terdiri dari :
OVARIUM
Jumlah sepasang
Terletak di dalam pelvis minor
Berbentuk bulat memenjang, agak pipih (seperti buah almond dengan ukuran
3x1,5x1 cm)
Terdiri dari cortex, dan medulla (berisikan pembuluh darah, limf dan saraf)
Dilekatkan oleh mesovarium pada lig latum (berupa lipatan peritoneum sebelah
lateral kiri dan kanan uterus. Meluas sampai dinding panggul dan dasar panggul,
sehingga seolah-olah menggantung pada tubae)
Difiksasi oleh
o Lig suspensorium ovarii (lig infundibulopelvicum) : lig ini
menggantungkan uterus pada dinding panggul antara sudut tuba.
o Pada yang ke ovarium terdapat lig ovarii propium
o Lig teres uteri (lig rotundum) : terdapat d bag atas lateral dari uterus,
caudal dari tuba, kedua lig ini melalui canalis inguinalis ke bag cranial
labium majus. Pada saat kehamilan mengalami hipertrofi dan dapat
diraba dengan pemeriksaan luar.
TUBA UTERINA (SALPINX)
Jumlah sepasang kanan dan kiri
Merupakan saluran muscular, panjang 10cm. Menjulur dari uterus kearah
ovarium dengan ujung distal terbuka ke dalam rongga peritoneum disebut
ostium abdominale
Infundibulum, bangunan yang berbentuk seperti corong
Ampula, bangunan yang membesar
1
UTERUS
Organ muscular, berbentuk buah jambu (peer) agak pipih
facies vesicalis, di dataran ventral menghadap ke VU
fascies intestinalis, di dataran dorsal menghadap ke usus
margo lateralis kanan dan kiri
dinding uterus dari luar ke dalam terdiri dari perimetrium, myometrium, dan
endometrium.
Uterus di bagi atas :
o Fundus uteri : bagian yang terletak di atas (proximal) osteum tuba
uterina.
o Corpus uteri : bagian tengah uterus yang berbentuk bulat melebar. Batas
antara corpus uteri dan cervix uteri dibentuk oleh isthmus uteri, suatu
penyempitan di dalam uteri, terletak antara ostium uteri internum
anatomicum dengan ostium uteri histologicum. Distal dari istmus uteri
terdapat ruangan melebar disebut cervix uteri.
o Cervix uteri : bag yang paling sempit dan menonjol ke dalam rongga
vagina. Pada bagian ujung distal cervix ada bagunan yang menyempit
disebut ostum uteri externum. Rongga di dalam cervix uteri disebut
canalis cervicis.
VAGINA
Bentuk tabung muskular, muali servix sampai genitalia externa.
Panjang antara 8-12 cm.
Bagian distal cervix menonjol ke dalam rongga vagina disebut portio vaginalis
Cervicis uteri. Bagian cervix proximalnya disebut portio supravaginalis
cervicis uteri.
Rongga vagina yang mengelilingi portio vaginalis cervicis disebut fornix yang
dapat dibedakan fornix lateralis dextra dan sinistra, fornix anterior dan
posterior.
Tunika mukosa membentuk rugae yang transversal pada dinding vebtral dan
dorsal disebut columna rugarum.
Fascia endopelvis memadat menjadi ligamentum fasialis yang berfungsi
menunjang servix dan vagina.
Ligamentum-ligamentum yang ikut memfiksasi uterus diantaranya :
o Lig.Cardinale (Mackenrodts)/lig.cervicalis lateralis : melewati sebelah
lateral servix dan bagian atas vagina ke dinding pelvis.
o Lig.utero-sacrale/lig.recto uterina : melewati bagian belakang servix
dan fornix vagina ke fascia yang melapisi sendi sacro-iliaca. Mulai dari
isthmus ke jaringan pengikat disebelah lateral dari rectum setinggi
vertebrata sacralis III, mengandung otot polos.
o Lig,puboservicale : meluas ke anterior dari lig.cardinale ke pubis
(puboprostatica pada pria).
o Lig.pubovesicale : dari belakang symphisis pubis menuju collum
vesica urinaria.
2
Fiksasi yang utama pada uterus ke vagina adalah : lig.cardinale & utero-sacrale.
Fungsi : alat bersenggama, jalan lahir waktu partus, saluran keluar uterus yang
dapat mengalirkan darah pada waktu menstruasi dan sekret dari uterus.
Pada virgo intacta introitus vaginae sebagian ditutupi oleh suatu selaput yang
disebut hymen. Menurut bentuknya dapat dibedakan :
o Hymen anularis (cincin)
o Hymen semilunaris (bulan sabit)
o Hymen cribriformis (berlubang-lubang sebagai saringan)
o Hymen fimbriatus ( dengan tepi sebagai jari-jari)
o Hymen imperforatus (tidak berlubang)
Suatu lipatan kulit, ke dorsocaudal berhubungan satu dengan yang lain membentuk
comissura posterior labiorum majorum, ventrocranial membentuk comissura anterior
labiorum majorum.
Dapat dibedakan facies lateralis :mempunyai rambut dan banyak pigmen. Facies
medialis, mempunyai gld.sebacea yang besar & tidak mempunyai rambut.
Celah yang dibatasi oleh kedua labia majora disebut rima pudendi.
Clitoris
Clitoris
merupakan
suatu
bangunan
yang
terdiri
dari:
- Glans clitoris : ujung distal corpus clitoridis terdapat corpus cavernosum glandis
- Corpus clitoris
:
kedua
crura
yang
bersatu
- Crura clitoris
Urethra Feminina
4
Panjangnya 3-4 cm, predisposisi ISK, berjalan dari leher kandung kemih menuju
ostium urethrae externum yang terletak diantara clitoris dengan vagina.
Perineum
Merupakan area bentuk belah ketupat, terbagi regio urogenitalis dan analis.
Terletak dibawah diaphragma pelvis, dibatasi oleh ramus inferior os pubis dan ramus
inferior os ischii kanan dan kiri dan kedua lig.sacrotuberale.
