Anda di halaman 1dari 9

TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
DAFTAR ISI

A. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ……………...


1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ……………...
2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ……………...

B. Landasan Ilmiah dan Landasan Hukum ……………...


1. Landasan Ilmiah ……………...
2. Landasan Hukum ……………...

C. Filsafat Pancasila ……………...

D. Indentitas Nasional ……………...

E. Demokrasi di Indonesia ……………...

F. Negara dan Filsafat ……………...


A. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan sebenarnya dilakukan dan dikembangkan di seluruh dunia,


meskipun dengan berbagai macam istilah atau nama. Mata kuliah tersebut sering disebut
sebagai civic education, citizenship education, dan bahkan ada yang menyebut sebagai
democracy education. Mata kuliah ini memiliki peran yang strategis dalam
mempersiapkan warga negara yang cerdas, bertanggung jawab dan berkeadaban. Akan
menjadi relevan jikalau Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi dewasa ini
sebagai sintesis antara “civic education”, “democracy education”, serta “citizenship
education” yang berlandaskan filsafat Pancasila, serta mengandung identitas nasional
Indonesia, serta muatan makna Pendidikan pendahuluan bela negara. Dengan Pendidikan
Kewarganegaraan diharapkan intelektual Indonesia memiliki dasar kepribadian sebagai
warga negara yang demokratis, religious, berkemanusiaan, dan berkeadaban.

2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Berdasarkan keputusan DIRIGEN DIKTI No 43/DIKTI/Kep-/2006, tujuan Pendidikan


Kewarganegaraan adalah dirumuskan dalam visi, dan kompetensi sebagai berikut.

Visi Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah merupakan sumber nilai


dari pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaran program studi, guna
mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya. Hal
ini berdasarkan pada suatu realitas yang dihadapi, bahwa mahasiswa adalah sebagai
generasi bangsa yang harus memiliki visi intelektual, religius, berkeadaban,
berkemanusiaan, dan cinta tanah dan bangsanya.

Misi Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah untuk membantu


mahasiswa memantapkan kepribadiannya agar secara konsisten mampu mewujudkan
nilai-nilai dasar Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam menguasai,
menerapkan dan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan rasa tanggung jawab dan
bermoral.
Oleh karena itu kompetensi yang diharapkan mahasiswa adalah untuk menjadi ilmuan
dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis, dan
berkeadaban. Selain itu kompetensi yang diharapkan agar mahasiswa yang menjadi
warga negara yang memiliki daya saing, berdisiplin, berpartisipasi aktif falam
membangung kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila.
Berdasarkan pengertian tersebut maka kompetensi mahasiswa dalam pendidkan tinggi
tidak dapat dipisahkan dengan filsafat bangsa.

B. Landasan Ilmiah dan Landasan Hukum


1. Landasan Ilmiah

Setiap warga negara dituntut untuk dapat hidup berguna dan bermakna bagi negara dan
bangsanya. Untuk itu diperlukan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
(IPTEKS) yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai moral, dan nilai-nilai
budaya bangsa. Nilai-nilai dasar tersebut berperan sebagai panduan dan pegangan hidup
setiap warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pendahuluan bela negara ini berpijak pada nilai-nilai budaya serta dasar filosofi bangsa.
Tujuan utama Pendidkan Kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan
kesadaran negara serta membentuk sikap dan perilaku cinta tanah air dan bersendikan
kebudayaan dan filsafat Pancasila.

2. Landasan Hukum

A. UUD 1945
1. Pembukaan UUD 1945 khususnya alinesia kedua dan keempat, yang memuat
cita-cita tujuan dan aspirasi bangsa Indonesia tentang kemerdekaannya.
2. Pasal 27 ayat 1 menyatakan bahwa “Segala warga negara bersamaan
kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan serta wajib menjunjung
hukumdan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.
3. Pasal 30 (1) menyatakan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam usaha pembelaan negara”.
4. Pasal 31 (1) menyatakan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan
pengajaran”.
B. Ketetapan MPR No II/MPR/1999 Tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara
C. Undang Undang No.20 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan
Keamanan Negara Republik Indonesia (Jo. UU No 1 Tahun 1988)
1. Dalam pasal 18 (a) disebutkan bahwa hak kewajiban warga negara yang
diwajibkan dengan keikut sertaan dalam Upaya bela negara diselenggarakan
melalui Pendidikan Pendahuluan Bela Negara sebagai bagian tak terpisahkan
dalam sistem Pendidikan nasional.
2. Dalam pasal 19 (2) disebutkan bahwa Pendidikan Pendahuluan Bela Negara wajin
diikuti oleh setiap warga negara dan dilaksanakan secara bertahap. Tahap awal
pada tingkat Pendidikan dasar sampai pada Pendidikan menengah ada dalam
gerakan pramuka. Tahap lanjutan pada tingkat Pendidikan tinggi ada dalam
bentuk kewiraan.
D. Undang Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No 232/U/2000 tentang
Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa
dan No 45/U/2002 Tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi. Telah ditetapkan
bahwa pendidkan agama, Pendidikan Bahasa, dan Pendidikan kewarganegaraan
merupakan kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian, yang wajin diberikan
kurikulum setiap program studi/ kelompok program studi
E. Adapun pelaksanaan berdasarkan surat keputusan Direktur Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, No43/DIKTI/KEP/2006, yang membuat
rambu-rambu pelaksanaan kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian di
perguruan tinggi.
C. FILSAFAT PANCASILA

