Anda di halaman 1dari 43

PENGERTIAN PENDIDIKAN KEWARGA NEGARAAN

LANDASAN HUKUM, LATAR BELAKANG DAN TUJUAN

PENGERTIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


Pendidikan Kewarganegaraan pembentukan warga Negara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibanya untuk menjadi warga Negara Indonesia yang
cerdas,terampil dan berkarakter yang di amanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


Pendidikan kewraganegaraan dalam perkembangan kehidupan di kenegaraan mengalami
perubahan yang sangat besar terutama berkaitan dengan gerakan reformasi serta perubahan
perundand-undangan termasuk amandemen UUD 1945 serta Tap MPR No.XVIII/MPR/1998,
yang menetapkan mengembalikan kedudukan pancasila pada kedudukan semula.
Sebagai dasar filsafat Negara hal ini dapat menimbulkan penafsiran yang bermacam-macam,
akibatnya akhir-akhir ini bangsa Indonesia menghadapi krisis Ideologi, Dampak yangcukup
serius atas manipulasi pancasila oleh para penguasa padamasa lampau.
Pandangan yang sinis serta upaya melemahkan peranan ideologi Pancasila pada era
Reformasi dewasa ini akan sangat berakibat fatal bagi bangsa Indonesia yaitu melemahnya
kepercayaan rakyat terhadap ideologi negara yang kemudian pada gilirannya
akanmengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang telah lama dibina, dipelihara
serta didambakan bangsa Indonesia sejak dahulu.Oleh karena itu, agar kalangan intelektual
terutama mahasiswa sebagai calon pengganti pemimpin bangsa di masa mendatang
memahami makna serta kedudukan Pancasilayang sebenarnya maka harus dilakukan suatu
kajian yang bersifat ilmiah. Berhubung banyaknya bahasan yang mencakup Pancasila maka
penulis hanya membahas Pancasila sebagai Sistem Filsafat dan Ideologi bangsa Indonesia.

LANDASAN HUKUM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


1. UUD 1945
a. Pembukaan UUD 1945, alinea kedua dan keempat (cita-cita, tujuan dan aspirasi Bangsa
Indonesia tentang kemerdekaanya).
b. Pasal 27 (1), kesamaan kedudukan Warganegara di dalam hukum dan pemerintahan.
c. Pasal 27 (3), hak dan kewajiban Warganegara dalam upaya bela negara.
d. Pasal 30 (1), hak dan kewajiban Warganegara dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.
e. Pasal 31 (1), hak Warganegara mendapatkan pendidikan.
2. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
3. Surat Keputusan Dirjen Dikti Nomor 43/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu-Rambu
Pelaksanaan Kelompok Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.
TUJUAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Tujuan pendidikan kewarganegaraan di bidang perguruan tinggi adalah merupakan
sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi, guna
mengantarkan mahasisiwa memantapkan kepribadianya sebagai
manusia seutuhnya.Misi pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah untuk
membantu mahasiswa memantapkan kepribadianya, agar secara konsisten mampu
mewujudkan nilai-nilai dasar pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam
menguasai,menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan
rasatanggung jawab dan bermoral.

WELCOME

anisachy

PAI al-kahfi

Kewirausahaan

inspirasi

makalah pendidikan kewarganegaraan

PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI (BERBASIS


HUMANISTIK, REKONSTRUKSI SOSIAL, AKADEMIK DAN KOMPETENSI)

RPP MA Darul Ulum

eat eat eat

Makalah Kewarganegaraan
Anisa Suci Wahyuni
S1 Manajemen
Universitas Pamulang
2012
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang


memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara yang baik,
cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Pendidikan Kewarganegaraan membahas berbagai aspek dalam kehidupan, yaitu


pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosial kultural, bahasa, usia, dan
suku bangsa.

Dengan penyempurnaan kurikulum tahun 2000, menurut Kep. Dirjen dikti No.
267/Dikti/2000 materi Pendidikan Kewiraan membahas tentang hubungan antara
warga negara dengan negara. Sebutan Pendidikan Kewiraan diganti dengan
Pendidikan Kewarganegaraan. Materi pokok Pendidikan Kewarganegaraan adalah
tentang hubungan warga negara dengan negara. Kalau kaitan Pendidikan
Kewarganegaraan dalam lingkup Filasafat Ilmu menjadi kajian dalam penerapan
Pendidikan Kewarganegaraan sendiri dan menjadi dasar pengembangan ilmu
pengetahuan.

Oleh karena itu, penyusun ingin membahas pemahaman Pendidikan Kewarganegaraan


yang berkaitan serta berkedudukan dalam bidang Filsafat Ilmu.

1.2 Rumusan Masalah

Yang menjadi rumusan masalah makalah ini yaitu Pendidikan Kewarganegaraan,


Pancasila, Filsafat Pancasila, Undang-Undang 1945, dan Konstitusi.

1.3 Tujuan Penyusunan

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini untuk mengetahui tentang perusahaan
dan lembaga keuangan, serta untuk mendapatkan nilai dari tugas dalam mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakekat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship) merupakan mata pelajaran yang


memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural,
bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan
berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Kurikulum Berbasis
Kompetensi, 2004). Pendidikan Kewarganegaraan mengalami perkembangan sejarah
yang sangat panjang, yang dimulai dari Civic Education, Pendidikan Moral Pancasila,
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, sampai yang terakhir pada Kurikulum
2004 berubah namanya menjadi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Pendidikan Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai wahana untuk mengembangkan


dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia
yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari
peserta didik sebagai individu, anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.

Landasan PKn adalah Pancasila dan UUD 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia, tanggap pada tuntutan perubahan zaman, serta
Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Kurikulum
Berbasis Kompetensi tahun 2004 serta Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan
Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan yang diterbitkan oleh Departemen
Pendidikan Nasional-Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah-Direktorat
Pendidikan Menengah Umum.

2.2 Pengertian Filsafat

Filsafat dimulai dengan rasa ingin tahu dan dengan rasa ragu-ragu. Berfilsafat
didorong untuk mengetahui apa yang telah diketahui dan apa yang belum diketahui.
Karakteristik berfikir filsafat adalah sifat menyeluruh. Seorang ilmuwan tidak puas
hanya mengenal ilmu dari segi pandang ilmu itu sendiri, tapi ingin melihat hakikat
ilmu dalam konstelasi pengetahuan yang lainnya.

Dalam kehidupan manusia filsafat tidak terpisahkan, karena sejarahnya yang panjang
kebelakang zaman dan juga karena ajaran filsafat malahan menjangkau masa depan
umat manusia dalam bentuk-bentuk ideology. Pembangunan dan pendidikan yang
dilakukan oleh suatu bangsa pun bersumber pada inti sari ajaran filsafat. Oleh karena
itu filsafat telah menguasai kehidupan umat manusia, manjadi norma negara, menjadi
filsafat hidup suatu bangsa.

Filsafat adalah suatu lapangan pemikiran dan penyelidikan manusia yang amat luas
(komprehensif). Filsafat menjangkau semua persoalan dalam daya kemampuan pikir
manusia. Filsafat mencoba mengerti, menganalisis, menilai dan menyimpulkan semua
persoalan-persoalan dalam jangkauan rasio manusia, secara kritis, rasional dan
mendalam. Kesimpulan-kesimpulan filsafat manusia yang selalu cenderung memiliki
watak subjektivitas. Faktor inilah yang melahirkan aliran-aliran filsafat, perbedaan-
perbedaan dalam filsafat.