Diafragma Pelvis
1. Pelvis mayor : berisi saluran cerna, VU, ureter, sistem genitalis
2. Pelvis minor
- PAP (aditus pelvis)
Dibentuk oleh : promontorium, linea terminalis, ala osis sacralis, dan supra
pubis.
a. Conjugate vera : ukuran antero posterior
Jarak antara pinggir atas pubis sampai promontorium, penting untuk
menentukan dapat todaknya bayi melewati sehingga dapat menentukan
tindak lanjut persalinan pervaginam atau section secaria.
Dengan bantuan conjugate diagonalis (diukur dengan vaginal touch)
sampai promontorium. Conjugate diagonalis(12,5 cm) 1,5 = 11-13cm
b. Conjugate transversa : diukur dari titik terjauh linea terminalis kiri dan
kanan tegak lurus dengan conjugate vera. 13-14,5 cm.
c. Conjugate obstetrica : jarak antara promontorium ke pinggir tengah
simpisis pubis. Bagian aditus pelvis yang paling sempit, 10,6 cm.
-
Mid pelvis
Dibentuk oleh : apex arcus pubis, spina ischiadica, ujung os.sacrum.
Paling sempit, bentuk oval, sering terjadi kemacetan pada persalinan.
Ukuran yang penting :
a. Anteroposterior : tepi bawah simp.pubis sampai pertengahan os.sacrum 4.
11,5-12 cm.
b. Transversa : spina ischiadica kanan kiri. 10-10,5 cm
c. Sagittal : anteroposterior dengan potongan transversa
LO 2.1 Mikroskopis
Genitalia Interna
1. Ovarium
Folikel sekunder
bertambah
: Ukuran ovum
besar,
60-8 0 m .
Folikel de Graff : folikel yang telah selesai berkembang dan siap berovulasi. Folikel
berukuran sangat besar memenuhi seluruh korteks, mendesak dinding folikular, tunica
albuginea dan epitel geminativum sehingga menjadi semakin tipis. Cumulus oophorus
semakin genting, ovum dan corona radiata nyaris terlepas.
Folikel atretis
: folikel ovarium yang mengalami proses kematian. Dari 400.000
folikel pada wanita dewasa muda hanya 400 yang berovulasi selama 30-35 tahun.
Corpus luteum
Setelah ovulasi terjadi
ruptur dinding folikel
dan
folikel
kolaps.
Terjadi proses luteinisasi
pada sel-sel granulosa yang membentuk corpus luteum. Sel granulosa hipertropi
bentuknya jadi polihedral, inti membesar dengan sitoplasma dipenuhi lipid.
Corpus albicans
Bila tidak terjadi kehamilan corpus luteum bertahan aktif secara hormonal selama 2
minggu, setelah itu berdegenerasi dan mengalami involusi. Secara bertahap berubah
menjadi corpus albicans yang aselular dipenuhi serat hialin, terlihat pucat, kadang masih
terlihat sisa sel lutein diantara jaringan ikat
2.
3.
2. Tuba Uterina
Ampula tuba uterina
Mukosa tuba uterina berlipat-lipat sampai memenuhi lumen. Dilapisi epitel selapis silindris
dengan lamina propria dibawahnya. Sel epitel terdiri dari sel torak bersilia dan sel torak
sekretorik tanpa silia. Tunica muskularis ada 2 lapis, sebelah dalam serat otot yang berjalan
melingkar dan sebelah luar lebih tipis dan berjalan memanjang
9
Isthmus
Susunan mukosa sesuai dengan bagian ampula hanya mukosa tidak berlipat-lipat dan
lumennya lebih sempit
2. Uterus
Saluran berdinding tebal, berfungsi untuk menyalurkan sperma ke tempat fertilisasi, sebagai
tempat terjadinya implantasi dan perkembangan embrio.
Dindingnya terdiri atas 3 lapis :
1.
Endometrium (Mukosa) : bagian dalam dilapisi epitel selapis silindris
bersilia dan terdapat pula kelenjar uterus yang bermukosa dari
permukaan.
2.
Miometrium (dinding otot): terdapat 3 lapisan otot yang batas-batasnya
kurang jelas. Tiga lapisan otot tersebut adalah
Lapisan Sub vascular : serat-serat otot tersusun memanjang
Lapisan Vaskular : lapisan otot tengah tebal, serat tersusun
melingkar dan serong dengan banyak pembuluh darah.
Lapisan Supravaskular : lapisan otot luar memanjang tipis.
3.
Perimetrium : adalah serosa khas khas terdiri selapis sel mesotel yang
ditunjang oleh jaringan ikat tipis.
10
3. Vagina
Merupakan bagian terakhir dari saluran reproduksi betina. Berbentuk pipa panjang,untuk
menerima penis terdiri dari 3 lapis yaitu :
1.
Lapisan Mukosa : mempunyai lipatan mendatar dan tersusun atas
epitel berlapis pipih tanpa lapisan tanduk. Dan terdapat lamina propria
yang tersusun atas jaringan ikat padat dengan banyak serat elastin,
leukosit, limfosit dan nodulus limfatikus (jarang terlihat).
2.
Lapisan otot : terdiri dari berkas-berkas otot polos yang tersusun
berjalinan.
3.
Lapisan Adventisia/ Serosa: berupa lapisan tipis yang tersusun dari
jaringan ikat yang berbaur dengan adventisia organ sekitarnya.
1 tunika mukosa
4 3
a. epitel
2
1 1a
b. lamina propria
3b
3a
2 1b
tunika submukosa
3 tunika muskularis
a. otot sirkuler
b. otot longitudinal
4 tunika adventitia
4. Kelenjar Tambahan
Terdiri dari :
11
1.
2.
3.
12
Genitalia Eksterna
Alat kelamin luar secara umum disebut vulva, meliputi klitoris, labium mayus dan minus
serta kelenjar tertentu yang bercurah ke dalam vestibulum.
