Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Norma sosial adalah sebuah standar sosial atau ekspektasi tidak


terlihat yang diikuti agar seseorang dapat merasa diterima dalam
situasi yang diberikan, dan membuat kita merasa tidak nyaman
ketika kita tidak melakukan norma-norma tersebut. Norma gender
sama seperti itu, tetapi lebih spesifik berhubungan dengan jenis
kelamin dan bagaimana ia berperilaku, berpikir, merasakan, serta
berpenampilan yang diasosiasikan dengan gender tertentu.

Saat masih kecil, orangtua kita mengarahkan kita untuk


berperilaku sesuai kodratnya. Misalnya laki-laki tidak boleh menangis
atau tidak boleh main masak-masakan karena itu semua dilakukan
oleh perempuan. Saat ini, banyak laki-laki yang melakukan
perawatan karena tuntutan zaman. Namun, seringkali hal itu
disepelekan oleh banyak orang karena menurut mereka hal itu tidak
pantas dilakukan laki-laki. Hal tersebut dipengaruhi oleh budaya
patriarki yang sudah tumbuh dalam diri masyarakat Indonesia.

Norma-norma yang mengatur mengenai bagaimana seharusnya


laki-laki berperilaku akan muncul masalah krisis gender atau dikenal
dengan istilah toxic masculinity. Maskulinitas beracun merupakan
suatu keadaan dimana seorang laki-laki dituntut untuk tangguh, tidak
boleh lemah, dan sebagainya.

Dengan adanya toxic masculinity menyebabkan munculnya krisis


identitas ketika mereka mencoba untuk mencapai maskulinitas yang
ideal, kemudian dapat memberikan efek negatif pada mental dan
emosi mereka.
Berbagai cara masyarakat melakukan demonstrasi mengenai
maskulinitas beracun ini dengan tujuan memperjuangkan kesetaraan
gender. Tak sedikit dari mereka bergabung dengan organisasi
pergerakan sosial demi tercapainya tujuan mulia tersebut. Namun,
mereka harus melawan dirinya sendiri dengan ekspetasi masyarakat.

Sudah terlalu banyak laki-laki yang tidak bisa mengekspresikan


emosi, hobi, dan keinginan lainnya hanya karena asumsi kurang laki.
Sudah terlau banyak perempuan yang dianggap rendah karena
perlakuan laki-laki penganut patriarki yang menganggap dirinya
selalu berkuasa dibawah perempuan. Sekarang waktu yang tepat
untuk membasmi wabah toxic masculinity.

Oleh karena itu, penulis akan mengungkapkan hasil penelitian dari


Pengaruh Toxic Masculinity terhadap Kesetaraan Gender Bagi
Siswa-Siswi Kelas 12 IPS di SMAN 1 Garut. Dengan harapan agar
pembaca dapat mengetahui pengaruh yang ditimbulkan dari
munculnya toxic masculinity terhadap perjuangan menyetarakan
gender.

1.2 Rumusan Masalah dan Batasan Masalah

Rumusan masalah dan batasan masalah berdasarkan latar


belakang di atas adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana sebenarnya toxic masculinity itu?


2. Berapa besar pengaruh toxic masculinity terhadap kesetaraan
gender?
3. Bagaimana tanggapan siswa-siswi mengenai toxic masculinity
yang saat ini merupakan masalah krisis identitas?
4. Bagaimana caranya mematahkan paham toxic masculinity
untuk memperjuangkan kesetaraan gender?
1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penulis dalam penyusunan karya tulis ini adalah sebagai


berikut :

1. Lebih mengetahui mengenai toxic masculinity.


2. Untuk mengetahui pengaruh toxic masculinity terhadap
kesetaraan gender.
3. Lebih mengetahui tanggapan siswa-siswi mengenai toxic
masculinity yang merupakan masalah krisis identitas.
4. Untuk mengetahui cara untuk mematahkan paham toxic
masculinity untuk memperjuangkan kesetaraan gender.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari pembuatan karya tulis


ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat menjadi pengetahuan bagi pembaca


2. Dapat menjadi bahan evaluasi bagi kita semua agar tidak
menilai seseorang dengan sebelah mata

1.5 Metode Penelitian

Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan metode


penelitian kuantitatif deskriptif. Hasil penelitian ini akan diolah
menjadi informasi mengenai pengaruh toxic masculinity di kalangan
siswa-siswi terhadap kesetaraan gender di SMA Negeri 1 Garut.

1.5.1 Teknis Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
dengan penyebaran angket kepada 45 orang. Angket yang
digunakan yaitu Google Form mengingat kondisi saat ini
masih dalam keadaan pandemi COVID-19 yang sangat
membahayakan. Link angket akan disebar melalui Whatsapp
grup kelas masing-masing.
1.5.2 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan penulis bertujuan untuk
mengolah data yang diperoleh dari jawaban responden pada
angket yang telah disebar menggunakan skala likert dengan
penilaian skor 3 untuk Sangat Setuju (SS), skor 2 untuk Setuju
(S), dan skor 1 untuk Tidak Setuju (TS).
Kemudian penulis akan mengolah data tersebut
dengan rumus sebagai berikut:

f
P= ×100 %
n

Keterangan:
P = Persentase
f = Frekuensi
n = Jumlah Responden

1.6 Populasi dan Sampel

Populasi yang akan diteliti penulis adalah siswa-siswi IPS kelas


12 di SMA Negeri 1 Garut kemudian penulis mengambil sampel
sebanyak 45 orang sebagai perwakilan kelas 12 IPS. Berikut
rinciannya:

1. XII IPS 1 = 15 siswa;


2. XII IPS 2 = 15 siswa; dan
3. XII IPS 3 = 15 siswa.
1.7 Sistematika Penulisan

Karya tulis ini memiliki sistematika penulisan yang tersusun dan


bertujuan untuk mempermudah penulisan agar tersusun dengan rapi.
Adapun sistematika yang tersusun adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
1.5 Metode Penelitian
1.5.1 Teknik Pengumpulan Data
1.5.2 Teknik Analisis Data
1.6 Populasi dan Sampel
1.7 Sistematika Penulisan

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Gender


2.2 Pengertian Toxic Masculinity
2.2.1 Asal Muasal Toxic Masculinity
2.3 Pengertian Kesetaraan Gender

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Kaitan Toxic Masculinity dan Kesetaraan Gender


3.2 Kasus-Kasus Toxic Masculinity
3.3 Dampak Toxic Masculinity
3.4 Memperjuangkan Kesetaraan Gender
3.5 Hasil Penelitian

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan
4.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai