Anda di halaman 1dari 3

TUGAS RUTIN 1

Nama : Tresia Anggraini Malau

Nim : 2191111017

Kelas : Reguler C 2019

M. Kuliah : Menulis Faktual

Hubungan Critical Thinking Dengan Kemampuan Menulis Faktual

Kemampuan berpikir kritis (critical thinking) adalah kemampuan seseorang untuk


berpikir secara aktif, efektif dan logis, dapat berkembang, memiliki kepekaan terhadap
sekitar, memberikan penilaian terhadap suatu hal dengan objektif. Seorang pemikir kritis
selalu berusaha untuk hidup secara rasional dan empathically. Pemikir kritis menggunakan
akal dan intelektual yang dimiliki untuk menganalisis, menilai, dan meningkatkan pemikiran
terhadap setiap hal yang mereka temui.

Berpikir kritis disebut juga rasional pikir. Kata 'rasional' berarti 'menggunakan alasan' untuk
memecahkan setiap masalah(dikutip dari jurnal pendidikan (di kutip dari jurnal pendidikan
hal.52). Seseorang mampu berpikir kritis harus melatih daya nalarnya. Menurut (Budden,
2007) ada tiga ciri seseorang telah mampu menggunakan penalaranya dengan baik, yaitu (1)
memiliki alasan yang kuat, (2) mengevaluasi keyakinan dan tindakan diri sendiri, (3)
mengungkapkan alasan-alasan kepada orang lain atas tindakan yang dilakukan. Dengan
demikian, penting untuk memeriksa dasar keyakinan dan penalaran diri sendiri karena hal ini
akan menjadi sudut pandang utama seseorang mulai untuk berpikir kritis.

Menurut (Elder & Paul, 2012) berpikir kritis adalah cara berpikir untuk meningkatkan
kualitas pemikirannya dengan terampil menganalisis, menilai, dan merekonstruksi sebuah
persoalan. Disebut berpikir kritis jika seseorang memiliki sikap mandiri, disiplin diri,
memonitor diri sendiri, dan melakukan penilaian dari setiap hal yang ditemui berdasarkan
pengamatan yang telah dimiliki. Adapun menurut (Gray, 1990) berpikir kritis adalah
keterampilan yang dapat ditingkatkan, seperti kecakapan lain, kemampuan seseorang untuk
melaksanakannya akan meningkat jika dilakukan dengan praktik. Kuncinya adalah
mengetahui apa dan mengapa hal tersebut harus dilatih.
Pendapat Warnick dan Ich sesuai dengan pendapat (Facione, 1990), ada enam kecakapan
berpikir kritis, yaitu menginterpretasi, menganalisis, mengevaluasi, menginferensi,
menjelaskan, dan meregulasi diri. Menurut Glaser ada dua belas landasan berpikir kritis,
meliputi (1) mengenal sebuah masalah yang ditemui, (2) menemukan solusi, saran, atau
rekomendasi untuk suatu masalah, (3) mengumpulkan informasi pendukung argumen, (4)
mengenal asumsi-asumsi, (5) menggunakan bahasa yang tepat dan jelas dalam
mengungkapkan ide maupun pendapat, (6) menganalisis data yang ditemukan, (7) menilai
keakuratan fakta dan mengevaluasi pernyataan orang lain, (8) mengenal hubungan yang logis
antara masalah-masalah, (9) menarik simpulan, (10) menguji simpulan orang lain, (11)
menyusun kembali pola keyakinan orang lain berdasarkan pengalaman yang lebih luas, dan
(12) menilai sebuah peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari (Fisher, 2009).