Klitoris
Klitoris itu padan penis tetapi tidak sama benar. Ia terdiri atas dua bahan erektil yang berakhir
di dalam kepala klitoris atau glans klitoridis yang kecil. Di luarnya diliputi epitel berlapis
gepeng tipis yang dilengkapi dengan ujung saraf sensorik khusus.
Labium minus
Berupa lipatan mukosa yang membentuk dinding lateral vestibulum.Epitelnya berupa epitel
berlapis gepeng dan bagian tengahnya terdiri atas jaringan ikat yang berlimpah pembuluh
darah.Terdapat papila tinggi menjorok jauh ke dalam epitel.Kelenjar sebasea terdapat pada
kedua permukaannya dan tidak berlengkapan folikel rambut.
Labium mayus
Berwujud lipatan kulit yang menutupi labium minus. Permukaan dalamnya halus tidak
berambut.Permukaan luarnya diliputi epidermis dengan lapisan tanduk dan mempunyai
banyak rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea.Bagian tengah setiap bibir
mengandung cukup banyak jaringan lemak dan sedikit serat otot polos.
Vestibulum
13
Tempat bermuaranya vagina dan ureter, dilapisi epitel berlapis gepeng khusus yang banyak
mengandung banyak kelenjar kecil yaitu kelenjar vestibulum minor, yang terutama terletak
disekitar muara ureter dan di dekat klitoris.Mereka bersesuaian dengan kelenjar
Littre.Kelenjar vestibuler mayor (kelenjar Bartholin), beranalog dengan kelenjar bulbourenil
pada pria dan terletak di dalam dinding lateral vestibulum.Mereka berwujud kelenjar
tubuloalveolar yang menggetahkan lendir.Saluran keluarnya bermuara di dekat pangkal
himer.
(Textbook Histology. Saunders, 2004)
c.
-
Chlamidia Trachomatis
adalah salah 1 dari 4 spesies chlamydia yang
merupakan bakteri khusus yang hidup sebagai
parasit intrasel
- infeksi bakteri menular sexual yang ditemukan diseluruh dunia
- bersifat dimorfik
- memiliki afinitas pada epitel uretra, serviks, konjungtiva mata
- dapat menginfeksi faring, rektum orang yang melakukan hubungan sex oral atau anal
respetif
- pada bayi terinfeksi waktu dilahirkan mengalami konjungtivitis dan pneumonia
Parasit
d. Trichomonas vaginalis
Morfologi
Trichomonas vaginalis tidak memiliki stadium kista tetapi hanya ditemui dalam stadium
tropozoit. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut :
Bentuknya oval atau piriformis
Memiliki 4 buah flagel anterior
Flagel ke-5 menjadi axonema dari membran bergelombang (membrana undulant)
Pada ujung posterior terdapat axonema yang keluar dari badan, yang diduga untuk
melekatkan diri pada jaringan sehingga menimbulkan irritasi.
Memiliki satu buah inti
Memiliki sitostoma pada bagian anterior untuk mengambil makanan
Perkembangbiakan dengan cara belah pasang.
15
Gejala klinis
Pada wanita, Trichominiasis menyebabkan vaginitis (radang vagina) dengan fluor albus
yang berwarna putih seperti cream dan berbuih. Bagian vulva dan cervic bisa mengalami
peradangan.
Pada pria jarang menunjukkan tanda yang jelas, tetapi dapat pula terjadi uretritis dan
prostatitis.
Jamur
e. Candida albicans
Memperbanyak diri dengan membentuk tunas yang akan terus memanjang membentuk
hifa semu. Hifa semu terbentuk dengan banyak kelompok blastospora berbentuk bulat atau
lonjong di sekitar septum. Pada beberapa strain, blastospora berukuran besar, berbentuk
bulat atau seperti botol, dalam jumlah sedikit.
Spesiescendawanpatogen, mempunyai beberapa karakteristik, yaitu berbentuk seperti telur
(ovoid) atau sferis dengan diameter 3-5 m dan dapat memproduksi pseudohifa. Fenotipe
atau penampakan mikroorganisme, dapat berubah dari berwarna putih dan rata menjadi
kerut tidak beraturan, berbentuk bintang, lingkaran, bentuk seperti topi, dan tidak tembus
cahaya. Cendawan ini memiliki kemampuan untuk menempel pada sel inang dan
melakukan kolonisasi.
Sel ini dapat berkembang menjadi klamisdospora yang berdinding tebal dan bergaris
tengah sekitar 8-12 mikron. Morfologi koloni candida albicans pada medium padat agar
sabouraud dekstrosa, umunya berbentuk bulat dengan permukaan sedikit cembung, halus,
licin dan kadang-kadang sedikit berlipat-lipat terutama pada koloni yang telah tua. Umur
biarkan mempengaruhi besar kecil koloni. Warna koloni putih kekuningan dan berbau
asam seperti aroma tape. Dalam medium cair seperti glucose yeast, extract pepton candida
16
LO 2.3 Klasifikasi
Leukorrhea Fisiologis
Yaitu sekret dari vagina normal yang berwarna jernih atau putih, menjadi kekuningan bila
kontak dengan udara yang disebabkan oleh proses oksidasi. Secara mikroskopik terdiri dari
sel-sel epitel vagina yang terdeskuamasi, cairan transudasi dari dinding vagina, sekresi dari
endoserviks berupa mukus, sekresi dari saluran yang lebih atas dalam jumlah bervariasi serta
mengandung berbagai mikroorganisme terutama Lactobacillus doderlein. Memiliki pH < 4,5
yang terjadi karena produksi asam laktat oleh Lactobacillus dari metabolisme glikogen pada
sel epitel vagina.
Leukorrhea fisiologis terdapat pada keadaan sebagai berikut :
1.
Bayi baru lahir sampai dengan usia 10 hari, hal ini disebabkan pengaruh estrogen
di plasenta terhadap uterus dan vagina bayi.
2.
Premenarche, mulai timbul pengaruh estrogen
3.
Saat sebelum dan sesudah haid
4.
Saat atau sekitar ovulasi, keadaan sekret dari kelenjar pada serviks uteri menjadi
lebih encer
5.
