Skabies
Disusun Oleh:
Amelia Nur Inna
1102006xxx
1102008xxx
Febri Mutiarani
1102008xxx
Ferdhisa Noviar
1102008xxx
Muhammad Bagus HS
1102008xxx
1102008204
Dokter Pembimbing :
dr. Hedi Hendrawan R. Sp.KK, M.Kes
KATA PENGANTAR
AssalamualaikumWr. Wb.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkah dan
karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul Skabies sebagai
salah satu syarat untuk mengikuti ujian di kepaniteraan klinik SMF Kulit dan Kelamin di
RSUD Soreang.
Pada kesempatan kali ini, izinkan penulis untuk mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami untuk menyelesaikan presentasi kasus ini, terutama
kepada dr. Hedi Hendrawan R.,Sp.KK, M.Kes yang telah meluangkan waktunya untuk
membimbing penulis. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada keluarga yang selalu
memberikan dukungan dan motivasi hingga saat ini, serta kepada teman-teman yang sedang
menjalani kepanitraan di RSUD Soreang.
Penulis menyadari bahwa presentasi kasus ini masih banyak terdapat kekurangan.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran serta kritik yang dapat membangun dalam
presentasi kasus ini guna untuk perbaikan di kemudian hari. Semoga presentasi kasus ini
dapat berguna dan bermanfaat.
Penulis
BAB I
PRESENTASI KASUS
I.
II.
IDENTITAS
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Suku Bangsa
Agama
Alamat
Status
Pendidikan
Pekerjaan
No. Rekam medis
: An. I
: 15 tahun
: Laki - laki
: Sunda
: Islam
:: Lajang
: SD
: Pelajar
: xxxxxx
ANAMNESA
Autoanamnesa dengan pasien pada tanggal 10 Januari 2014
Keluhan utama :
Bentol bentol merah pada jari jari tangan kanan dan kiri.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poli kulit RSUD Soreang, dengan keluhan bercak
bercak putih pada punggung dan pinggang sebelah kanan, dan lengan kanan atas.
Keluhan pertama kali timbul 1 tahun yang lalu berupa titik-titik kecoklatan pada
punggung sebelah kanan yang semakin lama semakin banyak dan meluas membentuk
pulau-pulau dan menyebar sampai pinggang lalu lengan kanan atas. Keluhan yang
awalnya berupa bintik coklat meluas dan berwarna kehitaman terutama pada lengan
atas sedangkan pada punggung dan pinggang kanan berwarna putih. Keluhan ini tidak
disertai rasa gatal, panas, maupun baal. Karena tidak gatal, maka pasien tidak pernah
menggaruk daerah tersebut.
Sebelumnya pasien telah berobat ke dokter umum dan diberi obat salep
dan obat minum namun keluhan memburuk. Dalam melakukan pekerjaan sebagai ibu
rumah tangga, pasien mengaku sering berkeringat. Pasien mempunyai kebiasaan
mandi 2 kali sehari, mandi menggunakan sabun dan menggunakan handuk sendiri.
Setiap selesai mandi pasien mengganti pakaian yang baru dicuci. Pasien lebih sering
memakai pakaian kaos berbahan semi-spandeks yang tidak menyerap keringat
daripada katun.
Pasien mengaku tidak memiliki binatang peliharaan di rumah. Pasien
tidak memiliki kebiasaan bercocok tanam. Sumber air yang dipakai di rumah berasal
dari air sumur.
2
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
: Sakit Ringan
Kesadaran
: Compos mentis.
Tanda-tanda vital
: T : 120 / 80 mmHg.
N : 80 X/ mnt.
R : 21 X/ mnt.
S : 36,8 C.
Status Gizi
: Kesan overweight
Kepala
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
Thoraks
Abdomen
Ekstremitas atas
Ekstremitas bawah
Status Dermatologis
Distribusi
: Regional
A/R
Lesi
IV
PEMERIKSAAN PENUNJANG
RESUME
Pasien perempuan usia 34 tahun datang dengan keluhan bercak bercak putih
pada punggung dan pinggang sebelah kanan, dan lengan kanan atas. Keluhan pertama
kali timbul 1 tahun yang lalu berupa titik-titik kecoklatan pada punggung sebelah
kanan yang semakin lama semakin banyak dan meluas membentuk pulau-pulau dan
menyebar sampai pinggang lalu lengan kanan atas. Keluhan yang awalnya berupa
bintik coklat meluas dan berwarna kehitaman terutama pada lengan atas sedangkan
pada punggung dan pinggang kanan berwarna putih. Keluhan ini tidak disertai rasa
gatal, panas, maupun baal. Karena tidak gatal, maka pasien tidak pernah menggaruk
daerah tersebut.
5
Sebelumnya pasien telah berobat ke dokter umum namun keluhan memburuk. Dalam
melakukan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, pasien mengaku sering berkeringat.
Pasien mempunyai kebiasaan mandi 2 kali sehari, mandi menggunakan sabun dan
menggunakan handuk sendiri. Setiap selesai mandi pasien mengganti pakaian yang
baru dicuci. Pasien lebih sering memakai pakaian kaos berbahan semi-spandeks yang
tidak menyerap keringat daripada katun.
Dari pemeriksaan fisik, status generalis dalam batas normal, sedangkan dari status
dermatologis didapatkan makula hipopigmentasi dan hiperpigmentasi dengan skuama
ptiriasisformis dengan distribusi regional pada thorakolumbal dextra dan brachialis
dextra, multiple, sebagian diskret, sebagian konfluens membentuk polisiklik,
bentuknya teratur, ukuran numularis sampai plakat, batas tidak tegas, permukaan tidak
menimbul, kering.
VI
VII
DIAGNOSIS BANDING
-
Pitiriasis Versikolor
Pitiriasis Alba
Ptiriasis Rosea
DIAGNOSIS KERJA
Pitiriasis Versikolor
VIII
USULAN PEMERIKSAAN
Pemeriksaan laboratorium SGOT/SGPT
IX
PENATALAKSANAAN
Umum :
Topikal
Sistemik
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: Ad bonam
Quo ad Fungtionam
: Ad bonam
Quo ad sanationam
: Ad bonam
BAB II
LANDASAN TEORI
SKABIES
I.
Pendahuluan
Sinonim atau nama lain skabies adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal
agogo. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya.
Skabies terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan, di semua geografi daerah, semua
kelompok usia, ras dan kelas sosial. Namun menjadi masalah utama pada daerah yang padat
dengan gangguan sosial, sanitasi yang buruk, dan negara dengan keadaan perekonomian yang
kurang. Skabies ditularkan melalui kontak fisik langsung (skin-to-skin) maupun tak langsung
(pakaian, tempat tidur, yang dipakai bersama).
7
Gejala utama adalah pruritus intensif yang memburuk di malam hari atau kondisi dimana
suhu tubuh meningkat. Lesi kulit yang khas berupa terowongan, papul, ekskoriasi dan
kadang-kadang vesikel.
Tungau penyebab skabies merupakan parasit obligat yang seluruh siklus hidupnya
berlangsung di tubuh manusia. Tungau tersebut tidak dapat terbang atau meloncat namun
merayap dengan kecepatan 2.5 cm per menit pada kulit yang hangat.
II.
Epidemiologi
Skabies ditemukan di semua negara dengan prevalensi yang bervariasi. Daerah
endemik skabies adalah di daerah tropis dan subtropis seperti Afrika, Mesir, Amerika Tengah,
Amerika Selatan, Amerika Utara, Australia, Kepulauan Karibia, India, dan Asia Tenggara.
Diperkirakan bahwa terdapat lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia terjangkit tungau
skabies. Studi epidemiologi memperlihatkan bahwa prevalensi skabies cenderung tinggi pada
anak-anak serta remaja dan tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin, ras, umur, ataupun kondisi
sosial ekonomi. Faktor primer yang berkontribusi adalah kemiskinan dan kondisi hidup di
daerah yang padat, sehingga penyakit ini lebih sering di daerah perkotaan.
Terdapat bukti menunjukkan insiden kejadian berpengaruh terhadap musim dimana
kasus skabies lebih banyak didiagnosis pada musim dingin dibanding musim panas. Insiden
skabies semakin meningkat sejak dua dekade ini dan telah memberikan pengaruh besar
terhadap wabah di rumah-rumah sakit, penjara, panti asuhan, dan panti jompo.
Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Banyak faktor yang
menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain: higiene yang buruk, kesalahan
diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologi. Penyakit ini dapat dimasukkan
dalam P.H.S. (Penyakit akibat Hubungan Seksual).
III.
Etiologi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
kecil dan bagian belakang torakoabdominal dengan penonjolan seperti rambut yang keluar
dari dasar kaki.
Tungau skabies mempunyai empat kaki dan diameternya berukuran 0,3 mm. Sehingga
tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Tungau ini tidak dapat terbang atau melompat dan
hanya dapat hidup selama 30 hari di lapisan epidermis.
Skabies betina dewasa berukuran sekitar 0,4 mm dengan luas 0,3 mm , dan jantan
dewasa lebih kecil 0,2 mm panjang dengan luas 0,15 mm. Tubuhnya berwarna putih susu dan
ditandai dengan garis melintang yang bergelombang dan pada permukaan punggung terdapat
bulu dan dentikel.
Terdapat empat pasang kaki pendek, di bagian depan terdapat dua pasang kaki yang
berakhir dengan perpanjangan peduncles dengan pengisap kecil di bagian ujungnya. Pada
tungau betina, terdapat dua pasang kaki yang berakhir dengan rambut (Satae) sedangkan pada
tungau jantan rambut terdapat pada pasangan kaki ketiga dan peduncles dengan pengisap
pada pasangan kaki keempat.
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di
atas kulit, tungau jantan akan mati. Tapi kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari
dalam terowongan yang digali oleh tungau betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali
terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2 -3 milimeter sehari dan sambil
meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai 40-50 telur yang dihasilkankan
oleh setiap tungau betina selama rentang umur 4-6 minggu dan selama itu tungau betina tidak
meninggalkan terowongan. Setelah itu, larva berkaki enam akan muncul dari telur setelah 3-4
hari dan keluar dari terowongan dengan memotong atapnya. Larva kemudian menggali
terowongan pendek (moulting pockets) di mana mereka berubah menjadi nimfa. Setelah itu
berkembang menjadi tungau jantan dan betina dewasa. Seluruh siklus hidupnya mulai dari
telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8 12 hari.
9
Tungau skabies lebih suka memilih area tertentu untuk membuat terowongannya dan
menghindari area yang memiliki banyak folikel pilosebaseus. Biasanya, pada satu individu
terdapat kurang dari 20 tungau di tubuhnya, kecuali pada Norwegian scabies dimana individu
bisa didiami lebih dari sejuta tungau. Orang tua dengan infeksi virus immunodefisiensi dan
pasien dengan pengobatan immunosuppresan mempunyai risiko tinggi untuk menderita
Norwegian scabies.
IV.
Patogenesis
Reaksi alergi yang sensitif terhadap tungau dan produknya memperlihatkan peran
yang penting dalam perkembangan lesi dan terhadap timbulnya gatal. S. Scabiei melepaskan
substansi sebagai respon hubungan antara tungau dengan keratinosit dan sel-sel Langerhans
ketika melakukan penetrasi ke dalam kulit.
Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan keterlibatan reaksi hipersensitivitas tipe IV
dan tipe I. Pada reaksi tipe I, pertemuan antigen tungau dengan Imunoglobulin-E pada sel
mast yang berlangsung di epidermis menyebabkan degranulasi sel-sel mast. Sehingga terjadi
peningkatan antibodi IgE. Keterlibatan reaksi hipersensitivitas tipe IV akan memperlihatkan
gejala sekitar 10-30 hari setelah sensitisasi tungau dan akan memproduksi papul-papul dan
10
nodul inflamasi yang dapat terlihat dari perubahan histologik dan jumlah sel limfosit T
banyak pada infiltrat kutaneus. Kelainan kulit yang menyerupai dermatitis tersebut sering
terjadi lebih luas dibandingkan lokasi tungau dengan efloresensi dapat berupa papul, nodul,
vesikel, urtika dan lainnya. Akibat garukan yang dilakukan oleh pasien dapat timbul erosi,
ekskoriasi, krusta hingga terjadinya infeksi sekunder.
Cara penularan skabies:
Skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak tidak langsung.
Penularan melalui kontak langsung (skin-to-skin) menjelaskan mengapa penyakit ini
sering menular ke seluruh anggota keluarga. Penularan secara tidak langsung dapat
melalui penggunaan bersama pakaian, handuk, maupun tempat tidur. Bahkan dapat pula
ditularkan melalui hubungan seksual antar penderita dengan orang sakit, namun skabies
bukan manifestasi utama dari penyakit menular seksual.
V.
Diagnosis
1. Gambaran Klinis
Kelainan klinis pada kulit yang ditimbulkan oleh infestasi Sarcoptes scabiei sangat
bervariasi. Meskipun demikian kita dapat menemukan gambaran klinis berupa keluhan
subjektif dan objektif yang spesifik. Dikenal ada 4 tanda utama atau cardinal sign pada
infestasi skabies, yaitu :
1
Pruritus nocturna
Setelah pertama kali terinfeksi dengan tungau skabies, kelainan kulit seperti
pruritus akan timbul selama 6 hingga 8 minggu. Infeksi yang berulang menyebabkan
ruam dan gatal yang timbul hanya dalam beberapa hari. Gatal terasa lebih hebat pada
malam hari. Hal ini disebabkan karena meningkatnya aktivitas tungau akibat suhu
yang lebih lembab dan panas. Sensasi gatal yang hebat seringkali mengganggu tidur
dan penderita menjadi gelisah.
Sekelompok orang
Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, sehingga dalam sebuah
keluarga biasanya mengenai seluruh anggota keluarga. Begitu pula dalam sebuah
pemukiman yang padat penduduknya, skabies dapat menular hampir ke seluruh
11
penduduk.
Didalam
kelompok
mungkin
akan
ditemukan
individu
yang
Adanya terowongan
Kelangsungan hidup Sarcoptes scabiei sangat bergantung kepada kemampuannya
meletakkan telur, larva dan nimfa didalam stratum korneum, oleh karena itu parasit
sangat menyukai bagian kulit yang memiliki stratum korneum yang relative lebih
longgar dan tipis.
Lesi yang timbul berupa eritema, krusta, ekskoriasi papul dan nodul yang sering
ditemukan di daerah sela-sela jari, aspek volar pada pergelangan tangan dan lateral
telapak tangan, siku, aksilar, skrotum, penis, labia dan pada areola wanita. Bila ada
infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain).
12
2. Bentuk Klinis
Selain bentuk skabies yang klasik, terdapat pula bentuk-bentuk yang tidak khas,
meskipun jarang ditemukan. Kelainan ini dapat menimbulkan kesalahan diagnostik yang
dapat berakibat gagalnya pengobatan
Bentuk-bentuk skabies antara lain :
1
13
Skabies nodular
Skabies nodular memperlihatkan lesi berupa nodul merah kecoklatan berukuran 2-20
mm yang gatal. Umumnya terdapat pada daerah yang tertutup terutama pada genitalia,
inguinal dan aksila. Pada nodus yang lama tungau sukar ditemukan, dan dapat menetap
selama beberapa minggu hingga beberapa bulan walaupun telah mendapat pengobatan anti
skabies.
Skabies incognito
Penggunaan obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda
pada penderita apabila penderita mengalami skabies. Sehingga penderita dapat
memperlihatkan perubahan lesi secara klinis. Akan tetapi dengan penggunaan steroid,
keluhan gatal tidak hilang dan dalam waktu singkat setelah penghentian penggunaan
steroid lesi dapat kambuh kembali bahkan lebih buruk. Hal ini mungkin disebabkan
oleh karena penurunan respon imun seluler.
14
Gambar 7. Skabies incognito dengan lesi krusta terlokalisasi pada penderita dengan pengobatan
regimen imunosupresan ***
15
Bentuk ini ditemukan pada penderita yang mengalami gangguan fungsi imunologik
misalnya penderita HIV/AIDS, lepra, penderita infeksi virus leukemia type 1, pasien
yang menggunakan pengobatan imunosupresi, penderita gangguan neurologik dan
retardasi mental.
6
3. Pemeriksaan penunjang
Bila gejala klinis spesifik, diagnosis skabies mudah ditegakkan. Tetapi penderita
sering datang dengan lesi yang bervariasi sehingga diagnosis pasti sulit ditegakkan. Pada
16
umumnya diagnosis klinis ditegakkan bila ditemukan dua dari empat cardinal sign.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menemukan tungau dan produknya yaitu :
1
Kerokan kulit
Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan minyak mineral atau KOH 10% lalu
dilakukan kerokan dengan meggunakan scalpel steril yang bertujuan untuk mengangkat
atap papula atau kanalikuli. Bahan pemeriksaan diletakkan di gelas objek dan ditutup
dengan kaca penutup lalu diperiksa dibawah mikroskop.
