Anda di halaman 1dari 29

Presentasi Kasus

MENINGOENCEPHALITIS

Oleh:

Dwi Andari Maharani, S.Ked 04084820618155


Dwi Indah

Pembimbing:

dr. Theresia Christin, Sp.S

BAGIAN ILMU NEUROLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2017

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

MENINGOENCEPHALITIS

Oleh:

Dwi Andari Maharani, S.Ked 04084820618155


Dwi Indah

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat mengikuti kepaniteraan
klinik senior di Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Rumah Sakit Dr.Mohammad Hoesin Palembang periode 10 April 15 Mei 2017.

Palembang, Mei 2017


Pembimbing

dr. Theresia Christin, Sp.S

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya
penyusun dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul
Meningoencephalitis. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada dr. Theresia Christin, S.pS selaku pembimbing
yang telah membantu dalam penyelesaian laporan kasus ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan kasus ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan telaah ilmiah ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Palembang, April 2017

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................................
ii
KATA PENGANTAR........................................................................................................
iii
DAFTAR ISI......................................................................................................................
........................................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
.........................................................................................................................................1
BAB II STATUS PASIEN..................................................................................................
.........................................................................................................................................3
BAB III TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................
.......................................................................................................................................18
BAB IV ANALISIS KASUS ............................................................................................
.......................................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................
.......................................................................................................................................44
BAB I

PENDAHULUAN

Meningoenchepalitis berarti peradangan pada otak (encephalon) dan selaput


pembungkusnya (meningen).
Meningitis adalah suatu peradangan yang mengenai satu atau semua lapisan selaput
yang membungkus jaringan otak dan sumsum tulang belakang, yang menimbulkan eksudasi
(keluarnya cairan) berupa pus (nanah) atau serosa.
Meningitis biasanya disebabkan oleh infeksi infeksi virus, infeksi bakteri, jamur,
dan parasit, juga bisa dari berbagai penyebab non-infeksius, seperti karena obat-obatan
misalnya atau bisa juga penyebaran ke meninges (malignant meningitis). Meningitis bakterial
adalah peradangan selaput otak & medulla spinalis yang disebabkan oleh bakteri patogen,
ditandai dengan peningkatan sel PMN dalam LCS & terbukti adanya bakteri penyebab
infeksi dalam LCS. Bakteri penyebabnya dapat berupa Streptococcus grup B, E. coli,
S.pneumonia,N.meningitidis, H.influenzae, S.pneumoniae, N.meningitidi. Virus yang dapat
menyebabkan meningitis termasuk enterovirus, virus tipe 2 (dan kurang umum tipe 1),
varicella zoster virus (dikenal sebagai penyebab cacar air dan ruam saraf), virus gondok,
HIV, dan LCMV. Pemeriksaan yang sangat penting apabila penderita telah diduga meningitis
adalah pemeriksaan lumbal pungsi (pemeriksaan cairan selaput otak).
Berdasarkan grafik dari Centers for Diseases Control and Prevention 2003, kasus
meningitis terbanyak pada usia 15-24 tahun (20,4%). Pada anak usia 1-4 tahun sebanyak
13,8%, usia kurang dari 1 tahun sebanyak 11,9% .
Jika berdasarkan pemeriksaan penderita didiagnosa sebagai meningitis, maka
pemberian antibiotik secara infus (intravenous) adalah langkah yang baik untuk kesembuhan
serta mengurangi atau menghindari resiko komplikasi. Antibiotik yang diberikan kepada
penderita tergantung dari jenis bakteri yang ditemukan. Adapun beberapa antibiotik yang
sering diresepkan oleh dokter pada kasus meningitis yang disebabkan oleh bakteri
Streptococcus pneumoniae dan Neisseria meningitidis antara lain Cephalosporin (ceftriaxone
atau cefotaxime). Sedangkan meningitis yang disebabkan oleh bakteri Listeria
monocytogenes akan diberikan Ampicillin, Vancomycin dan Carbapenem (meropenem),
Chloramphenicol atau Ceftriaxone. Terapi lainnya adalah yang mengarah kepada gejala yang
timbul, misalnya sakit kepala dan demam (paracetamol), shock dan kejang (diazepam) dan
lain sebagainya.