Adanya rangsangan seksual pada wanita dewasa karena pengeluaran transudasi
dinding vagina
6.
Pada kehamilan, karena pengaruh peningkatan vaskularisasi dan bendungan di
vagina dan di daerah pelvis
7.
Stress emosional
8.
Penyakit kronis, penyakit saraf, karena pengeluaran sekret dari kelenjar serviks
uteri juga bertambah
9.
Pakaian (celana dalam ketat, pemakaian celana yang jarang ganti, pembalut)
10.
Leukorrhea yang disebabkan oleh gangguan kondisi tubuh, seperti keadaan
anemia, kekurangan gizi, kelelahan, kegemukan, dan usia tua > 45 tahun
Leukorrhea Patologis
Leukorrhea dikatakan tidak normal jika terjadi peningkatan volume (khususnya membasahi
pakaian), bau yang khas dan perubahan konsistensi atau warna. Penyebab terjadinya
leukorrhea patologis bermacam-macam, dapat disebabkan oleh adanya infeksi (oleh bakteri,
17
jamur, protozoa, virus) adanya benda asing dalam vagina, gangguan hormonal akibat
menopause dan adanya kanker atau keganasan dari alat kelamin, terutama pada serviks.
Penyebab leukorrhea patologis :
a. Infeksi
Penyebab leukorrhea terbanyak adalah infeksi pada vagina (vaginitis) dan seviks (servisitis).
Ada atau tidaknya bau, gatal dan warna dapat membantu menemukan etiologinya. Sekret
yang disebabkan oeh infeksi biasanya mukopurulen, warnanya bervariasi dari putih
kekuningan hingga berwarna kehijauan. Vaginitis paling sering disebabkan oleh Candida
spp., Trichomonas vaginalis, Vaginalis bakterialis. Sedangkan servisitis paling sering
disebabkan oleh Chlamidia trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae. Selain itu penyebab
infeksi yang lain adalah infeksi sekunder pada luka, abrasi (termasuk yang disebabkan oleh
benda asing), ataupun terbakar.
b. Non infeksi
Dapat disebabkan oleh :
Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan
Kadang-kadang pada wanita ditemukan cairan dari vagina yang tercampur dengan urine atau
feses. Hal ini dapat terjadi akibat adanya fistel uterovagina, fistel rektovagina yang
disebabkan kelainan kongenital, cedera persalinan, radiasi pada kanker alat kandungan atau
akibat kanker itu sendiri.
Benda asing
Adanya benda asing seperti kotoran tanah atau biji-bijian pada anak-anak ataupun
tertinggalnya tampon maupun kondom pada wanita dewasa, adanya cincin pesariumpada
wanita yang menderita prolaps uteri serta pemakaian alat kontrasepsi seperti IUD dapat
merangsang pengeluaran sekret secara berlebihan.
Hormonal
Perubahan hormonal estrogen dan progesteron yang terjadi dapat dikarenakan adanya
perubahan konstitusi dalam tubuh wanitu itu sendiri atau karena pengaruh dari luar misalnya
karena obat/cara kontrasepsi, dapat juga karena penderita sedang dalam pengobatan
hormonal.
Kanker
Pada kanker terdapat gangguan dari pertumbuhan sel normal yang berlebihan sehingga
mengakibatkan sel bertumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah rusak, akibatnya
terjadi pembusukan dan perdarahan akibat pecahnya pembuluh darah yang bertambah untuk
memberikan makanan dan oksigen pada sel kanker tersebut. Pada Ca cerviks terjadi
pengeluaran cairan yang banyak disertai bau busuk akibat terjadinya proses pembusukan tadi,
dan acapkali disertai adanya darah yang tidak segar.
Vaginitis atrofi
Usia pra pubertas, masa laktasi, pasca menopause dan beberapa keadan yang menyebabkan
kurangnya estrogen, akan menyebabkan meningkatnya pH vagina. Naiknya pH akan
menyebabkan pertumbuhan bakteri normal dalam vagina menjadi berkurang, tetapi
sebaliknya pH yang meningkat akan memicu pertumbuhan bakteri patogen di vagina.
Kurangnya estrogen akan menyebabkan penipisan mukosa vagina sehingga mudah terluka
dan terinfeksi
LO 2.4 Patofisiologis
1. Keputihan pada kehamilan
18
Seorang wanita lebih rentan mengalami keputihan pada saat hamil karena pada
saat hamil terjadi perubahan hormonal yang salah satu dampaknya adalah
peningkatan jumlah produksi cairan dan penurunan keasaman vagina serta terjadi
pula perubahan pada kondisi pencernaan.Semua ini berpengaruh terhadap
peningkatan risiko terjadinya keputihan, khususnya yang disebabkan oleh infeksi
jamur.Selama belum terjadi persalinan dan selaput ketuban masih utuh, dimana
janin masih terlindungi oleh selaput ketuban dan air ketuban yang steril, umumnya
tidak ada efek langsung infeksi vagina yang menyebabkan terjadinya keputihan
pada janin.
2. Pengaruh Hormon Seks
Cairan vagina dan flora mikroba dipengaruhi oleh hormon-hormon
seks.Peningkatan volume dan penurunan viskositas cairan vagina terjadi setelah
ovulasi, dalam hal ini hormon progesteron memegang peranan. Estrogen
meningkatkan kadar glukosa dalam cairan vagina. Tidak jelas apakah estrogen
meningkatkan pergantian glikogen atau kandungan glikogen sel-sel epitel, yang
kemudian dapat mempengaruhi jenis organisme yang mengkolonisasi
epitel.Sehingga wanita premenarche dan pasca menopause lebih banyak
mempunyai bakteri anaerob daripada wanita menstruasi. Wanita dalam masa
reproduksi mempunyai lebih banyak bakteri fakultatif yang sebanding termasuk
laktobasilus daripada wanita dengan kadar estrogen rendah.
3. Pengaruh pH dan Glukosa atas Flora Vagina
Dua faktor lain yang mempengaruhi jenis organisme yang terdapat dalam flora
vagina adalah pH dan terdapatnya glukosa. Kandungan glikogen epitel vagina
pasti meningkat pada wanita yang menstruasi (dalam masa reproduksi)
dibandingkan wanita yang tidak dalam masa reproduksi. Kandungan asam laktat
dalam vagina menimbulkan pH yang sangat asam (kurang dari 4,5). Asam laktat
diproduksi tidak hanya oleh metabolisme laktobasilus yang menggunakan glukosa
sebagai substrat tetapi juga oleh metabolisme bakteri lain yang menggunakan
glikogen sebagai substrat dan oleh metabolisme sel-sel epitel vagina yang juga
menggunakan glikogen sebagai substrat. Kemudian pH rendah ini menyokong
pertumbuhan organisme asidofilik seperti laktobasilus.Terdapatnya laktobasilus
mungkin menjadi pusat pembatasan pertumbuhan bakteri lainnya. Kolonisasi
laktobasilus vagina yang berat menghambat pertumbuhan organisme lain melalui
metabolisme sendiri dengan mempertahankan pH yang rendah dengan
menggunakan glukosa untuk menghasilkan asam laktat, dengan memproduksi
hidrogen peroksida yang menghambat pertumbuhan bakteri anaerob, dan dengan
menggunakan glukosa tersebut memusnahkan organisme lain karena substrat
untuk metabolismenya telah dipergunakan.
4. Mikro-Ekosistem Epitel Vagina
Sel-sel epitel mempunyai tempat bagi perlekatan bakteri dan kemampuan bakteri
tertentu untuk menempati tempat tersebut berbeda-beda di antara pasien yang satu
dengan lainnya.Beberapa wanita sangat rentan terhadap infeksi karena selnya
mengandung tempat yang mudah dilekati bakteri. Flora normal yang menempel
pada sel-sel epitel vagina dan merupakan mikro-ekosistem epitel vagina akan
menghambat pertumbuhan organisme patologik yang berlebihan dengan paling
sedikit dua mekanisme. Pertama flora normal pasti menggunakan kedua zat gizi
substrat yaitu glukosa dan glikogen.Kedua dengan menghasilkan produk
metabolik yang menghambat penempelan dan proliferasi organisme yang
berpotensi patogen.Analog dengan mikro flora oral, vagina mungkin mengandung
19
b. Patogenesis trichomoniasis
Trichomonas vaginalis mampu menimbulkan peradangan pada dinding saluran urogenital
dengan cara invasi sampai mencapai jaringan epitel dan subepitel. Masa tunas rata-rata 4
hari sampai 3 minggu. Pada kasus yang lanjut terdapat bagian-bagian dengan jaringan
20
granulasi yang jelas.Nekrosis dapat ditemukan di lapisan subepitel yang menjalar sampai
di permukaan epitel. Di dalam vagina dan uretra parasit hidup dari sisa-sisa sel, kumankuman, dan benda lain yang terdapat dalam sekret.
c. Patogenesis candidiasis
Kandida di dalam tubuh manusia dapat bersifat 2 macam.Kandida sebagai saprofit
terdapat dalam tubuh manusia tanpa menimbulkan gejala apapun, baik subyektif maupun
obyektif.Dapat dijumpai di kulit, selaput lendir mulut, saluran pencernaan, saluran
pernafasan, vagina dan kuku.Kandida sebagai jamur dapat menimbulkan infeksi primer
maupun sekunder dari kelainan yang telah ada. Beberapa faktor predisposisi dapat
mengubah sifat saprofit kandida menjadi patogen Akan tetapi ada pendapat yang
mengatakan bahwa kandida tidak pernah menjadi komensal dalam vagina karena dia akan
selalu menjadi patogen bila terdapat di sana. Karena itu bila ditemukan kandida dari
isolasi sekret vagina para klinisi harus menganggap itu patogen walaupun tanpa ada
keluhan dari wanita tersebut
Kandida memasuki lumen vagina biasanya datang dari daerah perianal atau kontaminasi
dari traktus gastrointestinal.Kemudian dengan adanya berbagai faktor predisposisi
mencetuskan keadaan yang asimtomatik menjadi simtomatik. Sedang mekanisme yang
pasti perubahan kolonisasi asimtomatik menjadi simtomatik vaginitis belum diketahui.
Diduga lebih dari satu macam mekanisme yang mempengaruhinya. Invasi hifa ke dalam
epitel jaringan akan menyebabkan terjadinya proses keradangan dan akhirnya merusakkan
sel-sel epitel tersebut. Mungkin enzim protease dan enzim hidrolitik lainnya yang
memudahkan penetrasi ke dalam sel. Akhirnya penetrasi sel dan invasi ke mukossa tidak
saja oleh hifa tetapi juga oleh blastospor. Proses ini menyebabkan reaksi inflamasi pada
mukosa yang mengakibatkan pembengkakan, eritema, dan deskuamasi sel epitel vagina.
Selain proses tersebut di atas mungkin kandida menimbulkan simtom vaginitis karena
reaksi hipersensitivitas, khususnya pada wanita yang mengalami KVV rekuren yang
idiopatik.
Patogenesis kandidiasis vulvovaginalis rekuren
Kurang lebih 10-20% wanita yang mengalami KVV akut akan berkembang menjadi KVV
rekuren. Definisi KVVR adalah 4 atau lebih episode infeksi kandidiasis selama 12 bulan/1
tahun. KVVR merupakan bentuk dari KVV komplikasi.KVV rekuren seringkali
disebabkan karena pemakaian antibiotika yang menurunkan jumlah kuman Lactobacilli
dan bakteri lainnya yang justru akan meningkatkan kolonisasi jamur 10-30%.
Sedangkan transmisi seksual dari pasangan prianya belum bisa dianggap sebagai penyebab
rekurensi KVV pada wanita.KVV rekuren sering disebabkan karena kambuh, yang bisa
terjadi karena pengobatan sebelumnya yang tidak adekuat. Hasil kultur negatif yang
diambil dari wanita yang sedang dalam interval bebas simtom akan menjadi positif lagi
setelah beberapa minggu. Teori ini dikuatkan dengan adanya fakta hasil pemetaan DNA
seringkali menunjukkan galur yang sama pada wanita dengan KVV rekuren tersebut.
