orang
yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat. Cholisin (Samsuri, 2011)
berpandangan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan
politik yang konsentrasi materinya peranan warga negara dalam kehidupan
bernegara yang kesemuanya itu diolah dalam rencana untuk membina
peranan tersebut sesuai dengan ketetapan Pancasila serta UUD 1945 supaya
jadi warga negara yang bisa dihandalkan oleh bangsa serta negara.

 Menurut Para Ahli


1.) Merphin Panjaitan
Pendidikan kewarganegaraan merupakan pendidikan demokrasi.
Tujuannya untuk mendidik generasi muda menjadi warga negara
yang berjiwa demokratis dan partisipatif lewat
pendidikan yang bersifat dialogial.
2.) Soedijarto
Pendidikan Kewarganegaraan itu merupakan pendidikan politik
yang memiliki tujuan membantu peserta didik untuk dapat jadi warga
negara yang dewasa secara politik dan dapat ikut
serta membangun sistem perpolitikan yang bersifat demokratis.
3.) Azyumardi Azra
Pendidikan Kewarganegaraan mengkaji dan membahas tentang
pemerintahan, konstitusi,lembaga-lembaga demokrasi, rule of law,
hak dan kewajiban negara serta demokrasi. Secara sustantif,
pendidikan kewarganegaraan juga membangun kesiapan menjadi
warga dunia.
4.) Henry Rendall Waite
Ilmu kewarganegaraan membicarakan hubungan manusia dengan
manusia dalam perkumpulan-perkumpulan yang terorganisasi (sosial,
ekonomi, politik) dan antara individuindividu dengan negara.
5.) Zamroni
Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang
bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan
bertindak demokratis
6.) Tim ICCE UIN Jakarta
Pendidikan kewarganegaraan adalah suatu proses yang dilakukan
oleh lembaga pendidikan dimana seseorang mempelajari orientasi,
sikap dan perilaku politik sehingga yang bersangkutan memiliki
political knowledge, awareness, attitude, political efficacy dan
political participationserta kemampuan mengambil keputusan politik
secara rasional.

B. Sejarah dan Perkembangan PKn


Sejak tahun 1957 dalam kurikulum Sekolah Menengah Pertama dan
Sekolah Menengah Atas terdapat istilah kewarganegaraan yaitu pelajaran
yang ditempelkan dalam pelajaran tatanegara.Isinya hanya membahas
tentang cara-cara memperoleh dan kehilangan kewarganegaraan. Setelah
adanya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yaitu berlakunya kembali
UndangUndang Dasar 1945 dan Pidato P.Y.M Presiden Soekarno pada
tanggal 17 Agustus 1959, maka dianggap wajar untuk melakukan
pembaruan pendidikan nasional. Salah satu hal untuk menyempurnakan
pendidikan itu adalah usaha menimbulkan pengertian dan jiwa patriotisme
pada diri murid sekolah. Oleh karena itu, maka dengan Surat Keputusan
Nomor 122274/S, tanggal 10 Desember 1959 di Departemen Pendidikan,
Pengajaran dan Kebudayaan telah dibentuk panitia yang terdiri atas tujuh
orang pegawai Departemen PPdan K, yaitu Mr. Soepardo,
Mr.M.Hoetahoeroek, Soeroyo Warsid, Soemardjo, Chalid Rasyidi,
Soekarno dan Mr.J.C.T Simorangkir yang diberi tugas untuk membuat buku
pedoman mengenai kewajiban-kewajiban dan hak-hak warga Negara
Indonesia disertai dengan hal-hal yang akan menginsafkan mereka tentang
sebab-sebab sejarah dan tujuan revolusi kemerdekaan bangsa Indonesia.
Saran ini dating dari Menteri Kehakiman Mr. Sahardjo yang lebih
menekankan pengertian dan isi serta kewajiban dan tugas serta hak
warganegara. Pada tahun 1968, istilah Civic di sekolah diberi nama
“Pendidikan Kewargaan Negara”. Apabila ditelaah maksud dari pelajaran
Pendidikan Kewargaan Negara, baik di Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama, Sekolah Menengah Atas serta sekolah lainnya, maksudnya tidak
lain dari mengembangkan dan menumbuhkan warga negara yang baik. Isi
bahan pelajaran mengandung elemen-elemen nasionalisme, patriotisme,
kenegaraan, etika, agama, kebudayaan, pokoknya segala sesuatu yang
dianggap baik menurut moral Pancasila, UndangUndang Dasar 1945 dan
keputusan-keputusan lembaga legislatif serta pemerintah.

