OLEH:
MUHAMAD NURHAJID
NIM: S.840908021
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengantar
2
masyarakat pembaca memiliki peranan penting sebagai media untuk menciptakan
kehidupan masyarakat yang baik. Dari pengertian karya sastra itu dapat
disimpulkan bahwa sastra sangat berpengaruh dan berfungsi dalam masyarakat,
tentunya karya sastra tidak akan tercipta tanpa sebuah tujuan, tujuan karya sastra
itu sendiri tampak dalam pengertian karya sastra itu juga, yaitu menyampaikan
nilai-nilai moral dan nilai-nilai yang bersifat konsepsional, karena sebuah karya
sastra bersumber dari kehidupan masyarakat atau mencerminkan kehidupan
masyarakat, dengan penyampaian nilai moral itu diharapkan pembaca mampu
memahami kemudian meneladaninya sehingga menjadi panutan bagi pembaca.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Seno Gumira Ajidarma dengan judul filmnya penari yang di perankan oleh Lala
Amaria sebagai sila.
5
Karier yang pernah dijalani adalah sebagai Wartawan, Fotografer, penulis,
Eks-Pemred Majalah Jakarta-Jakarta dan dosen Institut Kesenian Jakarta. Sebagai
penulis meskipun tidak menjadi pusat orbit penciptaan cerpen Indonesia
mutakhir, Seno Gumira Ajidarma menjadi tokoh cerpenis Angkatan 2000, dan
memperoleh legitimasi kritikus serta sastrawan mapan. Cerpen-cerpennya
menjadi simbol bagi generasi muda cerpenis terkini bahwa dunia penciptaan
cerpen menemukan tonggak daya dobraknya, tanpa menjadi teralienasi dengan
pembacanya.
3. Analisis cerita
1. Tema
Dilihat dari alur cerita yang campur, juga cerita yang diangkat terdiri
dari 3 hal pokok yaitu sex, kejahatan dan kekerasan, sex terlihat dari
hubungan intim yang dilakukan oleh Sila dan Ubed smentara mereka
bukan pasangan yang semestinya karena tidak ada pernikahan yang
mengikat, kemudian kejahatan tampak dari pembunuhan yang dialami Sila
dengan misterius yang kemudian di mutilasi menjadi 12 bagian, kekerasan
terlihat dari interograsi yang di lakukan 2 pembunuh bertopi terhadap
penjual rokok karena tidak menjawab keberadaan sila.
2. Karakter Tokoh
Karakter para tokoh dalam Cerpen Matinya Seorang Penari
Telanjang diantaranya Sila berkarakter Binal atau liar karena menjalani
kehidupan malam yang bebas terlibat skandal perselingkuhan dengan
Ubed. Karakter lain juga tampak pada diri tokoh Sila yaitu nasib buruk
yang harus diterimanya yaitu Sila terbunuh dengan sadis dan
mengenaskan secara Misterius. Ubed, berkarakter pembohong ditandai
dari janji-janjinya mau menikahi Sila yang juga tidak kunjuk terlaksana
6
dan karakter hidung belang ditandai oleh banyaknya wanita yang pernah
dicintai meskipun ia sudah beristri. Sonya berkarakter jahat dan
berskandal dan memiliki keburukan yang tersembunyi terhadap tokoh
Utama, juga sangat membenci Sila, Eva adalah tokoh bawahan, Eva
memiliki karakter penggunjing, namun tidak digunakan untuk memfitnah
atau menghancurkan hidup seseorang hal itu semata-mata karena
kejujurannya terhadap Sila, dan juga terlibat skandal perselingkuhan
dengan Ubed. Dua Manusia Bertopi atau Dua Manisia Tak Berwajah
adalah sosok tokoh misterius dan berkarakter dingin, kejam dan kriminal,
ditandai dengan membunuh Sila dengan dimutilasi dan dibuang di tong
sampah. Istri Ubed, seorang anak pengusaha kaya, dengan karakter keras
dan pencemburu karakter itu tampak ketika menyekap Eva sikarenakan
Eva dianggap telah mencuri suaminya. Ibu Sila adalah tokoh dengan
karakter yang lemah dan hanya bisa pasrah menerima segala nasib yang
dialami anaknya Sila, karakter itu ditandai oleh kesedihan dan luapan
kekecewaan terhadap kematian Sila. Pemuda cantik adalah tokoh yang
banyak memberi nasihat dan memiliki kepedulian yang tinggi terhadap
Sila
3. Setting
Cerpen matinya seorang penari telanjang di buat dengan setting kota
metropolis (jakarta) dapat diketahui dari hiburan malam seperti
streaptease, karena novel ini sudah pernah diterbitkan pada tahun 80-an
bisa jadi sebetulnya setting dalam cerpen ini juga mengadopsi dari setting
dimana pengarang dilahirkan yaitu koto Boston Amerika Serikat yang
sudah maju dan budaya streaptese memang berasal dari barat, streaptese
pada tahun 80-an kemungkinan sangat sedikit, karena budaya timur masih
kental. Seting yang kedua adalah yogyakarta dapat diketahui dari latar
belakang keluarga sila yang memang tinggal di yogyakarta.
7
B. Analisi situasi dan konteks sosial budaya
1. Analisis situasi
sesuai dengan tema yang duangkat dalam cerpen ini, maka menu
sex, kejahatan dan kekerasan di ulas dengan detail, sex di ulas dengan
fulgar dan situasi yang panas (berpotensi menimbulkan sugesti nafsu sex)
di ceritakan saat penari streaptease pentas dan memulai melucuti pakaian
satu persatu. Perkerjaan yang dipilih sila membuatnya hidup walaupun
gemerlap dunia malam yang dijalani hanyalah kepalsuan yang hanya bisa
dinikmati sesaat, banyak pekerjaan yang ditawarkan tidak membuat sila
mengubah hidupnya lebih baik. Streaptese ditinjau dari aspek situasional
pada tahun 80-an sangat tabu dimasyarakat apalagi masyarakat desa pada
saaat itu. Situasi kritis mulai terlihat dari kecemburuan ubed pacar gelap
sila karena sila berkencan dengan pria lain, di tambah ajakan untuk
menikah yang di tolak sila dengan alasan yang tidak jelas, kemudian
puncak situasi kritis terjadi dimana sila dibunuh oleh kawanan pembunuh
berdarah dingin yang kemudian dimutilasi menjadi 12 bagian, sudah
menjadi pilihan hidup sila bergelut dengan cinta terlarang dan pekerjaan
yang menantang resiko hingga akhirnya terbunuh.
8
atau dosen sedangkan bapaknya pegawai negeri di Departemen Keuangan
cabang Bantul, sedangkan kakeknya asisten wedanan di Pati. Tidak dijelaskan
lebih jauh mengapa sila justru memilih menjadi penari streaptease.
C. Analisis gramatikal
Pendekatan wacana Matinya Seorang Penari Telanjang menggunakan
mikrostruktural melihat bahwa wacana dibentuk atas dua segi yaitu hubungan
bentuk dan makna dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa segi bentuk merupakan
struktur lahir dari bahasa yang mencakup aspek gramatikal, sedangkan segi
makna adalah struktur batin bahasa yang mencakup aspek leksikal
Analisis aspek gramatikal dalam wacana meliputi referensi, subtitusi, elipsi,
dan konjungsi. Berikut ini adalah pemaparan aspek-aspek gramatikal yang
dapat di temukan dalam cerpen matinya seorang penari telanjang karya seno
gumira ajidarma.
1. Pengacuan
Pengacuan adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan
lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang mendahului
atau mengikutinya. Pengacuan terdiri atas 3 jenis yaitu persona,
demostratif, komparatif. http://gunadilkm.blogspot.com/
a. Pengacuan Persona
Pengacuan persona meliputi: persona pertama tunggal (aku, saya,
hamba, -ku, ku-), persona pertama jamak (kami, kita, kami semua),
persona kedua tunggal ( kamu semua, kalian), persona ketiga tunggal
(ia, dia,-nya), persona ketiga jamak (mereka, mereka semua) Sifat
pengacuan dalam cerpen matinya seorang penari telanjang adalah
endoforis berikut ini kutipan tentang pengacuan persona yang ada
dalam cerpen matinya seorang penari telanjang.
1) “Kapan kita kawin?”
Ubed tetap berusaha mencium.
9
“Sudahlah. Kita pasti akan kawin.”
2) “Kapan kamu ceraikan dia?”
“Aku usahakan secepatnnya.”
“Dari dulu kamu selalu ngomong seperti itu.”
”Memang begitu keadannya“
3) Ubed berhenti. Ganti memunggungi dan menutupi telapak
tangan ke wajahnya. Pura-pura sedih. Tapi sila percaya saja.
10
dimaksud adalah tokoh yang bernama ubed, persona kedua tunggal juga
terdapat pada data (8) yaitu kau yang mengacu pada sila.
Persona ketiga tunggal tampak pada data (3) yaitu nya yang mengacu
pada ubed, karena yang di gambarkan adalah tokoh ubed, kemudian dia yang
terdapat pada data (9), ia mengacu pada sila yang hendak di bunuh, persona
kedua tunggal juga terdapat pada mu pada data (5) yang mengacu pada sila.
Persona ketiga ia juga terdapat pada data (6) ia mengacu pada seorang
pemulung yang menemukan potongan mayat sila. Persona ketiga jamak
terdapat pada data (4) dalam bentuk mereka yang mengacu pada dua orang
pembunuh dengan memakai topi.
b. Pengacuan Demonstratif
Pengacuan demostratif (waktu) meliputi: pengacuan waktu kini (kini,
sekarang, saat ini), waktu lampau (kemarin, dulu, yang lalu), waktu yang akan
datang (besok, yang akan datang), netral (pagi, siang, malam pukul 12) dan
pengacuan tempat dekat dengan penutur (sini, ini), agak dekat (situ, itu), jauh
(sana), menunjuk secara eksplisit (Solo, Semarang).
http://gunadilkm.blogspot.com/.
Pada cerpen matinya seorang penari telanjang karya senogumira
ajidarma memiliki banyak pengacuan demonstratif baik waktu maupun
tempat, berikut kutipan yang membuktikan adanya pengacuan demonstratif.
Pengacuan demostratif (waktu)
11) Justru kehidupan malam itulah yang selalu membuat Sila
merasa hidup, dan merasa melihat kehidupan dalam arti yang
sebenarnya, meskipun malam begitu sesak dengan kepalsuan
yang terlindung.
12) Ibunya dulu memang tidak mimpi Sila akan terlalu hebat.
Pokoknya kerja yang bersih, kantoran, seperti dulu bapaknya,
yaitu eyang Sila, jadi asisten wedanan di Pati.
11
13) Potongan mayat wanita yang ditemukan pada Kamis dini hari
24 febriari kemarin telah berhasil di identifikas.
18) Manusia tanpa wajah yang mencari sila ke sono itu keluar dari
gang ke jalan Besar.
2. Komparatif
Komparatif meliputi (membandingkan dua hal atau lebih yang
mempunyai kemiripan dari segi bentuk, wujud, sifat, watak, perilaku) dengan
menggunakan (seperti, bagaikan, persis, sama dengan, laksana, sebagaimana,
12
seakan) dalam cerpen matinya seorang penari telanjang memiliki pengacuan
komparatif sebagai berikut :
19) Penari itu berkulit gelap, matanya tajam, bibirnya yang merah
setengah terbuka, seperti selalu minta dicium.
3. Penyulihan (subtitusi)
Adalah salah satu kohesi gramatikal yang berupa penggatian
satuan lingual tertentu (yang telah disebut) dengan satuan lingual yang
lain. (http://gunadilkm.blogspot.com/). Sumarlam ( 2006:51) menjelaskan
bahwa penyulihan (subtitusi) yaitu penggantian unsur tertentu dengan
unsur yang lain yang mengacu pada realitas yang sama.