Berdasarkan uraian diatas dapatlah diuraikan pengertian filsafat tersebut. Filsafat


berasal dari bahasa Yunani philosophos. Philos atau philein berarti
mencintai, sedangkan sophos berarti kebijaksanaan . Maka filsafat merupakan
upaya manusia untuk memenuhi hasratnya demi kecintaannya akan kebijaksanaan.
Namun demikian,, kata kebijaksanaan ternyata mempunyai arti yang bermacam-
macam yang mungkin berbeda satu dengan yang lainnya, satu pendapat mengartikan
kebijaksanaan dalam konteks luas, yaitu melibatkan kemampuan untuk memperoleh
pengertian tentang pengalaman hidup sebagai suatu keseluruhan, penekanannya pada
kemampuan untuk mewujudkan pengetahuan itu dalam praktik kehidupan yang nyata.
Ada yang mengartikan filsafat dalam arti sempit yakni sebagai pengetahuan atau
pengertian saja.

Defenisi Filsafat menurut beberapa ilmuwan :

1. Plato : Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada.

2. Aristoteles : Filsafat menyelidiki tentang sebab dan asas segala benda.

3. Al Kindi : Filsafat merupakan kegiatan manusia yang bertingkat tinggi,


merupakan pengetahuan dasar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi
manusia.

4. Al Faraby : Filsafat merupakan ilmu [pengetahuan tentang alam maujud dan


bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.

5. Ibnu Sina/ Avicenna : Filsafat dan metafisika sebagai suatu badan ilmu tidak
terbagi. Fisika mengamati yang ada sejauh tidak bergerak. Metafisika memandang
yang ada sejauh itu ada.
6. Immanuel Kant : Filsafat itu pokok dan pangkal segala pengetahuan.

Dapat disimpulkan filsafat adalah ilmu pengetahuan hasil pemikiran manusia dari
seperangkat masalagh mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia sehingga
diperoleh budi pekerti. Adapun tujuan berfilsafat adalah untuk mencari kebenaran
sesuatu baik dalam logika (kebenaran berfikir), etika (berperilaku),mauun metafisika
(hakikat keaslian).

2.3 Kedudukan PKn dalam Filsafat Ilmu

Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan Filsafat Ilmu secara substantif dan


pedagogis didesain untuk mengembangkan warga negara yang cerdas dan baik untuk
seluruh jalur dan jenjang pendidikan. Sampai saat ini bidang itu sudah menjadi bagian
inheren dari instrumentasi serta praksis pendidikan nasional Indonesia dalam lima
status. Pertama, sebagai mata pelajaran di sekolah, Kedua, sebagai mata kuliah di
perguruan tinggi, Ketiga, sebagai salah satu cabang pendidikan filsafat ilmu
pengetahuan sosial dalam kerangka program pendidikan guru, Keempat, sebagai
program pendidikan politik yang dikemas dalam bentuk Penataran Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau sejenisnya yang pernah dikelola oleh
Pemerintah sebagai suatu crash program, Kelima, sebagai kerangka konseptual dalam
bentuk pemikiran individual dan kelompok pakar terkait, yang dikembangkan sebagai
landasan dan kerangka berpikir mengenai pendidikan kewarganegaraan dalam status
pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Sebagai salah satu cabang pendidikan filsafat
ilmu pengetahuan sosial dalam kerangka program pendidikan guru dalam statusnya
yang ketiga yakni sebagai Pendidikan Filsafat Ilmu (Somantri:1998), Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan Program Pendidikan Filsafat Ilmu Sosial sebagai
program pendidikan guru mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan.

Secara konseptual Pendidikan Filsafat Ilmu ini memusatkan perhatian pada Program
Pendidikan Filsafat Ilmu Politik, sebagai substansi induknya. Secara kurikuler
program pendidikan ini berorientasi kepada pengadaan dan peningkatan kemampuan
profesional guru pendidikan kewarganegaraan. Filsafat Ilmu pendidikan lebih kepada
pendidikan tentang ilmu pendidikan seperti misalnya fakultas ilmu pendidikan.
Sedangkan Pendidikan Filsafat Ilmu mengacu kepada fakultas lainnya seperti
pendidikan MIPA, pendidikan IPS, Pendidikan Jasmani, Pendidikan Bahasa, dan lain
sebagainya.

Program Pendidikan Filsafat Ilmu bidang studi ilmu sosial dirumuskan sebagai
program pendidikan yang menyeleksi filsafat ilmu-ilmu sosial dan humaniora yang
diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan
(hlm. 19, Dokumen ISPI, 1995). Rumusan akademik tentang Pendidikan Filsafat Ilmu
atau bidang studi tersebut bertujuan untuk memberikan manfaat bagi pencapaian
tujuan dan program pendidikan, khususnya untuk tingkat pendidikan dasar dan
menengah. Akan tetapi, karena pendidikan keguruan mempunyai fungsi
mengembangkan akademik tingkat perguruan tinggi dan harus dapat menerapkannya
untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah, maka karakter Pendidikan Filsafat
Ilmu yang dibina harus memperhatikan dan mempelajari segala sesuatu yang berkenan
dengan sifat peserta didik, kurikulum, buku pelajaran, serta sekolah pada tingkat
pendidikan dasar dan menegah.

2.4 Pengertian Filsafat Pancasila

Pancasila yang dibahas secara filosofis disini adalah Pancasila yang butir-butirnya
termuat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang tertulis dalam alinia ke
empat. Dijelaskan bahwa Negara Indonesia didasarkan atas Pancasila. Pernyataan
tersebut menegaskan hubungan yang erat antara eksistensi negara Indonesia dengan
Pancasila. Lahir, tumbuh dan berkembangnya negara Indonesia ditumpukan pada
Pancasila sebagai dasarnya. Secara filosofis ini dapat diinterpretasikan sebagai
pernyataan mengenai kedudukan Pancasila sebagai jati diri bangsa.

Melihat dari beragamnya kebudayaan yang terdapat dalam bangsa Indonesia maka
proses kesinambungan dari kehidupan bangsa merupakan tantangan yang besar. Demi
perkembangan kebudayaan Indonesia selanjutnya dituntut adanya rumusan yang jelas
yang mampu berperan sebagai pemersatu bangsa sehingga cirri khas bangsa
Indonesia menjadi nyata.

Jadi, Pancasila mengarahkan seluruh kehidupan bersama bangsa, pergaulannya


dengan bangsa-bangsa lain dan seluruh perkembangan bangsa Indonesia dari waktu
kewaktu. Namun dengan diangkatnya Pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesia
tidak berati bahwa Pancasila dengan nilai-nilai yang termuat didalamnya sudah
terumus dengan teliti dan jelas, juga tidak berarti pancasila telah merupakan kenyataan
didalm kehidupan bangsa Indonesia. Pancasila adalah pernyataan tentang jati diri
bangsa Indonesia.

2.5 Filsafat Pancasila dan Hubungannya Dengan Pendidikan

Dalam Filsafat Pancasila terdapat banyak nilai-nilai luhur yang menjadi ciri khas dan
perekat bangsa Indonesia. Filsafat yang terkandung didalam pancasila harus disoroti
dari titik tolak pandangan yang holistic mengenai kenyataan kehidupan bangsa yang
beranekaragam. Ini menekankan pada semangat Bhineka Tunggal Ika, semangat ini
diharapkan mendasari seluruh kehidupan bangsa Indonesia. Yaitu adanya kesatuan
didalam keaneka ragaman yang ada.