Pada tahun 1975, pemerintah mengganti istilah Pendidikan Kewargaan


Negara menjadi pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dimana
pemerintah menganggap mata pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara
kurang mampu mengembangkan perilaku warga negara yang mendukung
garis kebijakan Orde Baru, pertahanan keamanan nasional serta
pembangunan nasional sebagaimana yang diharapkan oleh pemerintah. Di
sisi lain, dalam Pidato Kenegaraan di depan DPR pada tanggal 16 Agustus
1978 Presiden Soeharto menegaskan, “Tiidak perlu diragukan lagi bahwa
kita dengan sungguh-sungguh, dengan sepenuh hati dan sekuat tenaga, dan
kalau perlu mempertaruhkan apa saja, untuk mewujudkan kehidupan bangsa
kita dalam bernegara dan berpemerintahan sesuai dengan falsafah dan
ideologi Negara Pancasila dan konstitusi Negara Undang-Undang Dasar
1945”. Sejak kelahirannya Orde baru memang bertekad untuk
melaksanakan Undang-Undang Dasar 1945.Beliau juga menilai bahwa
sejak itu kehidupan konstitusi terus ditumbuhkan karena adanya kesadaran
bahwa kehidupan konstitusional adalah hal yang fundamental dalam usaha
pembinaan dan pembangunan bangsa agar bangsa itu dapat tumbuh dan
berkembang dengan tertib, teratur, dan berkesinambungan.

Selanjutnya ditetapkanlah Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat


Nomor II Tahun 1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (Ekaprasetia Pancakarsa), dimana ketentuan Pasal 4 menyatakan
bahwa Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4) merupakan
penuntun dan pegangan hidup dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara bagi setiap warganegara Indonesia, setiap penyelenggara negara,
setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat
maupun di daerah.

Selanjutnya, seiring dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 2 Tahun


1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menggariskan adanya
pendidikan Pancasila dan pendidikan Kewarganegaraan sebagai bahan
kajian wajib 14 kurikulum semua jurusan, jenis dan jenjang pendidikan
(Pasal 39). Kurikulum Pendidikan Dasar dan Sekolah Menengah tahun 1994
mengakomodasikan misi baru pendidikan tersebut dengan memperkenalkan
mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan atau PPKn.
Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, kurikulum PPKn 1994
mengorganisasikan materi pembelajarannya bukan atas dasar rumusan butir-
butir P-4, akan tetapi atas dasar konsep nilai yang disaripatikan dari P-4 dan
sumber resmi lainnya.

Selanjutnya berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi 2002 mata


pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berfungsi sebagai wahana untuk
membentuk warganegara cerdas, terampil dan berkarakter yang setia kepada
bangsa dan Negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini kemudian didukung oleh Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
dimana mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai muatan wajib
kurikulum pada pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan
tinggi sesuai dengan Pasal 37 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003.

Dari uraian tersebut di atas, jelaslah bahwa Pendidikan Kewarganegaraan di


Indonesia masih kabur dan masih menimbulkan kebingungan pada guru-
guru Pendidikan Kewarganegaraan, karena terjadinya perubahan-perubahan
politik serta kebijakan-kebijakan pemerintah. Dari penggunaan istilah
tersebut sangat terlihat jelas ketidakajegannya dalam mengorganisir
pendidikan kewarganegaraan, yang berakibat pada krisis operasional,
dimana terjadinya perubahan konteks dan format pendidikannya. Menurut
Kuhn (1970) krisis yang bersifat konseptual tersebut tercermin dalam
ketidakajekan konsep atau istilah yang digunakan untuk pelajaran PKn.
Krisis operasional tercermin terjadinya perubahan isi dan format buku
pelajaran, penataran yang tidak artikulatif, dan fenomena kelas yang belum
banyak dari penekanan pada proses kognitif memorisasi fakta dan konsep.
Kedua jenis krisis tersebut terjadi karena memang sekolah masih tetap
diperlakukan sebagai socio-political institution, dan masih belum efektifnya
pelaksanaan metode pembelajaran secara konseptual, karena belum adanya
suatu paradigma pendidikan kewarganegaraan yang secara ajeg diterima dan
dipakai secara nasional sebagai rujukan konseptual dan operasional.

