Anda di halaman 1dari 37

SITI ARAFAH N

1102013275
1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Alat Reproduksi wanita
1.1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Makroskopis

1
SITI ARAFAH N
1102013275
Genitalia Eksterna :
a. Mons Pubis
Daerah kulit yang menonjol di depan symphisis pubis
Kulit berambut banyak jaringan lemak.
Berisi jaringan lemak, jaringan ikat, pembuluh darah dan saraf-saraf
Meluas ke bwah belakanaglabium mayora.
Rambut kemaluan disebut pubes.
b. Labium Majus Pudendi
Suatu lipatan kulit, ke dorsocaudal berhubungan satu dengan yang lain membentuk
comissura posterior labiorum majorum, sedang yang ke ventrocrainal membentuk
comissura anterior labiorum majora.
Fascia lateralis memiliki rambut dan bnayka pigmen. Sedangkan, fascia medialis
mempunyai gld. Sebacea yang besar dan tidak mempunyai rambut.
Terdapat jaringan pengikat, lemak dan jaringan menyerupai tunica dartos scorti.
Celah yang dibatasi oleh kedua labia majora disebut rima pudendi.
c. Labium Minus Pudendi
Labium minora ke dorsocaudal berhubungan satu dengan yang lain membentuk frenulum
labiorum minorum.
Ke ventrocrainal berhubunan satu dengan yang lain membentuk preputium clitoridis.
Dari labio minora berjalan suatu lipatan kulit ke ventral cranial melekat pada dataran
dorsocaudal glans clitoridis kanan kiri dari linea mediana disebut frenulum clitoridis.
Tidak ada foliculi rambut dan jaringan lemak.
Banyak pembuluh darah.
d. Vestibulum Vaginae
Daerah yang terletak diantara kedua bulbi vestibuli.
Batas-batasnya yaitu kanan dan kiri oleh labia minora, ventrocranial oleh frenulum
clitoris, dan dorsocaudal oleh frenulum labiorum minorum (frenulum labiorum pudendi)
Kedalam veestibulum vaginae bermuara urethra, vagina, gld. Paraurethralis, gld.
Vestibularis minor dan gld. Vestibularis major.
e. Ostium Vaginae
Muara vagina disebut juga introitus vaginae.
Diantara introitus vaginae dan frenulum labiorum minorum terdapat fossa navicularis
(fossa vestibuli vaginae).
Di sebelah kanan dan kiri pada fossa naviculare terdapat saluran kedua glandula
Bartholini bermuara.
f. Clitoris
Terdiri dari ujun poksimal corpus cavernosum clitoridis melekat di dataran medial ramus
inferior osis pubis dengan dataran lateralnya.
Ke ventral kedua crura clitoridis bersatu membentuk corpus clitoridis. Terdapat corpus
cavernosum yang membentuk glans clitoridis.
g. Urethra Feminina
Berjalan dari leher kandung kemih menuju ostium urethrae eksternum yang terletak
diantara clitoris dengan vagina.
Disebelah kanan dan kiri lubang kemih terdapat dua lubang kecil dari saluran yang buntu
( ductus skene atau ductus parauretralis).
h. Perineum
Merupakan area berbentuk belah ketupat
Dibagi oleh ramus inferior ossis pubis dan ramus ossis ischii kanan dan kiri dan kedua
lig. Sacrotuberale.
Terbagi menjadi regio urogenitalis di anterior (ventral) dan regio analis di posterior
(dorsal).

2
SITI ARAFAH N
1102013275

Genitalia Interna :
1. Ovarium
Terletak di dalam pelvis dan jumlahnya sepasang
Berbentuk bulat memanjang, agak pipih
Terdiri dari coretx dan medulla (berisi pembuluh darah, limfe dan saraf)
Dilekatkan oleh mesovarium pada ligamentum latum (berupa lipatan peritoneum sebelah
kiri dan kanan uterus. Meluas sampai dinding panggul dan dasr panggul)
Difiksasi oleh :
Ligamentum suspensorium ovarii (Lig.infudibulopelvicum) :
Ligamentum ini menggantungkan uterus pada dinding panggul antara sudut tuba
Ligamentum ovarii propium : menfiksasi ovarium ke uterus.
Ligamentum teres uteri (lig. Rotundum) : terdapat di bagian atas lateral dari
uterus, caudal dari tuba kedua ligamentum ini melalui canalis inguinalis ke bagian
cranial labium majus.
2. Tuba Uterina (salpinx)
Jumlahnya sepasang kanan dan kiri dengan panjang 10 cm.
Menjulur dari uterus kearah ovarium dengan ujung distal terbuka kedalam rongga
peritoneum disebut ostium abdominale.
Terdiri dari :
Infudibulum bangunan yang berbentuk seperti corong
Ampula, bangunan yang membesar dan tempat terjadinya fertilisasi.
Isthmus, bangunan ynag menyempit.
Pars uterina tubae ialah bagian yang melalui dinding uterus.
Ostium uterinum yaitu pintu muara tuba di dalam uterus.
3. Uterus
Organ muscular, berbentuk peer, dibedakan menjadi :
Fascia vesicalis, di dataran ventral menghadap ke vesica urinaria.
Fascia intestinalis, di dataran dorsal menghadap ke usus.
Margo lateralis kanan dan kiri.
Uterus dapat dibagi dalam :
Undus uteri , yang terletak pada bagian atas (proksimal ) osteum tuba uterina.
Corpus uteri , terletak pada bagian tengah uterus yang berbentuk bulat melebar.
Batas antara corpus uteri dan cervix uteri dibentuk oleh isthmus. Sebelum
memasuki cervix terdapat ostium uteri internum.
Cervix uteri , bagian yang paling sempit dan menonjol kedalam rongga vagina.
Pada bagian ujung distal cervix terdapat banguna ynag menyempit disebut ostium
uteri externum. Rongga di dalam cervix uteri disebut canalis cervix.
4. Vagina
Berbentuk tabung muskular.
Panjangnya antara 8-12 cm.
Bagian distal cervix menonjol ke dalam rongga vagina, disebut portio vaginalis cervicis
uteri. Bagian cervix proksimalnya disebut portio supravaginalis cervicis uteri.
Rongga vagina yang mengelilingi portio vaginalis cervicis disebut fornix yang terbagi
menjadi :
Fornix lateralis dextra dan sinistra
Fornix anterior dan posterior
Tunica mucosa membentuk rugae yang transversal pada dinding ventral dan dorsal
disebut columna rugarum.
Pada virgo intacta introitus vaginae sebagian ditutupi oleh selaput disebut hymen.

