Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

LANDASAN-LANDASAN PKn SD
Disusun guna memenuhi tugas kelompok
Mata kuliah: PKn SD

Dosen Pengampu:
Fitria dwi Prasetyaningtyas, S.Pd., M.Pd.
Galih Mahardika Christian Putra, S.Pd., M.Pd.

Disususn oleh kelompok 2:


1. Rega Praditya Eka N. 1401418361
2. Ufi Linal Khoyaroh 1401418368
3. Dinda Harlina P. 1401418371
4. Lintang Zenaida 1401418376
5. Norra Mutiara Kartika S. 1401418382
6. Nur Wahyu Rahmawati 1401418386

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran
yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara yang baik,
cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD
1945.
Pendidikan Kewarganegaraan membahas berbagai aspek dalam kehidupan,
yaitu pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosial kultural, bahasa,
usia, dan suku bangsa.
Dengan penyempurnaan kurikulum tahun 2000, menurut Kep. Dirjen dikti
No. 267/Dikti/2000 materi Pendidikan Kewiraan membahas tentang hubungan
antara warga negara dengan negara. Sebutan Pendidikan Kewiraan diganti dengan
Pendidikan Kewarganegaraan. Materi pokok Pendidikan Kewarganegaraan adalah
tentang hubungan warga negara dengan negara. Kalau kaitan Pendidikan
Kewarganegaraan dalam lingkup Filasafat Ilmu menjadi kajian dalam penerapan
Pendidikan Kewarganegaraan sendiri dan menjadi dasar pengembangan ilmu
pengetahuan.
Oleh karena itu, penyusun ingin membahas pemahaman Pendidikan
Kewarganegaraan yang berkaitan serta berkedudukan dalam bidang Filsafat.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud landasan filosofis?
2. Bagaimanakah arti dari landasan historis?
3. Bagaimanakah arti landasan yuridis?
4. Apakah maksut dari landasan sosiologis?

C. Tujuan
1. Menganalisis maksud dari landasan filosofis.
2. Mendeskripsikan arti dari landasan historis.
3. Mendeskripsikan arti landasan yuridis.
4. Menganalisis maksut dari landasan sosiologis.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Filosofis
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta
didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu
menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan
adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi
dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan
hidup kemanusiaan.
Filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam
samapai akar-akarnya mengenai pendidikan (Pidarta,2001). Landasan filosofi
pendidikan adalah seperangkat filosofi yang dijadikan titik tolak dalam
pendidikan. Landasan filosofis pendidikan sesungguhnya merupakan suatu sistem
gagasan tentang pendidikan dan dedukasi atau dijabarkan dari suatu sistem
gagasan filsafat umum yang diajurkan oleh suatu aliran filsafat tertentu. Terdapat
hubungan implikasi antara gagasan-gagasan dalam cabang-cabang filsafat umum
tehadap gagasan-agasan pendidikan. Landasan filosofis pendidikan tidak berisi
konsep-konsep tentang pendidikan apa adanya, melainkan berisi tentang konsep-
konsep pendidikan yang seharusnya atau yang dicita-citakan.
Dalam landasan filosofis pendidikan juga terdapat berbagai aliran pemikiran.
Hal ini muncul sebagai implikasi dari aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat.
Sehingga dalam landasan filosofi pendidikan pun dikenal adanya landasan
filosofis pendidikan Idealisme, Realisme, dan Pragmatisme.
a. Landasan Idealisme
Para filosof ini mengklaim bahwa realitas pada hakikatnya bersifat
spiritual. Karena manusia itu adalah makhluk yang berpikir, yang memiliki tujuan
hidup, dan yang hidup dalam aturan moral yang jelas. Menurut epistemologis,
pengatuhan itu diperoleh dengan cara mengingat kembali melalui intuisi,
sedangkan aksiologi bahwa manusia itu diperintah melalui nilai moral imperatif
yang bersumber dari realitas yang absolut.
b. Landasan Realisme
Para filosof realisme, memandang bahwa dunia ini adalah materi yang
hadir dengan sendirinya, yang tertata dalam hubungan-hubungan di luar campur
tangan manusia. Dan mereka beranggapan bahwa pengetahuan itu diperoleh dari
pengalaman dan penggunaan akalnya, sedangkan tingkah laku manusianya diatur
oleh hukum alam dan pada taraf yang rendah diatur oleh kebijaksanaan yang
teruji.
c. Landasan Pragmatisme
Pada dasarnya, pragmatisme merupakan suatu sikap hidup, suatu metode
dan suatu filsafat yang digunakan dalam mempertimbangkan nilai sesuatu ide dan
kebenaran sesuatu keyakinan secara praktis. Esensi diri pragmatisme ini terletak
pada metodenya yang sangat empiris dimana sangat menekankan pada metode
dan sikap lebih dari suatu doktrin filsafat yang sistematis dan menggunakan
metode ilmu pengetahuan modern sebagai dasar dari suatu filsafat.
B. Landasan Historis
Setiap negara dan bangsa mempunyai perjalanan hidup yang membentuk
eksistensi negara dan warganya. Tak terkecuali Indonesia, menapaki kehidupan
berbangsa dan bernegara yang berliku, penuh dengan suka dan duka. Pada setiap
tahapan kehidupan selalu diperlukan kesetiaan dari warga negara. Bangsa
Indonesia telah mengalami berbagai tantangan untuk menjadi sebuah negara yang
diakui oleh dunia. Kolonialisme yang menyebabkan bangsa Indonesia, yang
mendiami wilayah nusantara menjadi bodoh, hina, dan miskin. Di balik itu,
penjajahan juga telah menjadi pelajaran bagi bangsa Indonesia tentang demokrasi,
ilmu dan teknologi, serta ekonomi.
Pada masa itu muncul keberanian bangsa Indonesia untuk melawan
kolonial dengan penuh semangat walaupun dengan teknologi yang sangat
sederhana dan bersahaja. Perjuangan bangsa Indonesia dimulai pada masa
Kerajaan Sriwijaya (abad ke-7) dan Kerajaan Majapahit (abad XII) sebagai upaya
menyatukan wilayah nusantara. Upaya ini belum berhasil karena belum ada
pemahaman tentang konsep negara kesatuan (modern). Adanya pemahaman baru
tentang negara kesatuan, pada 1908, melahirkan gerakan Kebangkitan Nasional
(Budi Utomo) sebagai perintis yang menyatukan semua warga yang mendiami
kepulauan nusantara.
Keberhasilan gerakan ini, memunculkan sikap pemuda Indonesia yang
gagah berani dan dengan tegas mengikrarkan Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928)
yang mengakui bertanah air satu tanah air Indonesia, berbangsa satu bangsa
Indonesia, bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Sumpah Pemuda mencerminkan
wawasan geografi (tanah air), wawasan kebangsaan (bangsa) wawasan budaya
(bahasa) yang hakikatnya adalah awal tumbuhnya wawasan kebangsaan
Indonesia. Keberanian pemuda Indonesia berjuang yang tak kenal lelah dan penuh
semangat ini akhirnya membawa bangsa Indonesia pada kemerdekaan bangsanya,
sebagai penentu eksistensi bangsa Indonesia yang mengikrarkan dan
memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Pada saat itu bangsa Indonesia resmi menjadi sebuah negara bangsa, yaitu
negara yang dipimpin oleh bangsanya sendiri. Negara besar yang berdaulat telah
berdiri dengan penuh percaya diri, dan telah diakui oleh negara-negara di dunia.
Sebagai syarat sebuah negara, Negara Indonesia memiliki:
1. wilayah, yaitu semua wilayah bekas jajahan Belanda,
2. rakyat, yaitu semua warga/penduduk yang mendiami pulau-pulau di nusantara,
dan
3. hukum, yaitu Undang-Undang Dasar 1945.
Sejak itulah bangsa Indonesia mempunyai tugas untuk mencapai cita-cita
Proklamasi, yang tertuang dalam Mukadimah/Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945, berupa cita-cita nasional dan tujuan nasional.
a. Cita-Cita Nasilonal
Membentuk negara merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
b. Tujuan Nasional
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
2. Memajukan kesejahteraan umum.
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia.
Perjalanan mewujudkan cita-cita nasional dan tujuan nasional penuh
tantangan, dari masa Orde Lama ke masa Orde Baru dan kemudian masa
Reformasi yang masing-masing membutuhkan kemampuan dan kesiapan warga
negara yang tidak sama. Namun, dalam orde apa pun, suatu negara senantiasa
membutuhkan pembelaan negara dari warganya sesuai dengan tantangan
zamannya. Pada masa kolonial, diperlukan bela negara yang bersifat fisik, dan
masa pada kemerdekaan dibutuhkan bela negara yang bersifat psikis. Untuk itu
diperlukan pendidikan kewarganegaraan bagi seluruh warga negara agar
memahami dan mampu berperan dalam mewujudkan cita-cita nasional dan tujuan
nasional.
Sejarah perjuangan bangsa Indonesia mengalami periodisasi yang
berkaitan dengan kepentingan sejarah perjuangan bangsa. Periodisasi tersebut
ialah >1945, NKRI diproklamasikan sampai 1965: periode lama/ Orde Lama,
1965 sampai 1998: periode baru/Orde Baru, dan 1998 sampai sekarang periode
Reformasi.
a) Periode Lama
Tantangan Orde Lama adalah ancaman fisik berupa pemberontakan dari
dalam negeri yang menentang keberadaan pemerintahan baru saat itu, sedangkan
dari luar negeri adanya Sekutu, tentara Kolonial Belanda, dan Dai Nipon yang
menginginkan kembali berkuasa di tanah nusantara. Ancaman fisik yang datang
dari luar dan dalam berpengaruh terhadap pemikiran mengenai cara
menghadapinya. Tahun 1954 terbitlah produk UU Nomor 29/1954 tentang
Perlawanan Rakyat. Realisasinya adalah diselenggarakannya Pendidikan
Pendahuluan Perlawanan Rakyat (PPPR) yang menghasilkan Organisasi
Perlawanan Rakyat (OPR) tíngkat desa, berkembang menjadi Organisasi
Keamanan Desa (OKD). Sedangkan di sekolah-sekolah juga dibentuk Organisasi
Keamanan Sekolah (OKS). Organisasi ini memberikan pendidikan sistem fisik,
teknik, taktik, dan strategi kemiliteran.
b) Periode Baru
Orde Baru sebagai periode pembangunan menghadapi tantangan
ketidakpastian, hak dan kewajiban warga negara dalam pembelaan negara melalui
kegiatan terpadu keamanan dan kesejahteraan dalam konsep geostrategi/ketahanan
nasional.
c) Periode Reformasi
Pada masa Orde Reformasi tantangan bangsa semakin maya yang
difasilitasi oleh teknologi informasi sehingga kehidupan bangsa semakin
transparan. Hak dan kewajiban masa Reformasi diwujudkan dalam ketahanan
nasional tetapi difokuskan pada demokratisasi dan HAM.
Bela negara yang dihadapi selalu dalam bentuk fisik dan nonfisik, seperti
lemahnya kepercayaan pada kemampuan sendiri yang mudah terperangkap ke
arus global dan kehilangan jati diri bangsa. Untuk itu perlu adanya penyemaian
karakter, jati diri, moralitas bangsa dalam bela negara sesuai dengan profesi demi
terwujudnya integritas bangsa.
C. Landasan Yuridis
Landasan yuridis pendidikan adalah seperangkat konsep peraturan
perundang-undangan yang menjadi titik tolak sistem pendidikan Indonesia, yang
menurut Undang-Undang Dasar 1945 meliputi: Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia, Ketetapan MPR, Undang-Undang Peraturan Pemerintah pengganti
undang-undang.
a. Penerapan Landasan Yuridis Dalam Pendidikan
1. Pendanaan Pendidikan
Walaupun dalam amandemen UUD RI 1945 pasal 31 ayat (4) telah
menegaskan bahwa negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-
kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan akantetapi dengan berbagai alasan dan pertimbangan sampai saat ini
APBN kita belum mencapai 20%. Di daerah alokasi dana pendidikan yang masuk
dalam APBD sangat bervariatif, tetapi kebanyakan belum sampai 20% dari
APBD.
2. Kompetensi Guru / Konselor
Dalam proses belajar dan pembelajaran guru merupakan salah satu faktor
utama yang mengkondisikan terciptanya suasana yang kondusif. Proses
transformasi ilmu dan pengetahuan akan berjalan sesuai fungsinya apabila guru
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya secara profesional. Meskipun secara
yuridis keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai
salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong,
tutor pamong belajar, widyaiswara, instruktur sebagaimana disebutkan dalam
pasal 1 ayat 6 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Juga tercantum PP Nomor 28 Tahun 1990 pasal 27 ayat (2) dengan sebutan guru
pembimbing.
Akan tetapi dari pasal-pasal tersebut, pengakuan secara eksplisit dan
kesejajaran posisi antara tenaga pendidik satu dengan yang lainnya itu, ternyata
tidak dilanjutkan dengan spesifikasi konteks tugas dan ekspektasi kinerja yang
cermat, karena yang diatur dalam pasal-pasal berikutnya hanyalah konteks tugas
dan ekspektasi kinerja dari mayoritas pendidik yang menggunakan pembelajaran
sebagai kontek layanan.
Hal tersebut dapat dicermati pada pasal 39 UU Nomor 20 tahun 2003
tentang Sisdiknas yang berbunyi : pendidik merupakan tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi.
Dengan spesifikasi kontek tugas dan ekspektasi kinerja yang hanya merujuk
kelompok pendidik yang menggunakan materi pembelajaran, maka konteks tugas
dan ekspektasi kinerja konselor yang tidak menggunakan materi pembelajaran
sebagai konteks layanan yang merupakan sosok layanan ahli yang unik yang
berbeda dari sosok layanan ahli keguruan meskipun sama-sama bertugas dalam
setting pendidikan, tidak ditemukan pengaturannya dalam UU Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
3. Desentralisasi Pendidikan
Pemberian aksentuasi kepada pemerintah daerah dalam Undang-Undang
Sisdiknas, diharapkan nantinya pengembangan pendidikan di tingkat lokal akan
lebih efektif jika dikembangkan oleh pemerintah daerah bersama kelompok
masyarakat. Sebab jenis kompetensi yang dibutuhkan oleh masing-masing daerah,
berbeda satu sama lain. Itulah sebabnya pasal  50 ayat (4) disebutkan bahwa
pemerintah kabupaten / kota berkewajiban mengelola satuan pendidikan yang
berbasis keunggulan lokal.
b. Jenis- jenis landasan yuridis
1. Pendidikan menurut Undang-Undang Dasar 1945
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan hukum tertinggi di Indonesia.
Semua peraturan harus tunduk kepada Undang-Undang. Pasal-pasal yang
bertalian dengan pendidikan dalam UUD 1945 yaitu pasal 31 dan pasal 32 tentang
pendidikan dan kebudayaan.
UUD 1945 Pasal 31 :
Ayat 1 : Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
Ayat 2 : Setiap warga negara wajib mengikuti pendid ikan dasar pemerintah wajib
membiyayainya.
Ayat 3 : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak yang mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-
undang.
Ayat 4 : Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua
puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendid ikan nasional.
Ayat 5 : Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan
peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
UUD 1945 Pasal 32 :
Ayat 1 : Memajukan kebudayaan nasional serta memberi kebebasan kepada
masyarakat untuk mengembangkannya.
