Anda di halaman 1dari 16

CRITICAL BOOK REVIEW

AGAMA KATHOLIK

Dosen Pengampu :

Yakobus Ndona, SS.,M.Hum

Disusun Oleh:

Tresia Anggraini Malau (2191111017)

Reguler C 2019

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
DESEMBER 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah Yang maha kuasa, atas berkat rahmat dan
karunia-Nya, sehingga Kami masih diberikan kesempatan menyelesaikan makalah critical book
ini dengan baik.

Terima kasih kepada bapak dosen Yakobus Ndona, SS.,M.Hum.,yang telah memberikan
bimbingan dan arahan yang baik dalam mengerjakan makalah ini dan juga telah memberikan
kesempatan dan kepercayaan kepada saya dalam menulis makalah ini. Terimakasih juga kepada
teman yang turut membantu pembuatan makalah ini.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih terdapat banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik serta saran yang
membangun guna menyempurnakan tugas ini dan dapat menjadi acuan dalam menyusun tugas-
tugas selanjutnya. Terima kasih.

Samosir, Desember 2020

Tresia Malau

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR ....................................................................... 1

1.2 Tujuan Penulisan CBR ................................................................................... 1

1.3 Manfaat CBR ................................................................................................. 1

1.4 Identitas Buku ................................................................................................ 2

BAB II RINGKASAN ISI BUKU ................................................................................ 6


2.1 ringkasan buku utama ..................................................................................... 6

2.2 ringkasan buku pembanding ........................................................................... 6

BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................... 10

3.1 Kelebihan Dan Kekurangan ...................................................................... 10

BAB IV PENUTUP ................................................................................................... 12

4.1 Kesimpulan .................................................................................................. 12

4.2 Saran ........................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 RASIONALISASI PENTINGNYA CBR


Keterampilan membuat CBR pada penulis dapat menguji kemampuan dalam meringkas
dan menganalisi sebuah buku serta mengetahui apa-apa saja yang di bahas di dalam buku yang
dianalisis dengan buku yang lainnya, mengenal dan memberi nilai serta mengkritik sebuah karya
tulis yang dianalisis. Seringkali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan
pahami, terkadang kita hanya memilih satu buku untuk dibaca tetapi hasilnya masih belum
memuaskan misalnya dari segi analisis bahasa dan pembahasan, oleh karena itu penulis membuat
CBR agama Katolik ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi terkhusus
pada pokok materi.

1.2 TUJUAN PENULISAN CBR

1. Untuk mengkritisi dua buku agama Katolik yang telah dipilih oleh penulis.

2. Untuk memenuhi tugas mata kuliah agama Katolik di perguruan tinggi

3. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan buku yang direview oleh penulis.

1.3 MANFAAT
1. Sebagai sarana untuk memperluas pengetahuan mahasiswa tentang agama Katolik.
2. Untuk melatih keterampilan siswa dalam mengkritisi dan menganalisis buku.

1.4 IDENTITAS BUKU YANG DIREVIEW


1.4.1 Identitas Buku Utama

Judul buku : Jejak Tuhan Di Tanah Keo

Penulis : Yakobus Ndona

Cetakan : Pertama

Penerbit : Kepel Press Puri Arsita A-6, Jl. Kalimantan, Ringroad Utara, Yogyakarta

1
ISBN : 978-602-356-232-9

Tahun Terbit : 2019

1.4.1 Identitas Buku Pembanding

Judul buku : PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK untuk Perguruan Tinggi

