Anda di halaman 1dari 5

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Dosen Pengampu
Firza, S.Pd,M.Pd

Oleh :
Ayu Putri Indrahma Pratiwi
21006005

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
1. Mengapa PKn penting untuk dipelajari dan mengapa materinya berubah-ubah yang dimulai
dari masa kemerdekaan Indonesia hingga kini !
Jawab :
- Mengapa PKn penting untuk dipelajari?
Pendidikan kewarganegaraan pada hakikatnya adalah sebuah bentuk pendidikan
untuk generasi penerus yang bertujuan agar mereka menjadi warga negara yang berpikir
tajam dan sadar mengenai hak dan kewajibannya dalam hidup bermasyarakat dan bernegara,
juga bertujuan untuk membangun kesiapan seluruh warga negara agar menjadi warga dunia
(global society) yang cerdas.
Pendidikan Kewarganegaraan penting diberikan agar mahasiswa menjadi pribadi
yang paham tentang hak dan kewajibannya sebagai Warga Negara Indonesia, berpikir kritis,
bertoleransi tinggi, pribadi yang cinta damai, menjadi sosok yang mengenal dan berpartisipasi
dalam kehidupan politik lokal, nasional, dan internasional. Hal ini sesuai dengan hakikat
tujuan pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) yaitu
mengembangkan siswa menjadi warga negara yang baik yang memiliki rasa kebanggaan
terhadap Negara Indonesia, cinta tanah air, jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi di lingkungan rumah, sekolah, dan sekitarnya serta berbangsa
dan bernegara (Supriyanto, 2018: 116).
Pendidikan Kewarganegaraan mengajarkan bagaimana warga negara itu tidak hanya
tunduk dan patuh terhadap negara, tetapi juga mengajarkan bagaimana sesungguhnya warga
negara itu harus toleran dan mandiri. David Kerr (1999:2),“Citizenship or civics education is
construed broadly to encompass the preparation of young people for their roles and
responsibilities as citizens and, in particular, the role of education (trough schooling, teaching,
and learning) in that preparatory process”.
Hal ini bermakna bahwa pendidikan kewarganegaraan dirumuskan secara luas
mencakup proses penyiapan generasi mencakup proses penyiapan generasi muda untuk
mengambil peran dan tanggung jawabnya sebagai warga negara, dan secara khusus, peran
pendidikan termasuk didalamnya persekolahan, pengajaran, dan belajar dalam proses
penyiapan warga negara tersebut. Pendidikan ini membuat setiap generasi masa depan
memiliki ilmu pengetahuan, pengembangan keahlian, dan juga pengembangan karakter
publik. Quigley, Buchanan, dan Bachmuller (1991:11) “… those attitudes and habits of mind
of the citizen that are conductive to the the healty functioning and common good of the
democratic system”. Maka, mahasiswa akan lebih memahami lagi betapa besar perannya
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

- Mengapa materinya berubah-ubah yang dimulai dari masa kemerdekaan Indonesia


hingga kini ?
Pendidikan Kewarganegaraan Pada Era Orde Lama Perjalanan sejarah Bangsa
Indonesia menunjukkan bahwa pendidikan formal dijadikan sarana untuk mempersiapkan
warganegara yang sesuai dengan cita-cita nasional.
Upaya itu nampak dari lahirnya berbagai nama untuk Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) yang sering berganti-ganti sejalan dengan perkembangan dan pasang surut
perjalanan politik bangsa Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan lahirnya berbagai
kebijakan di bidang pendidikan khususnya tentang PKn sebagai tindak lanjut dari Dekrit
Presiden 1959 untuk kembali ke UUD 1945, di antaranya dengan instruksi pembaharuan
buku-buku di perguruan tinggi.
Buku pedoman PKn tersebut berisi
(1) Sejarah pergerakan/perjuangan rakyat Indonesia,
(2) Pancasila,
(3) UUD 1945,
(4) Demokrasi dan Ekonomi Terpimpin,
(5) Konferensi Asia Afrika,
(6) Kewajiban dan hak warganegara,
(7) Manifesto Politik,
(8) Laksana Malaikat dan Lampiran-lampiran tentang Dekrit Presiden,

Lahirnya Pancasila, Pidato Presiden Soekarno, Declaration of Human Rights dan


Panca Wardhana (lima perkembangan). Pada dasarnya bahan pelajaran kewarganegaraan
tersebut telah digunakan sejak 1959 sampai dengan pecahnya Pemberontakan Partai
Komunis Indonesia (PKI) pada tanggal 30 september 1965. Selanjutnya, setelah
terjadinya pemberontakan PKI, istilah Pendidikan Kewarganegaraan atas usul Menteri
Kehakiman waktu itu, Mr. Suhardjo, diubah menjadi Pendidikan Kewargaan Negara dan
berlaku sampai dengan tahun 1968. Dengan diberlakukannya Kurikulum 1968 namanya
berubah.

Pendidikan Kewarganegaraan Pada Era Orde Baru Dalam perubahan kurikulum


sekolah tahun 1968 menjadi kurukulum tahun 1975 mata pelajaran PKn atas dasar
Keputusan MPR 1978 diganti dengan nama baru yang dikenal dengan Pendidikan Moral
Pancasila (PMP). Ini merupakan hasil penggabungan mata pelajaran sejenis menjadi
bidang studi.
Bidang studi PMP merupakan bahan-bahan mata pelajaran yang menyangkut
Pancasila dan UUD 1945 dipisahkan dari mata pelajaran yang bersangkut paut di
antaranya mata pelajaran Sejarah, Ilmu Bumi, dan Ekonomi. Sedangkan gabungan mata
pelajaran Sejarah, Ilmu Bumi, dan Ekonomi menjadi bidang studi Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) atau Studi Sosial (Social Studies) dan saat ini bernama Pendidikan Ilmu
Pengetahuian Sosial (PIPS).
Hal yang sama masih tetap berlaku saat berlakunya Kurikulum 1984 sebagai
penyesuaian Kurikulum 1975. Mengenai bidang studi PMP tersebut Depdikbud (waktu
itu) telah mengeluarkan Penjelasan Ringkas tentang Pendidikan Moral Pancasila (Dikbud,
1982) di mana dikemukakan berbagai hal penting antara lain adalah sebagai berikut:
Pendidikan Moral Pancasila (PMP) secara konstitusional mulai dikenal
dengan adanya TAP MPR No. IV/MPR/1973 tentang Garis-garis Besar
Haluan Negara. Dengan adanya Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4), maka materi PMP
didasarkan pada isi P4 tersebut.

Demokratisasi bidang pendidikan amat diperlukan terutama dalam memposisikan


warganegara sebagai subjek dan bukan sekedar objek dari kepentingan politik penguasa
semata. Demokratisasi di bidang pendidikan yang ditindaklanjuti dengan pendidikan
demokrasi adalah suatu yang memungkinkan upaya pengembangan segenap potensi individu
warganegara Indonesia secara optimal sesuai dengan fitrah insaninya (Senat IKIP Bandung,
1999).
Guna memperoleh perbandingan, memperluas visi dan memberi dasar yang kokoh
bagi pendidikan untuk warganegara demokratik yang seharusnya menjadi dasar pendidikan
Indonesia dalam era reformasi tersebut ada baiknya mengutip pendapat Thomas Jefferson
sebagai penulis Deklarasi Kemerdekaan Amerika yang menyatakan bahwa: pocratic
citizenship do not just occur natullay in oneself but rather they must be taught consciously
through schooling to teach new generation.
Agar peran pendidikan dipahami secara jelas dalam mendidik warganegara yang
demokratis tersebut John F. Kennedy misalnya lebih memperkuat pendapat Jefferson dengan
mengatakan bahwa: civilization is a race between catastrophe and education. In a democracy
such as ours, we must make sure that education wins the rice.
2. Pendidikan kewarganegaraan merupakan pembelajaran yang selalu diberikan melalui
pendidikan formal mulai dari pendidikan dasar, menengah atas, hingga pendidikan
tinggi. Namun, masih banyak kasus pelanggaran yang terjadi seperti pelanggaran lalu lintas,
korupsi hingga terorisme, menurut pendapat saudara, menagapa hal ini terjadi ?
Jawab :
Monopoli kekuasaan merupakan penyebab korupsi di Indonesia, karena tidak adanya
kontrol oleh lembaga yang mewakili kepentingan masyarakat. Faktor yang sangat dekat
dengan terjadinya korupsi adalah budaya penyalahgunaan wewenang yang berlebih dalam hal
ini terjadinya KKN.
Penyebab terjadinya korupsi pun bermacam-macam, antara lain masalah ekonomi,
yaitu rendahnya penghasilan yang diperoleh jika dibandingkan dengan kebutuhan hidup dan
gaya hidup yang konsumtif, budaya memberi tips (uang pelicin), budaya malu yang rendah,
sanksi hukum lemah yang tidak mampu menimbulkan efek jera.
Beberapa alasan mengapa Korupsi masih sering terjadi di Indonesia adalah:
- Mental pemimpin dan pejabat Indonesia yang lemah.
- Aparat hukum mudah dibayar.
- Hukum yang mudah dibeli di Indonesia

Selain itu Faktor utama penyebab pelanggaran lalu lintas adalah minimnya


pengetahuan soal aturan, marka hingga rambu-rambu yang ada. Kurangnya kesadaran untuk
mencari tahu arti dari marka, rambu dan peraturan
lalu lintas yang berlaku membuat pelanggaran terus terjadi berulang-ulang.
Menurut dia terorisme masih bermunculan di Indonesia karena di hulu masih ada
kelompok-kelompok yang memiliki ideologi tertentu, seperti takfiri, salafi, dan jihadi. "Ada
pemikiran bahwasanya aparat keamanan itu anshorut tagut dan pemerintah itu tagut,"
imbuhnya.
Penyebab terorisme lainnya yaitu adanya ideologi yang terlegitimasi dan mengakar.
Misalnya mereka memperbolehkan untuk membunuh, melakukan kekerasan. Maka dengan
adanya ideologi seperti itu, mereka tidak ragu lagi untuk meneror.

Contoh kasus terorisme di Indonesia :


2002
 Bom Tahun Baru, 1 Januari 2002. Granat manggis meledak di depan rumah makan ayam
Bulungan, Jakarta.
 Bom Bali, 12 Oktober 2002. Tiga ledakan mengguncang Bali.
 Bom restoran McDonald's, Makassar, 5 Desember 2002. Bom rakitan yang dibungkus wadah
pelat baja meledak di restoran McDonald's Makassar.
DAFTAR PUSTAKA

Sunarso. (2009). Dinamika Pendidikan Kewarganegaraan Di Indonesia Dari Rezim Ke Rezim.


Humanika Vol. 9 No. 1, Maret 2009, Hal. 67-80, 69-72.
Yunisca Nurmalisa, A. M. (2020). Peranan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam
Membangun Civic Conscience. Jurnal Bhineka Tunggal Ika, Volume 07, Nomor 01, Mei
2020, 34-42.
Muchson Ar. (2004). Pendidikan Kewarganegaraan Paradigma Baru Jurnal Civics. Vol. 1, No. 1 Juni
2004.

Anda mungkin juga menyukai