Filsafat adalah satu bidang ilmu yang senantiasa ada dan menyertai kehidupan manusia
dengan lain perkataan selama manusia hidup, maka sebenarnya ia tidak dapat mengelak
dari filsafat atau dalam kehidupan manusia senantiasa berfilsafat. Jikalau seorang hanya
berpandangan bahwa materi merupakan sumber kebenaran dan kehidupan, maka orang
tersebut berfilsafat materialisme. Jikalau seorang berpandangan bahwa kenimatan adalah
merupakan nilai terpenting dan tertinggi dalam kehidupan, maka orang tersebut filsafat
hedonisme, demikian juga jikalau seorang berpandangan dalam kehidupan Masyarakat
dan negara adalah kebebasan individu maka orang tersebut berfilsafat liberalisme, jikalau
seorang memisahkan antara kehidupan kenegaraan atau kemasyarakatan dan kehidupan
agama maka orang orang tersebut berfilsafat sekulerisme dan masih ada banyak
pandangan filsafat lainnya.

Secara etimologis istilah “Filsafat” berasal dari Bahasa Yunani “Philein” yang artinya
“cinta” dan “Sophos” yang artinya “hikmah” atau kebijaksanaan atau wisdom. Secara
harafiah istilah Filsafat mengandung cinta kebijaksanaan.
Filsafat Pancasila adalah sebuah konsep pemikiran filsofis yang berfokus pada nilai-nilai
dasar yang menjadi landasan dan panduan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di
Indonesia. Filsafat Pancasila menggaungkan aspek-aspek filosofis dengan nilai-nilai
kearifan lokal dan prinsip-prinsip demokrasi yang diakui secara universal. Istilah
“Pancasila” berasal dari Bahasa sanskerta yang berarti “lima prinsip” atau “lima asas”.
Sementara itu pada hakikatnya, Pancasila memiliki sistem nilai yang didapat dari
pengertian nilai-nilai dasar leluhur kebudayaan bangsa Indonesia. Dari unsur-unsur
kebudayaan tersebut berakar dan mengalir sehingga membuat secara keseluruhan
menjadi terpadu menjadi kebudayaan bangsa Indonesia. Jadi bisa disimpulkan, Pancasila
sebagai suatu produk filsafat yang digunakan sebagai suatu pandangan hidup.
D. IDENTITAS NASIONAL

Identitas nasional adalah jati diri atau kepribadian yang dimiliki suatu bangsa yang
membedakan dengan negara yang lainnya. Jadi, identitas nasional bisa dikatakan sebagai
ciri yang dimiliki suatu bangsa. Secara timologis istilah identitas nasional berasal dari
kata “identitas” dan “nasional”.
Kata identitas berasal dari “Identity” yang berarti karakteristik, ciri-ciri, maupun jati diri
yang melekat kuat pada individu, kelompok atau sesuatu yang mebedakannya dengan
yang lain. Sedangkan nasional bersal dari “La Nation”, yang artinya bangsa. Sementara,
menurut KBBI daring, identitas berarti jati diri. Sementara nasional memiliki arti bersifat
kebangsaan; berkenan atau berasal dari bangsa sendiri; meliputi suatu bangsa.
Identitas nasional sebagaimana dijelaskan maka identitas nasional suatu bangsa tidak
dapat dilepas pisahkan dari jati diri suatu bangsa atau lebih popular disebut sebagai
kepribadian suatu bangsa.

Jika kepribadian sebagai suatu identitas dari suatu bangsa, maka persoalannya adalah
bagaimana pengertian suatu bangsa itu, bangsa pada hakikatnya adalah sekelompok besar
manusia yang mempunyai persamaan Nasib dan proses sejarahnya, sehingga mempunyai
persamaan watak atau karakter yang kuat untuk Bersatu dan hidup Bersama serta
mendiami suatu wilayah tertentu sebagai suatu “Kekuatan Nasional”.