Menurut Halliday dan Hasan (1976:89) hubungan penyulihan
adalah
hubungan kohesif yang menyatakan penggantian. Dalam hal ini, Halliday
dan Hasan menjelaskan bahwa hubungan jenis penyulihan berbeda dengan
jenis pengacuan. Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa penyulihan
berada pada tingkat semantik, sedangkan pengacuan berada pada kategori
gramatis. Halliday dan Hasan membagi substitusi menjadi tiga jenis,
yaitu: substitusi nominal, substitusi verbal, dan substitusi klausa.
berikut bentuk penyulihan (subtitusi) dalam cerpen Matinya Seorang
Penari Telanjang karya Seno Gumira Ajidarma.
Substitusi nomina adalah penggantian satuan lingual yang
berkategori kata benda dengan satuan lingual lain, yang juga
13
berkategori nomina, misal; derajat diganti pangkat, gelar diganti
titel.
20) Wanita yang ditemukan dalam keadaan terpotong-potong pada
dinihari 24 februari, dan telah di identifikasi sebagai penari
telanjang itu, dinyatakan sebagai bernama Sila.
21) Sepotong kaki yang menjulur keluar dari dalam tong sampah
didekat gedung ditanjung priok, telah merarik perhatian
seorang pemulung pada pagi subuh hari kamis kemarin. Ketika
pemulung bernama sukab itu menengoknya.
Subtitusi verbal pada data (24) dalam bentuk bertengkar hebat diganti
dengan satuan lingual melabrak.
14
Subtitusi frasal
25) Kepalannya mendongak, matanya setengah terpejam, tapi
sempat melirik kedua manusia tidak berwajah itu. Ia melihat
kedua Manusia bertopi ini meletakkan bayaran dimeja bar,
menindihi uang kertasnya dengan gelas.
4. Elispsis (pelesapan)
Adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penghilangan atau
pelesapan satuan lingual tertentu yang telah disebutkan sebelumnya
pelesapan (elipsis) merupakan salah satu cara mereduksi konstituen
sintaksis dengan melesapkan konstituen tertentu. Tentu saja pelesapan
tersebut tidak melanggar prinsip kejelasan dan tidak memunculkan makna
taksa, (Paina Partana, dalam
http://perpustakaan.uns.ac.id/jurnal/index.php?
act=view&id=1_la&aid=38&download=38-fullteks.doc). Sumarlam
(2004 :52) menjelaskan bahwa pelesapan merupakan salah satu jenis
aspek gramatikal yang berupa penghilangan unsur (konstituen) tertentu
yang telah disebutkan. Unsur yang dilesapkan dapat berupa kata, frasa,
atau klausa. Dalam cerpen matinya seorang penari telanjang ini terdapat
beberapa pelesapan
a. Elipsis (pelesapan) kata
26) ”Sudahlah. Dia sudah mati sekarang. Untung istrimu sudah
membunuhnya lebih dulu. Dasar gila. Pantas masuk rumah
sakit jiwa. Kalau tidak, pasti aku yang sudah membunuhnya”.
15
• ”Sudahlah. Dia sudah mati Ø. Untung istrimu sudah
membunuhnya lebih dulu. Dasar gila. Pantas masuk rumah
sakit jiwa. Kalau tidak, pasti aku yang sudah membunuhnya”.
27) ”Mau ngomong apa lu ? sudah jelas kamu sudah main gila
dengan suamiku. Apa kamu tidak tau laki-laki yang mengeloni
kamu sudah punya istri, sudah punya anak, sudah punya
keluarga yang bahagia?”
5. Perangkaian/ konjungsi
Adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang dilakukan dengan cara
menghubungkan unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana.
16
Dalam cerpen matinya seorang penari telanjang terdapat beberapa
perangkaian/ konjungsi sebagai berikut.
31) Pemuda yang cantik itu akhirnya asik menyetir. Sila yang
sedang melamun, tersentak kaget melihat ubed, sementara
ubed yang tau sila melihatnya lantas memisahkan diri.