3
SITI ARAFAH N
1102013275
Bentuk hymen :
Hymen anularis (cincin)
Hymen seminularis (bulan sabit)
Hymen cribriformis (berlubang-lubang seperti saringan)
Hymen fimbriatus (dengan tepi seperti jari-jari)
Hymen imperforatus (tidak berlubang)
5. Jaringan penunjang
Ligamentum cardinale sinistra dan dekstra (Mackendrot)
Ligamentum terpenting untuk menahan uterus agar tidak turun.
Berjalan dari cerviks dan puncak vagina ke arah lateral dinding pelvis.
Ligamentum sakrouterinum sinistra dan dextra
Menahan uterus agar tidak banyak bergerak
Berjalan melengkung dari dorsal cerviks melalui dinding rectum ke arah os
sakrum.
Ligamentum rotundum sinistra dan dextra
Menahan uterus dalam antefleksi
Ligamentum pubivesikale sinistra dan dextra
Berjalan dari os pubis melalui kandung kemih dan seterusnya sebagai ligamentum
vesikouterinum ke cerviks.
Ligamentum latum sinistra dan dextra
Berjalan dari uterus ke arah lateral dan tidak banyak mengandung jaringan ikat.
Merupakan bagian dari peritoneum viscerale yang meliputi uterus dan kedua tuba
dan berbentuk sebagai lipatan.
Ligamentum infundibulopelvikum
Menahan tuba falopi.
Berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis.
Ligamentum ovarii proprium sinistra dan dextra
Berjalan dari sudut kiri dan kanan fundus uteri ke ovarium.

DIAPHRAGMA PELVIS
1. Pelvis mayor : berisi saluran cerna, VU, ureter, sistem genitalis
2. Pelvis minor
- PAP (aditus pelvis)
Dibentuk oleh : promontorium, linea terminalis, ala osis sacralis, dan supra pubis.
a. Conjugate vera : ukuran antero posterior
Jarak antara pinggir atas pubis sampai promontorium, penting untuk menentukan
dapat todaknya bayi melewati sehingga dapat menentukan tindak lanjut persalinan
pervaginam atau section secaria.
Dengan bantuan conjugate diagonalis (diukur dengan vaginal touch) sampai
promontorium. Conjugate diagonalis(12,5 cm) 1,5 = 11-13cm
b. Conjugate transversa : diukur dari titik terjauh linea terminalis kiri dan kanan tegak
lurus dengan conjugate vera. 13-14,5 cm.
c. Conjugate obstetrica : jarak antara promontorium ke pinggir tengah simpisis pubis.
Bagian aditus pelvis yang paling sempit, 10,6 cm.

- Mid pelvis
Dibentuk oleh : apex arcus pubis, spina ischiadica, ujung os.sacrum.
Paling sempit, bentuk oval, sering terjadi kemacetan pada persalinan.
Ukuran yang penting :

4
SITI ARAFAH N
1102013275
a. Anteroposterior : tepi bawah simp.pubis sampai pertengahan os.sacrum 4. 11,5-12
cm.
b. Transversa : spina ischiadica kanan kiri. 10-10,5 cm
c. Sagittal : anteroposterior dengan potongan transversa

- PBP (exitus pelvis)


a. Anteroposterior : 9,5-11,5 cm
b. Transversa : tuber ischiadicum kanan kiri. 10,5-11 cm
c. Sagitalis posterior : ujung os sacrum dengan perpotongan antara anteroposterior
dengantransversa.10,5-11cm.

Bidang Hodge : untuk menentukan petunjuk turunnya bagian bawah fetus.


- Hodge I : bidang yang sama dengan PAP
- Hodge II : sejajar H I setinggi pinggir bawah sim.pubis
- Hodge III : sejajar H I melalui spina ischiadica
- Hodge IV : sejajar H I setinggi ujung os sacrum

Perdarahan :
Arteri iliaca interna -> arteri uterina -> arteri vaginalis. Arteri vaginalis ke arah fundus kemudian
bercabang menjadi :
R.ovaricus melalui ligamentum ovarii proprium menuju ovarium
A. Ligamenti teretis uteri, mengikuti lig. Teres uteri
R. Tubarius mengikuti tuba uterina.

Persarafan :
N.pudendus untuk persarafan genitalia eksterna , n.pudendus masuk ke foramen ischiadicum sebagai n.
Clitoridis. Cabang yang lain: n.hemorrhoidalis inferior utnuk m.spinchter ani externus dan ke kulit regio
analis. N. Perianalis berkahir sebagai n.labialis untuk labium majus. Plexus hypogastricus superior dan
inferior untuk persarafan genitalia interna.
Pembuluh lympe:
Bagian proximal mengikuti kembali r.vaginalis a. Uternae ke lnn. Illiaci interni.
Bagian medial mengikuti kembali r.Vaginali a.Vesicalis inferior ke Inn sepanjang a.Vesicalis
inferior ke Inn. Illiaca interni.
Bagian dari vagina distal, dinding vestibulum vaginae, labia minora, labia major.

1.2 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Mikroskopis


Ovarium
Epitel sel kuboid rendah atau gepeng yaitu epitel germinal
Dibawah epitel germinal adalah jaringan ikat padat yang disebut tunika albuginea.
Ovarium memiliki :
Korteks di tepi : folikel-folikel, fibrosit dengan serat kolagen dan retikular.
Medulla di tengah : pembuluh darah,saraf dan pembuluh limfe.
Folikel primordial : folikel terdiri dari oosit primer yang diliputi sel folikel gepeng.
Folikel primer : sel folikel mulai bentuk kuboid, tidak ada ruang berisi liqour foliculi dan zona
pelusida terbentuk pada akhir fase folikel primer
Folikel sekunder : epitel berlapis kuboid, stroma membentuk teka folikel yaitu teka interna dan
teka eksterna, terbentuk zona pelusida
Folikel tersier : ruang-ruang follicle bersatu membentuk antrum folliculi yang berisi cairan, sel
telur terdeak ke tepi terletak di atas gundukan sel follicular disebut cumulus oophorus.
Folikel yang mengalami atresia pada semua tahap perkembangan folikel menajdi folikel atretik.

5
SITI ARAFAH N
1102013275
Ovum : ovum dikelilingi sel granulosa yang membentuk bukit kecil yaitu kumulus ooforus. Satu
lapisan sel granulosa yang berdekatan dengan oosit primer membentuk korona radiata. Di antara
korona radiata dan sitoplasma oosit primer adalah glikoprotein terpulas asidofilik disebut zona
pellusida.
Corpus luteum : sel granulosa hipertropi, bentuknya berubah menjadi pilyhedral, inti membesar
dengan sitoplasma dipenuhi oleh lipd. Terdapat sel lutein granulosa yang berpigmen kuning dan
sel lutein theca.
Corpus albicans : corpus luteum yang berdegenerasi karena tidak terjadi kehamilan. Corpus
albicans bersifat aselular dan dipenuhi serat hialin

Tuba Uterina
Epitel selapis silindris bersilia (epitheliocytus ciliatus) dan tidak bersilia (sel sekretorik)
Sel bersilia menciptakan arus ke arah uterus dan menjadi predominan dalam fase proliperatif.
Sel sekretorik menghasilkan nutrisi
Mukosa terdiri dari banyak plica dan membentuk lumen yang tidak rata.

Uterus
Dinding luar yaitu perimetrium, tengah miometrium dan sebelah dalam endometrium.
6
SITI ARAFAH N
1102013275
Endometrium dilapisi oleh epitel selapis silindris.Dibagi dalam dua lapisan yaitu stratum basale
dan stratum functionale
Terdapat kelenjar uterus di lamina propia.
Terdapat arteri spiralis di endometrium.
Miometrium terdiri dari otot polos, dipisahkan oleh jaringan ikat interstisial dengan banyak
pembuluh darah .

Serviks, Kanalis dan Forniks Vagina


Kanalis servikalis dilapisi oleh epitel kolumner tinggi penghasil mukus.
Epitel serviks dilapisi oleh kelenjar serviks ke dalam lamina propia.
Kelenajar serviks yang tersumbat dan berkembang menjadi kista glandular.
Jaringan ikat di lamina propria serviks lebih fibrosa daripada di uterus.
Porsio vagina dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa tanduk.

Vagina
Dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.
Lamina propria tidak memiliki kelenjar tetapi mengandung banyak pembuluh darah dan
lomfosit.

2. MEMAHAMO DAN MENJELASKAN FLOUR ALBUS


2.1 DEFINISI
Leukorea adalah semua pengeluaran cairan alat genitalia yang bukan darah. Keputihan bukan
penyakit tersendiri tetapi merupakan manifestasi gejala dan hampir semua penyakit kandungan.
Penyebab utama keputihan harus dicari dengan anamnesa, pemeriksaan kandungan, dan pemeriksaan
laboratorium. Keputihan fisiologis dijumpai pada keadaan menjelang menstruasi, pada saat keinginan
sex meningkat dan pada waktu hamil (Manuaba 1998).
Leukorrhea,disebut juga dengan keputihan, adalah mengalirnya cairan keputihan, kekuningan,
atau kehijauan dari vagina wanita yang mungkin normal atau merupakan tanda suatu infeksi. Keluarnya
cairan tersebut dapat berasal dari vagina, ovarium, saluran tuba, atau, paling sering, serviks. Leukorrhea
mungkin terjadi selama masa kehamilan dan dianggap normal bila cairannya sedikit, putih, dan relatif
tidak berbau. Leukorrhea fisiologis adalah suatu kondisi yang normal yang terjadi dalam beberapa bulan
sampai satu tahun dari onset menstruasi pada remaja putri dan kadang-kadang hadir pada anak
perempuan yang baru lahir, biasanya berlangsung 1-2 bulan. Namun, dalam banyak kasus, leukorrhea
adalah tanda infeksi, terutama ketika cairan kuning atau hijau, memiliki bau yang ofensif, dan disertai
dengan iritasi, gatal, nyeri, atau peradangan jaringan.

2.2 ETIOLOGI
Leukorea fisiologi

7
SITI ARAFAH N
1102013275
Keputihan yang bersifat normal (fisiologis) pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada daerah porsio
vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan anterior vagina. Keputihan fisiologis terdiri
atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang.
Sedangkan pada keputihan yang patologik terdapat banyak leukosit.

Leukorea patologis :
A. Infeksi :
1. Bakteri
Gardnerella Vaginalis
Menyebabkan peradangan vagina yang tidak spesifik dan kadang dianggap sebagai bahan dari
mikroorganisme normal dalam vagina karena seringnya ditemukan. Bakteri batang gram positif ini
biasanya mengisi penuh sel epitel vagina dengan membentuk bentukan khas dan disebut sebagai clue cell.
Gardnerella vaginalis menghasilkan asam amino yang diubah menjadi senyawa amin yang menimbulkan
bau amis seperti ikan. Cairan vagina tampak berwarna keabu-abuan pH.sekret vagina > 4,5 ( pH normal
adalah < 4,5 ).
Secara klinik menurut Amsel (1983), untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakterial harus ada tiga dari
empat kriteria sebagai berikut, yaitu:
a. Sekret vagina homogen, tipis, putih, melekat pada dinding vagina. Sekret vagina bakterial
vaginosis ini biasanya tipis, putih keabu-abuan, homogen, dan melekat pada dinding vagina
b. pH vagina > 4,5. pH vagina mudah ditentukan dengan menggunakan kertas lakmus ( interval
4,0 7,0 ). Biasanya pH vagina pada kasus bakterial vaginosis > 4,5
c. Bau amis dari vagina setelah penambahan KOH 10 %.
Whiff test dinyatakan positif: bila bau amis atau bau amin terdeteksi dengan penambahan KOH
10 % pada sekret vagina. Bau disebabkan pelepasan amin terutama putresin dan kadaverin dan
asam organik hasil alkalisasi bakteri anaerob.
d. Adanya clue cell ( lebih dari 20 % )
Identifikasi clue cell pada preparat basah saline :
- clue cell yang merupakan epitel vagina yang terlepas dimana pada permukaan sel-sel ini
terdapat bintik-bintik keabuan, penuh dengan Gardnerella vaginalis merupakan gejala
patognomonis dari vaginosis bakterial.
- Untuk diagnosis vaginosis bakterial berdasarkan patokan jumlah clue cell 20% dari seluruh
jumlah sel epitel vagina per lapangan pandang. Jumlahnya dihitung berdasarkan jumlah rata-
rata dari 5 area pada satu lapang pandang.
- clue cell memiliki tepi yang ireguler dan sitoplasmanya dipenuhi dengan bakteri,
memberikan gambaran granuler.

Chlamydia trachomatis
Chlamydia merupakan bakteri kokus gram negatif. Chlamydia tidak mempunyai mekanisme
utnuk menghasilkan energi metabolik dan tidak dapat menyintesis ATP. C. Trachomatis
memiliki badan inklusi yang mengandung glikogen. Antigennya yaitu lipopolisakarida yang
stabil pada suhu panas. Chlamydia trachomatis merupakan sferoid berukuran kecil, tidak aktif
secara metabolis, dan mengandung DNA dan RNA serta di sebut badan elementer.Sferoid-
sferoid ini memperoleh akses ke sel penjamu melalui endositosis dan setelah berada didalam
berubah menjadi organisme yang secara metabolis aktif yang bersaing dengan sel penjamu
memperebutkan nutrien. Chlamydia trachomatis memiliki afinitas terhadap epitel uretra, serviks,
dan konjungtiva mata. Pada laki-laki uretritis,epididimitis dan prostatitis adalah manifestasi
infeksi tersering. Pada perempuan yang tersering adalah servisitis, diikuti oleh uretritis,
8
SITI ARAFAH N
1102013275
bartolinitis dan akhirnya penyakit radang panggul. Dapat juga menginfeksi faring dan rektum
orang yang melakukan hubungan seks oral atau anal reseptif. Bayi dapat terinfeksi sewaktu
dilahirkan dan mengalami konjungtivitis dan pneumonia.