Sejalan dengan hal tersebut menurut hastuti (1999:1) menulis merupakan kegiatan yang
melibatkan cara berfikir yang teratur dan kemampuan memperhatikan beberapa syarat.
Persyaratan yang mutlak harus dikuasai adalah

a. kesatuan gagasan yang harus di miliki lebih dahulu oleh calon penulis
b. kemampuan menyusun kalimat dengan jaelas dan efektif
c. kemampuan menyusun paragraf
d. menguasai teknik penulisan seperti pengunaan tanda baca
e. memiliki sejumlah kata yang di perlukan

Oleh sebab itu, harus diingat bahwa kegiatan menulis tidak terlepas dari berpikir. Di dalam
menulis ada proses berpikir atau bernalar. Berpikir adalah iatankegiatan memproses data
yang mengikutkan kinerja otak, fisik, dan psikis. Hal ini sering luput dari perhatian. Padahal,
semua kegiatan atau pekerjaan dilakukan melalui berpikir, khususnya kegiatan menulis
faktual. Oleh karena itu, kemampuan berpikir siswa juga mempengaruhi kondisi kemampuan
mereka dalam menulis.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa berpikir kritis adalah suatu kemampuan
untuk bernalar dalam suatu cara yang terorganisasi. Berpikir kritis memungkinkan untuk
memanfaatkan potensi dalam melihat masalah, memecahkan masalah, menciptakan, dan
menyadari diri. Lalu, berpikir kritis sangat dibutuhkan di setiap kalangan dengan apapun
pekerjaan yang dijalaninya.

Karena menulis adalah aktivitas bernalar, maka salah satu aplikasi berpikir kritis adalah
dalam kegiatan menulis. Hal ini berarti bahwa hasil proses berpikir dapat disalurkan melalui
menulis. Oleh karena itu, kemampuan berpikir kritis siswa juga terlihat dari tulisan yang
dihasilkannya, misalnya dari kecermatannya menyusun gagasan menggunakan tata bahasa,
ejaan, dan sebagainya. Hal ini senada dengan yang dinyatakan oleh Teopilus dalam Andriani
(2013:2), yakni bahwa kemampuan berpikir kritis dapat diketahui melalui bentuk-bentuk
aktivitas seperti berbicara dan menulis.

Berdasarkan beberapa paparan teori di atas, dapat diketahui bahwa kemampuan


berpikir kritis memiliki keterkaitan dengan kemampuan menulis seseorang. Dalam hal ini,
kemampuan menulis factual adalah menulis teks baik itu artikel, jurnal ilmiah, dan lainya.
dengan tetap menulis sesuai dengan fakta yang sesungguhnya. Kemampuan seseorang dalam
menilai fakta tersebut merupakan salah satu syarat kompetensi yang dimiliki oleh pemikir
kritis. Penulis yang mampu berpikir kritis akan mampu menggali persoalan lebih dalam dan
mampu membuat solusi atas persoalan tersebut. Hal ini juga sesuai dengan kaidah menulis
faktual , bahwa di dalam teks harus dituliskan solusi atau rekomendasi untuk menyelesaikan
persoalan yang diangkat. Berdasarkan teori yang telah dipaparkan dapat diketahui bahwa,
kemampuan berpikir kritis memiliki hubungan dengan kemampuan menulis faktual.
Seseorang yang berpikir kritis mampu menulis, dengan tepat dalam menemukan masalah,
menggali masalah lebih dalam agar mendapatkan data yang akurat, mengaitkan fakta dan
argumen, menulis yang kuat dan tidak dapat ditangguhkan, serta menyusun teks sesuai
dengan kaidah penulisan.

Daftar Pustaka

Barus, Darmina Pratiwi. 2016. Hubungan Kemampuan Berpikir Kritis Dengan Kemampuan
Menulis Teks Berita Pada Siswa Kelas Ix Smp Negeri 6 Percut Sei Tuan Tahun
Pembelajaran 2015/2016.

Hayati, Cucu. 2018. Penerapan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Menulis
Teks Anekdot Berorientasi Sense Of Humor Melalui Media Karikatur Pada Siswa Smk Kelas
X. Wistara, Vol. 1 (2).

Sari, Tia Puspita, dkk. 2019. Hubungan Kemampuan Berpikir Kritis dengan Kemampuan
Menulis Teks Editorial Siswa Kelas XII. Jurnal Pendidikan: Vol. 4 (1 ).

Argiandin, Septian Refvinda. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dan Kebiasaan Membaca
Untuk Bekal Menulis Karya Ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai