STRIKTUR URETRA
Disusun oleh: Arrinalhaq Andre Sondakh (G1A218053)
Struktur uretra terdiri dari lapisan mukosa dan lapisan submukosa. Lapisan mukosa
pada uretra merupakan lanjutan dari mukosa buli-buli, ureter dan ginjal. Mukosanya
terdiri dari epitel kolumnar, kecuali pada daerah dekat orifisium eksterna epitelnya
skuamosa dan berlapis
Submukosanya terdiri dari lapisan erektil vaskular. Apabila terjadi perlukaan pada
uretra, maka akan terjadi penyembuhan cara epimorfosis
Artinya jaringan yang rusak diganti oleh jaringan lain (jaringan ikat) yang tidak sama
dengan semula. Jaringan ikat ini menyebabkan hilangnya elastisitas dan
memperkecil lumen uretra, sehingga terjadi striktur uretra
LAPORAN
KASUS
Nama : Tn. M
Umur : 34 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Lingkar Selatan, Jambi
MRS : 20 Juni 2019
Keluhan utama:
Tidak bisa BAK sejak ± 6 jam SMRS
LAPORAN
KASUS
Status generalisata:
KU : Tampak sakit sedang K : CM
TD : 100/70 mmHg RR : 20x/menit
N : 60x/menit T : 36℃
Kepala :
Mata : Pupil isokor, refleks cahaya (+/+), sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-)
Kepala : Normocephal
Telinga : Otore (-)
Hidung : Rinore (-)
Tenggorokan : Hiperemis (-), pembesaran tonsil (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), tiroid dbn
Paru :
Inspeksi : Simetris, retraksi (-), sikatriks (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
LAPORAN
KASUS
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tampak di ICS 5 linea midclavicularis sinistra
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5 linea midclavicularis sinistra
Perkusi : Batas jantung dbn
Auskultasi : BJ 1/II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : Supel, simetris, tidak ada kelainan kulit
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani (+)
Ekstremitas :
Superior : Edema (-), akral hangat, CRT < 2 detik
Inferior : Edema (-), akral hangat, CRT < 2 detik
LAPORAN
Status urologikus
KASUS
Regio Suprapubik :
Inspeksi : Bulging (+)
Palpasi : Buli teraba penuh, Nyeri tekan (-)
Lab Urinalisa :
Warna : Kuning muda
BJ : 1010
Reaksi/pH : 5,0
Blood : +++/positif 3
Keton :-
LAPORAN
KASUS
Diagnosis Kerja :
Retensio urin ec Striktur Uretra
Penatalaksanaan Awal :
• IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
• Inj Ketorolac 3x1 amp
• Inj Ceftriaxon 1x2 gr
• Inj Ranitidin 2x1 amp
• Punksi Suprapubik -> Kateterisasi tidak berhasil (mentok)
• Konsul DPJP -> Rencana operasi : Uretrotomi interna (Sachse)
Prognosis
Quo ad Vitam : ad bonam
Quo ad Fungtionam : ad bonam
TINJAUAN
Anatomi Definisi Epidemiologi Etiologi Patofisiologi
PUSTAKA
Anatomi
• Uretra posterior terdiri atas uretra pars prostatika dan uretra pars
membranase
Salah satu penyebab striktur uretra adalah pemasangan kateter dalam waktu yang cukup
lama. Keteterisasi urin merupakan salah satu tindakan yang membantu eliminasi urin maupun
ketidakmampuan melakukan urinasi. Prosedur pemasangan kateter uretra merupakan tindakan
invasif. Pasien akan dipasangkan sejenis alat yang disebut kateter Dower pada muara uretra.
Dalam melakukan prosedur ini diperlukan keprofesionalan.
Sebuah studi di Nigeria melaporkan pola striktur uretra. Dalam studi ini menyebutkan delapan
puluh empat pasien (83 laki-laki dan 1 perempuan) dengan striktur uretra dilihat dalam sebuah
periode dengan usia rata-rata 43,1 tahun. Trauma bertanggung jawab untuk 60 (72,3%) kasus,
dengan kecelakaan lalu lintas sebanyak 29 orang (34,9%), dengan trauma iatrogenik sebesar
17 (20,5%) dari semua kasus striktur uretra. Pemasangan kateter uretra bertanggung jawab
pada 13 pasien (76,5%) dari kasus iatrogenik. Uretritis purulen bertanggung jawab untuk 22
(26,5%) kasus. Lima puluh (60,2%) kasus terletak di uretra anterior sedangkan dua puluh tiga
(39,8%) berada di posterior. Lima puluh tujuh pasien dilakukan urethroplasty dengan
kekambuhan 14% dan 8 pasien mengalami dilatasi uretra dengan kekambuhan 50% pada
1 tahun.