1
Ensefalitis adalah suatu peradangan pada otak, yang biasanya disebabkan oleh virus
dan dikenal sebagai ensefalitis virus. Penyakit ini terjadi pada 0.5 dari 100.000 penduduk,
umumnya pada anak-anak usia 2 bulan sampai 2 tahun, orang tua, dan individu yang
mengalami gangguan sistem imun.
Ensefalitis bisa disebabkan berbagai macam mikroorganisme, seperti virus, bakteri,
jamur, cacing, protozoa, dan sebagainya. Yang terpenting dan tersering adalah virus: virus
herpes simpleks, arbovirus, dan enterovirus. Beberapa virus yang berbeda bisa menginfeksi
otak dan medula spinalis, termasuk virus penyebab herpes dan gondongan (mumps).
Ensefalitis bakterial dapat disebabkan oleh Mycrobacterium tuberkulosis, Mycoplasma
pneumonia, Salmonella thphi,dll.
Penyakit ini tersebar hampir di seluruh dunia, dengan berbagai jenis penyebabnya.
Berdasarkan laporan dari The Center for Disease Control and Prevention, diperkirakan
terdapat sekitar 20 ribu kasus ensefalitis di Amerika Serikat setiap tahunnya. Dari jumlah
tersebut, 5 hingga 20% meninggal, serta 20% lainnya mengalami gejala sisa seperti
gangguan kesadaran, amnesia, perubahan kepribadian, hemiparesis, serta kejang berulang. Di
Asia, virus Japanese, kelompok dari West Nile Virus, merupakan penyebab utama ensefalitis,
dimana setiap tahunnya bisa mengakibatkan 10 ribu kematian.
Perkembangan penyakit ensefalitis terlihat lebih jelas di negara-negara
berkembang, dengan kondisi sosioekonomi yang rendah. Pada negara yang sudah maju dan
dengan kelas sosial yang tinggi, menifestasi penyakit biasanya tidak begitu menonjol, dan
sering infeksi primer muncul pada saat dewasa saja.

BAB II

STATUS PASIEN

2
I IDENTIFIKASI
a. Nama : Tn. BAS
b. Umur : 20 tahun
c. Alamat : Jl. Sumberejo rt. 09 rw 02, Talang Ubi,
Kab. Muara Enim
d. Suku : Palembang
e. Bangsa : Indonesia
f. Agama : Islam
g. Status : Belum menikah
h. Pendidikan : SLTA
i. Pekerjaan : Pelajar
j. MRS : 9 April 2017
k. No. RM : 986639

ANAMNESA

Penderita dirawat di bagian neurologi karena mengalami penurunan kesadaran


secara perlahan-lahan.
Sejak 2 bulan yang lalu, penderita mengalami demam, nyeri kepala. Demam
dan nyeri kepala hilang timbul, intensitas ringan sedang. Penderita masih dapat
beraktifitas seperti biasa. Demam membaik dengan obat yang dibeli di warung. Sejak
1,5 bulan yang lalu penderita mengalami nyeri leher dan punggung hingga
penderita sukar menelan. Sejak 1 bulan yang lalu penderita mengalami kelemahan
sesisi tubuh mencul secara perlahan-lahan diawali dari tungkai kanan diikuti oleh
lengan kanan, kemudian penderita mengalami kelemahan sesisi tubuh sebelah kiri.
Sejak 3 hari yang lalu, penderita mengalami penurunan kesadaran secara perlahan-
lahan berupa makan sedikit demi sedikit dan bicara tidak nyambung. Muntah tidak
ada, kejang tidak ada, mulut mengot ke kiri ada, bicara pelobelum dapat dinilai,
gangguan sensibilitas belum dapat dinilai. Penderita dibawa berobat ke RSMH.
Riwayat trauma kepala ada, riwayat keluar cairan dari telinga tidak ada.
Riwayat benjolan tidak ada. Riwayat nyeri kepala lama tidak ada
Penyakit ini diderita untuk yang pertama kalinya.