Penulis : Unknown

Cetakan : Pertama

Penerbit : Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset,


Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2016

2
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

2.1 RINGKASAN BUKU UTAMA

BAB I BEREKSISTENSI DALAM TUHAN

Dalam bab I ini membahas mengenai Bereksistensi Dalam Tuhan. Manusia, dari kodratnya
mendambakan eksistensi atau kesejatian diri. Kesejatian ini tidak dapat dicapai dari diri manusia
sendiri. Kesejatian hanya dapat dicapai dari luar, yakni dalam relasi dengan Tuhan, yang absolut
dan tidak terbatas. Tuhan bersifat transenden, tidak dapat dijangkau oleh manusia. Perjumpaan
dengan Tuhan hanya terjadi lewat simbol-simbol. Fenomena realitas merupakan simbol-simbol
asli yang menggemakan suara bahasa Tuhan. Manusia harus membaca fenomena realitas untuk
menemukan suara Tuhan. Pengalaman perjumpaan dengan suara Tuhan dalam fenomena realitas
merupakan pengalaman pewahyuan yang selalu bersifat personal dan unik. Pengalaman-
pengalaman itu tidak dapat dirumuskan dalam bahasa rasional spekulatif, dan hanya dapat
diterjemahkan ke dalam simbol-simbol baru, yang menjadi objek-objek kebudayaan. Objek-
objek kebudayaan, dalam berbagai bentuk, karena menerjemahkan pengalaman mistik
pewahyuan, memiliki elemen-elemen keilahian. Manusia, melalui langkah penafsiran dapat
menemukan suara Tuhan dalam objek-objek budaya sebagai penerangan bagi hidup. Manusia,
dalam kebebasan dapat memilih jalan Tuhan untuk mewujudkan kesejatian diri.

BAB II MASYARAKAT ADAT JAWAWAWO-KEO TENGAH

Pada bab kedua yaitu masyarakat adat jawawawo-keo tengah. dalam bab ini di bahas
mengenai Kampung Jawawawo, secara administratif pemerintahan berada di wilayah Desa
Kotowuji Timur, Kecamatan Keo Tengah, Kabupaten Nagekeo, Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Mulai dari sejarah etnis dan hal lainya. Masyarakat Jawawawo memiliki keterikatan dengan adat.
Sistem adat dengan seluruh detail, bagi masyarakat Jawawawo dan komunitas-komunitas adat
Keo, berasal dari penetapan leluhur (pata pede pu’u embu ta wedu).

Jawawawo tidak hanya sekedar sebuah kampung, tetapi kampung induk atau nua pu’u dari
sebuah masyarakat adat. Jawawawo sebagai masyarakat adat memiliki identitas tersendiri,
seperti tampak dalam ruang lingkup kosmos, orientasi ruang, sistem dan otonomi adat, serta

3
monumen-monumen adat. Keberadaan Jawawawo sebagai masyarakat adat yang otonom paling
tegas ditandai dengan keberadaan Peo dan en’nda di pusat kampung induk Jawawawo.

BAB III PEO - TONGGAK PERSATUAN MASYARAKAT ADAT JAWAWAWO

Pada bab ini membahas mengenai peo - tonggak persatuan masyarakat adat jawawawo.
Dimana Peo merupakan monumen utama di kampung induk Jawawawo. Peo Jawawawo, dari
aspek fisik termasuk jenis Peo kayu, dan berpasangan (Peo fai dan Peo aki). Masyarakat
Jawawawo memaknai Peo sebagai poros persatuan masyarakat adat. Persatuan itu meliputi
tanah, klan-klan dan seluruh elemen masyarakat adat. Persatuan pada Peo memiliki dimensi
metafisik karena berpusat kehadiran leluhur yang menguasai, menyatukan dan menjunjung
tanah, serta menempatkan pada perhubungan dengan keilahian tertinggi, Ngga’e Mbapo. Peo
menjadi poros perhubungan multi dimensi, yang menghubungkan seluruh elemen masyarakat
lintas generasi, antar periode waktu dan wilayah kosmos.

BAB IV PEWAHYUAN PADA PEO JAWAWAWO

Dalam bab ini penulis membahas mengenai pewahyuan pada peo jawawawo. Peo dapat
dikatakan merupakan simbol pewahyuan. Peo adalah simbol yang menerjemahkan pengalaman
mistik pewahyuan dalam objek fisik. Peo, sebagai simbol terjemahan merupakan akses menuju
pewahyuan asli dan suara Tuhan. Peo termasuk simbol dalam kategori seni. Peo
memonumenkan pengalaman mistik pewahyuan dalam seni pahat atau seni patung. Peo memiliki
keunggulan, karena tidak hanya mewahyukan keilahian, tetapi menyatukan elemen-elemen lain
pada budaya Keo dalam kenyataan ilahi sehingga berdaya pewahyuan. Peo memberi daya
kepada elemen-elemen lain pada budaya yang hampir terlupakan untuk bersuara kembali.

Pewahyuan dalam Peo menggunakan model penggambaran atau pencitraan. Model


penggambaran keilahian dalam Peo termasuk gambar atau cita universal. Model penggambaran
ini menggunakan gambar abstrak dengan tetap menyertakan aspek sejarah. Gambar abstrak
tampak dalam struktur dasar Peo, dan aspek sejarah tampak dalam ritual-ritual (naro dan bhea).
Gambar abstrak memberi struktur dasar, sedangkan aspek sejarah merupakan pengembangan
kemudian yang memberi ciri khusus Peo Jawawawo.

Penggambaran dalam Peo menggunakan tiga teknik dasar, yakni asosiatif, metafora dan
polaritas. Teknik-teknik penggambaran ini digunakan untuk menerjemahkan dimensi-dimensi

4
keilahian dalam fenomena realitas. Leluhur masyarakat Jawawawo, lewat teknik penggambaran
ini memformulasikan dimensi kebapaan dari keilahian Ngga’e Mbapo yang dimanifestasikan
oleh fenomena langit, dan dimensi keibuhan-Nya yang dimanifestasikan oleh fenomena bumi.
Struktur Peo fai dan Peo aki menggambarkan penyatuan seluruh dimensi keilahian Ngga’e
Mbapo lewat relasi matrimonial, yang menjamin eksistensi dan keberlangsungan hidup di atas
bumi.

BAB V WAJAH TUHAN YANG DIWAHYUKAN PADA PEO JAWAWAWO

Dalam tema ini Peo Ngga’e Mbapo sebagai tumpuan eksistensi. Interpretasi dan refleksi
terhadap simbolisme Peo memperlihatkan bahwa tonggak persatuan masyarakat adat Jawawawo
ini tidak hanya merupakan sebuah simbol, tetapi simbol yang memberi daya pewahyuan kepada
simbol-simbol lain dan menyatukan dalam kenyataan ilahi. Peo menggambarkan bahwa setiap
unsur realitas, sejarah dan budaya saling berkaitan dan mewahyukan elemen-elemen dari
keilahian yang sama, Ngga’e Mbapo, Tuhan yang mengatasi langit dan mendasari bumi, serta
menyelimuti seluruh wilayah kosmos dan berperan dalam kehidupan. Peo menggambarkan
bahwa asas dasariah dan sumber sejati dari kehidupan dan segala realitas adalah Ngga’e Mbapo.

Pemahaman eksistensi dalam masyarakat adat Jawawawo, tentu tidak persis sama dengan
gambaran eksistensi Jaspers yang lebih menekankan kebebasan individu dalam mewujudkan diri
(Jaspers, 1970: 155). Eksistensi, bagi masyarakat Jawawawo lebih merupakan keberadaan dan
keberlangsungan hidup. Keberadaan dan keberlangsungan hidup, bagi orang Jawawawo hanya
dapat diraih dalam relasi dengan sumber atau asal. Penekanan pada kebenaran primordial,
keberadaan dalam struktur klan, komunitas dan kosmos menggambarkan bahwa posisi (wadah)
asal merupakan tumpuan keberadaan. Ngga’e Mbapo adalah asal dasariah dan sumber sejati
kehidupan, karena itu, keberadaan sejati hanya dapat diraih dapat perhubungan yang tetap
dengan Ngga’e Mbapo. Eksistensi, bagi masyarakat adat Jawawawo dapat dikatakan eksistensi
relasional, tepatnya relasional transendental. Manusia Jawawawo, dalam meraih keberadaan,
seperti melangkah dengan bertumpu ke belakang.

5
2.2 RINGKASAN BUKU PEMBANDING

Buku ini membahas 4 pokok penting dalam 5 bab dan merupakan proses pergumulan
hidup beriman seorang Katolik. Di bawah ini reviewer akan memberikan ulasan sinkat setiap bab
dari buku yang dipilih untuk di review.

BAB I PANGGILAN HIDUP MANUSIA MENURUT KITAB SUCI

Dalam Bab I ini, materi yang dibahas yaitutentang panggilan hidup manusia menurut
Kitab Suci. Panggilan, tugas, dan perutusan manusia sebagai citra Allah yang tertuang dalam
Kitab Kejadian (Kej. 1: 26-31) yaitu bahwa Allah menciptakan manusia secitra dan segambar
dengan Allah. Dengan tujuan agar mahasiswa semakin menghayati hidupnya sebagai citra Allah.
Dilembar awal bab ini, dicantumkan sebuah studi kasus tentang kebakaran sebagai pembukaan
agar mhasiswa memahami jati dirinya. Sebagai kesimpulan, bab ini menyatakan bahwa manusia
adalah citra Allah yang melebihi seluruh alam sekitarnya. Dengan cara yang berbeda dan unik,
setiap orang mencerminkan kemahamuliaan Ilahi. Setiap orang adalah istimewa dan tidak
tergantikan. Manusia dipanggil untuk hidup dalam persekutuan dengan Allah Bapa berkat wafat
dan kebangkitan Kristus, yang memanggil kita untuk lahir kembali sebagai anak Allah.Dan
sejatinya, manusia menjadi berharga karena manusia memiliki harga diri baru sehingga
hidupnya bernilai. Memperhatikan keprihatinan yang terjadi di masyarakat mengenai
pelanggaran terhadap hak asasi manusia, Konsili menekankan sikap hormat kepada manusia,
sehingga setiap orang wajib memandang sesamanya, tidak seorang pun terkecualikan, sebagai
dirinya yang lain, terutama mengindahkan perihidup mereka beserta upaya-upaya yang mereka
butuhkan untuk hidup secara layak.