Mobilunkus
Genus ini terdiri dari bakteri motil, berbentuk lengkung, gram negatif batang anaerob.

Neisseria gonorrhoeae
Gonokokus adalah bakteri yang umumnya menginfeksi karena kontak seksual. Biasanya pada wanita
mengenai membrane mukosa uretra dan endoserviks, selanjutnya infeksi akan menyebar ke jaringan yang
lainnya. Neisseria gonorrhoeae ini merupakan bakteri gram negatif, diplokokkus, berdiameter 0,6 1,0
m, koloni berbentuk cembung, berkilau, sifat mukoid, transparan, tidak berpigmen. Bersifat fakultatif
aerobik. Bakteri ini dapat ditemukan ekstraseluler dan intraseluler dalam leukosit polimorfonuklear
(neutrofil). Gonokokus mempunyai koloni kecil yang khas mengandung bakteri yang berpili. Pili
merupakan struktur antigen yang berbentuk seperti rambut menjulur keluar dari permukaan gonokokus.
Struktur ini berfungsi untuk menempel pada sel pejamu dan resisten terhadap fagositosis.

2. Protozoa
Trichomonas vaginalis
Trichomonas merupakan protozoa yang bergerak dengan flagel. Protozoa ini berbentuk oval,
panjang 4-32 mikrometer dan lebar 2,4-14,4 mikrometer, memiliki flagella dan undulating
membran yang panjangnya hanya setengah panjang tubuhnya. Intinya berbentuk oval dan
terletak di bagian atas tubuhnya, di belakang inti terdapat blepharoblast sebagai tempat
keluarnya 4 buah flagella. Flagella kelima melekat ke undulating membrane dan menjuntai ke
belakang sepanjang setengah panjang tubuh protozoa ini. Sitoplasma terdiri dari suatu struktur
yang berfungsi seperti tulang yang disebut axostyle. Trichomonas vaginalis tidak memiliki
bentuk kista. Perkembang biakannya dengan cara membelah diri.

3. Jamur
Candida albicans
Candida termasuk spora aseksual yaitu spora yang dibentuk dari hifa reproduktif, termasuk
blastospora. Candida albicans bersifat dismorfik yaitu memiliki bentuk kapang (sel-sel yang
memanjang dan bercabang) dan bentuk khamir (sel berbentuk bulat, lonjong atau memanjang
yang berkembang biak dengan membentuk tunas dan koloni yang basah atau berlendir). Selain
ragi dan pseudohifa, juga dapat menghasilkan hifa sejati. Pada medium agar atau dalam 24 jam
pada suhu 37 oC atau suhu ruangan, kandida menghasilkan koloni lunak berwarna krem dengan
bau seperti ragi. Kandidiasis kutan atau mukosa terjadi melalui peningkatan jumlah kandida
lokal dan adanya kerusakan pada kulit atau epitel yang memungkinkan invasi lokal oleh ragi
dan pseudohifa.

4. Virus
Virus herpes simpleks
Herpes simpleks genitalis dapat ditularkan melalui kontak seksual tetapi tidak dapat ditularkan melalui
udara atau melalui air, misalnya jika seseorang berenang di kolam renang.
Herpes simpleks disebabkan oleh Herpes Virus Hominis atau Herpes Simpleks virus merupakan
salah satu infeksi yang tersering pada manusia .Struktur virus terdiri atas genom DNA untai ganda linier
berbentuk toroid, kapsid, dan selubung. Herpes simpleks termasuk alfaherpesvirus yaitu virus sitolitik
yang tumbuh cepat, cenderung menyebabkan infeksi laten di neuron. Siklus pertumbuhan HSV
berlangsung cepat, selesai dalam waktu 8-16 jam. Genom HSV besar dan dapat menyandikan 70
polipeptida.

9
SITI ARAFAH N
1102013275
Infeksi dapat berupa kelainan pada daerah orolabial serta daerah genital, dengan gejala khas
adanya vesikel berkelompok di atas dasar yang eritema .Ada 2 tipe mayor antigenik dimana Herpes
Simpleks virus tipe I berhubungan dengan infeksi pada wajah dan Herpes Simpleks virus tipe II
berhubungan dengan infeksi genital. Infeksi herpes genital primer dapat berat yang berlangsung sekitar
3 minggu. Herpes genital ditandai dengan lesi vesikuloulseratif pada penis atau serviks, vulva,vagina
dan perineum pada perempuan. Lesi sangat nyeri dan disertai demam, malaise, disuria dan limfadenopati
inguinal.

Human papilloma virus


Human Papilloma Virus (HPV) merupakan virus DNA famili Papovaviridae. Terdiri dari double strand
DNA dan sirkular dengan 5-8 gen dan virus ini tidak berselubung. Virus ini menginfeksi sel pipih epitelium dan
menyebabakn kaedaan hiperplasia epitel. . Yang paling sering di temukan HPV-16 atau HPV-18, walaupun
beberapa kanker mengandung DNA dari HPV tipe 31 atau tipe 45

Molluscum contagiosum
Molluscum contagiosum adalah virus yang autoinokulasi (masuknya virus dari tubuh pasien sendiri)
dengan masa tunas 1-4 minggu. Umumnya timbul tumor kulit epitel berwarna merah muda hingga abu-abu, tanpa
gejal, menyebar, dan berukuran kurang dari 1 cm di vulva. Gambaran histologik menunjukan sejumlah badan
inklusi dalam sitoplasma sel.

B. Benda asing.
Adanya benda asing seperti tertinggalnya kondom atau benda tertentu yang dipakai pada waktu
senggama, adanya cincin pesarium yang digunakan wanita dengan prolapsus uteri dapat merangsang
pengeluaran cairan vagina yang berlebihan. Jika rangsangan ini menimbulkan luka akan sangat mungkin
terjadi infeksi penyerta dari flora normal yang berada di dalam vagina sehingga timbul leukorea.

C. Neoplasma/ keganasan.
Kanker akan menyebabkan leukorea patologis akibat gangguan pertumbuhan sel normal yang
berlebihan sehingga menyebabkan sel bertumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah rusak, akibat
terjadi pembusukan dan perdarahan akibat pecahnya pembuluh darah yang bertambah untuk
memberikan makanan dan oksigen pada sel kanker tersebut. Pada keadaan ini akan terjadi pengeluaran
cairan yang banyak disertai bau busuk akibat terjadinya proses pembusukan dan disertai oleh adanya
darah yang tidak segar.

D. Keputihan akibat sering dibersihkan


Kebiasaan yang sebetulnya tidak sehat dalam memperlakukan vagina. Terlalu sering
membersihkan vagina dengan bahan dengan bahan antisepsis tidaklah menyehatkan. Kuman kuman
yang bermukim disekitar saluran vagina ikut terbunuh oleh bahan antisepsis yang sering digunakan
(Handrawan, 2008).

E. Penggunaan obat-obatan
Penggunaan obat-obat imunosupresan seperti kortikosteroid dan penggunaan antiseptik genital
secara berlebihan dapat menurunkan kemampuan imunitas organ genital dan juga menyebabkan
kematian flora normal organ genital. Hal ini menyebabkan mudahnya terjadi infeksi daerah vagina yang
dapat menimbulkan keputihan.

2.3 EPIDEMIOLOGI
Penelitian secara epidemiologi, fluor albus patologis dapat menyerang wanita mulai dari usia muda, usia
reproduksi sehat maupun usia tua dan tidak mengenal tingkat pendidikan, ekonomi dan sosial budaya, meskipun
kasus ini lebih banyak dijumpai pada wanita dengan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang rendah. Fluor
albus patologis sering disebabkan oleh infeksi, salah satunya bakteri vaginosis (BV) adalah penyebab tersering
(40-50% kasus terinfeksi vagina), vulvovaginal candidiasis (VC) disebabkan oleh jamur candida species, 80-90%
10
SITI ARAFAH N
1102013275
oleh candida albicans, trichomoniasis (TM) disebabkan oleh trichomoniasis vaginalis, angka kejadiannya sekitar
5-20% dari kasus infeksi vagina (Haryadi, 2011).

2.4 KLASIFIKASI
1. Leukorea fisiologis
Leukorea fisiologis terjadi mendekati ovulasi (karena rangsangan seksual), menjelang dan
sesudah menstruasi atau pengaruh hormone pada kehamilan. Terdiri dari cairan yang kadang-kadang berupa
mucus yang mengantongi banyak epitel dengan leukosit yang jarang. Ciri-cirinya adalah: berwarna putih dan
menjadi kekuningan bila kontak dengan udara karena prosesokside; tidak gatal; tidak mewarnai pakaian
dalam dan tidak berbau.
Umumnya terjadi pada :
Bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari, penyebabnya adalah pengaruh estrogen dari plasenta
terhadap uterus dan vagina janin.
Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen.
Wanita dewasa saat dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan peningkatan transudasi dari
dinding vagina
Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer.
Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri pada saat menopause.

2. Leukorea patologis
Leukorea patologis terjadi karena infeksi vaginal, infeksi trikomonas vaginalis, infeksi jamurcandida
albicans, keganasan reproduksi ataupun adanya benda asing dalam jalan lahir. Terdapat banyak leukosit.
Ciri-ciri adalah: terjadi peningkatan volume (membasahi celana dalam); terdapat bau yang
khas; perubahan konsistensi dan warna; penyebab infeksi Trikomoniasis, Kandidiasis dan Vaginosis
bacterial.
Penyebab paling penting dari leukorea patologik ialah infeksi. Di sini cairan mengandung banyak leukosit
dan warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau, seringkali lebih kental dan berbau. Radang vulva,
vagina, serviks, dan cavum uteri dapat menyebabkan leukorea patologik; pada adneksitis gejala tersebut
dapat pula timbul. Selanjutnya leukorea ditemukan pada neoplasma jinak atau ganas, apabila tumor itu
dengan permukaannya untuk sebagian atau seluruhnya memasuki lumen saluran alat-alat genital
(Wiknjosastro, 2005)

2.5 PATOFISIOLOGI
Pada keadaan normal, cairan/sekret yang keluar dari vagina wanita dewasa sebelum menopause
terdiri dari sel epitel vagina (terutama yang paling luar/superfisial yang terkelupas dan dilepaskan ke
dalam rongga vagina), beberapa sel darah putih (leukosit), cairan transudasi dari dinding vagina, sekresi
dari endoserviks berupa mukus, sekresi darri saluran yang lebih atas dalam jumlah yang bervariasi serta
mengandung berbagai organisme terutama Lactobasilus Doderlein (batang gram positif, flora vagina
terbanyak); beberapa jenis bakteri lain kokus seperti Streptokokus dan Stapilokokus, dan Eschericia coli.
Peranan basil doderlein dianggap menekan pertumbuhan mikroorganisme patologis karena basil
Doderlein mempunyai kemampuan mengubah glikogen dari epitel vagina yang terlepas menjadi asam
laktat, sehingga vagina tetap dalam keadaan asam dengan pH 3,0-4,5 pada wanita dalam masa
reproduksi. Suasana asam inilah yang mencegah tumbuhnya mirkoorganisme patologis.

11
SITI ARAFAH N
1102013275

Gambar Estrogen dan Biologi Vagina


Bila terjadi suatu ketidakseimbangan suasana flora vagina yang disebabkan oleh beberapa faktor maka terjadi
penurunan fungsi basil Doderlein dengan berkurangnya jumlah glikogen karena fungsi proteksi basil Doderlein
berkurang maka terjadi aktivitas dari mikroorganisme patologis yang selama ini ditekan oleh flora normal vagina.
Progresifitas mikroorganisme patologis secara klinis akan memberikan suatu reaksi inflamasi di daerah vagina.
Sistem imun tubuh akan bekerja membantu fungsi dari basil Doderlein sehingga terjadi pengeluaran lekosit PMN
maka terjadilah fluor albus.
Patofisiologi menurut Etiologi

Infeksi bakteri
o Gonorea
Gonorea disebabkan oleh invasi di bakteri diplokokus gram-negative, Neisseria gonorrhoeae.
Cairan yang keluar dari vagina pada infeksi berwarna kekuningan yang sebetulnya merupakan
nanah yang terdiri dari sel darah putih yang mengandung Neisseria gonorrhoeae berbentuk
pasangan dua-dua pada sitoplasma sel. Bakteri ini melekat dan menghancurkan membaran epitel
yang melapisi selaput lendir, terutama epitel yang melapisi kanalis endoserfiks dan uretra. Infeksi
ekstragenetalial di faring, anus, rectum, dapat di jumpai pada wanita dan pria.
Untuk dapat menular harus ada kontak langsung mukosa ke mukosa. Namun tidak semua yang
terpajan gonorea terjadi penyakit. Resiko penularan dari pria ke wanita lebih tinggi kerena luasnya
selaput lendir yang terpajan dan cairan eksudat yang terdiam lama di vagina. Setelah terinokulasi,
infeksi dapat tersebar ke prostat, vas deferent, vesikula seminalis, epididymis dan testis pada laki-
laki dan ke uretra, kelenjar skene, kelenjar bartolin, endometrium, tuba fallopi, merupakan penyebab
penyakit radang panggul (PID) yang merupakan penyebab utama infertilitas pada perempuan.
Infeksi gonokokus dapat menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan bakterimia
gonokokus. Bakterimia lebih sering terjadi pada perempuan.Perempuan juga beresiko tinggi
mengalami penyebaran infeksi saat haid, penularan perinatal kepada bayi saat lahir melalui os
serviks yang terinfeksi, dapat mneyebabkan konjungtifitis dan akhirnya dan kebutaan pada bayi
apabila tidak di ketahui dan di obati.
Setelah infeksi oleh Neisseria gonorrhoeae, tidak timbul imunitas alami, sehingga infeksi dapat
terjadi lebih dari satu kali. Angka infeksi tertinggi pada usia muda dengan teringgi wanita umur 15-
19 tahun dan laki-laki berusia 20-24 tahun dan pada laki-laki yang berhubungan seks dengan sesama
jenis.
12
SITI ARAFAH N
1102013275