Ayat 2 : Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai bagian dari
budaya nasional.
2. Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Undang-undang ini disebut juga induk dari peraturan perundang-undangan
pendidikan.
Pasal yang berkaitan dengan pendidikan , yaitu :
a) Pasal 1 ayat 2 dan ayat 5 tentang pendidikan yang berakar pada kebudayaan dan
nilai-nilai agama yang berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar 1945
b) Pasal 5 tentang hak untuk memperoleh pendidikan yang bermutu
c) Pasal 6 tentang kewajiban mengikuti pendidikan dasar dan kerja sama antara
komponen masyarakat dalam uapaya pengembangan  pendidikan.
d) Pasal 13 tentang perbedaan pendidikan jalur formal, nonformal dan informal.
e) Pasal 15 tentang pembagian jalur pendidikan formal
f) Pasal 29 tentang jalur kedinasan
g) Pasal 28 tentang pendidikan anak usia dini
h) Pasal 20 tentang pendidikan akademik dan pendidikan professional
i) Pasal 24 tentang kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik dan otonomi
keilmuan
j) Pasal 12 tentang hak peserta didik untuk memperoleh pendidikan agama
k) Pasal 39  tentang tenaga kependidikan
l) Pasal 36 tentang pengembangan kurikulum
m) Pasal 45 tentang pengadaan dan pemberdayaan sumber daya Pendidikan
n) Pasal 58 tentang evaluasi hasil belajar peserta didik.
3. Landasan Yuridis Pelaksanaan Pendidikan Global
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Pasal 1 (ayat 1)  menjelaskan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Pada (ayat 2) pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap
terhadap tuntutan perubahan zaman.
UU Sisdiknas yang dijabarkan dari UUD 45, telah memberikan
keseimbangan antara peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tergambar dalam fungsi dan
tujuan pendidikan nasional, yaitu bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan YME, serta berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab (pasal 3).
4. Landasan Yuridis Pelaksanaan Pendidikan Nasional
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Pasal 1 (ayat 1)  menjelaskan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Pada (ayat 2) pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap
terhadap tuntutan perubahan zaman.
Paradigma baru lainnya yang dituangkan dalam UU Sisdiknas yang baru
adalah konsep kesetaraan, antara satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah dan satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat.
Demikian juga adanya kesetaraan antara satuan pendidikan yang dikelola oleh
Departemen Pendidikan Nasional dengan satuan pendidikan yang dikelola oleh
Departemen Agama yang memiliki ciri khas tertentu.
5. Landasan Yuridis Pelaksanaan Pendidikan Daerah
Konsep demokratisasi dalam pengelolaan pendidikan yang dituangkan
dalam UU Sisdiknas 2003 bab III tentang prinsip penyelenggaraan pendidikan
(pasal 4) disebutkan bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan
berkeadilan, serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia, nilai keagamaan , nilai kultural, dan kemajemukan bangsa (ayat 1).
Karena pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat (ayat 3), serta
dengan memberdayakan semua komponen masyarakat, melalui peran serta dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.
Dengan adanya desentralisai penyelenggaraan pendidikan dan
pemberdayaan masyarakat, maka pendanaan pendidikan menjadi tanggungjawab
bersama antara pemerintah (pusat), pemerintah daerah, dan masyarakat (pasal 46
ayat 1). Bahkan, pemerintah (pusat) dan pemerintah daerah bertanggungjawab
menyediakan anggaran pendidikan sebagaimana diatur dalam pasal 31 ayat (4)
Undang Undang Dasar Negara RI tahun 1945 – (“Negara memprioritaskan
anggaran pendidikan sekurang-kurangnya duapuluh persen dari anggaran
pendapatan dan belanja negara serta anggaran pendapatan dan belanja daerah
untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional”) – (pasal 46
ayat 2).