TINJAUAN Anatomi Definisi Epidemiologi Etiologi
Gejala
PUSTAKA Klinis
Khas
Anamnesis •Untuk mencari gejala dan tanda adanya striktur uretra dan juga
mencari penyebab striktur uretra
•Laboratorium
Px. •Uroflowmetri
•Px. Radiologi Uretrografi
Penunjang •Instrumentasi
•Uretroskopi
TINJAUAN Manifestasi Penegakan Tata
Komplikasi Prognosis
PUSTAKA Klinis Dx Laksana
Dilatasi Uretra
TINJAUAN Manifestasi Penegakan Tata
Komplikasi Prognosis
PUSTAKA Klinis Dx Laksana
• Residu Urin
• Refluks vesico-ureteral
• ISK
• Gagal ginjal
TINJAUAN Manifestasi Penegakan Tata
Komplikasi Prognosis
PUSTAKA Klinis Dx Laksana
• Dari kasus di atas, pasien laki-laki usia 34 tahun tinggal di Lingkar Selatan Jambi datang dengan
keluhan tidak bisa BAK sejak ± 6 jam SMRS. Dari anamnesa didapatkan riwayat straddle injury (+) ± 1
bulan yang lalu. ± 1 minggu SMRS os mengeluh berupa sulit BAK, BAK mengejan, setelah BAK
penderita merasa tidak puas dan diikuti oleh pancaran urine yang lemah, dipertengahan miksi
seringkali miksi berhenti kemudian memancar lagi (intermitensi).
• Keluhan ini merupakan gejala obstruktif saluran kemih. Jadi kesimpulan yang diambil bahwa
penderita mengalami suatu gejala obstruktif saluran kemih. Dan juga ditemukan adanya keluhan
sering berkemih (frequency) terutama pada malam hari (nocturia), sehingga pasien ini disimpulkan
mengalami gejala iritatif dari saluran kemih. Berdasarkan kondisi faktual diatas pasien ini mengalami
gejala obstruktif dan gejala iritatif saluran kemih yang dikenal dengan LUTS (Lower Urinary Tract
Symptoms).
Analisa Kasus
• LUTS merupakan suatu gejala yang menunjukkan adanya gangguan pada saluran kemih bagian
bawah yang meliputi gejala obstruktif dan iritatif pada saluran kemih. Gejala obstruktif pada saluran
kemih yaitu mengedan ketika miksi (straining), menunggu pada awal miksi (hesitancy), pancaran
melemah (weakness), miksi terputus (intermitten) dan tidak lampias setelah miksi.
• Sedangkan gejala iritatif meliputi rasa ingin miksi yang tidak bisa ditahan (urgency), sering miksi
(frequency), sering miksi pada malam hari (nocturia) dan nyeri ketika miksi (dysuria). Dari keluhan
utama dan anamnesis pada pasien ini didapatkan pancaran buang air kecil melemah yang
disebabkan berkurangnya diameter dan atau elastisitas urethra yang disebabkan oleh jaringan
uretra yang diganti jaringan ikat yang kemudian mengkerut meyebabkan lumen urethra mengecil.
• Penyempitan lumen urethra yang disebabkan oleh dinding urethra mengalami fibrosis dan pada
tingkat yang parah terjadi fibrosis korpus spongiosum.
Analisa Kasus
• Berdasarkan pemeriksaan fisik pada status generalis didapatkan vital sign dalam batas normal,
konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak ikterik. Pada inspeksi regio CVA dan regio supra pubik
didapatkan dalam keadaan normal, regio genitalia externa tidak ditemukan bloody discharge. Pada
pemeriksaan Digital Rectal Examination (Rectal Toucher) didapatkan tonus spingter ani dalam
keadaan baik sehingga hal ini dapat menyingkirkan diagnosis bahwa retensio urine yang terjadi
diakibatkan oleh neurogenic bladder. Selain itu juga prostat dalam keadaan normal, sehingga
diagnosis retensio urine akibat hiperplasia prostat dapat disingkirkan.
• Pada pemeriksaan darah rutin dalam batas normal. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik maka
pasien ini didiagnosa dengan Striktur Uretra. Pada pasien ini akan ditatalaksana dengan pemberian
antibiotik dan analgetik untuk pengobatan secara simtomatik, kemudian rencana untuk dilakukan
uretrotomi interna dengan pisau sachse. Prognosis pada pasien ini secara vitam dan fungsionam
adalah ad bonam.
Kesimpulan
Kesimpulan