17
Gambar 11. Sarcoptes scabiei dalam epidermis (panah) dengan pewarnaan H.E *
Uji tetrasiklin
Pada lesi dioleskan salep tetrasiklin yang akan masuk ke dalam kanalikuli. Setelah
dibersihkan, dengan menggunakan sinar ultraviolet dari lampu Wood, tetrasiklin
tersebut akan memberikan fluoresensi kuning keemasan pada kanalikuli.
Dari berbagai macam pemeriksaan tersebut, pemeriksaan kerokan kulit merupakan cara
yang paling mudah dan hasilnya cukup memuaskan. Agar pemeriksaan berhasil, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni :
1
Kerokan harus dilakukan pada lesi yang utuh (papula, kanalikuli) dan tidak dilakukan
pada tempat dengan lesi yang tidak spesifik.
Sebaiknya lesi yang akan dikerok diolesi terlebih dahulu dengan minyak mineral agar
tungau dan produknya tidak larut, sehingga dapat menemukan tungau dalam keadaan
hidup dan utuh.
Oleh karena tungau terdapat dalam stratum korneum maka kerokan harus dilakukan di
superficial dan menghindari terjadinya perdarahan. Namun karena sulitnya menemukan
tungau maka diagnosis scabies harus dipertimbangkan pada setiap penderita yang
datang dengan keluhan gatal yang menetap.
VI.
Diagnosis Banding
Diagnosis bandingnya adalah:
Urtikaria Akut: erupsi pada papul-papul yang gatal, selalu sistemik. (16)
18
Prurigo, biasanya berupa papul-papul yang gatal, predileksi pada bagian ekstensor
ekstremitas. (16)
Gigitan serangga, biasanya jelas timbul sesudah ada gigitan, efloresensinya urtikaria
papuler. (16)
VII.
Penatalaksanaan
Terdapat beberapa terapi untuk skabies yang memiliki tingkat efektivitas yang
bervariasi. Faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan yang antara lain umur pasien,
biaya pengobatan, berat derajat erupsi, dan factor kegagalan terapi yang pernah
diberikan sebelumnya.
19
Pada pasien dewasa, skabisid topikal harus dioleskan di seluruh permukaan tubuh
kecuali area wajah dan kulit kepala,dan lebih difokuskan di daerah sela-sela jari,
inguinal, genital, area lipatan kulit sekitar kuku, dan area belakang telinga. Pada pasien
anak dan scabies berkrusta, area wajah dan kulit kepala juga harus dioleskan skabisid
topikal. Pasien harus diinformasikan bahwa walaupun telah diberikan terapi skabisidal
yang adekuat, ruam dan rasa gatal di kulit dapat tetap menetap hingga 4 minggu. Jika
tidak diberikan penjelasan, pasien akan beranggapan bahwa pengobatan yang diberikan
tidak berhasil dan kemudian akan menggunakan obat anti scabies secara berlebihan.
Steroid topikal, anti histamin maupun steroid sistemik jangka pendek dapat diberikan
untuk menghilangkan ruam dan gatal pada pasien yang tidak membaik setelah
pemberian terapi skabisid yang lengkap.
a
Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci dengan teratur dan bila
perlu direndam dengan air panas
Permethrin
20
memperlambat repolarisasi dinding sel dan akhirnya terjadi paralise parasit. Obat ini
merupakan pilihan pertama dalam pengobatan scabies karena efek toksisitasnya
terhadap mamalia sangat rendah dan kecenderungan keracunan akibat kesalahan
dalam penggunaannya sangat kecil. Hal ini disebabkan karena hanya sedikit yang
terabsorpsi di kulit dan cepat dimetabolisme yang kemudian dikeluarkan kembali
melalui keringat dan sebum, dan juga melalui urin. Belum pernah dilaporkan
resistensi setelah penggunaan obat ini.
Permethrin tersedia dalam bentuk krim 5%, yang diaplikasikan selama 8-12 jam
dan setelah itu dicuci bersih. Apabila belum sembuh bisa dilanjutkan dengan
pemberian kedua setelah 1 minggu.
