Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS NASKAH DARAMA BULAN BUJUR SANGKAR KARYA

IWAN SIMATUPANG: KAJIAN STRUKTRALISME GENETIK


Mildawati
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Sastra
Universitas Negeri Makassar
Email: mildawatii25@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur tokoh, peran, karakter, alur, latar, tema,
dan amanat yang terdapat dalam naskah drama Bulan Bujur Sangkar. Jenis penelitian ini adalah
penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa naskah
drama ini memiliki empat tokoh simbolis. Tokoh-tokoh tersebut memiliki peran dan karakternya
masing-masing. Alur yang digunakan adalah alur maju. Latar drama terdiri atas tempat, waktu,
suasana, dan sosial. Bahasa yang digunakan mudah dipahami. Naskah drama ini bertema tentang
orang tua yang memiliki rasa keputusasaan yang ahli dalam ilmu filsafat.
Kata Kunci: Strukturalisme genetic, tokoh, tema, alur

PENDAHULUAN
Sastra merupakan hasil kreativitas manusia yang mengandung unsur-unsur estetis, juga
memiliki nilai-nilai kehidupan. Hal itu sesuai dengan pendapat Rusyana (1992, hlm. 7-8), yang
memaparkan bahwa sastra merupakan kegiatan kreatif, kegiatan menciptakan, dan kegiatan seni.
Dalam karya sastra, pengarang mengolah unsurunsur estetis menggunakan media bahasa untuk
mengungkapkan rasa. (Nurlaily, 2018. hlm. 146).
Sastra merupakan “gejala sosial”, artinya sastra ditulis dalam periode yang jelas
berhubungan dengan norma adatistiadat jaman tersebut. Karya sastra memiliki beberapa struktur
yang bersistem, berkaitan, dan saling menentukan satu sama lain. Unsur-unsur tersebut adalah
unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra
dari dalam atau karya itu sendiri, sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun
karya sastra dari luar Unsur intrinsik drama, meliputi: 1) tokoh, peran, dan karakter; 2) motif,
peristiwa, konflik, dan alur; 3) latar dan ruang; 4) penggunaan bahasa; 5) tema dan amanat
(Hasanuddin W.S., 1996). Tokoh merujuk pada orang atau pelaku cerita, sedangkan watak dan
karakter merujuk pada sifat dan sikap para tokoh dan lebih merujuk pada kualitas pribadi seorang
tokoh (Nurgiyantoro, 1994: 165). Konflik adalah sesuatu dramatik, mengacu pada pertarungan
antara dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan.
Sedangkan drama adalah karya sastra yang memperlihatkan cerita atau pertunjukan
melalui dialog. Menurut Sumardjo (1997, hal. 128), drama adalah karya sastra yang ditulis dalam
bentuk dialog untuk pertunjukan oleh beberapa aktor. Menurut Tarsinih (2016, hal. 40), drama
didefinisikan sebagai 1) komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan
kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan, 2) cerita atau
kisah, terutama yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan
teater, dan 3) kejadian yang menyedihkan.
Menurut Hasanudin (1996, hal 1) drama sebagai salah satu genre sastra modern
mempunyai dua dimensi karakter yaitu sebagai genre sastra dan genre seni lakon, seni peran,
serta seni pertunjukan. Naskah drama yang merupakan genre sastra tentunya merupakan hasil
karya cipta dan kreativitas manusia yang menjadi bagian dari seni, seni tentunya mempunyai
unsur keindahan. Unsur keindahan dalam naskah drama merupakan imaji-imaji yang diadaptasi
dari kehidupan manusia. Hal ini sesuai dengan Tambajong (dalam Darisman, 2015, hal. 1) yang
menyebutkan bahwa naskah drama merupakan hasil dari kontemplasi akal dan perasaan
pengarang dalam menghadapi kehidupan yang nyata. Sebagai hasil karya cipta dan kreativitas
manusia, di sekolah diajarkan mengenai pengajaran drama.
Pengajaran drama di sekolah bisa menjadi media yang efektif untuk menanamkan nilai-
nilai yang ada kaitanya dengan aspek kehidupan. Sejalan dengan Yasid (2012, hal. 51) yang
mengatakan bahwa pengajaran drama dalam dunia pendidikan akan menjadi salah satu media
membangun karakter baik bagi peserta didik. Paradigma pengajaran drama yang selama ini
masih dalam tataran ranah kognitif, yang menyebabkan siswa kurang suka dalam pengajaran
drama, harus ada bahan ajar yang bisa menarik minat siswa dalam pengajaran drama. Guru harus
memilih bahan ajar sesuai dengan kriteria siswa supaya tujuan pengajaran drama yang penuh
dengan nilai-nilai bisa tercapai. Bahan pengajaran diharapkan bisa member kontibusi dalam
mencapai nilai yang tinggi melalui budaya lokal dalam bentuk naskah drama, selain itu bahan
ajar yang menarik juga bisa membangun lagi minat siswa supaya lebih kreatif dalam
pembelajaran drama.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan peneliti adalah metode kajian pustaka dengan menerapkan
metode kualitatif Teknik penulisan adalah deskriptif kualitatif, yang memaparkan pembahasan
berdasarkan karya sastra. Metode kualitatif memberikan perhatian terhadap data alamiah dalam
hubungannya dengan konteks keberadaannya.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakkukan dengan Teknik baca, Teknik
simak dilakukan dengan mempelajari kembali, dan Teknik catat ini dilakukan dengan mencatat
data yang telah diidentifikasi sebelumnya untuk kemudian diolah dalam penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data dalam naskah drama “Bulan Bujur Sangkar” karya Iwan
Simatupang akan dijelaskan seperti di bawah ini. Struktur Naskah Drama “Bulan Bujur Sangkar”
Struktur yang dianalisis dalam penelitian ini menggunakan teori Robert Stanton yang meliputi
tema, fakta cerita (alur, pelaku, dan latar), dan sarana sastra (sudut pandang dan gaya basa)
1. Tema
Tema yang saya dapatkan dari naskah drama ini adalah bagaimana pemikiran
orang masa kini yang hanya memikirkan logika tanpa melihat realita yang terjadi.
2. Struktur Dramatik
a. Eksposisi
Pengenalan dalam cerita ini dimulai ketika laki-laki tua yang sedang sibuk
menyiapkan tiang gantungan, tiba-tiba seorang pemuda datang. Awalnya mereka
bertikai dalam sebuah percakapan, tetapi pertikaian itu tidak berlangsung lama. Di
ujung percakapan, akhirnya pemuda itu pergi meninggalkan si orang tua dan cerita
berlanjut dengan datangnya tokoh ketiga yaitu perempuan yang mencari kekasihnya.
b.    Komplikasi
Komplikasi atau permasalahan awal yang muncul dalam cerita ini dimulai
ketika seorang pria datang menemui lelaki tua dan menuduh lelaki tua sebagai
mata-mata. Dari situlah terjadi perdebatan panjang antara tokoh pemuda dan laki-
laki tua mengenai kehidupan.
c.    Klimaks
Puncak klimaks yang terjadi dalam cerita ini ketika laki-laki tua jatuh hati
pada si perempuan, tetapi tokoh perempuan kecewa terhadap laki-laki tua, karena
pria yang tergantung itu adalah tunangannya yang selama ini ia cari. Kekecewaan
itu dilampiaskan dengan menuduh laki-laki tua sebagai pembunuhnya.
d.    Resolusi
Akhir dari cerita ini adalah kematian para tokoh utama yang dibuat
membingungkan.  Laki-laki tua yang akhirnya mengakhiri hidupnya karena menganggap
tuganya di dunia ini sudah selesai dan ia pun mati bunuh diri. Sebelum itu ternyata si
perempuan menghabisi nyawanya terlebih dahulu setelah ia melihat tunangannya mati
tergantung di tiang yang dibuat oleh laki-laki tua.
3.  Alur
Alur yang terdapat pada naskah drama ini adalah alur maju. Ceritanya
menceritakan kisah dari awal sampai akhir tanpa kembali ke masa sebelumnya.
4. Tokoh/Penokohan
Tokoh yang terdapat pada naskah drama ini adalah:
a. Orang tua
Sebagai tokoh utama yang digambarkan dengan keputusasaan dan
ketidakberdayaannya menjalani kehidupannya. Sehingga orang tua ini berniat
untuk bunuh diri. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut:
“aku membunuh, oleh sebab itu aku ada. Aku menyumbangkan baba
terakhir pada ilmu filsafat. Hai sarjana-sarjana filsafat, catat ini aku
membunuh, oleh sebab itu aku ada,” sayup-sayup suara serunai. Lagu
rakyat. Amat sangsal. Orang tua mengakhiri hidupnya
b. Perempuan
Perempuan ini adalah pemeran utama kedua setelah kakek. Perempuan ini
mencari suaminya yang sudah lama tidak kembali. Ia berusaha dengan penuh
kesabaran mencari suaminya yang ternyata diketahui sudah dibunuh oleh orang
tua. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut:
“Ia Bapak paksa, Bapak bunuh! Kesimpulan satu-satunya yang dapat
ditarik dari keadaan di sisni,” ucap perempuan.
c. Anak Muda
Tokoh ini merupakan seorang lelaki mudah yang yang bertampan liar,
letih, dan menentang mitraliur. Ia adalah satu-satunya orang yang berani untuk
memnuh orang tua. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut:
“Bapak ingin memaksa saya? Ini membunuh saya namanya. Sedang
rencana Bapak itu bertolak dari kemauan bebas,”
d. Pengembala
Pengembala mmerupakan orang yang pertama kali melihat jasat
perempuan yang bergantungan di pohin, kemudia dia juga adalah orang yang
menurunkan jasad perempuan dari atas pohon lalu memberitahu kepada orang tua.
Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut:
“seorang perempuan menggantung dirinya diatas pohon,” ucap
pengembala kepada orang tua