3
PEMERIKSAAN ( 19 April 2017)

Status Internus
Kesadaran : GCS : 11 (E:3, M:5, V:3)
Gizi : Baik
Suhu Badan : 36,5 C
Nadi : 92 x/m
Pernapasan : 20 x/m
Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Berat Badan : 50 kg
Tinggi Badan : 150 cm
Jantung : HR: 92 x/m, murmur (-), gallop (-)
Paru-Paru : Vesikuler(+), ronkhi(-),wheezing (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Anggota Gerak : Lihat status neurologikus
Genitalia : Tidak diperiksa

Status Psikiatrikus
Sikap : kooperatif Ekspresi Muka : wajar
Perhatian : ada Kontak Psikik : ada

Status Neurologikus
KEPALA
Bentuk : normocephali Deformitas : (-)
Ukuran : normal Fraktur : (-)
Simetris : simetris Nyeri fraktur : (-)
Hematom : (-) Tumor : (-)

4
Pulsasi : (-)
Pembuluh darah : tidak ada pelebaran

LEHER
Sikap : lurus Deformitas : (-)
Torticolis : (-) Tumor : (-)
Kaku kuduk : (+)
Pembuluh darah : tidak ada pelebaran

SYARAF-SYARAF OTAK
N. Olfaktorius Kanan Kiri
Penciuman tidak ada kelainan tidak ada kelainan
Anosmia (-) (-)
Hyposmia (-) (-)
Parosmia (-) (-)

N.Opticus Kanan Kiri


Visus 6/6 6/6
Campus visi V.O.D V.O.S

-1mm -1mm

Kanan Kiri
- Anopsia (-) (-)
- Hemianopsia (-) (-)
-
Fundus Oculi
- Papil edema Tidak ada

5
- Papil atrofi Tidak ada
- Perdarahan retina Tidak ada

N. Occulomotorius, Trochlearis dan Abducens


Kanan Kiri
Diplopia (+) (+)
Celah mata Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Ptosis (-) (-)
Sikap bola mata
- Strabismus (-) (-)
- Exophtalmus (-) (-)
- Enophtalmus (-) (-)
- Deviation conjugae (-) (-)
- Gerakan bola mata baik ke segala arah baik ke segala arah
Pupil
- Bentuknya bulat bulat
- Besarnya 3 mm 3 mm
- Isokori/anisokor isokor
- Midriasis/miosis (-) (-)
Refleks cahaya
- Langsung (+) (+)
- Konsensuil (+) (+)
- Akomodasi (-) (-)

N.Trigeminus
Kanan Kiri

6
Motorik
- Menggigit tidak ada kelainan
- Trismus tidak ada kelainan
- Refleks kornea tidak ada kelainan
Sensorik
- Dahi tidak ada kelainan
- Pipi tidak ada kelainan
- Dagu tidak ada kelainan

N.Facialis
Kanan Kiri
Motorik
- Mengerutkan dahi tidak ada kelainan tidak ada kelainan
- Menutup mata tidak ada kelainan tidak ada kelainan
- Menunjukkan gigi tidak ada kelainan tidak ada kelainan
- Lipatan nasolabialis tidak ada kelainan tidak ada kelainan
- Bentuk Muka
- Istirahat tidak ada kelainan
- Berbicara/bersiul tidak ada kelainan
Sensorik
2/3 depan lidah tidak ada kelainan
Otonom
- Salivasi tidak ada kelainan
- Lakrimasi tidak ada kelainan
- Chvosteks sign (-) (-)

N. Cochlearis Kanan Kiri


Suara bisikan tidak ada kelainan

7
Detik arloji tidak ada kelainan
Tes Weber tidak ada kelainan
Tes Rinne tidak ada kelainan

N. Vestibularis
Nistagmus (-) (-)
Vertigo (-) (-)

N. Glossopharingeus dan N. Vagus


Kanan Kiri
Arcus pharingeus tidak ada kelainan
Uvula tidak ada kelainan
Gangguan menelan tidak ada kelainan
Suara serak/sengau tidak ada kelainan
Denyut jantung tidak ada kelainan
Refleks
- Muntah +
- Batuk +
- Okulokardiak +
- Sinus karotikus +
Sensorik
- 1/3 belakang lidah tidak ada kelainan
-
N. Accessorius
Kanan Kiri
Mengangkat bahu tidak ada kelainan
Memutar kepala tidak ada kelainan