Dari penjelasan itu dapat dinyatakan bahwa Bhineka Tunggal Ika adalah inti Filsafat
Pancasila. Kerinduan bangsa Indonesia akan terwujudnya kesatuan didalam
pengalaman akan kepelbagaian tersebut merupakan cerminan kerinduan umat manusia
sepanjang zaman.

Menurut Drijarkara, 1980 Pancasila adalah inheren (melekat) kepada eksistensi


manusia sebagai manusia, lepas dari keadaan yang terntu pada kongretnya. Sebab itu
dengan memandang kodrat manusia qua valis (sebagai manusia), kita juga akan
sampai ke Pancasila.

Hal ini digambarkan melalui sila-sila dalam Pancasila. Notonagoro, 1984 dalam
kaitannya menyebutkan kalau dilihat dari segi intisarinya, urut-urutan lima sila
Pancasila menunjukkan suatu rangkaian tingkat dalam luasnya isi, tiap-tiap sila yang
lima sila dianggap maksud demikian, maka diantara lima sila ada hubungannya yang
mengikat yang satu kpada yang lain, sehingga Pancasila merupakan satukesatuan yang
bulat.

Adapun hubungannya dengan pendidikan bahwa bagi bangsa Indonesia keyakinan


atau pandangan hidup bangsa, dasar negara Republik Indonesia ialah Pancasila.
Karenanya system pendidikan nasional wajarlah dijiwai, didasari, dan mencerminkan
identitas Pancasila itu. Sistem pendidikan nasional dan system filsafat pendidikan
Pancasila adalah sub system dari system negara Pancasila. Dengan kata lain system
negara Pancasila wajar tercermin dan dilaksanakan di dalam berbagai subsistem
kehidupan nasional bangsa Indonesia secara keseluruhan.

Tegasnya tiada system pendidikan nasional tanpa filsafat pendidikan. Jadi, jelas
bahwa tidak mungkin system pendidikan nasional Pancasila dijiwai dan didasari oleh
system pendidikan yang lain, kecuali Filsafat Pendidikan Pancasila.

2.6 Pancasila Sebagai Ideologi Negara

Telah disebutkan bahwa Pancasila merupakan falsafah bangsa sehingga ketika


Indonesia menjadi negara, falsafah Pancasila ikut masuk dalam negara. Cita-cita
bangsa tercermin dalam Pembukaan UUD 1945, sehingga demikian Pancasila
Ideologi Negara.

2.7 UUD 1945 Sebagai Landasan Konstitusi

Kemerdekaan Indonesia merupakan momentum yang sangat berharga dimana


bangsa kita bisa terlepas dari penjajahan. Tetapi kemerdekaan ini bukan kemerdekaan
Negara Kesatuan Republik Indonesia karena :

1. Teks Proklamasi secara tegas manyatakan bahwa yang merdeka adalah bangsa
Indonesia, bukan negara (karena tidak memenuhi syarat adanya negara dalam hal ini
tidak adanya pemerintahan).

2. Mengingat kondisi seperti ini, maka dengan segera dibentuk Panitaia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang bertugas untuk membuat undang-udang. Maka,
pada 18 agustus 1945 telah terbentuk UUD 1945 sehingga secara resmi berdirilah
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Jadi, UUD 1945 merupakna landasan
konstitusi NKRI.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendidikan Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai wahana untuk mengembangkan


dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia
yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari
peserta didik sebagai individu, anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.

Pancasila adalah dasar Negara Republik Indonesia, ideologi Negara Indonesia,


sekaligus menjadi pandangan hidup bangsa. Pancasila juga merupakan sumber
kejiwaan masyarakat dan negara Republik Indonesia. Makalah PKn Pancasila Maka
manusia Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama
dalam kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan kengaraan. Oleh karena itu
pengalamannya harus dimulai dari setiap warga negara Indonesia, setiap
penyelenggara negara yang secara meluas akan berkembang menjadi pengalaman
Pancasila oleh setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik dipusat
maupun di daerah.

Filsafat adalah ratu ilmu pengetahuan (Queen of Knowledge) karena filsafat


dipandang sebagai induk ilmu pengetahuan atau yang melahirkan illmu pengetahuan.
Artinya sebelum ada ilmu pengetahuan, filsafat merupakan lapangan utama pemikiran
dan penyelidikan manusia.

Create a free website


Powered by
Start your own free website
A surprisingly easy drag & drop site creator. Learn more.

Dreams
Yang Muda Berkarya

Menu
Skip to content

Beranda

About

Makalah arti pentingnya pendidikan kewarganegaraan


bagi mahasiswa
ARTI PENTINGNYA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BAGI MAHASISWA

ARTI PENTINGNYA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BAGI MAHASISWA


DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

KETUA : AMATI OFAKAKE DAELI

SEKERTARIS : ERY NURLITA 2013121451

MODERATOR : DEWI RATNASARI 2013120996

ANGGOTA : ADE ULFA FAUZIAH 2013121463

BIDARA NURHASANAH 2013122440

SITI QOMARIYAH 2013122464


JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PAMULANG 2013


ABSTRAK

Pendidikan Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai wahana untuk mengembangkan dan


melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang
diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik
sebagai individu, anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Landasan Pendidikan Kewarganegaraan adalah Pancasila dan UUD 1945, yang berakar pada
nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, tanggap pada tuntutan perubahan zaman,
serta Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Kurikulum
Berbasis Kompetensi tahun 2004 serta Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan
Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan
Nasional-Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah-Direktorat Pendidikan Menengah
Umum.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah yang berjudul Arti Pentingnya Pendidikan
Kewarganegaraan bagi Mahasiswa.

Dalam penulisan makalah ini kami banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulisan makalah ini.

kami sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, Hal itu di karenakan
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita.

Akhir kata, kami memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kesalahan.

Tangerang Selatan, 28 Oktober2013


DAFTAR ISI

ABSTRAKi

KATA PENGANTAR .. ii

DAFTAR ISI .
iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .1

1.2 Identifikasi Masalah.1

1.3 Pembahasan Masalah2

1.4 Perumusan masalah..2

1.5 Metode Penulisan .2

1.6 Sistematika2

1.7 Tujuan Penulisan ..2

1.8 Manfaat Penulisan.3

BAB II ISI PEMBAHASAN


2.1 Arti Pendidikan Kewarganegaraan4

2.2 Arti Mahasiswa5

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan6

3.2. Saran..6

Daftar Pustaka
7

BAB I

PENDAHULUAN

.1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Mahasiswa yang pada dasarnya merupakan subjek atau pelaku di dalam pergerakan
pembaharuan atau subjek yang akan menjadi generasi-generasi penerus bangsa dan
membangun bangsa dan tanah air ke arah yang lebih baik dituntut untuk memiliki etika. Etika
bagi mahasiswa dapat menjadi alat kontrol di dalam melakukan suatu tindakan. Etika dapat
menjadi gambaran bagi mahasiswa dalam mengambil suatu keputusan atau dalam melakukan
sesuatu yang baik atau yang buruk. Oleh karena itu, makna etika harus lebih dipahami
kembali dan diaplikasikan di dalam lingkungan mahasiswa yang relitanya lebih banyak
mahasiswa yang tidak sadar dan tidak mengetahui makna etika dan peranan etika itu sendiri,
sehingga bermunculanlah mahasiswa-mahasiswi yang tidak memiliki akhlaqul karimah,
seperti mahasiswa yang tidak memiliki sopan dan santun kepada para dosen, mahasiswa yang
lebih menyukai hidup dengan bebas, mengonsumsi obat-obatan terlarang, pergaulan bebas
antara mahasiswa dengan mahasiswi, berdemonstrasi dengan tidak mengikuti peraturan yang
berlaku bahkan hal terkecil seperti menyontek disaat ujian dianggap hal biasa padahal
menyontek merupakan salah satu hal yang tidak mengindahkan makna dari etika. Perlu Anda
ketahui bahwa realita banyaknya bermunculan para koruptor di Indonesia disebabkan oleh
seseorang yang tidak memahami arti kata dari iman dan etika. Banyak orang yang
beranggapan dan meyakini para koruptor yang ada sekarang adalah seorang yang dahulunya
terbiasa melakukan tindakan menyontek di saat ujian tanpa merasa bersalah, lebih tepatnya
mencontek memiliki makna yang sama dengan kecurangan. Jadi menyontek diibaratkan
dengan korupsi mengambil hak seseorang tanpa izin dan meraih sesuatu tanpa memikirkan
apakah cara yang digunakannya benar atau salah dan ini semua berhubungan dengan etika.

Apabila mahasiswa masih belum menyadari betapa pentingnya etika di dalam pembentukan
karakter-karakter seorang penerus bangsa dan negara, akankah bangsa Indonesia untuk di
masa yang akan datang di isi oleh penerus-penerus bangsa yang berakhlaqul karimah atau
beretika?. Akan diletakkan dimanakah wajah Indonesia nanti apabila bangsa Indonesia
dibangun oleh jiwa-jiwa yang penuh dengan kecurangan atau dengan akhlaq-akhlaq tercela?.

.1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan


pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter
yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

.1.3 PEMBAHASAN

Pada bab II karya tulis ilmiah ini mengacu kepada perumusan masalah yang secara umum
akan membahas tentang pengertian mahasiswa dan etika, kewajiban dan hak mahasiswa,
hubungan etika dengan mahasiswa, realita aktivitas mahasiswa, dan fungsi etika bagi
mahasiswa serta di dalam karya tulis ilmiah ini akan dilampirkan quisioner yang dijawab oleh
para mahasiswa.
.1.4 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka masalah-masalah yang akan dikaji
dalam karya tulis ilmiah ini dirumuskan sebagai berikut:

1.Apakah pengertian pendidikan kewarganegaraan?

2. Apakah pengertian mahasiswa?

3. Apakah kewajiban dan hak mahasiswa?

.1.5 METODE PENULISAN DAN PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah metode studi literatur,
observasi, dan quisioner.

.1.6 SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam karya tulis ilmiah ini terdapat beberapa bab diantaranya:

BAB I PENDAHULUAN

Bab I pada karya tulis ilmiah ini membahas tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan penelitian serta sistematika penulisan karya
tulis ilmiah ini. Latar belakang masalah pada karya tulis ilmiah ini memamparkan alasan
penulis mengapa etika sangat mempunyai peranan penting dalam aktivitas mahasiswa. Pada
bab I ini dijelaskan pula perumusan masalah yang mengacu kepada pedoman 5 W+H,
menjelaskan tujuan penulisan serta memberitahukan kepada pembaca karya tulis ini, metode
yang digunakan adalah studi literatur, observasi, dan quisioner.

.1.7 TUJUAN PENULISAN

Berdasarkan perumusan masalah di atas, peranan etika bagi mahasiswa diharapkan dapat
mewujudkan dan menumbuhkan etika dan tingkah laku yang positif. Namun secara umum
karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk:

1. Memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

2. Diharapkan mahasiswa mengetahui, memahami, dan dapat mengamalkan nilai-nilai etika


di kalangan atau di dalam aktivitas mahasiswa.
Manfaat dari Pendidikan Kewarganegaraan

.1.8 MANFAAT PENULISAN

Dengan menguasai pendidikan Kewarganegaraan, kita dapat mengembangkan kemampuan-


kemapuan sebagai berikut:
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menghadapi berbagai masalah
kewarganegaraan;
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, serta bertindak secara cerdas dalam
kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada
karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup secara berdampingan dengan
sesama;
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak
langsung dengan memenfaatkan teknologi informasi dan komunikasI.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kewarganegaraan


Istilah kewarganegaraan memiliki arti keanggotaan yang menunjukkan hubungan atau ikatan
antara negara dan warga negara. Kewarganegaraan diartikan segala jenis hubungan dengan
suatu negara yang mengakibatkan adanya kewajiban negara itu untuk melindungi orang yang
bersangkutan. Adapun menurut Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia,
kewarganegaraan adalah segala ikhwal yang berhubungan dengan negara.

Pengertian kewarganegaraan dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:


a. Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan sosiologis
Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum anatara orang-
orang dengan negara.
Kewarganegaraan dalam arti sosiologis, tidak ditandai dengan ikatan hukum, tetapi ikatan
emosional, seperti ikatan perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib, ikatan sejarah, dan ikatal
tanah air.
b. Kewarganegaraan dalam arti formil dan materil.
Kewarganegaraan dalam arti formil menunjukkan pada tempat kewarganegaraan. Dalam
sistematika hukum, masalah kewarganegaraan berada pada hukum publik.
Kewarganegaraan dalam arti materil menunjukkan pada akibat hukum dari status
kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban warga negara.
Pendidikan Kewarganegaraan
Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa
sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan
kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara.
Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara sadar bela negara
berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan mengembangkan jati diri dan
moral bangsa dalam perikehidupan bangsa.
Standar isi pendidikan kewarganegaraan adalah pengembangan :
1. nilai-nilai cinta tanah air;
2. kesadaran berbangsa dan bernegara;
3. keyakinan terhadap Pancasila sebagai ideologi negara;
4. nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia dan lingkungan hidup;
5. kerelaan berkorban untuk masyarakat, bangsa, dan negara, serta
6. kemampuan awal bela negara.
Pengembangan standar isi pendidikan kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dijabarkan dalam rambu-rambu materi pendidikan kewarganegaraan.
Rambu-rambu materi pendidikan kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
meliputi materi dan kegiatan bersifat fisik dan nonfisik.
Pengembangan rambu-rambu materi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diatur dengan Peraturan Menteri sesuai lingkup penyelenggara pendidikan kewarganegaraan.

2.2 Pengertian Mahasiswa

Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi. (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
1989). Mahasiswa adalah sekumpulan manusia intelektual yang akan bermetamorfosa
menjadi penerus tombak estafet pembangunan di setiap Negara, dengan itelegensinya
diharapkan bisa mendobrak pilar-pilar kehampaan suatu negara dalam mencari kesempurnaan
kehidupan berbangsa dan bernegara, serta secara moril akan dituntut tanggung jawab
akdemisnya dalam menghasilkan buah karya yang berguna bagi kehidupan lingkungan.
(www.google.com).Mahasiswa sebagai pelaku utama dan agent of exchange dalam gerakan-
gerakan pembaharuan memiliki makna yaitu sekumpulan manusia intelektual, memandang
segala sesuatu dengan pikiran jernih, positif, kritis yang bertanggung jawab, dan dewasa.
Secara moril mahasiswa akan dituntut tangung jawab akademisnya dalam menghsilkan buah
karya yang berguna bagi kehidupan lingkungan.