5. Synopsis
Dalam drama ini menceritakan bagaimana keinginan dan kematian itu sejalan. Apa
yang kita inginkan tidak bisa terlepas dari mati. Kembali saya sebagai pembaca karya
sastra Iwan Simatupang dibuat bingung dan tidak mengerti dari buah pikiran yang
dituangkannya ini. Mungkin itu sesuatu yang wajar bila dilihat dari psikologis pengarang,
kesusastraan Iwan memang bermula dari filsafat ilmu yang selalu memunculkan sesuatu
yang baru. Sesuatu yang lain dan terkadang tak sampai pada akal dan pikiran kita sebagai
pembacanya.

Bagaimana mungkin dan tidak habis pikir, jika menafsirkan melalui judul saja saya
sebagai pembaca dibuat pusing dan tak mengerti. Apakah ada bulan yang berbentuk bujur
sangkar ? Apa maksud dari judul dan kaitannya dengan cerita drama ini. Apa ada bulan
yang berbentuk bujur sangkar, apa sudah berubah bentuk bulan yang bulat menjadi bentuk
bujur sangkar. Apa makna yang terkandung dan ingin disampaikan Iwan dalam judul serta
isi cerita ini. semua pertanyaan apa mengapa, bagaimana dan lainnya akan selalu muncul
jika kita membaca karya-karya pengarang ini, begitu pula karya yang sedang saya analisis
ini yaitu yang berjudul bulan bujur sangkar.

Kisah ini menceritakan tentang tokoh yang bernama orang tua yang selama hidup
akhirnya berhasil mencapai keinginannya membangun tiang gantung sesuai keinginannya
selama ini. Tokoh orang tua menganggap sebuah tiang gatung itu adalah sebuah penentu
awal dan akhir, apakah kita yang akan dimatikan atau mematikan dalam tiang itu. Pada
hari itu datang pula tokoh anak muda yang heran melihat tiang besar itu dan menganggap
orang tua sebagai musuh. Anak muda mencoba membunuhnya, namun tokoh orang tua
mencoba melawan dengan cara meyakinkan dan mempengaruhi pikiran anak muda.
Keinginan anak muda pun sirna ketika ia mendengarkan dan menafsirkan kata-kata yang
terucap dari mulut orang tua, ia menjadi terpengaruhi bahwa kehidupan adalah pilihan
untuk mati dan dimatikan. Dari pengaruh yang telah dilakukannya itu tokoh orang tua
berhasil menghasut dan membuat anak muda menjadi pelengkap dari tiang gantungan
barunya, menjadi akhir kehidupan bagi tokoh anak muda.

Berlanjut ke adegan yang ke-2, setelah terbunuhnya anak muda yang tidak lain
merupakan prajurit perang kemudian datanglah tokoh perempuan yang sedang mencari
kekasihnya, bertemu tokoh orang tua dan bertanya mengenai keberadaan pacarnya. Orang
tua yang tak merasa bersalah menjelaskan keberadaannya bahwa pacarnya telah tiada.
Tokoh perempuan yang tidak bisa menerima keadaan akhirnya bunuh diri dan begitu pula
dengan tokoh orang tua yang juga mengakhiri hidupnya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dari analisis strukutural naskah drama Bulan Bujur Sangkar
Karya Iwan Simatupang, diperoleh simpulan sebagai berikut. 1) Naskah drama Bulan Bujur
Sangkar memiliki empat tokoh simbolis beserta karakternya masing-masing. 2) Motif dalam
naskah drama adalahpembunuhan dan keputusasaan orang tua. 3) Peristiwa yang terjadi adalah
dibunuhnya suamiperempuan, perempuan serta sang orang tua yang bunuh diri. 4) Konflik yang
terjadi yaitu adanya rasa keputusasaan orang tua dan sifatnya yang terlaluh angkuh. 5) Alur yang
digunakan adalah alur maju atau alur konvesional.

DAFTAR PUSTAKA

Herawati,L., Kusuma, D., & Nuryanto., T. (2018). Structural Analysis on Script of Drama Raja
Galau (Aalisis Struktural Naskah Drama Raja Galau). Indonesia Language Education
and Literature, 3(2), 171-180.
Nurgiyantoro, B. (1995). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Nurlaily, A. S. (2018). Unsur Seksualitas yang Direpresentasikan Tokoh Novel Pasung Jiwa
Karya Okky Madasari: Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk. Metasastra Jurnal
Penelitian Sastra. 12 (2). 145-156
Rusyana, Y. (1992). Panyungsi Sastra. Bandung: Rahmat Cijulang

Anda mungkin juga menyukai