Abstinensia seksual selama pengobatan harus dianjurkan untuk mengurangi iritasi
traumatik darihubungan seksual dan juga untuk mengurangi kemungkinan transmisi jaur
dari wanita ke pasangannya.Kolonisasi kandida pada penis seringkali asimtomatik, hal ini
bisa timbul 20% dari pra pasangan wanita yang mengalami KVV rekuren.
LO 2.6 Manifestasi Klinis
1. Vaginosis bakterial
- Asimtomatik pada sebagian penderita vaginosis bakterialis
21
Bila ada keluhan umumnya berupa cariran yang berbau amis seperti ikan terutama setelah
melakukan hubungan seksual
Pada pemeriksaan didapatkan jumlah duh tubuh vagina tidak banyak, berwarna putih,
keabu-abuan, homogen, cair, dan biasanya melekat pada dinding vagina
22
Pada pemeriksaan spekulum tampak duh tubuh vagina dengan jumlah yang bervariasi,
konsistensi dapat cair atau seperti susu pecah
Pada kasus yang lebih berat pemeriksaan inspekulo menimbulkan rasa nyeri pada
penderita. Mukosa vagina dan ektoserviks tampak eritem, serta pada dinding vagina
tampak gumpalan putih seperti keju.
Pemeriksaan pH vagina berkisar 4-4,5
c. Pemeriksaan laboratorium
Dibuat sediaan basah NaCl 0,9% fisiologis untuk trikomoniasis, KOH 10% untuk kandidias,
pengecatan gram untuk bakteri penyebab gonore. Pemeriksaan tambahan dilakukan bila ada
kecurigaan keganasan. Kultur dilakukan pada keadaan klinis ke arah gonore tetapi hasil
pemeriksaan gram negatif. Pemeriksaan serologis dilakukan bila kecurigaan ke arah klamidia.
Anamnesis: sering tidak menunjukkan keluhan , kalau ada biasanya berupa duh tubuh
vagina yang banyakmdan baerbau maupun dispareunia, perdarahan pasca coitus dan
perdarahan intermestrual
Jumlah lekore banyak,berbau, menimbulkan iritasi dan gatal. Warna sekret putih,
kuning atau purulen. Konsistensi homogen, basah, frothy atau berbusa (foamy).
Terdapat eritem dan edema pada vulva disertai dengan ekskoriasi. Sekitar 2-5%
tampak strawberry servix yang sangat khas pada trichomonas.
Laboratorium: pH>4,5 dan Sniff test (+)
2) Kandidosis vulvovaginal
Anamnesis:keluhan panas, atau iritasi pada vulva dan keputihan yang tidak berbau
.Rasa gatal/iritasi disertai keputihan tidak berbau atau berbau asam. Keputihan bisa
banyak, putih keju atau seperti kepala susu/krim, tetapi kebanyakan seperti susu
pecah. Pada dnding vagina biasanya dijumpai gumpalan keju (cottage cheeses). Pada
vulva/dan vagina terdapat tanda-tanda radang, disertai maserasi, psuedomembran,
fissura dan lesi satelit papulopustular
Laboratorium: pH vagina<4,5 dan Whiff test (-)
Mikroskopik: pemeriksaan sediaan basah dengan KOH 10% atau dengan pewarnaan
gram ditemukan blastopora bentuk lonjong, sel tunas, pseudohifa dan kadang kadang
hifa asli bersepta
3) Vaginosis bacterial
Anamnesis: Mempunyai bau vagina yang khas yaitu bau amis terutama waktu
berhubungan seksual, namun sebagian besar dapat asimtomatik
Keputihan dengan bau amis seperti ikan. Sekret berlebihan, banyaknya sedang
sampai banyak, homogen, warna putih atau keabu-abuan, melekat pada dinding
vagina. Tidak ada tanda-tanda inflamasi.
Laboratorium:pH >4,5 biasanya berkisar antara 5-5,5 dan Whiff test (+)
Mikroskopik: clue cell (+) jarang terdapat leukosit
24
4) Servisitis Gonore
Anamnesis: Gejala subjektif jarang ditemukan . Pada umumnya wanita datang berobat
kalau sudah ada komplikasi. Sebagian besar penderita ditemukan pada pemeriksaan
antenatal atau pemeriksaan keluarga berencana
Duh tubuh serviks yang mukopurulen. Serviks tampak eritem, edema, ektopi dan
mudah berdarah pada saat pengambilan bahan pemeriksaan.
Laboratorium: kultur
Mikroskopik: Pemeriksaan sedian langsung dengan pengecatan gram ditemukan
diplokokus gram negatif, intraseluler maupun ekatraseluler
5) Klamidiasis
Trichomoniasi
s
Vaginosis
Bakterial
25
PENYEBAB
C.albicans
T.vaginalis
G.vaginalis
Bakteri
anaerob
Mycoplasma
KELUHAN
bau duh tubuh
Bau asam
vagina
- lecet pada vulva
- iritasi pada vulva
- dispareunia
+
-
GEJALA
Vulvitis/vaginitis
Duh tubuh vagina
Jumlah
Warna
konsistensi
Bau
Bau amis
Jarang
Jarang
Jarang
Jarang
Sedikit-sedang
Banyak
Sedang
Putih
Kuning
Encer/menggumpal/chee
sy plaques
Encer/berbusa
purulen
Putih
Keabuan
Encer/berbus
a.