C. Sumber Politis Pendidikan Kewarganegaraan Indonesia


Pendidikan kewarganegaraan mulai dikenal dalam pendidikan sekolah
dapat digali dari dokumen kurikulum sejak tahun 1957 sebagaimana
dapat diidentifikasi dari pernyataan Somantri (1972) bahwa pada masa
Orde Lama mulai dikenal istilah: (1) Kewarganegaraan (1957); (2) Civics
(1962); dan (3) Pendidikan Kewargaan Negara (1968). Pada masa awal
Orde Lama sekitar tahun 1957, isi mata pelajaran PKn membahas cara
pemerolehan dan kehilangan kewarganegaraan, sedangkan dalam Civics
(1961) lebih banyak membahas tentang sejarah Kebangkitan Nasional,
UUD, pidato-pidato politik kenegaraan yang terutama diarahkan untuk
"nation and character building” bangsa Indonesia.

Bagaimana sumber politis PKn pada saat Indonesia memasuki era


baru, yang disebut Orde Baru?

Pada awal pemerintahan Orde Baru, Kurikulum sekolah yang berlaku


dinamakan Kurikulum 1968. Dalam kurikulum tersebut di dalamnya
tercantum mata pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara. Dalam mata
pelajaran tersebut materi maupun metode yang bersifat indoktrinatif
dihilangkan dan diubah dengan materi dan metode pembelajaran baru
yang dikelompokkan menjadi Kelompok Pembinaan Jiwa Pancasila.
Mata pelajaran Kewargaan Negara di SMA berintikan: (1) Pancasila dan
UUD 1945; (2) Ketetapan-ketetapan MPRS 1966 dan selanjutnya; dan
(3) Pengetahuan umum tentang PBB.

Dalam Kurikulum 1968, mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran


wajib untuk SMA. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah
pendekatan korelasi, artinya mata pelajaran PKn dikorelasikan dengan
mata pelajaran lain, seperti Sejarah Indonesia, Ilmu Bumi Indonesia, Hak
Asasi Manusia, dan Ekonomi, sehingga mata pelajaran Pendidikan
Kewargaan Negara menjadi lebih hidup, menantang, dan bermakna.
SehinggaSumber politis kemudian berasal dari fenomena yang dimana
terjadi pada kehidupan berbangsa di Indonesia itu sendiri yang dimana
tujuannya adalah agar kita mampu unutk melakukan formulasi terhadap
berbagai macam saran tentang upaya dan juga sebuah usaha yang dimana
kemudian akan berguna untuk melakukan perwujudan dari kehidupan
politik yang dimana ideal dan juga sesuai dengan nilai Pancasila
Kurikulum Sekolah tahun l968 akhirnya mengalami perubahan menjadi
Kurikulum Sekolah Tahun 1975. Nama mata pelajaran pun berubah
menjadi Pendidikan Moral Pancasila dengan kajian materi secara khusus
yakni menyangkut Pancasila dan UUD 1945 yang dipisahkan dari mata
pelajaran sejarah, ilmu bumi, dan ekonomi. Hal-hal yang menyangkut
Pancasila dan UUD 1945 berdiri sendiri dengan nama Pendidikan Moral
Pancasila (PMP), sedangkan gabungan mata pelajaran Sejarah, Ilmu
Bumi dan Ekonomi menjadi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(lPS).Pada masa pemerintahan Orde Baru, mata pelajaran PMP ditujukan
untuk membentuk manusia Pancasilais. Tujuan ini bukan hanya tanggung
jawab mata pelajaran PMP semata. Sesuai dengan Ketetapan MPR,
Pemerintah telah menyatakan bahwa P4 bertujuan membentuk Manusia
Indonesia Pancasila.