6. Landasan Yuridis Pelaksanaan Pendidikan Lokal
Satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal, merupakan paradigma
baru pendidikan, untuk mendorong percepatan pembangunan di daerah
berdasarkan potensi yang dimiliki oleh masyarakat lokal.  Dalam hal ini
pewilayahan komoditas harus dibarengi dengan lokalisasi pendidikan dengan
basis keunggulan lokal.
Selain itu pemerintah (pusat) dan pemerintah daerah wajib
menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua
jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikanm yang
bertaraf internasional (pasal 50 ayat 3). Hal ini dimaksudkan agar selain
mengembangkan keunggulan lokal melalui penyediaan tenaga-tenaga terdidik,
juga menyikapi perlunya tersedia satuan pendidikan yang dapat menghasilkan
lulusan kaliber dunia di Indonesia.
Untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang berkualitas, maka
pemerintah (pusat) dan pemerintah daerah wajib memfasilitasi satuan pendidikan
dengan pendidik dan tenaga kependidikan yang diperlukan (pasal 42 ayat 2).
Dalam hal ini termasuk memfasilitasi dan/atau menyediakan pendidik dan/atau
guru yang seagama dengan peserta didik dan pendidik dan/atau guru untuk
mengembangkan bakat, minat dan kemampuan peserta didik (pasal 12 ayat 1
huruf a dan b).
D. Landasan Sosiologis
a. Pengertian Landasan sosiologis pendidikan
Landasan sosiologis pendidikan adalah acuan atau asumsi dalam
penerapan pendidikan yang bertolak pada interaksi antar individu sebagai mahluk
sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Kegiatan pendidikan merupakan suatu
proses interaksi antara dua individu (pendidik dan peserta didik) bahkan dua
generasi yang memungkinkan generasi muda mengembangkan diri.
Pengembangan diri tersebut dilakukan dalam kegiatan pendidikan. Oleh karena
itu, kegiatan pendidikan dapat berlangsung baik di lingkungan keluarga, sekolah,
dan masyarakat.
Landasan sosiologis diperlukan pada pendidikan kewarganegaraan
dilatarbelakangi dengan memperhatikan situasi cara hidup schari-hari orang
Indonesia saat ini yang telah begitu pudar identitas aslinya, tergerus oleh faham
globalisasi dengan instrumennya yang berupa kapitalisme. Bangsa indonesia yang
dulunya dikenal sebagai bangsa yang religius, toleransi, ramah, gotong royong,
nasionalis, dan memiliki solidaritas sosial, saat ini lebih dekat kepada bentuk-
bentuk kekerasan dan individualistik. Begitupun dikalangan anak mudanya yang
sudah banyak tingkah lakunya tak kenal sopan santun, yang dekat dengan hura-
hura, kekerasan, pergaulan bebas ataupun penggunaan narkoba, Karena kebebasan
dan keterbukaan telah membuat mereka lupa akan tanggung jawab mereka
sebagai anak bangsa. Kehadiran pendidikan kewarganegaraan diharapkan dapat
membangkitkan dan mengingatkan kembali rasa kebangsaan dan nasionalisme
orang - orang Indonesia, sehingga dapat memulihkan kondisi identitas nasional
yang sesuai dengan nilai – nilai yang hidup di masyarakat Indonesia sendiri.
Unsur sosiologis menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek. Landasan sosiologis
sesungguhnya menyangkut fakta empiris mengenai perkembangan masalah dan
kebutuhan masyarakat dan negara.
b. Perantara dan Ruang Lingkup Landasan Sosiologi Pendidikan
Sosialisasi mempersiapkan anak-anak untuk berfungsi sebagai induvidu
yang menstransmisikan budaya yang dengan demikian memungkinkan
masyarakat untuk berfungsi secara baik. Keluarga penting bagi pertumbuhan
sosial anak-anak, lembaga formal juga membantu dalam menentukan anak-anak
dalam belajar sosial dan kesiapan untuk terjun dalam kehidupan bermasyarakat.
Perantara sosial yang berperan adalah keluarga, teman sebaya, sekolah, media
massa seperti televisi.