Edward Shill mengkategorikan mahasiswa sebagai lapisan intelektual yang memiliki


tanggung jawab sosial yang khas. Shill menyebutkan ada lima fungsi kaum intelektul, yakni
mencipta dan menyebar kebudayaan tinggi menyediakan bagan-bagan nasional dan antar
bangsa, membina keberdayan dan bersama mempengaruhi perubahan sosial dan memainkan
peran politik.
Kewajiban dan Hak Mahasiswa

Berbicara tentang hak dan kewajiban, seorang mahasiswa terlebih dahulu harus
melaksanakan kewajibannya dan kemudian mendapatkan haknya sebagai seorang mahasiswa.
Mahasiswa sebagai kelompok terpenting dalam sebuah masyarakat memiliki kewajiban yaitu
menuntut ilmu, menguasai ilmu dengan sungguh-sungguh agar menjadi seorang yang
berguna yang mengaplikasikan atau mengembangkan disiplin ilmunya bagi lingkungan
tempat dimana ia tinggal, mematuhi peraturan yang berlaku, sebuah perturan yang tidak
menyimpang dari ketetapan hukum-hukum Allah dan nilai-nilai, norma-norma yang ada,
selain itu mahasiswa juga harus memainkan peranan penting sebagai pencetus perubahan dan
revolusi. Saidina Ali k.w.j. berkata: Bukanlah orang muda yang hanya mengatakan: Ayahku
begini! tetapi orang muda adalah yang mengatakan: Ini Aku!.

Kata-kata di atas memberikan semangat bahwa seorang mahasiswa seharusnya memiliki


prinsip yang kuat, mampu melakukan perubahan dan berani menegakkan kata kebenaran di
atas sebuah kemungkaran, selain itu mahasiswa juga wajib melaksanakn Tridarma
Mahasiswa yaitu melakukan penelitian, pengabdian, dan pengajaran yang diawali dengan
proses belajar yang sungguh-sungguh. Berbicara tentang kewajiban mahasiswa juga berhak
mendapatkan hak yang diterimanya, yaitu mendapatkan perlakuan yang sama dari pendidik
tanpa memandang status sosial dari mahasiswa tersebut, apakah mahasiswa tersebut berasal
dari kalangan menengah atau dari kalangan menengah ke bawah, mendapatkan ilmu,
menerima dan dapat menggunakan sarana dan prasarana yang ada, mengemukakan
aspirasinya tetap dengan sopan, dan mendapatkan pencerahan agama sebagai penyeimbang
dalam menjalani kehidupan.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan


pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia dan suku
bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan
oleh Pancasila dan UUD 1945 (Kurikulum Berbasis Kompetensi, 2004). Pendidikan
Kewarganegaraan mengalami perkembangan sejarah yang sangat panjang, yang dimulai dari
Civic Education, Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,
sampai yang terakhir pada Kurikulum 2004 berubah namanya menjadi mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan.

Pendidikan Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai wahana untuk mengembangkan dan


melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang
diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik
sebagai individu, anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Landasan Pendidikan Kewarganegaraan adalah Pancasila dan UUD 1945, yang berakar pada
nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, tanggap pada tuntutan perubahan zaman,
serta Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Kurikulum
Berbasis Kompetensi tahun 2004 serta Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan
Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan
Nasional-Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah-Direktorat Pendidikan Menengah
Umum.

3.2 SARAN

Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan kelompok ini meskipun penulisan ini
jauh dari sempurna minimal kita mengimplementasikan tulisan ini. Masih banyak kesalahan
dari penulisan kelompok kami,kami harap bisa bermanfaat untuk kita semua dan kami juga
butuh saran/kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada
masa sebelumnya. Kami juga mengucapakan terimakasih atas Dosen Pembimbing mata
kuliah pendidkan kewarganegaraan Bapak DR. Drs. H.Suhaya, MM. Msc, yang telah
memberi kami tugas kelompok demi kebaikan diri kita senidri dan untuk Negara dan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA

Insani Beloved http://tharra.wordpress.com/2010/02/24/pengertian-dan-pendidikan-


kewarganegaraan.

Abdulkarim, Aim. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan untuk kelas XII SMA. Bandung:
Media Grafindo

Achmadi, H. Abu, dkk. 1994. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Solo :


TigaSerangkai.

Tentang iklan-iklan ini

Share this:

Twitter

Facebook7

Google

Posted on Desember 30, 2013 by dewiratnasari830 | 3 Komentar


Navigasi pos
METODE ELIMINASI
Makalah Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
3 thoughts on Makalah arti pentingnya pendidikan kewarganegaraan
bagi mahasiswa

1. Ping-balik: ARTI PENTINGNYA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BAGI


MAHASISWA | IMPIAN

2. Balas

mazponiman

Maret 8, 2015 pukul 2:45 pm

coba lebih di pelajari lagi dalam penulisan karna banyak kata yang kurang baku
misal terlalu meggunakan kata ATAU sebaiknya itu tidak perlu

o Balas

dewiratnasari830

April 9, 2015 pukul 4:17 pm

wah terimakasih masukannnya :D

Berikan Balasan

Cari

Pos-pos Terakhir

PERILAKU KONSUMSI DALAM ISLAM (Consumption Behavior in Islamic)


(Prilaku Konsumsi nang Islam)

just reasons AN ACCOUNTING OVERVIEW

Paru Kehidupan
Pengalaman Psikotes BCA

SEMANGGAAATTT

Komentar Terakhir
dewiratnasari830 di Pengalaman Psikotes BCA

dewiratnasari830 di Pengalaman Psikotes BCA

dewiratnasari830 di Pengalaman Psikotes BCA

dewiratnasari830 di Pengalaman Psikotes BCA

dewiratnasari830 di Pengalaman Psikotes BCA

Arsip

April 2015

Maret 2015

Februari 2015

Oktober 2014

Juli 2014

Juni 2014

Januari 2014

Desember 2013

Kategori

Uncategorized
Meta

Mendaftar

Masuk log

RSS Entri

RSS Komentar

WordPress.com

Blog di WordPress.com. | Tema Spirit.


Ikuti

Ikuti Dreams
Kirimkan setiap pos baru ke Kotak Masuk Anda.

Bergabunglah dengan 1.809 pengikut lainnya

Buat situs dengan WordPress.com

Cafe Makalah
Kumpulan Berbagai Makalah Islami

Sunday, 20 May 2012

Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Kewarganegaraan pada awalnya diperkenalkan di Amerika


Serikat pada tahun 1790 dengan tujuan untuk meng-Amerika-kan bangsa
Amerika dengan nama Civics. Henry Randall Waite yang pada saat itu
merumuskan pengertian Civics dengan The science of citizenship, the relation
of man, the individual, to man in organized collection, the individual in his
relation to the state. Pengertian tersebut menyatakan bahwa ilmu
Kewarganegaraan membicarakan hubungan antara manusia dengan manusia
dalam perkumpulan perkumpulan yang terorganisasi (organisasi social ekonomi,
politik) dengan individu-individu dan dengan negara.
Sedangkan di Indonesia, istilah civics dan civics education telah muncul
pada tahun 1957, dengan istilah Kewarganegaraan, Civics pada tahun 1961 dan
pendidikan Kewargaan negara pada tahun 1968. (Bunyamin dan Sapriya dalam
Civicus, 2005:320). Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan masuk dalam
kurikulum sekolah pada tahun 1968, namun pada tahun 1975 nama pendidikan
kewarganegaraan berubah menjadi Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Pada
tahun 1994, PMP berubah kembali menjadi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn).