Homogen,
tipis, melekat
pada dinding
vagina
DIAGNOSIS
pH vagina
Whiff test
Mikroskopis
KOH 10%
4,5
> 4,5
> 4,5
(-)
seringkali (+)
(+)
Gram
NaCl
Clue
cells,
PMN sedikit,
lactobacilli
sedikit (-)
26
Gerakan
Trichomonas
(+)
Banyak
PMN
sel
DD :Kanker serviks (keputihan warna putih purulent yang berbau dan tidak gatal)
LO 2.8 Tatalaksana
Terapi Infeksi Vagina
Kandidosis
Vulvovaginalis
TERAPI
Klotrimazol 500 mg
intravagina,
dosis tunggal atau
Klotrimazol 200 mg / intravagina
selama 3 hari atau
Nistatin 100.000
unit / intravagina
selama 14 hari atau
Flukonazole 150
mg / peroral dosis
tunggal atau
Ketokonazole 200
mg 2x1 tablet
selama 5 hari atau
Itrakonazole 200
mg 2x1 tablet
selama 1 hari
Trichomoniasis
Vaginosis
Bakterial
Metronidazole
2 gr peroral,
dosis tunggal
atau
Metronidazole
2x500
mg
peroral, 2 kali
selama 2 hari
atau
Ampisilin 500
mg
peroral
4xsehari
selama 7 hari
Krim
klindamisin
vagina
2%,
intravagina
selama 7 hari
atau
Gel
metronidazole
0,75%
intravagina
2xsehari
selama 5 hari
1. Servisitis Gonore
- Siprofloksasin 500 mg peroral, dosis tunggal atau
- Ofloksasin 400 mg peroral, dosis tunggal atau
- Tiamfenikol 3,5 gr peroral, dosis tunggal atau
27
TerapiNonfarmakologi
1). Perubahan Tingkah LakuKeputihan (Fluor albus)yang disebabkan oleh jamur lebihcepat
berkembang di lingkungan yang hangat danbasah maka untuk membantu penyembuhan
menjagakebersihanalat kelamin dan sebaiknya menggunakanpakaiandalam yang terbuat dari
katun serta tidakmenggunakanpakaian dalam yang ketat(Jones,2005).Keputihan bisa
28
ditularkan melalui hubungan seksualdari pasangan yang terinfeksi oleh karena itu
sebaiknyapasanganharus mendapat pengobatan juga
2). Personal HygieneMemperhatikanpersonal hygiene terutama pada bagianalat kelamin sangat
membantu penyembuhan, danmenjaga tetap bersih dan kering, seperti penggunaan produkpanty liner
harus betul-betul steril . Bahkan,kemasannya pun harus diperhatikan. Jangan sampai
menyimpan sembarangan, misalnya tanpa kemasanditaruh dalam tas bercampur dengan
barang lainnya.Karena bila dalam keadaan terbuka, bisa saja panty liner atau tisu basah
tersebut sudah terkontaminasi.Memperhatikan kebersihan setelah buang air besar atau kecil.
Setelah bersih, mengeringkan dengan tisukering atau handuk khusus.Alat kelamin
jangandibiarkan dalam keadaan lembab.
3).Pengobatan PsikologisKeputihan tersebut tidak disebabakan oleh infeksimelainkan karenagangguan
psikologisepertikecemasan, depresi, hubungan yang buruk, ataubeberapa masalah psikologi yang lain
yangmenyebabkan
emosional.Pengobatan
yangdilakukan
yaitu
dengankonsultasi
dengan
ahlipsikologi.Selain itu perlu dukungan keluarga agartidak terjadi depresi.
LO 2.9 Komplikasi
-
Komplikasi yang sering adalah bila kuman telah menaiki panggul sehingga
terjadi penyakit yang dikenal dengan radang panggul.
Komplikasi jangka panjang yang lenih mengerikan, yaitu kemungkinan wanita
tersebut akan mandul akibat rusak dan lengketnya organ-organ dalam
kemaluan terutama tuba falopi dan juga dapat menyebabkan infertilitas.
Komplikasi juga dapat terdapat pada pria yaitu komplikasi non spesifikndapat
menjalar ke prostat dan menimbulkan infeksi buah zakar dan saluran kemih.
Akibat keputihan pada kehamilan
LO 2.10 Pencegahan
Tindakan pencegahan sekaligus mencegahberulangnya keputihan yaitu dengan :
29
1.Pola hidup sehatyaitu diet yang seimbang, olah raga rutin,istirahat cukup, hindari rokok dan
alkohol serta hindari stresberkepanjangan.
2. Setia kepada pasangan.Hindari promiskuitas atau gunakankondom untuk mencegah
penularan penyakit menularseksual.
3.Selalumenjaga kebersihan daerah pribadidenganmenjaganya agar tetap kering dan tidak
lembab misalnyadengan menggunakan celana dengan bahan yangmenyerap keringat, hindari
pemakaian celana terlalu ketat.Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner padawaktunya
untuk mencegah bakteri berkembang biak.
4.Biasakanmembasuh dengan cara yang benartiap kalibuang air yaitu dari arahdepan ke belakang.
5.Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidakberlebihankarena dapat mematikan flora
normalvagina.Jika perlu, lakukankonsultasi medis dahulusebelum menggunakan cairan pembersih
vagina.
6.Hindari penggunaanbedak talkum, tissue atau sabundengan pewangipada daerah vagina karena
dapatmenyebabkaniritasi.
7.Hindari pemakaian barang-barangyang memudahkanpenularanseperti meminjam
perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkintidak duduk di atas kloset di
WCumumataubiasakan mengelap dudukan klosetsebelum menggunakannya.
LO 2.11 Prognosis
Biasanya kondisi-kondisi yang menyebabkan fluor albus memberikan respon terhadap
pengobatan dalam beberapa hari. Kadang-kadang infeksi akan berulang. Dengan
perawatan kesehatan akan menentukan pengobatan yang lebih efektif.
LI 3. Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan PAPsmear
LO 3.1 Pemeriksaan PAPsmear
Definisi Pap Smear
Tes Pap Smear adalah pemeriksaan sitologi dari serviks dan porsio untuk melihat
adanya perubahan atau keganasan pada epitel serviks atau porsio (displasia) sebagai tanda
awal keganasan serviks atau prakanker (Rasjidi, Irwanto, Sulistyanto, 2008).