1. Keluarga
Keluarga merupakan perantara sosial paling awal dalam bermasyarakat.
Secara tidak langsung, keluarga lah awal dari transfer nilai-nilai budaya kepada
anak-anak. Keluarga adalah tempat seutuhnya untuk anak-anak, kedua orang tua
mengajarkan hal-hal yang penting bagi kelangsungan hidupnya, mendorong dan
mencegah serta menanamkan sikap kedisiplinan, juga memberi orientasi anak
terhadap dunia. Banyak anak sukses dalam lingkungan bermasyarakat
dikarenakan keharmonisannya terjaga. Akan tetapi, keharmonisan keluarga yang
tidak terbentuk dengan baik, ada kalanya juga mempengaruhi ketidak mampuan
anak-anak untuk terjun dalam kegiatan bermasyarakat.
2. Teman Sebaya
Sedangkan hubungan keluarga mungkin merupakan pengalaman pertama
seorang anak hidup kelompok, interaksi peer-group segera mulai membuat efek
kuat mereka bersosialisasi. Kelompok sebaya memberi banyak pengalaman
belajar dan cara berinteraksi dengan orang lain, bagaimana dapat diterima oleh
orang lain, dan bagaimana untuk mencapai status dalam lingkup teman. Orang tua
atau guru kadang-kadang dapat memaksa anak-anak untuk mematuhi aturan
mereka, tapi rekan-rekan tidak memiliki kewenangan formal untuk melakukan hal
ini; sehingga anak-anak bisa belajar yang berarti pertukaran, kerjasama, dan
ekuitas lebih mudah dalam pengaturan rekan.
3. Budaya sekolah
Pendidikan di sekolah, dibandingkan dengan pengalaman belajar di
keluarga atau rekan-kelompok, terjadi dengan cara-cara yang relatif formal.
4. Televisi dan Digital Media
Beberapa ilmuwan sosial menyebut televisi sebagai "kurikulum pertama"
karena muncul untuk mempengaruhi anak-anak dalam hal mengembangkan
keterampilan belajar dan menyesuaikan diri terhadap mengakuisisi pengetahuan
dan pemahaman. Meskipun penelitian menunjukkan hubungan antara prestasi
sekolah dan menonton televisi, sifat hubungan ini tidak sepenuhnya jelas.
Beberapa studi menunjukkan bahwa menonton televisi dapat mengurangi kegiatan
membaca siswa. Terlepas dari efek yang mungkin negatif terhadap prestasi
sekolah, televisi dan media lain, seperti film, video game, dan industri musik,
sangat berpengaruh sosialisasi anak dan remaja. Media baik merangsang dan
mencerminkan mendasar perubahan sikap dan perilaku yang berlaku dalam
masyarakat kita.
c. Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia
Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia menganut paham
integralistik yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat: (1) kekeluargaan
dan gotong royong, kebersamaan, musyawarah untuk mufakat, (2) kesejahteraan
bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat, (3) negara melindungi warga
negaranya, dan (4) selaras serasi seimbang antara hak dan kewajiban. Oleh karena
itu, pendidikan di Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas manusia secara
orang per orang.
Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah mempengaruhi
sistem pendidikan nasional. Hal tersebut sangatlah wajar, mengingat kebutuhan
akan pendidikan semakin meningkat dan kompleks. Berbagai upaya pemerintah
telah dilakukan untuk menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan
masyarakat terutama dalam hal menumbuhkembangkan Ke-Bhineka tunggal Ika-
an, baik melalui kegiatan jalur sekolah (umpamanya dengan pelajaran PPKn,
Sejarah Perjuangan Bangsa, dan muatan lokal), maupun jalur pendidikan luar
sekolah (penataran P4, pemasyarakatan P4 nonpenataran). Oleh karena itu,
pendidikan di Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas manusia orang
perorang melainkan juga kualitas struktur masyarakatnya.
d. Implikasi Landasan Sosiologi Pendidikan dalam pelaksanaan
Pembelajaran di Sekolah Dasar
Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik
formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi
kehidupan masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik
dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.
Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia – manusia yang
menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan
diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan
masyarakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus
disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan, dan
perkembangan yang ada di masyakarakat. 
Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sistem-sosial
budaya tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota
masyarakat. Salah satu aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan
nilai-nilai yang mengatur cara berkehidupan dan berperilaku para warga
masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari agama, budaya, politik atau
segi-segi kehidupan lainnya. Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka
nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga turut berkembang sehingga menuntut
setiap warga masyarakat untuk melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap
tuntutan perkembangan yang terjadi disekitar masyarakat.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam menetapkan
tujuan pembelajaran di sekolah dasar maka penting untuk dilihat dari sudut
pandang sosiologi. Tujuan pembelajaran di sekolah dasar hendaknya seimbang
dalam pencapaian kompetensi kognitif, psikomotorik, dan afektif. Kompetensi-
kompetensi tersebut harapannya nanti dapat menjadi bekal peserta didik saat
mereka terjun ke masyarakat. 
Pendidik merupakan subjek yang mendidik para peserta didik. Pendidik
hendaknya mengenali latar belakang sosial peserta didik agar dalam melakukan
pembelajaran sesuai dengan lingkungan peserta didik dan harapan masyarakat.
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu
rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita
maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk
terjun ke lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan
semata, namun memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai
untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.

d.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi
peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi
itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Landasan
filosofi pendidikan adalah seperangkat filosofi yang dijadikan titik tolak dalam
pendidikan. Landasan filosofis pendidikan sesungguhnya merupakan suatu sistem
gagasan tentang pendidikan dan dedukasi atau dijabarkan dari suatu sistem
gagasan filsafat umum yang diajurkan oleh suatu aliran filsafat tertentu. Landasan
Historis merupakan sebuah landasan atau aspek yang ditinjau dari perjalanan
sejarah sebuah bangsa dalam menciptakan dan atau mengembangkan sebuah
kebijakan, paham, ideologi, atau hal. Landasan yuridis pendidikan adalah
seperangkat konsep peraturan perundang-undangan yang menjadi titik tolak
sistem pendidikan Indonesia, yang menurut Undang-Undang Dasar 1945 meliputi:
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, Ketetapan MPR, Undang-Undang
Peraturan Pemerintah pengganti undang-undang. Landasan sosiologis pendidikan
adalah acuan atau asumsi dalam penerapan pendidikan yang bertolak pada
interaksi antar individu sebagai mahluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat
penulis harapkan untuk perbaikan ke depannya.
Daftar Pustaka

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar


Nasional Pendidikan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2008
tentang PendanaanPendidikan.
https://books.google.co.id/books?
hl=en&lr=&id=h99fnMwDKykC&oi=fnd&pg=PR8&dq=landasan+filosofi+pendi
dikan+kewarganegaraan&ots=fLb7O1ufU_&sig=schISk8rAR7fztmVFLId5Egr1J
Y&redir_esc=y#v=onepage&q=landasan%20filosofi%20pendidikan
%20kewarganegaraan&f=false (diunduh pada tanggal 15 Maret 2020)
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt59394de7562ff/arti-landasan-
filosofis--sosiologis--dan-yuridis/ (diunduh pada tanggal 15 Maret 2020)
https://www.scribd.com/document/341065433/Landasan-Yuridis-PKn (diunduh
pada tanggal 15 Maret 2020)
https://www.dosenpendidikan.co.id/landasan-yuridis-pendidikan/ (diunduh pada
tanggal 15 Maret 2020)
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt59394de7562ff/arti-landasan-
filosofis--sosiologis--dan-yuridis (diunduh pada tanggal 15 Maret 2020)
https://biizaa.com/memahami-landasan-filosofis-sosiologis-dan-yuridis-perundang-
undangan/ (diunduh pada tanggal 15 Maret 2020)

Anda mungkin juga menyukai