Agar lebih jelasnya, berikut ini akan disebutkan secara kronologis sejarah
timbulnya pendidikan kewarganegaraan di Indonesia. Dalam tatanan kurikulum
pendidikan nasional terdapat mata pelajaran yang secara khusus
1
mengembanisasi demokrasi di Indonesia,yakni [1] :

1. Pendidikan kemasyarakatan yang merupakan integrasi negara , ilmu bumi, dan


kewarganegaraan ( 1954 )
2. Civics ( 1957/1962 )
3. Ditingkat perguruan tingi pernah ada mata kuliah Manipol dan USDEK, Pancasila
dan UUD 1945 ( 1960-an)
4. Filsapat Pancasila ( 1970- sampai sekarang )
5. Pendidikan kewarganegaraan civics dan hukum ( 1973 )
6. Pendidikan moral atau PMP ( 1975 /1984 )
7. Pendidikan kewiraan ( 1989-1990-an)
8. Dan pendidikan kewarganegaraan ( 2000-sekarang )

Pada Hakekatnya pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan


terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan
menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan
kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan
bangsa dan negara.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pandangan pakar tentang pendidikan kewarganegaraan ?

1[1]Tim Dosen Unimed , Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan ( Medan ,


2011 ) ,h.1.5
2. Apakah tujuan dari materi pendidikan kewarganegaraan ?
3. Apakah manfaat dari mempelajari materi pendidikan kewarganegaraan?
4. Apa saja Objek pembahasan materi pendidikan kewarganegaraan ?

C. Manfaat yang diperoleh

1. Mengetahui pandangan pakar tentang pendidikan kewarganegaraan


2. Mengetahui tujuan dari materi pendidikan kewarganegaraan
3. Mengetahui manfaat yang bisa diperoleh dari mempelajari materi pendidikan
kewarganegaraan
4. Mengetahui apa saja yang menjadi objek lingkup dari materi pendidikan
kewarganegaraa

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pandangan Pakar Tentang Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan sebenarnya dilakukan dan dikembangkan di


seluruh dunia, meskipun dengan berbagai istilah atau nama. Mata kuliah
tersebut sering disebut sebagai civic education, Citizenship Education, dan
bahkan ada yang menyebutnya sebagai democrcy education. Tetapi pada
umumnya pendapat para pakar tersebut mempunyai maksud dan tujuan yang
sama.

Beberapa pandangan para pakar tentang pendidikan kewarganegaraan adalah


sebagai berikut2[2]:

1. Henry Randall Waite dalam penerbitan majalah The Citizendan Civics, pada
tahun 1886, merumuskan pengertian Civics dengan The sciens of citizenship, the
relation of man, the individual, to man in organized collections, the individual in
his relation to the state. Dari definisi tersebut, Civics dirumuskan dengan Ilmu
Kewarganegaraan yang membicarakan hubungan manusia dengan manusia
dalam perkumpulan-perkumpulan yang terorganisasi (organisasi sosial, ekonomi,
politik) dan antara individu- individu dengan negara.

2[2]http:// rachmadrevanz.com/2011/pandangan-pakar-tentang-pengertian-
pendidikan-kewarganegaraan.html diakses pada 20 feb 2012 ,10.30 WIB
2. Stanley E. Dimond berpendapat bahwa civics adalah citizenship mempunyai
dua makna dalam aktivitas sekolah. Yang pertama, kewarganegaraan termasuk
kedudukan yang berkaitan dengan hukum yang sah. Yang kedua, aktivitas politik
dan pemilihan dengan suara terbanyak, organisasi pemerintahan, badan
pemerintahan, hukum, dan tanggung jawab
3. Edmonson (1958) mengemukakan bahwa civics adalah kajian yang berkaitan
dengan pemerintahan dan yang menyangkut hak dan kewajiban warga negara.
4. Menurut Merphin Panjaitan, Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan
demokrasi yang bertujuan untuk mendidik generasi muda menjadi warga negara
yang demokrasi dan partisipatif melalui suatu pendidikan yang dialogial.
Sementara Soedijarto mengartikanPendidikan Kewarganegaraan sebagai
pendidikan politik yang bertujuan untuk membantu peserta didik untuk menjadi
warga negara yang secara politik dewasa dan ikut serta membangun sistem
politik yang demokratis
5. Menurut Muhammad Numan Soemantri, ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut :
a. Civic Education adalah kegiatan yang meliputi seluruh program sekolah;
b. Civic Education meliputi berbagai macam kegiatan mengajar yang dapat
menumbuhkan hidup dan prilaku yang lebih baik dalam masyarakat demokrasi;
c. dalam Civic Education termasuk pula hal-hal yang menyangkut pengalaman,
kepentingan masyarakat, pribadi dan syarat- syarat objektif untuk hidup
bernegara
6. Menurut Azyumardi Azra, pendidikan kewarganegaraan, civics education
dikembangkan menjadi pendidikan kewargaan yang secara substantif tidak saja
mendidik generasi muda menjadi warga negara yang cerdas dan sadar akan hak
dan kewajibannya dalam konteks kehidupan bermasyarakat dan bernegara,
tetapi juga membangun kesiapan warga negara menjadi warga dunia, global
society.
7. Soedijarto mengartikan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan politik
yang bertujuan untuk membantu peserta didik untuk menjadi warga negara yang
secara politik dewasa dan ikut serta membangun sistem politik yang demokratis.

Dari definisi tersebut, semakin mempertegas pengertian civic education


(Pendidikan Kewarganegaraan) karena bahannya meliputi pengaruh positif dari
pendidikan di sekolah, pendidikan di rumah, dan pendidikan di luar sekolah.
Unsur-unsur ini harus dipertimbangkan dalam menyusun program Civic
Education yang diharapkan akan menolong para peserta didik (mahasiswa)
untuk:

a. Mengetahui, memahami dan mengapresiasi cita-cita nasional.


b. Dapat membuat keputusan-keputusan yang cerdas dan bertanggung jawab
dalam berbagai macam masalah seperti masalah pribadi, masyarakat dan
negara.

Jadi, pendidikan kewarganegaraan (civic education) adalah program


pendidikan yang memuat bahasan tentang masalah kebangsaan,
kewarganegaraan dalam hubungan Hakekat pendidikan kewarganegaraan
adalah upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi
warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai
landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi
kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Pendidikan
Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang bertujuan untuk menjadikan
siswa sebagai warga negara yang baik atau sering disebut to be good
citizenship, yakni warga yang memiliki kecerdasan baik intelektual, emosional,

sosial maupun spiritual, memiliki rasa bangga dan tanggung jawab, dan mampu
berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara agar tumbuh rasa
kebangsaan dan cinta tanah air.

Secara istilah Civics Education oleh sebagian pakar diterjemahkan ke


dalam bahasa Indonesia menjadi Pendidikan Kewargaan dan Pendidikan
Kewarganegaraan. Istilah Pendidikan Kewargaan diwakili oleh Azyumardi Azra
dan Tim ICCE (Indonesian Center for Civic Education) UIN Jakarta sebagai
Pengembang Civics Education di Perguruan Tinggi yang pertama. Sedangkan
istilah Pendidikan Kewarganegaraan diwakili oleh Zemroni, Muhammad Numan
Soemantri, Udin S. Winataputra dan Tim CICED ( Center Indonesian for Civics
Education), Merphin Panjaitan, Soedijarto dan pakar lainnya. 3[3]

Pendidikan Kewargaan semakin menemukan momentumnya pada dekade


1990-an dengan pemahaman yang berbeda- beda. Bagi sebagian ahli,
Pendidikan Kewargaan diidentikkan dengan Pendidikan Demokrasi ( democracy
Education), Pendidikan HAM ( human rights education ) dan Pendidikan
Kewargaan ( citizenship education ). Menurut Azra, Pendidikan Demokrasi
(democracy Education) secara subtantif menyangkut sosialisai, diseminasi dan
aktualisasi konsep, sistem, nilai, budaya dan praktik demokrasi melalui
pendidikan. Masih menurut Azra, Pendidikan Kewargaan adalah pendidikan yang
cakupannya lebih luas dari pendidikan demokrasi dan pendidikan HAM. Karena,

3[3] http:// fhspot.blogspot.com diakses 18 Februari 2012 ,19.30 WIB.