o Sifilis
Adalah infeksi yang sangat menular yang di sebabkan oleh bakteri berbentuk spiral, Treponema
pallidum. Kecuali penularan neonates, sifilis hampir selalu di tularkan melalui kontak seksual
dengan pasangan yang terinfeksi. Namun, spiroketa T.pallidum dapat menembus sawar plasenta dan
menginfeksi neonates.
Spiroketa memperoleh akses melalui kontak langsung antara lesi basah terinfeksi dengan setiap
kerusakan, walaupun mikroskopik di kulit atau mukosa penjamu. Sifilis dapat di sembuhkan pada
tahap-tahap awal infeksi. Tetapi apabila di biarkan penyakit ini dapat menjadi infeksi yang sistemik
dan kronik. Infeksi penyakit sifillis dapat di bagi menjadi , sifillis primer, sekunder (sifilis laten,
dini dan lanjut) dan tersier. Pada perkembangan penyakit dapat terlihat kutil-kutil kecil di vulva dan
vagina yang disebut kondiloma lata. Bakteri kadang dapat terlihat pada pemeriksaan pap smear,
tetapi biasanya bakteri ini diketahui pada pemeriksaan sediaan apus dengan pewarnaan Gram.

o Clamidia trachomatis
Clamidia trachomatis adalah infeksi bakteri menular seksual yang paling banyak di jumpai di
amerika. Bakteri ini terdpat dalam 2 bentuk (dimorfik). Dalam bentuk infeksiosa C. trachomatis
merupakan sferoid berukuran kecil, tidak aktif secara metabolis dan mengandung DNA dan RNA
sehingga disebut badan elementer (EB). Sferoid-sferoid ini memperoleh akses ke sel penjamu
melalui endositosis dan setelah berada di dalam berubah menjadi organisme yang secara metabolis
aktif dan bersaing dengan sel pejamu memperebutkan nutrient. Organisme ini memicu timbulnya
siklus replikasi dan setelah kembali memadat menjadi EB untuk menginfeksi sel-sel di sekitarnya.
C.trachomatis memiliki afinitas terhadap epitel uretra, servix dan konjungtiva mata. Pada laki-
laki, urethritis, epididymis dan prostatitis adalah infeksi bakteri yang tersering.Pada perempuan
yang tersering adalah servisitis, diikuti oleh urethritis, bartolinitis dan akhirnya penyakit radang
panggul (PID).
C.trachomatisdapat menginfeksi faring, dan rectum orang yang melakukan hubungan seksual
oral atau anal-reseptif. Bayi dapat terinfeksi sewaktu dilahirkan dan mengalami konjungtivitis dan
pneumonia. Terinfeksi bakteri ini tidak menimbulkan imunitas terhadap infeksi di kemudian hari.
Kaum muda yang berusia antara 15-19 tahun merupakan 40% kasus klamidia yang di laporkan.
Resiko tertinggi tertularnya bekteri ini adalah wanita karena konsentrasi ejakulat yang terinfeksi
tertahan di vagina sehingga pemajanan memanjang.
Bakteri ini dapat ditemukan pada cairan vagina dan terlihat melalui mikroskop setelah diwarnai
pewarnaan Giemsa; sulit ditemukan pada pemeriksaan pap smear akibat siklus hidupnya yang tak
mudah dilacak.

o Gardnerella vaginalis
Menyebabkan peradangan vagina yang tidak spesifik dan kadang dianggap sebagai bagian dari
mikroorganisme normal dalam vagina karena sering ditemukan. Bakteri ini biasanya mengisi penuh
sel epitel vagina dengan membentuk bentukan khas dan siebut dengan clue cell. Gardnerella
menghasilkan asam amino yang diubah menjadi senyawa amin yang menimbulkan bau amis seperti
ikan. Cairan vagina tampak warna keabu-abuan.

Infeksi virus
o Virus Herpes Simpleks (HSV)
Adalah penyakit virus menular dengan afinitas pada kulit, selaput lendir dan system
syaraf.Macamnya ada HSV-1 dan HSV-2. HSV-1 menyerang daerah orofaring, menyebabkan lesi
di wajah, mulut dan bibir.Walaupun virus ini dapat juga menyebabkan harpes genitalis primer.
HSV-2 pterdapat di daerah genital. HSV tidak dapat di sembuhkan.Pada orang yang
imunokompeten.Infeksi biasanya ringan dan swasirna.

13
SITI ARAFAH N
1102013275
HSV disebarkan melalui kontak langsung antara virus dengan mukosa atau setiap kerusakan di
kulit.Virus herpes tidak dapat hidup di luar lingkungan yang lembab. HSV mempunyai kemampuan
untuk menginvasi beragam sel melalui fusi langsung dengan membrane sel. Untuk dpat masuk ke
dalam sel, tidak memerlukan proses endositosis.
HSV-1 dan HSV-2 menanyebabkan infeksi kronik yang di tandai dengan masa-masa infeksi
aktif dan latensi. Pada infeksi primer aktif, virus menginvasi sel penjamu dan cepat berkembang
biak menghancurkan sel penjamu dan melepaskan lebih banyak virion untuk menginfeksi sel-sel di
sekitarnya. Dan virus menyebar melalui saluran limfe ke kelenjar limfe regional dan menyebabkan
limfadenopati.Tubuh melakukan imunitas seluler dan humoral yang menahan infeksi tetapi tidak
dapat mencegah kekambuhan infeksi aktif.
Setelah infeksi awal, timbul masa laten. Selama masa ini, virus masuk ke dalam sel-sel sensorik
yang mensyarafi daerah yang terinfeksi dan bermigrasi di sepanjang akson untuk bersembunyi di
dalam ganglion radiksdorsalis tempat virus berdiam tanpa menimbulkan sitotosisitas atau gejala
pada manusia pejamunya. Virion dapat menular baik, dalam fase aktif maupun masa laten.
HSV lebih sering di jumpai pada wanita, mungkin karena luas permukaan mukosa saluran
genitalia perempuan yang lebih luas dan terjandinya kerusakan mikro di mukosa selama hubungan
kelamin.Dibandingkan dengan populasi umum, orang yang terinfeksi HIV lebih rentan terhadap
infeksi HSV dan menularkan penyakit ini. Karena infeksi HSV tidak mengancam jiwa dan sering
ringan atau asimtomatik, sehingga banyak orang yang tidak menyadari akan besarnya penyakit ini.
Pada awal infeksi tampak kelainan kulit sepert melepuh terkena air panas yang kemudian pecah
dan menimbulkan luka seperti borok, dan pasien merasa sakit.

o Virus Papiloma Manusia (HPV)


Adalah suatu pathogen DNA yang menyebabkan timbulnya berbagai tumor jinak, (kutil), dan
beberapa lesi pramaligna dan maligna. Ditandai dengan kutil-kutil yang kadang sangat banyak dan
dapat bersatu membentuk jengger ayam yang berukuran besar. Cairan di vagina sering berbau tanpa
rasa gatal.
Virus ini mampu berikatan dengan beragam sel dan subtype-subtipe tertentu, memperlihatkan
preferensi untuk tempat-tempat anatomis tertentu. Infeksi HPV dapat menyebabkan kanker serviks,
penis dan anus. HPV tipe-6 dan 11 merupakan penyebab utama kutil genital dan tidak berkaitan
dengan keganasan.
HPV sangat menular yang sering terjadi di amerika. Penularan HPV genital hanya semata-mata
melalui hubungan kelamin, walaupun autoinokulasi dan penularan melalui fomite juga dapat terjadi.
Infeksi dapat di tularkan kepada neonates saat persalinan. Factor resiko terbesar untuk timbulnya
HPV adalah jumlah pasangan seks, merokok, pemakaian kontrasepsi oral (KO) dan kehamilan
dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi HPV. Sebagian besar infeksi HPV akan sembuh
dan tidak terdeteksi setelah 2 tahun. Imunitas yang terbentuk bersifat spesifik-tipe, sehingga
individu masih rentan terhadap infeksi oleh HPV tipe lain.

Infeksi Jamur
o Candida albicans
C.albicans merupakan spesies penyebab infeksi candida pada genitalia lebih dari 80% yaitu
vaginitis dan vulvovaginitis. Secara ketat, kandidiasis tidak dianggap di tularkan secara seksual.
Infeksi simtomatik timbul apabila terjadi perubahan pada resistensi pejamu atau flora bakteri
local. Faktor predisposisi pada wanita adalah kehamilan, haid, diabetes mellitus, pada pemakaian
kontrasepsi dan terapi antibiotic. Baju dalan yang ketat, konstriktif dan sintetik, sehingga
menimbulkan lingkungan yang hangat dan lembab untuk kolonisasi dapat menyebabkan infeksi
rekurent.
Pada sebagian perempuan, reaksi hipersensitifitas terhadap produk-produk, misalnya pencuci
vagina, semprotan deodorant dan kertas toilet dapat berperan menimbulkan kolonisasi. Perempuan
umumnya mengalami infeksi akibat salah satu factor diatas sedangkan pada laki-laki umunya

14
SITI ARAFAH N
1102013275
terjangkit infeksi melalui kontak seksual dengan perempuan yang mengidap kandidiasis
vulvovagina. Keadaan yang saling menularkan antara pasangan suami istri ini desebut femoma ping
pong.

Infeksi parasit
o Trikomoniasis Vaginalis
Adalah organisme oral berflagel.Trikomonad mengikat dan akhirnya mematikan sel-sel pejamu,
memicu respon imun humoral dan selular yang tidak bersifat protektif terhadap infeksi
berikutnya.Agar dapat bertahan hidup trikomonad harus berkontak langsung dengan eritrosit, dan
dalam hal ini dapat menjelaskan mengapa perempuan lebih rentan terhadap infeksi dari pada laki-
laki.
T.vaginalis paling subur pada pH antara 4,9-7,5. Keadaan yang meningkatkan pH vagina, misalnya
haid, kehamilan, pemakaina kontrasepsi oral, dan tindakan sering mencuci vagina merupakan
predisposisi timbulnya trikomoniasis.
Bayi perempuan yang lahir dari ibu yang terinfeksi dapat menularkan infeksinya.Bayi perempuan
rentan karena pengaruh hormone ibu pada epitel vagina bayi.
Infeksi T.vaginalis di tularkan hampir secara eksklusif melalui hubungan kelamin. Walaupun
trikomonad di ketahui dapat hidup sampai 45 menit pada fomite, namun cara penularan melalui
fomite ini sangat jarang terjadi.
Walaupun jarang dapat ditularkan melalui perlengkapan mandi seperti hsnduk dan bibir kloset.
Flour albus tidak selalu gatal, tetapi vagina tampak kemerahan dan nyeri ditekan, dan perih
berkemih. Cairan vagina biasanya banyak, berbuih, menyerupai air sabun dan berbau.

Benda asing
Menimbulkan rangsangan pengeluaran cairan vagina yang jika berlebihan menimbulkan luka akan
sangat mungkin terjadi infeksi penyerta dari flora normal dalam vagina.
Neoplasia/Keganasan
Terjadi pengeluaran cairan yang banyak disertai bau busuk akibat pembusukansel abnormal,
seringkali disertai darah yang tidak segar.
Menopause
Estrogen turun vagina menjadi kering dan lapisan sel tipis, kadar glikogen berkurang, dan basil
doderlein berkurang memudahkan infeksi karena lapisan sel epitel tipis, mudah menimbulkan
luka flour albus
Erosi
Daerah merah sekitar ostium uteri internum yakni epitel kolumner endoserviks terkelupas, mudah
terjadi infeksi penyerta dari flora normal di vagina sehingga timbul fluor albus.
Stress
Stressor dapat merangsang sekresi adenokorteks yang berakibat meningkatkan glukokortikoid dan
aktivitas saraf simpatis, diikuti pelepasan katekolamin.
Hipotalamus bereaksi mengontrol sekresi Adrenocorticopin (ACTH) yang berhubungan dengan
sekresi hormon peptida termasuk vasopresin, oksitosin, dan Corticotropin Releasing Factor (CRF).
Hormon peptida ini berperan mengatur fungsi imun. Dalam keadaan stres, sekresi Growth Hormone
(GH) juga meningkat, stress yang lama dapat menekan fungsi gonad. Reseptor spesifik yang
terdapat pada neuroendokrin dapat mempengaruhi aktifitas sel. Sel makrofag yang telah aktif akan
melepaskan suatu mediator yaitu interleukin 1 (IL-1). Mediator ini sangat bermanfaat bagi limfosit
lain sehingga dapat membunuh sel-sel asing.