D. Aspek Leksikal
1. Repetisi
Adalah pengulangan satuan lingual (bunyi, suku kata, kata atau bagian
kalimat) yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks
yang sesuai (sumarlam. 2006 :27 ). Pada umumnya repetisi terdiri dari
beberapa jenis diantaranya epizeuksis, tautotes, epistrofora, simploke,
mesidiplosis, epanalepsis, anadiplosis, dan repetisi utuh. Dari analisis pada
cerpen matinya seorang penari telanjang terdapat beberapa jenis repetisi
seperti sebagai berikut :
a. Repetisi anafora
Pengulangan sebuah kata pada awal beberapa bagian kalimat untuk
memperoleh hasil yang kuat dan serasi. Pengulangan tersebut dapat
berbentuk
kata atau frasa lain yang berbeda, sehingga kalimat tersebut lebih
bervariasi
dan tidak monoton. repetisi yang berwujud perulangan kata pertama pada
tiap baris atau kalimat berikutnya.
17
34) Kamu mau merebut laki-laki itu dari ku? kamu mau merebut
kekayaanya dari ku?
b. Repetisi epizeuksis
repetisi yang bersifat langsung, artinya kata yang dipentingkan diulang
beberapa kali berturut-turut
c. Repetisi anadiplosis
kata atau frasa terakhir dari suatu klausa atau kalimat menjadi kata atau
frasa pertama dari klausa atau kalimat berikutnya
d. Epanalepsis
pengulangan yang berwujud kata terakhir dari baris, klausa atau kalimat,
mengulang kata pertama. Contoh:
37) ”Aku tidak bisa. ”
”harus bisa ”
”aku tidak bisa.aku terlalu cinta kepadanya”
b. Sinonimi (pada kata) adalah sebagai nama lain untuk benda atau hal
yang sama atau ungkapan yang maknanya sama. Pada cerpen matinya
seorang penari telanjang terdapat beberapa sinonim, diantaranya sebagai
berikut.
18
38) Ia membuka surat itu. Ia membaca tapi ditelinganya bergaung
suara lelaki.
c. Antonimi adalah nama lain untuk benda atau hal yang lain atau satuan
lingual yang maknanya berlawanan dengan lingual yang lain
41) Sila tetap menolak, dan nada suaranya makin tegas. Ia
memegang kepala Ubed pada rambut dikiri dan kanannya
E. Penutup
Hasil nalisis wacana pada cerpen matinya seorang penari telanjang karya seno
gumira aji darma yang diterbitkan pada tahun 2003 memiliki semua kohesi
gramatikal maupun leksikal. Kohesi gramatikal meliputi pengacuan, penyulihan,
pelesapan, dan perangkaian, sedangkan kohesi leksikal terdiri atas repetisi, sinonom,
antonim, dan kolokasi.
19
Analisis cerpen yang meliputi tema seting penokohan serta analisis situasai
dan budaya menunjukkan bahwa cerpen matinya seorang penari telanjang merupakan
cerita yang sarat dengan nilai moral dalam menyikapi gaya hidup post
modern.sekaligus apresiasi hanya bisa dilakukan oleh orang dewasa atau orang yang
mampu memahami sudut pandang pengarang.karena kisah yang diungkapkan
meliputi tiga hal yaitu seks, kekaerasan, dan kejahatan.seks yang tampak dalam erita
ini adalah seks menyimpang dikalangan masyarakat metropolos dengan munculnya
tarian-tarian erotis atau tarian strepteas yang hanya dapat dirasakan sesaat, dengan
berbagai kebohongan –kebohongan. Kekerasan tampak dalam cerpen ini akibat dari
pekerjaan kotor. Kekerasan muncul sejalan dengan seks menyimpang yng kemudian
mengarah pada kejahatan sepertui halnya pembunuhan akibat rasa cemburu yang
tidak dilanadasi cinta.
20
Daftar Pustaka
Halliday dan Hasan. 1976. Cohesion in English. London: Longman Group Limited
http://gunadilkm.blogspot.com/
21