Pendidikan Kewargaan mencakup kajian dan pembahasan tentang
pemerintahan, konstitusi, lembaga- lembaga demokrasi, rule of law , hak dan
kewajiban warga negara, proses demokrasi, partisipasi aktif dan keterlibatan
warga negara dalam masyarakat madani, pengetahuan tentang lembaga-
lembaga dan sistem yang terdapat dalam pemerintahan, warisan politik,
administrasi publik dan sistem hukum, pengetahuan tentang proses seperti
kewarganegaraan aktif, refleksi kritis, penyelidikan dan kerjasama, keadilan
sosial, pengertian antarbudaya dan kelestarian lingkungan hidup dan hak asasi
manusia.

Sedangkan Zamroni berpendapat bahwa Pendidikan Kewarganegaraan


adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga
masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas
menanamkan kesadaran kepada generasi baru bahwa demokrasi adalah bentuk
kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat.

B. Kompetensi Dasar dan Tujuan Civic Education

Dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, kompetensi dasar atau yang


sering disebut kompetensi minimal terdiri dari tiga jenis, yaitu :

1. kecakapan dan kemampuan penguasaan pengetahuan kewarganegaraan ( Civic


Knowledge) yang terkait dengan materi inti Pendidikan Kewarganegaraan (Civic
Education) antara lain demokrasi, hak asasi manusia dan masyarakat madani
(Civil Society ) ,
2. kecakapan dan kemampuan sikap kewarganegaraan ( Civic Dispositions) antara
lain pengakuan kesetaraan, toleransi, kebersamaan, pengakuan keragaman,
kepekaan terhadap masalah warga negara antara lain masalah demokrasi dan
hak asasi manusia; dan
3. kecakapan dan kemampuan mengartikulasikan keterampilan kewarganegaraan
( Civil Skills) seperti kemampuan berpartisipasi dalam proses pembuatan
kebijakan publik, kemampuan melakukan kontrol terhadap penyelenggara
negara dan pemerintah.

Tujuan Perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan ( Civic Education)


berdasarkan keputusan Dirjen Dikti No. 43 /DIKTI/Kep/2006, tujuan pendidikan
kewarganegaraan adalah dirumuskan dalam visi dan misi dalam kompetensi
sebagai berikut4[4] :

1. Visi pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah merupakan


sumber nilai dan pedoman dalam pengembanan dan penyelenggaraan program
studi, guna mengantarkan mahasiswa menetapkan kepribadiannya sebagai
manusia seutuhnya. Hal ini berdasarkan suatu realitas yang dihadapi, bahwa
mahasiswa adalah sebagai generasi bangsa yang harus memililki visi intelektual,
religius, berkeadaban, berkemanusiaan dan cinta yanah air dan bangsanya.
2. Misi pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah untuk membantu
mahasiwa memantapkan kepribadiannya , agar secara konsisten mampu
mewujudkan nilai nilai dasar pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air
dalam menguasai, menerapkan dan mengenbankan ilmub pengetahuan ,
teknologi dan seni dengan rasa tanggung jawab dan bermoral..

C. Manfaat Civic Education

Manfaat yang bisa diperoleh dari mempelajari Civic Education adalah :

1. Civic Education tidak hanya sekadar melayani kebutuhan-kebutuhan warga


dalam memahami masalah-masalah sosial politik yang terjadi , tetapi lebih dari
itu. Ia pun memberikan informasi dan wawasan tentang berbagai hal
menyangkut cara-cara penyelesaian masalah . dalam kontek ini, civic education
juga menjanjikan civic knowledge yang tidak saja menawarkan solusi alternatif,
tetapi juga sangat terbuka dengan kritik (kontruktif).
2. Kedua, Civic education dirasakan sebagai sebuah kebutuhan mendesak karena
merupakan sebuah proses yang mempersiapkan partisipasi rakyat untuk terlibat
secara aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara secara demokratis.
Pendidikan yang bersifat demokratis, harus memiliki tujuan menghasilkan
lulusan yang mampu berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat dan mampu
mempengaruhi pengambilan keputusan kebijakan publik. Dengan kata lain,
pendidikan harus mampu menanamkan kesadaran dan membekali
pengetahuana akan peran warga dalam masyarakat demokratis. Guna
membangun masyarakat yang demokratis diperlukan pendidikan agar warganya
dapat mengkritisi dan memahami permasalahan yang ada.

D. Landasan Pendidikan Kewarganegaraan

4[4] Tim dosen unimed,op.cit.,h.1.12


1. Landasan Ilmiah

a. Dasar Pemikiran Kewarganegaraan

Setiap warga negara dituntut untuk dapat hidup berguna dan bermakna
bagi negara dan bangsanya, serta mampu mengantisipasi perkembangan dan
perubahan masa depannya. Untuk itu diperlukan penguasaan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni (IPTEKS ) yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, moral,
kemanusiaan dan budaya bangsa. Nilai-nilai dasar tersebut berperan sebagai
panduan dan pegangan hidup bagi setiap warga negara dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bahasan Pendidikan
Kewarganegaraan meliputi hubungan antara warga negara dan negara, serta
pendidikan pendahuluan bela negara yang semua ini berpijak pada nilai-nilai
budaya serta dasar filosofis bangsa. Tujuan utama Pendidikan Kewarganegaraan
ialah menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, serta membentuk sikap
dan prilaku cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan dan filsafat bangsa
Pancasila.

Sebagai suatu pebandingan, di berbagai negara juga dikembangkan


materi Pendidikan Umum (General Education/Humanities) sebagai pembekalan
nilai-nilai yang mendasari sikap dan prilaku warga negaranya.

a. Amerika Serikat : History, Humanity dan Philosophy

b. Jepang : Japanese History, Ethics dan Philosophy

c. Filipina : Philipino, Family Planning, Taxation and Land Perform, The Philiphine
New Constitution dan Study of Human Rights

Di beberapa negara dikembangkan juga bidang studi yang sejenis dengan


pendidikan kewarganegaraan, yaitu yang dikenal dengan sebutan Civics
Education.

2.Landasan Hukum

a.UUD 1945

1. Pembukaan UUD 1945, khususnya pada alinea kedua dan keempat, yang
memuat cita-cita tujuan dan aspirasi bangsa Indonesia tentang kemerdekaanya.
2. Pasal 27 ayat (1) menyatakan bahwa segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan serta wajib menjunjung
hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
3. Pasal 30 ayat (1) menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam usaha pembelaaan negara .
4. Pasal 31 ayat (1) menyatakan bahwa Tiap-tiapn warga negara berhak
mendapatkan pengajaran.
b. Ketentuan MPR No. II/MPR/1999 tentang Garis- garis besar haluan Negara.
c. Undang undang No. 20 tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok
pertahanan keamanan Negara Republik Indonesia ( Jo. UU No. 1 tahun 1988)

1. Dalam pasal 18 (a) disebutkan bahwa hak dan kewajiban warga negara yang
diwujudkan dengan keikutsertakan melalui pendidikan pendahuluan Bela Negara
sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam sistem Pendidikan Nasional.
2. Dalam pasal 19 (2) sebutkan bahwa pendidikan Pendahuluan Bela Negara wajib
diikuti oleh setiap warga negara dan dilaksanakan secara bertahap. Tahap awal
pada tingkat pendidikan dasar sampai pada pendidikan menengah ada dalam
gerakan kewiraan Pramuka. Tahap lanjutan pada tingkat pendidikan tinggi ada
dalam bentuk pendidikan.
d. Undang undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional dan
berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 tentang
Pedoman Penyusuan kurikulum pendidikan tinggi dan penilaian Hasil belajar
Mahasiswa dan Nomor 45/U/2002 tentang Kurikulum inti pendidikan Tinggi telah
ditetapkan bahwa pendidikan Agama, pendidikan bahasa dan pendidikan
kewarganegaraan merupakan kelompok mata kuliah pengembangan
kepribadian, yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap program
studi/kelompok program studi.
e. adapun pelaksanaannya berdasarkan surat Keputusan Direktur jendral
Pendidikan Tinggi Dapartemen Pendidikan Nasional Nomor 43/DIKTI/2006, yang
memuat rambu rambu pelaksanaan kelompok Mata kuliah Pengembangan
Kepribadan di Pserguruan Tinggi.