Para tokoh besar ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang hakikat kepribadian bangsa
tersebut adalah dari beberapa disiplin ilmu, antara lain antropologi,psikologi, dan
sosiologi. Tokoh-tokoh tersebut antara lain Margareth Mead, Ruth Benedict, Ralph
Linton, Abraham Kardiner, David Riesman. Pengertian kepribadian sebagai suatu
Identitas Nasional suatu bangsa, adalah keseluruhan atau totalitas dari kepribadian
individu-individu sebagai unsur yang mebentuk bangsa tersebut. Oleh karena itu
pengertian identitas nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan pengertian
“Peoples Character”, “National Character” atau “National Identity”. Dalam
hubungannya dengan identitas nasional Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia kiranya
sangat sulit jikalau hanya dideskripsikan berdasarkan ciri khas fisik. Hal ini mengingat
bangsa Indonesia itu sendiri atas berbagai macam unsur etnis, ras, suku, kebudayaan,
agama, serta karakter yang sejak asalnya sejak memang memiliki suatu perbedaan. Oleh
karena itu kepribadian bangsa Indonesia sebagai suatu identitas nasional secara historis
berkembang dan menemukan jati dirinya setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus
1945. Namun demikian identitas nasional suatu bangsa tidak cukup hanya dipahami
secara statis mengingat bangsa adalah merupakan Kumpulan dari manusia-manusia yang
senantiasa berinterkasi dengan bangsa lain di dunia dengan segala hasil budayanya. Oleh
karea itu identitas nasional suatu bangsa termasuk identitas nasional Indonesia juga harus
dipahami dalam konteks dinamis.
Bagi bangsa Indonesia dimensi dinamis identitas nasional Indonesia belum menunjukan
perkembangan kea rah sifat kreatif serta dinamis. Setelah bangsa Indonesia mengalami
kemerdekaan 17 Agustus 1945, berbagai perkembangan kea rah kehidupan kebangsaan
dan kenegaraan mengalami kemerosotan dari segi identitas nasional. Pada masa
mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia dihadapkan pada kemelut kenegaraan
sehingga tidak membawa kemajuan bangsa dan negara.

E. DEMOKRASI DI INDONESIA
Demokrasi adalah bentuk sistem pemerintahan di mana kekuasaan politik dipegang oleh
rakyat atau warga negara secara langsung atau melalui perwakilan yang mereka pilih.
Istilah “demokrasi” berasal dari bahasa Yunani kuno, di mana “demos” berarti “rakyat”
dan “kratos” berarti “kekuasaan” atau “pemerintahan”.
Demokrasi Pancasila adalah sebuah konsep demokrasi yang memiliki landasan nilai
dalam Pancasila, yaitu dasar negara Indonesia. Konsep demokrasi pancasila merujuk
pada sistem politik yang diterapkan di Indonesia, di mana demokrasi dijalankan
berdasarkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai Pancasila. Menurut Cholisin demokrasi di
Indonesia memegang prinsip Teo-Demokratis dimana segala keputusan dan kebijakkan
diatur sepenuhnya untuk kepentingan rakyat namun tidak melanggar peraturan Tuhan.
Inilah perbedaan mendasar dari demokrasi yang khas di Indonesia dibandingkan dengan
demokrasi di negara lainnya. Prinsip Teo-Demokratis merupakan hasil demokrasi yang
mendasarkan Pancasila terutama sila pertama yakni Ketuhanan Yang Maha Esa.
Demokrasi bukan hanya suatu sistem yang ada dalam suatu pemerintahan, namun juga
suatu proses yang dilakukan untuk menuju kepada kesejahteraan rakyat dalam negara
tersebut. Demokrasi Pancasila yang merupakan demokrasi yang khas dari bangsa
Indonesia sendiri merupakan hasil dari pendiri negara ini yang memiliki keinginan mulia
untuk melepaskan segala kesulitan masyarakat Indonesia. Proses menuju kesejahteraan
tersebutlah yang kadang dalam perjalanannya ada beberapa negara yang mampu
melaksanakannya dengan baik namun tidak jarang juga banyak negara yang tidak mampu
untuk melakukannya.

Dengan adanya demokrasi ini, maka diharapkan akan terwujud pemerintahan yang kuat.
Mengingat karena pemerintahan ini diciptakan oleh rakyat itu sendiri. Pemerintahan yang
kuat bukanlah pemerintahan yang diciptakan daalam bentuk pemerintahan otoriter yang
mampu mengarahkan kehendaknya kepada rakyat, namun pemerintahan yang kuat yang
didukung sepenuhnya oleh rakyat dan tidak ditumpangi oleh kebutuhan pihak lain.

Anda mungkin juga menyukai