Pap Smear merupakan suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher
rahim dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pap Smear merupakan tes yang aman
dan murah dan telah dipakai bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan
yang terjadi pada sel-sel leher rahim (Diananda, 2009).
Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat, dan tidak sakit, serta bisa dilakukan setiap
saat, kecuali pada saat haid (Dalimartha, 2004).
Pap Smear pertama kali diperkenalkan tahun 1928 oleh Dr. George Papanicolou dan
Dr. Aurel Babel, namun mulai populer sejak tahun 1943 (Purwoto & Nuranna, 2002).
30
Manfaat Pap Smear secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut (Manuaba, 2005):
a. Diagnosis dini keganasan
Pap Smear berguna dalam mendeteksi dini kanker serviks, kanker korpus endometrium,
keganasan tuba fallopi, dan mungkin keganasan ovarium.
b. Perawatan ikutan dari keganasan Pap Smear berguna sebagai perawatan ikutan setelah
operasi dan setelah mendapat kemoterapi dan radiasai.
c. Interpretasi hormonal wanita
Pap Smear bertujuan untuk mengikuti siklus menstruasi dengan ovulasi atau tanpa ovulasi,
menentukan maturitas kehamilan, dan menentukan kemungkunan keguguran pada hamil
muda.
d. Menentukan proses peradangan
Pap Smear berguna untuk menentukan proses peradangan pada berbagai infeksi bakteri dan
jamur.
setiap tahun. Wanita yang berusia 30 tahun atau lebih dengan hasil tes Pap Smear normal
sebanyak tiga kali, melakukan tes kembali setiap 2-3 tahun, kecuali wanita dengan risiko
tinggi harus melakukan tes setiap tahun. Selain itu wanita yang telah mendapat histerektomi
total tidak dianjurkan melakukan tes Pap Smear lagi. Namun pada wanita yang telah
menjalani histerektomi tanpa pengangkatan serviks tetap perlu melakukan tes Pap atau
skrining lainnya sesuai rekomendasi di atas.
Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (1989) dalam Feig
(2001), merekomendasikan setiap wanita menjalani Pap Smear setelah usia 18 yahun atau
setelah aktif secara seksual. Bila tiga hasil Pap Smear dan satu pemeriksaan fisik pelvik
normal, interval skrining dapat diperpanjang, kecuali pada wanita yang memiliki partner
seksual lebih dari satu.
Pap Smear tidak dilakukan pada saat menstruasi. Waktu yang paling tepat melakukan
Pap Smear adalah 10-20 hari setelah hari pertama haid terakhir. Pada pasien yang menderita
peradangan berat pemeriksaan ditunda sampai pengobatan tuntas. Dua hari sebelum
dilakukan tes, pasien dilarang mencuci atau menggunakan pengobatan melalui vagina. Hal ini
dikarenakan obat tersebut dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Wanita tersebut juga
dilarang melakukan hubungan seksual selama 1-2 hari sebelum pemeriksaan Pap Smear
(Bhambhani, 1996).
32
Sistem CIN pertama kali dipublikasikan oleh Richart RM tahun 1973 di Amerika Serikat
(Tierner & Whooley, 2002). Pada sistem ini, pengelompokan hasil uji Pap Semar terdiri dari
(Feig, 2001):
a. CIN I merupakan displasia ringan dimana ditemukan sel neoplasma pada kurang dari
sepertiga lapisan epitelium.
b. CIN II merupakan displasia sedang dimana melibatkan dua pertiga epitelium.
c. CIN III merupakan displasia berat atau karsinoma in situ yang dimana telah melibatkan
sampai ke basement membrane dari epitelium.
Klasifikasi Bethesda pertama kali diperkenalkan pada tahun 1988. Setelah melalui beberapa
kali pembaharuan, maka saat ini digunakan klasifikasi Bethesda 2001. Klasifikasi Bethesda
2001 adalah sebagai berikut (Marquardt, 2002):
1. Sel skuamosa
a. Atypical Squamous Cells Undetermined Significance (ASC-US)
b. Low Grade Squamous Intraepithelial Lesion (LSIL)
c. High Grade Squamous Intraepithelial Lesion (HSIL)
d. Squamous Cells Carcinoma
2. Sel glandular
a. Atypical Endocervical Cells
b. Atypical Endometrial Cells
c. Atypical Glandular Cells
d. Adenokarsinoma Endoservikal In situ
33
e. Adenokarsinoma Endoserviks
f. Adenokarsinoma Endometrium
g. Adenokarsinoma Ekstrauterin
h. Adenokarsinoma yang tidak dapat ditentukan asalnya (NOS)
Artinya:
Air itu tidaklah menyebabkan najisnya sesuatu, kecuali jik berubah rasanya,
warnanya atau baunya.(HR.Ibn Majjah dan Baihaqi)
2.
Debu yang suci
Ketika seseorang ingin bersuci (dalam artian bersuci dari hadas), dan dia tidak
menemukan air untuk itu, maka di berikan kemudahan untuk masalah itu. Yaitu
dengan bersuci dengan debu, yang disebut dengan istilah bertayammum.
1
34
2. Benda-benda yang dapat menyerap kotoran, seperti batu, tisu, kayu dan
semacamnya. Dalam hal ini, dikhususkan untuk menghilangkan najis, seperti
untuk beristinja.
Cara membersihkan najis
-
35
DAFTAR PUSTAKA
Price Sylvia. 2005. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit vol 2. EGC: Jakarta
Prof. dr. Hanifa Wiknjosastro, SpOG. Ilmu Kandungan. PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirihardjo, Jakarta (2008)
Staf Pengajar Departemen Parasitologi FKUI (2008). Parasitologi Kedokteran. Edisi Empat.
Balai penerbit FKUI, Jakarta.
Kapita selekta kedokteran
Sofwan, Achmad. (2013): Diktat Anatomi Sistem Reproduksi, Universitas YARSI Fakultas
Kedokteran, Jakarta
Praktikum Histologi Sistem Reproduksi FK Yarsi 2013
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23320/4/Chapter%20II.pdf
36