E. Rumpun Keilmuan

Pendidikan kewarganegaraan dapat disejajarkan dengan civic education


yang dikenal diberbagai negara. Sebagai bidang studi ilmiah , pendidikan
kewarganegaraan bersifat antardisipliner (antar bidang ) hukum monodisipliner,
karena kumpulan ilmu yang membangun ilmu kewarganegaraan ini di ambil dari
berbagai disiplin ilmu.Oleh karena itu , upaya pembahasan dan
pengembangannya memerlukan sumbangan dari berbagai disiplin ilmu yang
meliputi ilmu politik, hukum filspat, sosilogi, administrasi negara, ekonomi
pembangunan , sejarah perjuangan bangsa dan ilmu budaya.
F. Objek Pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan

Setiap ilmu harus memenuhi syarat-syarat ilmiah, yaitu mempunyai objek,


metode, sistem dan bersifat universal. Objek pembahasan setiap ilmu harus
jelas, baik objek material maupun objek formalnya. Objek material ialah bidang
sasaran yang dibahas dan dikaji ulang oleh suatu bidang atau cabang ilmu.
Sedangkan objek formal adalah sudut pandang tertentu yang dipilih untuk
membahas objek material tersebut. Adapun objek material dari pendidikan
kewarganegaraan adalah segala hal yang berkaitan dengan warga negara baik
yang bersifat empirik maupun non-empirik, yang meliputi wawasan, sikap dan
perilaku warga negara dalam kesatuan bangsa dan negara. Sebagai objek
formalnya mencakup dua segi, yaitu segi hubungan antara warga negara dan
negara ( termasuk hubungan antar warga negara ) dan segi pembelaan negara.
Dalam hal ini pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan terarah pada warga
negara Indonesia dalam hubungannya dengan negara Indonesia dan pada upaya
pembelaan Negara Indonesia.

Objek pembahasan pendidikan kewarganegaraan menurut keputusan


Dirjen pendidikan tinggi No.43/DIKTI/Kep/2006 dijabarkan lebih rinci yang
meliputi pokok-pokok bahasan sebagaimana dikemukakan dalam tinjauan mata
kuliah (terdiri dari 8 modul ) substansi kajian pendidikan kewarganegaraan
mencakup :

1. Filsafat Pancasila
2. Identitas nasionl
3. Negara dan konstitusi
4. Demokrasi Indonesia
5. Rule of Law dan HAM
6. Hak dan Kewajiban Warganegara serta Negara
7. Geopolitik Indonesia
8. Geostrategi Indonesia

Dengan demikian isi pembelajaran Pendidikan Kewargaan ( Civic Education)


diarahkan untuk national and character building bangsa Indonesia yang relevan
dalam memasuki era demokratisasi.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Tujuan Perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan ( Civic Education)


berdasarkan keputusan Dirjen Dikti No. 43 /DIKTI/Kep/2006, tujuan pendidikan
kewarganegaraan adalah dirumuskan dalam visi dan misi dalam kompetensi
sebagai berikut :

3. Visi pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah merupakan


sumber nilai dan pedoman dalam pengembanan dan penyelenggaraan program
studi, guna mengantarkan mahasiswa menetapkan kepribadiannya sebagai
manusia seutuhnya. Hal ini berdasarkan suatu realitas yang dihadapi, bahwa
mahasiswa adalah sebagai generasi bangsa yang harus memililki visi intelektual,
religius, berkeadaban, berkemanusiaan dan cinta yanah air dan bangsanya.
4. Misi pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah untuk membantu
mahasiwa memantapkan kepribadiannya , agar secara konsisten mampu
mewujudkan nilai nilai dasar pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air
dalam menguasai, menerapkan dan mengenbankan ilmub pengetahuan ,
teknologi dan seni dengan rasa tanggung jawab dan bermoral.

Pendidikan kewarganegaraan sebenarnya dilakukan dan dikembangkan di


seluruh dunia, meskipun dengan berbagai istilah atau nama. Mata kuliah
tersebut sering disebut sebagai civic education, Citizenship Education, dan
bahkan ada yang menyebutnya sebagai democrcy education. Tetapi pada
umumnya pendapat para pakar tersebut mempunyai maksud dan tujuan yang
sama.

B. SARAN

Karya yang penulis susun ini bukanlah karya yang sempurna tapi sesuatu
yang lahir dari kerja keras. Tentunya hasil kerja keras penulis bukan tanpa
kekurangan. Maka Penulis senantiasa mengharapkan masukan dan kritikan Ibu
Dosen Pembimbing, rekan-rekan pembaca, dan mudah-mudahan rekan-rekan
semua dapat menggali terus potensi yang kita miliki agar kita dapat menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan tentang Pendidikan Kewarganegaraan yang
tentunya dengan izin Allah SWT. Mudah-mudahan dengan terciptanya makalah
ini, khususnya bagi penulis dan umumnya untuk para pembaca bisa
mengembangkan pengetahuan tentang pendidikan kewarganegaraan serta
termotivasi dan terdorong terutama dalam mengmbangkan ilmu
Kewarganegaraan di hari yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Zainul Ittihad. 1999. Pendidikan Kewiraan (Modul). Jakarta:Universitas


Terbuka.
Budiardjo, Miriam. 1996. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta:Gramedia.
Budiman, Arief. 1997. Teori Negara (Negara, Kekuasaan dan Ideologi). Jakarta:PT.
Gramedia Pustaka Utama.
http : // fhspot.blogspot.com diakses 18 Februari 2012 ,19.30 WIB.

http : // rachmadrevanz.com/2011/pandangan-pakar-tentang-pengertian-
pendidikan-kewarganegaraan.html diakses pada 20 feb 2012 ,10.30 WIB

Karsono, Dedi. 1996. Kewiraan Tinjauan Strategis Dalam Berbangsa dan


Bernegara. Jakarta:Grasindo.
Koerniatmanto Soetoprawira, B. 1996. Hukum Kewarganegaraan dan
Keimigrasian Indonesia. Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Indonesia.
Lembaga Ketahanan Nasional. 1980. Kewiraan. Bandung:CV. Karya Kita.

Rosyada, Dede, dkk. 2003. Pendidikan Kewarganegaraan, Demokrasi, HAM dan


Masyarakat Madani. Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah.
Sumarsono, dkk. 2004. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta:PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Ubaidillah, A, dkk. 2000. Pendidikan Kewarganegaraan, Demokrasi, HAM dan
Masyarakat Madani. Jakarta: IAIN Jakarta Press.
Tim Dosen Unimed , Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Medan: 2011
4

Anda mungkin juga menyukai