Pada saat itu, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud)


telah mengeluarkan Penjelasan Ringkas tentang Pendidikan Moral
Pancasila (Depdikbud, 1982) yang dapat disimpulkan bahwa: (l) P4
merupakan sumber dan tempat berpijak, baik isi maupun cara evaluasi
mata pelajaran PMP melalui pembakuan kurikulum 1975; (2) melalui
Buku Paket PMP untuk semua jenjang pendidikan di sekolah maka Buku
Pedoman Pendidikan Kewargaan Negara yang berjudul Manusia dan
Masyarakat Baru lndonesia (Civics) dinyatakan tidak berlaku lagi; dan
(3) bahwa P4 tidak hanya diberlakukan untuk sekolah-sekolah tetapi juga
untuk masyarakat pada umumnya melalui berbagai penataran P4. Sesuai
dengan perkembangan iptek dan tuntutan serta kebutuhan masyarakat,
kurikulum sekolah mengalami perubahan menjadi Kurikulum 1994.
Selanjutnya nama mata pelajaran.PMP pun mengalami perubahan
menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) yang
terutama didasarkan pada ketentuan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada
ayat 2 undangundang tersebut dikemukakan bahwa isi kurikulum setiap
jenis, jalur, dan jenjang pendidikan wajib memuat: (1) Pendidikan
Pancasila; (2) Pendidikan Agama; dan (3) Pendidikan Kewarganegaraan.
Pasca Orde Baru sampai saat ini, nama mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan kembali mengalami perubahan. Perubahan tersebut
dapat diidentifikasi dari dokumen mata pelajaran PKn (2006) menjadi
mata pelajaran PPKn (2013).

Sumber politis kemudian berasal dari fenomena yang dimana terjadi pada
kehidupan berbangsa di Indonesia itu sendiri yang dimana tujuannya
adalah agar kita mampu unutk melkaukan formulasi terhadap berbagai
macam saran tentang upaya dan juga sebuah usaha yang dimana
kemudian akan berguna untuk melakukan perwujudan dari kehidupan
politik yang dimana ideal dan juga sesuai dengan nilai Pancasila.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan :
Pendidikan kewarganeraaan adalah suatu upaya sadar dan terencana
mencerdaskan warga negara (khususnya generasi muda). Caranya
dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa agar mampu
berpartisipasi aktif dalam pembelaan negara. Dalam sejarah timbulnya
istilah Civics di Indonesia dapat dilukiskan secara kronologis.Sejak
tahun 1957 dalam kurikulum Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah
Menengah Atas terdapat istilah kewarganegaraan yaitu pelajaran yang
ditempelkan dalam pelajaran tatanegara. Pendidikan kewarganegaraan
adalah program pendidikan berdasarkan Nilai-nilai pancasila sebagai
wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral
yang berakar pada budaya bangsa yang diharapkan menjadi jati diri yang
diwujudkan dalam bentuk prilaku dalam kehidupan sehari-hari para
mahasiswa baik sebagai individu, sebagai calon guru/pendidik, anggota
masyarakat dan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
B. Saran:
Dalam era globalisasi diperlukan adanya suatu pola pendidikan yang
mengarah pada pembentukan karakter agar terciptanya manusia yang
berkepribadian serta berkarakter. Jadilah warga Negara Indonesia yang
baik. Taat pada hukum dan norma – norma yang berlaku, taat pada
pancasila dan taat pada undan – undang dasar 1945.
DAFTAR PUSTAKA
 Maswardi M. Amin (2011). Pendidikan Karakter Anak Bangsa. Jakarta:
Baduose Media
 Sinamo, Nomensen (2010). Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: PT. Bumi Intitama Sejahtera.
 Budiyanto.Pendidikan Kewarganegaraan .Yogyakarta: UNY Press. 2004
 Endang Zaelani Zukarya, dkk. 2000. Pendidikan Kewarganegaraan untuk
Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Paradigma.
 Prof. DR. H. Kaelani, M.S. dan Drs. H. Achmad Zubaidi, M.Si.
PendidikanKewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Penerbit
Paradigma:Yogyakarta 2007
 Winarno. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi
Aksara, 2008
 https://www.academia.edu/42297100/
Mengenali_Sumber_Historis_Sosiologis_dan_Politis_Tentang_Pendidikan_Ke
warganegaraan_di_Perguruan_Tinggi

Anda mungkin juga menyukai