BAB II RELASI MANUSIA DENGAN DIRI SENDIRI, SESAMA, LINGKUNGAN, DAN


TUHAN

Dalam Bab II ini dibahas sikap dan perilaku dalam membangun relasi dengan diri sendiri,
sesama, lingkungan, dan Tuhan dengan terbuka dan jujur. Beriman dan beragama merupakan
dua tema penting yang seringkali disamakan. Orang beragama sering dianggap orang yang
beriman walaupun dalam kehidupan sehari-hari umat beragama seringkali jatuh pada formalisme
agama; beragama dilihat hanya sekedar menjalankan syariah dan ritual keagaman. Bab kedua ini
dibuka dengan sebuah ilustrasi tentang kehidupan seorang pastor sebagai refleksi diri bagi

6
mahasiswa untuk membangun relasi dengan dirinya sendiri, sesama, lingkungan dan Tuhan.
Membangun relasi dengan diri sendiri, sesama, lingkungan, dan Tuhan membutuhkan hati nurani
sebagai pedoman. Hati nurani menyuarakan tuntutan mutlak untuk selalu memilih yang baik dan
menolak yang buruk. Itu berarti tidak lain bahwa dalam hati nurani Anda bertemu dengan
realitas mutlak yang menuntut Anda memperhatikan Anda, dan Anda merasa malu apabila Anda
mengelak dari tuntutannya. Karena sejatinya, Manusia diberikan kemampuan untuk bertindak
bijaksana dalam mengatasi persoalan dasar yang sulit, tidak hanya sekedar menggunakan
kemampuan berpikir rasional-intelektual semata. Kebijaksanaan membuat seseorang terhindar
dari membuat kesalahan dalam memutuskan atau melakukan sesuatu. Kebijaksanaan tidak
sekedar memerlukan olah pikiran atau kecerdasan intelektual tetapi terutama olah hati yang
merupakan access point Anda kepada the highher knowledge, yaitu kepada Tuhan sendiri.
Kecerdasan spiritual membimbing Anda meraih kedamaian (peace), merasakan keamanan
(secure), penuh cinta (loved), dan bahagia (happy). Seugianya seluruh agama didunia adalah
usaha untuk menemukan kerinduan hati manusia dengan cara beraneka ragam, yaitu dalam
mengemukakan jalan yang terdiri dari kaidah-kaidah kelakuan dan upacara suci, ajaran. Agama
bukan merupakan tujuan terakhir dari kecenderungan rohani manusia, melainkan jalan ke tujuan
hidup manusia, yaitu Tuhan.

BAB III AGAMA DAN IMAN DIHIDUPI DALAM PLURALITAS

Tema iman dan agama dibahas dalam Bab III. Namun di bab ini, sebelum masalah iman
dan agama diulas, terlebih dahulu diuraikan macam-macam pengalaman religius dan iman,
pengertian dan motivasi beragama. Dalam pendidikan agama Katolik dibahas pluralitas agar
mahasiswa semakin terbuka berdialog dan membangun kerukunan antarumat beragama dan
kerjasama untuk menanggapi masalah-masalah aktual dewasa ini. Dalam hal hidup beriman kita
dapat saling memperkaya, walaupun kita berbeda agama. Ada banyak ajaran iman yang sama,
ada banyak visi dan misi agama kita yang sama. Lebih dari itu, semua ternyata kita mempunyai
perjuangan yang sama dalam menghayati ajaran iman kita, dan dalam hal ini kita dapat saling
belajar, saling meneguhkan dan saling memperkaya. Sebagai umat katolik, kita dapat
memberikan kesaksian iman kita tentang bagaimana kita menghayati nilai-nilai injili seperti:
cinta kasih, solidaritas, pengampunan, permaafan, kebenaran, kejujuran, perdamaian dsb.
Sebagaimana Konsili Vatikan II (Nostra Aetatae” no. 1 dan 2) mengajarkan bahwa kita

7
hendaknya menghormati agama-agama dan kepercayaan lain, sebab dalam agama-agama itu
terdapat pula kebenaran dan keselamatan. Kita hendaknya berusaha dan bersatu dalam
persaudaraan yang sejati demi kesejahteraan, dan keselamatan manusia seluruhnya. Kita perlu
aktif membangun dialog manusiawi antarsesama manusia untuk menciptakan kerukunan hidup
sebagai sesama manusia.

BAB IV YESUS KRISTUS

Tema tentang Yesus Kristus dibahas dalam Bab IV dan merupakan tema sentral yang
memberikan roh dalam seluruh bab dalam buku ini. Siapa dan bagaimana Yesus Kristus
mewartakan Kerajaan Allah dibahas dengan bersumber pada Kitab Suci. Mahasiswa diharapkan
dapat memahami makna wafat dan kebangkitan Yesus Kristus sebagai penyelamat dunia.
Konsep Tritunggal dibahas sebagai satu kesatuan integral (mencipta, menyelamatkan, dan
memelihara) dengan membandingkan konsep Tritunggal Maha Kudus dalam relasi sesama
manusia di tengah masyarakat untuk mengembangkan perilaku jujur, peduli, cinta damai sebagai
bagian dari cerminan murid Yesus. Gereja hadir di tengah dunia untuk mewujudkan visi dan misi
Yesus Kristus mewartakan Kerajaan Allah. Dalam perjalanan hidup-Nya, Yesus juga tidak luput
dari penderitaan bahkan sampai wafat di kayu salib. Makna penderitaan yang dialami oleh Yesus
pertama-tama merupakan konsekuensi dari tugas perutusan-Nya untuk melaksanakan kehendak

juga diajak untuk selalu meneladani sikap Yesus dalam menghadapi penderitaan dan kematian
yaitu bersikap tabah dan taat penuh pada kehendak Tuhan melalui doa dan melalui penyerahan
diri sepenuhnya kepada Penyelenggaraan Ilahi.

BAB V GEREJA DAN IMAN YANG MEMASYARAKAT

Dalam Bab V dibahas asal-usul dan dinamika hidup Gereja sebagai karya Roh Kudus dan
usaha manusia sehingga mahasiswa dapat memahami hakikat Gereja sebagai persekutuan umat
Allah. Model-model Gereja dan tugas perutusannya serta masalah-masalah sosial di tengah
masyarakat dianalisis dalam perspektif Ajaran Sosial Gereja sehingga mahasiswa semakin aktif
terlibat dalam kehidupan menggereja di tengah masyarakat. Gereja ada bukan untuk dirinya
sendiri, tetapi untuk melayani sesamanya. Gereja punya sifat satu, kudus, Katolik, dan apostolik
sebagaimana termuat dalam doa aku percaya. Gereja mempunyai 5 tugas yang luhur yakni: 1)
Liturgia ( menguduskan) 2) Kerigma ( mewartakan kabar baik kepada sesamanya) 3) Koinonia

8
(persekutu sama dengan yang lainnya) 4) Diakonia (melayani) 5) Martiria (memberi
kesaksian)Anggota Gereja terdiri dari kaum tertahbis (hirarki), biarawan-biarawati, dan kaum
awam dan semuanya punya martabat yang sama, hanya tugas dari masing-masing yang berbeda.

9
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kelebihan dan Kekurangan Buku

Melalui ringkasan per bab yang telah dilakukan, dengan kata lain mengambil poin
penting serta mengamati buku melalui sistem penjabaran materi, penyusunan, serta keterkaitan
sub-topik dengan judul. Penulis menemukan beberapa kesimpulan hal-hal yang sudah dijelaskan
kedua buku sebelumnya. Tentunya terdapat kekurangan dan kelebihan yang ditemukan setelah
merivew kedua buku ini. Bahasan yang pertama yakni kekurangan buku.. Untuk kekurangan
buku utama yaitu penggunaan kosa kata yang cukup sulit di mengerti mengingat dalam buku
utama ini penulis banyak menggunakan bahsa daerah yaitu masyarakat Jawawawo. sehingga
cukup membuat pembaca merasa sulit untuk memahaminya.

Untuk buku pembanding, meskipun pembahasan materi secara luas akan menambah wawasan
pembaca, namun menurut reviewer hal ini juga akan berpengaruh kurang baik bagi pembca
karena akan kesulitan dalam mengingat intisari darri buku ini karena cakupan sub materi yang
luas. Hal ini memang tidak selamanya akan menjadi kelemahan sebuah buku, tergantung
pembaca hal ini menjadi kelemahan atau bahkan kelebihan si buku.

Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya pemaparan materi yang luas juga bisa
merupakan kelebihan dari buku, apalagi pada buku ini penjababaran materi pada setiap topic
yang dibahas buku. Poin tersebut akan dijelaskan. Selain itu, Pada buku-buku yang telah
direview oleh penulis, buku tersebut memiliki pendahuluan dan hal itu merupakan kelebihan
yang dimiliki kedua buku tersebut karena berfungsi sebgai bekal awal pembaca untuk memahami
ilmu atau pemahaman apa yang akan diperoleh setelah membaca buku ini.
Berkaitan dengan gaya pemaparan isi materi, reviewer menemukan bahwa penjabaran
dari kedua buku ini secara garis besar, materi dikemas secara sederhana namun memcakup
penjelasan yang rinci dan jelas . Selain itu, Semua sub tema maupun sub poin yang dicantumkan
di dalam kedua buku ini juga berkaitan dengan topic yang dibahas dan tidak keluar alur. Dibuku
ini juga menjelaskan pembahasan yang berkaitan dengan pembentukan karakter pembaca melalui
ayat Alkitab dan lebih menyadari tentang keberadaan Allah didalam kehiupan manusia yang
berorietasi pada kehidupan sekarang dan akan datang.

10
Pada aspek layout dan tata letak penulisan pada buku utama dan pembanding ini.
Terdapat kalimat yang bercetak tebal yang merupakan inti pembahasan dan bercetak miring
Pemilihan jenis, fontnya sudah bagus. Pada aspek tampilan, buku ini menggunakan Cover yang
lebih berwarna dan menarik sehingga menurut reviewer secara pribadi kemungkinan pembaca
akan tertarik untuk membaca buku ini Poin lain yang menurut reviewer yang termasuk kelebihan
buku ini yaitu setiap bab di buku ini memiliki Kesimpulan yang menjadi aspek penting dalam
menjelaskan materi pada buku. Karena, Kesimpulan dapat menjelaskan semua materi padaisi
buku menjadi satu dan kesimpulan merupakan membantu pembaca dalam meringkas isi materi
pada buku.

11
BAB IV

PENUTUP

4..1. Kesimpulan

Dalam resume pada makalah ini maka saya dapat menyimpulklan bahwa manusia
semakin diharapkan untuk memiliki pemahaman yang cukup agama dan fungsinya dalam
kehisupan manusia. Mahasiswa juga dituntut lebih kritis lagi menganalisis buku terkhususnya
dalam bidang agama dimana sangat erat kaitannya dalam kehidupan.

Penulis menyadari bahwa kajian review yang telah kami lakukan ini tidak terlepas dari
kekurangan, seperti halnya pepatah yang mengatakan, “tak ada gading yang tak retak, tak ada
satupun manusia yang sempurna.” Maka saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca
sangat kami harapkan sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi untuk kedepannya lebih baik.
Akhirnya, semoga kajian ini memberikan manfaat bagi pembaca dalam menambah wawasan
dalam keilmuan tentang pengkajian sebuah jurnal.

4.2. Saran

Buku ini sebenarnya sudah dikemas dengan baik dan sudah mengandung cakupan materi
yang lengkap. Namun, menurut saya, perlu digunakan aspek pendukung lain seperti tabel,
diagram maupun gambar sehingga pembaca lebih mudah membayangkan secara langsung.
Ditambah lagi, ada baiknya jika buku menyajikan lebih banyak contoh pada setiap poin yang
dipaparkan. Bagi para pembaca penulis berharap bahwa kedepannya, dapat
mengimplementasikan hasil pemahaman dari review buku dengan baik sehingga menjadi
pemuda yang membawa garam dan terang dunia

12
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan


Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. 2016. PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta

Ndona, Yakobus. 2019. JEJAK TUHAN DI TANAH KEO. Kepel Press.Yogyakarta

13

Anda mungkin juga menyukai