8
N. Hypoglossus
Kanan Kiri
Mengulur lidah deviasi lidah ke kanan
Fasikulasi (-)
Atrofi papil (-)
Disartria (+)

MOTORIK
LENGAN Kanan Kiri
Gerakan Kurang
Kurang
Kekuatan 4 4
Tonus Meningkat Meningkat
Refleks fisiologis
- Biceps Meningkat Meningkat
- Triceps Meningkat Meningkat
- Radius Meningkat Meningkat
- Ulna Meningkat Meningkat
Refleks patologis
- Hoffman Ttromner (-) (-)
- Leri (-) (-).
- Meyer (-) (-)
Trofik eutrofik eutrofik

TUNGKAI Kanan Kiri


Gerakan Kurang
Kurang
Kekuatan 4 4
Tonus Meningkat Meningkat

9
Klonus
- Paha (-) (-)
- Kaki (-) (-)
Refleks fisiologis
- KPR Meningkat Meningkat
- APR Meningkat Meningkat
Refleks patologis
- Babinsky (+) (+)
- Chaddock (+) (+)
- Oppenheim (-) (-)
- Gordon (-) (-)
- Schaeffer (-) (-)
- Rossolimo (-) (-)
- Mendel Bechterew (-) (-)

Refleks kulit perut


- Atas tidak ada kelainan
- Tengah tidak ada kelainan
- Bawah tidak ada kelainan
Refleks cremaster tidak ada kelainan
Trofik tidak ada kelainan
SENSORIK
Tidak ada kelainan

GAMBAR

10
FUNGSI
VEGETATIF
Miksi : terpasang kateter
Defekasi : tidak ada kelainan
Ereksi : tidak diperiksa

KOLUMNA VERTEBRALIS
Kyphosis : (-)
Lordosis : (-)
Gibbus : (-)
Deformitas : (-)
Tumor : (-)
Meningocele : (-)
Hematoma : (-)
Nyeri ketok : (-)

GEJALA RANGSANG MENINGEAL

11
Kanan Kiri
Kaku kuduk (+)
Kerniq (+/+)
Lasseque (+/+)
Brudzinsky
- Neck (-)
- Cheek (-)
- Symphisis (-)
- Leg I (-)
- Leg II (-)

GAIT DAN KESEIMBANGAN


Gait Keseimbangan dan Koordinasi
Ataxia : Belum dapat dinilai Romberg : Belum dapat dinilai
Hemiplegic : Belum dapat dinilai Dysmetri : Belum dapat dinilai
Scissor : Belum dapat dinilai - jari-jari : Tidak ada kelainan
Propulsion : Belum dapat dinilai - jari hidung : Tidak ada kelainan
Histeric : Belum dapat dinilai - tumit-tumit : Belum dapat dinilai
Limping : Belum dapat dinilai Rebound phenomen : Belum dapat dinilai
Steppage : Belum dapat dinilai Dysdiadochokinesis : Belum dapat dinilai
Astasia-Abasia: Belum dapat dinilai Trunk Ataxia : Belum dapat dinilai
Limb Ataxia : Belum dapat dinilai

GERAKAN ABNORMAL Ballismus : (-)


Tremor : (-) Dystoni : (-)
Chorea : (-) Myocloni : (-)
Athetosis : (-)

12
FUNGSI LUHUR Alexia : (-)
Afasia motorik : (-)
Afasia sensorik : (-)
Apraksia : (-)
Agrafia : (-)

13
Berat Jenis : 1.020 PMN Sel : 17%
MN Sel : 83% Protein : 8.7
Nonne : negatif LDH :9
Pandy : negatif Glukosa : 124.9
Klorida : 130

PEMERIKSAAN KHUSUS
Rontgen foto thoraks :
Kesan :
Tak tampak kelainan radiologis thoraks

Rontgen foto cervical :

Kesan :
Straight cervical
CT-Scan :

Kesan :
Hidrosefalus non communicans dengan edema serebri
Sinusitis frontal kanan

DIAGNOSIS

Diagnosis klinis : Penurunan kesadaran


Hemiparese duplex tipe spastik
Parese N. XII dextra tipe sentral
GRM (+)
Diagnosis topik : Meningen + encephalon
Diagnosis etiologi : Susp. Meningoencephalitis bacterial

PENATALAKSANAAN

Nonfarmakologi:

Head up 30
O2 3-5 L via nasal kanul
Diet cair 1600 kkal

Farmakologi

IVFD NaCl 0,9% gtt xx/menit


Ranitidin 2x50 gr (iv)
Paracetamol 3x1 gr (iv)
Neurodex 1x1 tab (po)
Tramadol 2x50 gr (iv)
Glaucon 3x500 mg (iv)
Dexametadon 4x10 mg (iv)
Ceftriaxon 2x2 mg (iv)
Metronidazol 4x500 mg (iv)

PROGNOSIS

Quo ad Vitam : dubia ad bonam

Quo ad Functionam : dubia ad bonam

Quo ad Sanationam : dubia ad bonam

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI ORGAN TERKAIT (MENINGENS DAN ENCEPHALON)
Dalam pembahasan anatomi meningoencephalitis akan dibahas dua bagian
anatomi yaitu meningens dan encephalon. Meningens merupakan selaput atau
membran yang terdiri atas jaringan ikat yang melapisi dan melindungi otak.
Selaput otak atau meningens terdiri dari tiga bagian yaitu:
1. Durameter
Durameter dibentuk dari jaringan ikat fibrous. Secara konvensional
durameter ini terdiri atas dua lapis, yaitu endosteal dan lapisan meningeal.
Kedua lapisan ini melekat dengan rapat, kecuali sepanjang tempat-tempat
tertentu, terpisah dan membentuk sinus-sinus venosus. Lapisan endosteal
sebenarnya merupakan lapisan periosteum yang menutupi permukaan dalam
tulang cranium. Lapisan meningeal merupakan lapisan durameter yang
sebenarnya, sering disebut dengan cranial durameter. Lapisan meningeal ini
terdiri atas jaringan fibrous padat dan kuat yang membungkus otak dan
melanjutkan menjadi durameter spinalis setelah melewati foramen magnum
yang berakhit sampai segmen kedua dari os sacrum.
Lapisan meningeal membentuk septum ke dalam, membagi rongga cranium
menjadi ruang-ruang yang saling berhubungan dengan bebas dan menampung
bagian-bagian otak. Fungsi septum ini adalah untuk menahan pergeseran otak.
Adapun empat septum itu antara lain:
Falx cerebri adalah lipatan durameter berbentuk bulan sabit yang terletak
pada garis tengah diantara kedua hemisfer cerebri. Ujung bagian anterior
melekat pada crista galli. Bagian posterior melebar, menyatu dengan
permukaan atas tentorium cerebelli.
Tentorium cerebelli adalah lipatan durameter berbentuk bulan sabit yang
menutupi fossa crania posterior. Septum ini menutupi permukaan atas
cerebellum dan menopang lobus occipitalis cerebri.
Falx cerebelli adalah lipatan durameter yang melekat pada protuberantia
occipitalis interna.
Diapharma sellae adalah lipatan sirkuler kecil dari durameter, yang
mmenutupi sella turcica dan fossa pituitary pada os sphenoidalis.
Diafragma ini memisahkan pituitary gland dari hypothalamus dan chiasma
opticum. Pada bagian tengah terdapat lubang yang dilalui oleh tangkai
hypophyse.

Pada pemisahan dua lapisan durameter ini, terdapat sinus duramatris yang
berisi darah vena. Sinus venosus/duramatris ini menerima darah dari drainase
vena pada otak dan mengalir menuju vena jugularis interna. Dinding dari
sinus-sinus ini dibatasi oleh endothelium. Sinus pada calvaria yaitu sinus
sagitalis superior. Sinus sagitalis inferior, sinus transverses dan sinus
sigmoidea. Sinus pada basis crania antara lain: sinus occipitalis, sinus
sphenoidalis, sinus cavernosus, dan sinus petrosus.
Pada lapisan durameter ini terdapat banyak cabang-cabang pembuluh
darah yang berasal dari arteri carotis interna, a. maxilaris, a.pharyngeus
ascendens,a.occipitalis dan a.vertebralis. Dari sudut klinis, yang terpenting
adalah a. meningea media (cabang dari a.maxillaris) karena arteri ini
umumnya sering pecah pada keadaan trauma capitis. Pada durameter terdapat
banyak ujung-ujung saraf sensorik, dan peka terhadapa rgangan sehingga jika
terjadi stimulasi pada ujung saraf ini dapat menimbulkan sakit kepala yang
hebat.

2. Arachnoid
Lapisan ini merupakan suatu membran yang impermeable halus, yang
menutupi otak dan terletak diantara piameter dan durameter. Mebran ini
dipisahkan dari durameter oleh ruang potensial yaitu spatium subdurale dan
dari piameter oleh cavum subarachnoid yang berisi cerebrospinal fluid.
Cavum subarachnoid (subarachnoid space) merupakan suatu rongga/ruangan
yang dibatasi oleh arachnoid dibagian luar dan piameter pada bagian dalam.
Dinding subarachnoid space ini ditutupi oleh mesothelial cell yang pipih. Pada
daerah tertentu arachnoid menonjol ke dalam sinus venosus membentuk villi
arachnoidales. Agregasi ini berfungsi sebagai tempat perembesan
cerebrospinal fluid ke dalam aliran darah.
Arachnodi berhubungan dengan piameter melalui untaian jaringan fibrosa
halus yang melintasi cairan dalam cavum subarachnoid. Struktur yang
berjalan dari dan ke otak menuju cranium atau foraminanya harus melalui
cavum subarachnoid.

3. Piameter
Lapisan piameter berhubungan erat dengan otak dan sum-sum tulang
belakang, mengikuti tiap sulcus dan gyrus. Piameter ini merupakan lapisan
dengan banyak pembuluh darah dan terdiri atas jaringan penyambung yang
halus serta dilalui pemmbuluh darah yang memberi nutrisi pada jaringan saraf.
Astrosit susunan saraf pusat mempunyai ujung-ujung yang berakhir
sebagai end feet dalam piameter untuk membentuk selaput pia-glia Selaput ini
berfungsi untuk mencegah masuknya bahan-bahan yang merugikan ke dalam
susunan saraf pusat.
Piameter membentuk tela choroidea, atap ventriculus tertius dan quartus
dan menyatu dengan ependyma membentuk plexus choroideus dalam
ventriculus lateralis, tertius dan quartus.
Gambar 1. Penampang melintang lapisan pembungkus jaringan otak

Sedangkan encephalon adalah bagian sistem saraf pusat yang terdapat di


dalam cranium; terdiri atas proencephalon (disebut juga forebrain yaitu bagian
dari otak yang berkembang dari anterior tiga vesikel primer terdiri atas
diensefalon dan telensefalon); mesencephalon (disebut juga brainstem yaitu
bagian dari otak yang berkembang dari bagian tengah tiga vesikel primer, terdiri
atas tektum dan pedunculus); dan rhombencephalon (disebut juga
hindbrain,terdiri atas metensefalon (serebelum dan pons) dan mielensefalon
(medulla oblongata).
Gambar 2. Skema pembagian jaringan otak (encephalon)
Gambar 3. jaringan otak (encephalon)

B. DEFINISI MENINGOENCEPHALITIS
Meningoencephalitis adalah peradangan yang terjadi pada encephalon dan
meningens. Nama lain dari meningoencephalitis adalah cerebromeningitis,
encephalomeningitis, dan meningocerebritis.
C. ETIOLOGI MENINGOENCEPHALITIS
Meningitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau beberapa kasus yang
jarang disebabkan oleh jamur. Istilah meningitis aseptic merujuk pada meningitis
yang disebabkan oleh virus tetapi terdapat kasus yang menunjukan gambaran
yang sama yaitu pada meningitis yang disebabkan organisme lain (lyme disease,
sifilis dan tuberculosis); infeksi parameningeal (abses otak, abses epidural, dan
venous sinus empyema); pajanan zat kimia (obat NSAID, immunoglobulin
intravena); kelainan autoimn dan penyakit lainnya.
Bakteri yang sering menyebabkan meningitis bacterial sebelum
ditemukannya vaksin Hib, S.pneumoniae, dan N. meningitidis. Bakteri yang
menyebabkan meningitis neonatus adalah bakteri yang sama yang menyebabkan
sepsis neonatus.

Tabel 1. Bakteri penyebab meningitis


Golongan Bakteri yang paling sering Bakteri yang jarang menyebabkan
usia menyebabkan meningitis meningitis
Neonatus Group B streptococcus Staphylococcus aureus
Escherichia coli Coagulase-negative staphylococci
Klebsiella Enterococcus faecalis
Enterobacter Citrobacter diversus
Salmonella
Listeria monocytogenes
Pseudomonas aeruginosa
Haemophilus influenzae types a, b, c, d,
e, f, dan nontypable
>1 bulan Streptococcus pneumonia H. influenzae type b
Neisseria meningitides Group A streptococci
Gram-negatif bacilli
L. monocytogenes

Virus yang menyebabkan meningitis pada prinsipnya adalah virus golongan


enterovirus dimana termasuk didalamnya adalah coxsackieviruses, echovirus dan
pada pasien yang tidak vaksinasi (poliovirus). Virus golongan enterovirus dan
arbovirus (St. Louis, LaCrosse, California vencephalitis viruses) adalah golongan
virus yang paling sering menyebabkan meningoencephalitis. Selain itu virus yang
dapat menyebabkan meningitis yaitu HSV, EBV, CMV lymphocytic
choriomeningitis virus, dan HIV. Virus mumps adalah virus yang paling sering
menjadi penyebab pada pasien yang tidak tervaksinasi sebelumnya. Sedangkan
virus yang jarang menyebabkan meningitis yaitu Borrelia burgdorferi (lyme
disease), B. hensalae (cat-scratch virus), M. tuberculosis, Toxoplasma, Jamus
(cryptococcus, histoplasma, dan coccidioides), dan parasit (Angiostrongylus
cantonensis, Naegleria fowleri, Acanthamoeba).
Encephalitis adalah suatu proses inflamasi pada parenkim otak yang biasanya
merupakan suatu proses akut, namun dapat juga terjadi postinfeksi
encephalomyelitis, penyakit degeneratif kronik, atau slow viral infection.
Encephalitis merupakan hasil dari inflamasi parenkim otak yang dapat
menyebabkan disfungsi serebral. Encephalitis sendiri dapat bersifat difus atau
terlokalisasi. Organisme tertentu dapat menyebabkan encephalitis dengan satu
dari dua mekanisme yaitu (1). Infeksi secara langsung pada parenkim otak atau
(2) sebuah respon yang diduga berasal dari sistem imun (an apparent immune-
mediated response) pada sistem saraf pusat yang biasanya bermula pada beberapa
hari setelah munculnya manifestasi ekstraneural.

Tabel 2. Virus penyebab meningitis


Akut Subakut
Adenoviruses HIV
1. Amerika utara JC virus
Eastern equine encephalitis Prion-associated encephalopathies
Western equine encephalitis (Creutzfeldt-Jakob disease, kuru)
St. Louis encephalitis
California encephalitis
West Nile encephalitis
Colorado tick fever
2. Di luar amerika utara
Venezuelan equine
encephalitis
Japanese encephalitis
Tick-borne encephalitis
Murray Valley encephalitis
Enteroviruses
Herpesviruses
Herpes simplex viruses
Epstein-Barr virus
Varicella-zoster virus
Human herpesvirus-6
Human herpesvirus-7
HIV
Influenza viruses
Lymphocytic choriomeningitis virus
Measles virus (native atau vaccine)
Mumps virus (native atau vaccine)
Virus rabies
Virus rubella

Virus adalah penyebab utama pada infeksi encephalitis akut. Encephalitis


juga dapat merupakan hasil dari jenis lain seperti infeksi dan metabolik, toksik
dan gangguan neoplastik. Penyebab yang paling sering menyebabkan encephalitis
di U.S adalah golongan arbovirus (St. Louis, LaCrosse, California, West nile
encephalitis viruses), enterovirus, dan herpesvirus. HIV adalah penyebab penting
encephalitis pada anak dan dewasa dan dapat berupa acute febrile illness.

Anda mungkin juga menyukai