Permethrin jarang diberikan pada bayi-bayi yang berumur kurang dari 2 bulan,
wanita hamil dan ibu menyusui. Wanita hamil dapat diberikan dengan aplikasi yang
tidak lama sekitar 2 jam. Efek samping jarang ditemukan, berupa rasa terbakar, perih
dan gatal, namun mungkin hal tersebut dikarenakan kulit yang sebelumnya memang
sensitive dan terekskoriasi.
b
Benzyl benzoate
Benzil benzoate adalah ester asam benzoat dan alkohol benzil yang merupakan
bahan sintesis balsam peru. Benzil benzoate bersifat neurotoksik pada tungau skabies.
Digunakan sebagai 25% emulsi dengan periode kontak 24 jam dan pada usia dewasa
muda atau anak-anak, dosis dapat dikurangi menjadi 12,5%. Benzil benzoate sangat
efektif bila digunakan dengan baik dan teratur dan secara kosmetik bisa diterima.
21
Efek samping dari benzil benzoate dapat menyebabkan dermatitis iritan pada wajah
dan skrotum, karena itu penderita harus diingatkan untuk tidak menggunakan secara
berlebihan. Penggunaan berulang dapat menyebabkan dermatitis alergi. Terapi ini
dikontraindikasikan pada wanita hamil dan menyusui, bayi, dan anak-anak kurang
dari 2 tahun. Tapi benzil benzoate lebih efektif dalam pengelolaan resistant crusted
scabies. Di negara-negara berkembang dimana sumber daya yang terbatas, benzil
benzoate digunakan dalam pengelolaan skabies sebagai alternatif yang lebih murah.
d. Gamma benzene heksaklorida (Lindane)
Lindane juga dikenal sebagai hexaklorida gamma benzena, adalah sebuah
insektisida yang bekerja pada sistem saraf pusat (SSP) tungau. Lindane diserap masuk
ke mukosa paru-paru, mukosa usus, dan selaput lendir kemudian keseluruh bagian
tubuh tungau dengan konsentrasi tinggi pada jaringan yang kaya lipid dan kulit yang
menyebabkan eksitasi, konvulsi, dan kematian tungau. Lindane dimetabolisme dan
diekskresikan melalui urin dan feses.
Lindane tersedia dalam bentuk krim, lotion, gel, tidak berbau dan tidak berwarna.
Pemakaian secara tunggal dengan mengoleskan ke seluruh tubuh dari leher ke bawah
selama 12-24 jam dalam bentuk 1% krim atau lotion. Setelah pemakaian dicuci bersih
dan dapat diaplikasikan lagi setelah 1 minggu. Hal ini untuk memusnahkan larvalarva yang menetas dan tidak musnah oleh pengobatan sebelumnya. Beberapa
penelitian menunjukkan penggunaan Lindane selama 6 jam sudah efektif. Dianjurkan
untuk tidak mengulangi pengobatan dalam 7 hari, serta tidak menggunakan
konsentrasi lain selain 1%.
Efek samping lindane antara lain menyebabkan toksisitas SSP, kejang, dan bahkan
kematian pada anak atau bayi walaupun jarang terjadi. Tanda-tanda klinis toksisitas
SSP setelah keracunan lindane yaitu sakit kepala, mual, pusing, muntah, gelisah,
tremor, disorientasi, kelemahan, berkedut dari kelopak mata, kejang, kegagalan
pernapasan, koma, dan kematian. Beberapa bukti menunjukkan lindane dapat
mempengaruhi perjalanan fisiologis kelainan darah seperti anemia aplastik,
trombositopenia, dan pancytopenia.
e. Crotamiton krim (Crotonyl-N-Ethyl-O-Toluidine)
Crotamion (crotonyl-N-etil-o-toluidin) digunakan sebagai krim 10% atau lotion.
Tingkat keberhasilan bervariasi antara 50% dan 70%. Hasil terbaik telah diperoleh
22
bila diaplikasikan dua kali sehari selama lima hari berturut-turut setelah mandi dan
mengganti pakaian dari leher ke bawah selama 2 malam kemudian dicuci setelah
aplikasi kedua. Efek samping yang ditimbulkan berupa iritasi bila digunakan jangka
panjang.
Beberapa ahli beranggapan bahwa crotamiton krim ini tidak memiliki efektivitas
yang tinggi terhadap skabies. Crotamiton 10% dalam krim atau losion, tidak
mempunyai efek sistemik dan aman digunakan pada wanita hamil, bayi dan anak
kecil.
f. Ivermectin
Ivermectin adalah bahan semisintetik yang dihasilkan oleh Streptomyces
avermitilis, anti parasit yang strukturnya mirip antibiotic makrolid, namun tidak
mempunyai aktifitas sebagai antibiotic, diketahui aktif melawan ekto dan endo
parasit. Digunakan secara meluas pada pengobatan hewan, pada mamalia, pada
manusia digunakan untuk pengobatan penyakit filarial terutama oncocerciasis.
Diberikan secara oral, dosis tunggal, 200 ug/kgBB dan dilaporkan efektif untuk
scabies. Digunakan pada umur lebih dari 5 tahun. Juga dilaporkan secara khusus
tentang formulasi ivermectin topikal efektif untuk mengobati scabies. Efek samping
yang sering adalah kontak dermatitis dan toxicepidermal necrolysis.
g.
Monosulfiran
Tersedia dalam bentuk lotion 25% sebelum digunakan harus ditambahkan 2-3
bagian air dan digunakan setiap hari selama 2-3 hari.
h.
Malathion
Malathion 0,5% adalah insektisida organosfosfat dengan dasar air digunakan
selama 24%. Pemberian berikutnya beberapa hari kemudian. Namun saat ini tidak lagi
direkomendasikan karena berpotensi memberikan efek samping yang buruk.
c. Penatalaksanaan skabies berkrusta
Terapi skabies ini mirip dengan bentuk umum lainnya, meskipun skabies
berkrusta berespon lebih lambat dan umumnya membutuhkan beberapa pengobatan
dengan skabisid. Kulit yang diobati meliputi kepala, wajah, kecuali sekitar mata,
hidung, mulut dan khusus dibawah kuku jari tangan dan jari kaki diikuti dengan
penggunaan sikat di bagian bawah ujung kuku. Pengobatan diawali dengan krim
permethrin dan jika dibutuhkan diikuti dengan lindane dan sulfur. Mungkin sangat
membantu bila sebelum terapi dengan skabisid diobati dengan keratolitik.
d Penatalaksanaan skabies nodular
23
Pengobatan simptomatik
Obat antipruritus seperti obat anti histamin mungkin mengurangi gatal yang secara
karakeristik menetap selama beberapa minggu setelah terapi dengan anti skabeis yang
adekuat. Pada bayi, aplikasi hidrokortison 1% pada lesi kulit yang sangat aktif dan
aplikasi pelumas atau emolient pada lesi yang kurang aktif mungkin sangat membantu,
dan pada orang dewasa dapat digunakan triamsinolon 0,1% .
Tabel 1. Pengobatan Skabies
Jenis Obat
Permethrin
cream
Dosis
Lindane 1% lotion
Crotamiton
cream
Keterangan
Precipitatum Sulfur Dioleskan selama 3 hari lalu Aman untuk anak kurang dari 2 bulan
5-10%
dibersihkan.
dan wanita dalam masa kehamilan
dan laktasi, tetapi tampak kotor
dalam pemakaiannya dan data
efisiensi obat in masih kurang.
Benzyl
Benzoat Dioleskan selama 24 jam lalu Efektif namun dapat menyebabkan
10% lotion
dibersihkan
dermatitis pada wajah
Ivermectin
g/kg
200 Dosis tunggal oral, bisa Memiliki efektifitas yang tinggi dan
diulangi selama 10-14 hari
aman. Dapat digunakan bersama
bahan topikal lainnya. Digunakan
pada kasus-kasus scabies berkrusta
dan scabies resisten.
24
Setelah pengobatan berhasil untuk membunuh tungau skabies, masih terdapat gejala
pruritus selama 6 minggu sebagai reaksi eczematous atau masa penyembuhan. Pasien
dapat diobati dengan Emolien dan kortikosteroid topikal, dengan atau tanpa antibiotik
topikal tergantung adanya infeksi sekunder oleh Staphylococcus aureus. Crotamiton
antipruritic topikal sering membantu pada kulit yang gatal.
Keluhan sering ditemukan pada pasien yaitu mengalami gejala yang berkelanjutan
selama 2-6 minggu setelah pengobatan berhasil. Hal ini karena respon tubuh dari
kekebalan terhadap antigen tungau. Jika gejalanya menetap di luar 2 minggu, itu mungkin
karena diagnosis awal yang tidak sesuai, aplikasi obat yang salah menyebabkan tungau
skabies tetap ditemukan pada pasien . Kebanyakan kambuh karena reinfeksi dan tidak
diobati.
VIII. PENCEGAHAN
Untuk melakukan pencegahan terhadap penularan scabies, orang-orang yang kontak
langsung atau dekat dengan penderita harus diterapi dengan topikal skabisid. Terapi
pencegahan ini harus diberikan untuk mencegah penyebaran scabies karena seseorang
mungkin saja telah mengandung tungau scabies yang masih dalam periode inkubasi
asimptomatik.
Selain itu untuk mencegah terjadinya reinfeksi melalui seprei, bantal, handuk dan
pakaian yang digunakan dalam 5 hari terakhir, harus dicuci bersih dan dikeringkan
dengan udara panas karena tungau scabies dapat hidup hingga 3 hari diluar kulit, karpet
dan kain pelapis lainnya sehingga harus dibersihkan (vacuum cleaner).
IX. KOMPLIKASI
Infeksi sekunder pada pasien skabies merupakan akibat dari infeksi bakteri atau
karena garukan. Keduanya mendominasi gambaran klinik yang ada. Erosi merupakan
tanda yang paling sering muncul pada lesi sekunder. Infeksi sekunder dapat ditandai
25
dengan munculnya pustul, supurasi, dan ulkus. Selain itu dapat muncul eritema,
skuama, dan semua tanda inflamasi lain pada ekzem sebagai respon imun tubuh yang
kuat terhadap iritasi. Nodul-nodul muncul pada daerah yang tertutup seperti bokong,
skrotum, inguinal, penis, dan axilla.Infeksi sekunder lokal sebagian besar disebabkan
oleh Staphylococcus aureus dan biasanya mempunyai respon yang bagus terhadap
topikal atau antibiotic oral, tergantung tingkat pyodermanya. Selain itu, limfangitis dan
septiksemia dapat juga terjadi terutama pada skabies Norwegian, post-streptococcal
glomerulonephritis bisa terjadi karena skabies-induced pyodermas yang disebabkan
oleh Streptococcus pyogens.
X. PROGNOSIS
Jika tidak dirawat, kondisi ini bisa menetap untuk beberapa tahun. Pada individu yang
immunocompetent, jumlah tungau akan berkurang seiring waktu.
Infestasi scabies dapat disembuhkan. Seorang individu dengan infeksi scabies, jika
diobati dengan benar, memiliki prognosis yang baik, keluhan gatal dan ekzema akan
sembuh.
XI. KESIMPULAN
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
Sarcoptes scabiei var. hominis dan produknya.
Penularannya dengan 2 cara, yaitu kontak langsung dan kontak tak langsung.
Pada penyakit skabies ditemukan 4 tanda cardinal yaitu pruritus nocturna, menyerang
manusia secara berkelompok, adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi
yang berwarna putih atau keabu-abuan dan menemukan tungau.
Bentuk kelainan kulit pada penyakit skabies yaitu ditemukannya papul, vesikel, erosi,
ekskoriasi, krusta dan lain-lain, serta bermanifestasi klinis dalam berbagai variasi. Bila
infeksi sekunder telah terjadi dapat disebabkan bakteri yang ditandai dengan munculnya
pustul maupun timbulnya gejala infeksi sistemik
Penanganan yang menjadi pilihan utama adalah primethrin 5% topikal yang dioleskan di kulit
8-12 jam serta edukasi pasien.
26
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda Adhi . Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed. 5. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta : 2007.
Bag./SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. FK.
Unair/RSU Dr. Soetomo. Surabaya : 2007.
Lab/SMF. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Pedoman Diagnosis dan Terapi
Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP
Sanglah. Denpasar : 2000.
Sularsito Sri Adi , Soebaryo Retno Widowati, Kuswadji . Dermatologi Praktis . Ed. 1.
PERDOSKI. 1989.
27
28