Anda di halaman 1dari 4

PADAMU JUA

Karya Amir Hamzah

Habis kikis

Segala cintaku hilang terbang

Pulang kembali aku padamu

Seperti dahulu

Kaulah kandil kemerlap

Pelita jendela di malam gelap

Melambai pulang perlahan

Sabar, setia selalu

Satu kekasihku

Aku manusia

Punya rasa

Rindu rupa

Di mana engkau

Rupa tiada

Suara sayup

Hanya kata merangkai hati

Engkau cemburu

Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu

Bertukar tangkap dengan lepas

Nanar aku gila sasar

Sayang berulang padamu jua

Engkau pelik menusuk ingin

Serupa dara di balik tirai

Kasihmu sunyi

Menunggu seorang diri

Lalu waktu – bukan giliranku

Matahari – bukan kawanku

Padamu Jua adalah puisi yang mengisahkan tentang pertemuan dua orang kekasih yang telah lama
terpisah, yaitu antara aku lirik dengan kekasihnya. Puisi ini banyak menggunakan bahasa simbol dengan
konotasi positif, seperti kandil, pelita, sabar, setia, dara. Selain itu banyak juga digunakan kata-kata
berkonotasi negatif, seperti kikis, hilang, cemburu, ganas, cakar, lepas, nanar, sasar, sunyi. Kata-kata
tersebut dapat membantu kita untuk memahami maksud dari puisi tersebut. Oleh karena itu, dapat
dipahami bahwa pertemuan yang dimaksud adalah pertemuan yang abadi, yaitu setelah kematian aku
lirik. Sedangkan kekasih yang dimaksud adalah Tuhan aku lirik yang selalu mencintainya walupun aku
lirik telah berpaling dari-Nya.

Adapun analisis puisi “Padamu Jua” karya Amir Hamzah berdasarkan batin puisi adalah sebagai berikut:

a. Tema

Jika dilihat dari isi puisi yang tercantum dalam setiap baitnya tersebut bertemakan ketuhanan dan cinta.
Akan tetapi dalam puisi tersebut bukan menggambarkan perasaan cinta saja, melainkan puisi tersebut
juga menggambarkan kasih sayang serta kesetiaan, kesabaran,

Habis kikis

Segala cintaku hilang terbang

Pulang kembali aku padamu


Seperti dahulu

Kaulah kandil kemerlap

Pelita jendela di malam gelap

Melambai pulang perlahan

Sabar, setia selalu

Penyair puisi (Amir Hamzah) menggambarkan sebuah penantian terhadap seseorang yang pernah
menjadi kekasihnya dan berharap untuk kembali lagi padanya.

b. Nada dan Suasana

Bait terakhir puisi tersebut terkesan menyedihkan, karena mempunyai makna tentang penantian dan
kesetiaan terhadap kekesihnya yang pergi meninggalkan (engkau) hanya untuk mencari kekasihh baru.
Meskipun demikian (si engkau) tetap berharap bahwa kekasihnya akan kembali kepadanya lagi.

Kasihmu sunyi

Menunggu seorang diri

Lalu waktu – bukan giliranku

Matahari– bukan kawanku

c. Makna dan Rasa

Gambaran makna dan rasa pada puisi “Padamu Jua”, dapat disimpulkan bahwa “aku” merasakan bahwa
ia tidak dapat menghindar dari kekasihnya, yakni Tuhannya. Bait tersebut menandakan bahwa cinta
kekasih aku dalam puisi tersebut tidak kikis oleh masa dan hilang terbang kemana, melainkan
menandakan bahwa cintanya tak dapat berubah, kata seperti dahulu menguatkan keteguhan cinta
kekasih aku. Pulang kembali aku padamu menggambarkan bahwa “aku” tidak dapat menghindar dari
kekasihnya. Sedangkan untuk bait kedua melukiskan bagaimana ketulusan cinta kasih yang diberikan
kepada kekasihnya.

d. Amanat

Amanat yang terkandung dalam puisi “Padamu Jua” adalah bahwa sebesar apapun cintamu kepada
sesama manusia dapat hilang dan sirna, sedangkan Tuhan adalah Sang Pencinta abadi terhadap semua
makhluk-Nya. Untuk itu jangan pernah melupakan cinta kepada Tuhan.

Puisi “Padamu Jua” merupakan sebuah ekspresif manusia akan kekecewaan duniawi. Ini memberikan
pelajaran kita bahwa tidak selamanya dunia memberikan kebahagiaan. Hanya kepada Tuhannya kita
dapat merasakan cinta sebenarnya, dan hanya Dialah yang setia, menunggu dengan sabar. Tuhanlah
yang dapat memberikan cahaya pada jalan yang gelap dan hanya Dialah yang dapat mencerahi hati
orang-orang. Jadi, ketika kita mengalami kekecewaan, cobalah mendekat kepada Tuhan. Mungkin
kekecewaan itu akan berkurang.

Anda mungkin juga menyukai