15
SITI ARAFAH N
1102013275

Hubungan stresor, sistem saraf, dan sistem imun

Penelitian dari Dasgupta (2003) melaporkan bahwa ada impuls langsung dari stressor yang
mengenai hipokampus yang diteruskan ke resptor estrogen di vagina melalu Nerve Pathway khusus
sehingga terjadi supresi estrogen yang berakibat pergeseran pH vagina.

2.6 MANIFESTASI
Indikasi keputihan dapat dilihat dari jumlah cairan, warna, bau dan konsistensi. Pada keputihan
normal, jumlah cairannya sedikit, warnanya putih jernih, bau yang ditimbulkan tidak menyengat dan
khas dan dengan konsistensi agak lengket. Sedangkan keputihan yang abnormal jumlahnya lebih
banyak, warnanya dapat kuning, coklat, kehijauan, bahkan bahkan kemerahan, baunya dapat berbau
asam, amis, bahkan busuk. Konsistensinya bisa cair atau putih kental seperti kepala susu (Indarti, 2004).
Keluarnya cairan berwarna putih, kekuningan atau putih kelabu dari saluran vagina. Cairan ini
dapat encer atau kental, dan kadang-kadang berbusa. Mungkin gejala ini merupakan proses normal
sebelum atau sesudah haid pada wanita tertentu. Pada penderita tertentu, terdapat rasa gatal yang
menyertainya. Biasanya keputihan yang normal tidak disertai dengan rasa gatal. Keputihan juga dapat
dialami oleh wanita yang terlalu lelah atau yang daya tahan tubuhnya lemah. Sebagian besar cairan
tersebut berasal dari leher rahim, walaupun ada yang berasal dari vagina yang terinfeksi, atau alat
kelamin luar (Joseph & Nugroho, 2010).
Burke (2006), keputihan yang abnormal dapat dilihat dari warna, bau, atau konsistensi dan
peningkatan atau penurunan jumlahnya. Hal tersebut bervariasi, konsistensinya dapat kental, seperti
bubur atau encer. Warnanya dapat jernih atau keabu-abuan, dan baunya dapat berbau normal (khas),
amis, atau berbau busuk.

Mansjoer, et al (2001) mengklasifikasikan keputihan sebagai berikut:


a. Jernih berlendir banyak dan tidak berbau. Keputihan jenis ini disebabkan oleh adanya ovulasi,
hiperesterogen, dan stress.
b. Berwarna seperti susu, kental, lengket, jumlanya sangat banyak dan tidak berbau. Keputihan ini
dapat disebabkan oleh karena adanya vaginitis (corynebacterium vaginale).
c. Berwarna coklat, encer seperti air, sangat banyak jumlahnya, dan lembab. Keputihan ini terjadi
akibat vaginitis, servisitis, stenosis serviks, endometeritis, dan neoplasma pasca radiasi.
d. Berwarna abu-abu dengan garis darah, encer, jumlahnya sangat banyak dan berbau busuk.
Keputihan ini terjadi akibat adanya ulkus vagina, vaginitis, servisitis piogenik (trauma pesarium),
neoplasma ganas/jinak.
e. Jika hasil pemeriksaan fisik dan sediaan apus 2 kali berturut-turut negatif, kemungkinan
penyebabnya adalah vulvovaginitis psikosomatik.
f. Keputihan akibat adanya benda asing dengan infeksi sekunder misal tampon penyebabnya adalah
toxic shock syndrome.
16
SITI ARAFAH N
1102013275
g. Berwarna merah muda, terdapat serosa, banyak, dan tidak berbau. Keputihan ini terjadi akibat
infeksi bakteri non-spesifik, hiperesterogen hal ini dapat menyebabkan vaginitis atrofi,
dispareunia, gatal, vagina kering.
h. Putih, encer berbintik banyak, berbau apek disertai penyakit sistemik, saat buang air kecil terasa
panas, pruritus vulva, pseudohifa yang disebabkan oleh candida albicans.
i. Kuning kehijauan, berbusa, sangat banyak, gatal, berbau busuk, nyeri tekan di vulva dan sekitar
eritema vagina yang ptekie. Keputihan ini dapat terjadi disebabkan oleh infeksi trichomonas
vaginalis.
j. Kuning, kental, sangat banyak, terasa panas, gatal, nyeri tekan, sakit saat miksi dapat abses atau
menjalar endometrium/salping. Keputihan ini dapat terjadi disebabkan oleh infeksi neisseria
gonorrheae

Gejala :
A. Berair, putih dan sangat gatal
Jika keputihan tipis dan berair atau tebal dan berwarna putih (seperti keju) = thrush (infeksi
jamur)
Menyebabkan gatal yang sangat dan sakit di sekitar vagina.
Cairan dapat berbau seperti ragi, tetapi bau tidak tajam.
Kebanyakan wanita sering terkena infeksi jamur ini dan bukan melalui penularan seksual
B. Putih atau abu-abu dan berbau amis
Jika cairan abu-abu atau berbau amis yang tajam, setelah coitus, penyebabnya adalah bacterial
vaginosis (BV)
BV merupakan ketidakseimbangan flora normal pada vagina
Biasanya tidak menyebabkan gatal atau iritasi
Secara umum penularannya bukan melalui seksual
C. Hijau, kuning atau berbusa
Trichomoniasis merupakan PMS tersering akibat parasit.
Cairan dapat berjumlah banyak dan berbau tidak sedap, bisa juga sakit, bengkak dan gatal
disekitar vagina dan sakit saat berkemih
D. Abnormal dengan rasa sakit atau berdarah
Jika abnormal dan nyeri pelvis atau nyeri saat berkemih atau terdapat darah antara waktu
menstruasi atau setelah coitus, itu karena chlamydia atau gonorrhea (keduanya adalah PMS)
Gonorrhea dapat menyebabkan cairan berubah menjadi hijau, tetapi sakit dan berdarah yang
lebih sering dirasakan
E. Abnormal dengan gelembung-gelembung disekitar alat genital
Genital herpes menyebabkan sakit, gelembung merah atau sakit pada sekitar genital dan juga
keputihan yang abnormal.
Penyebab Penemuan Klinis Pendekatan Diagnostik*

Anak-anak

Benda asing (biasanya Keluar cairan dari vagina, biasanya dengan Evaluasi Klinis
kertas tissue) bau busuk dan bercak vagina

Infeksi (misalnya, Pruritus, dan cairan vagina (keputihan) Pemeriksaan mikroskopik dari
Candida, cacing kremi, dengan eritema dan pembengkakan vulva, cairan vagina untuk ragi dan hifa
streptokokus, seringkali dengan disuria dan kultur untuk mengkonfirmasi
stafilokokus) Pemeriksaan vulva dan anus
Memburuknya pruritus pada malam hari
untuk cacing kremi.
(menunjukkan infeksi cacing kremi)
Signifikan eritema dan edema vulva dengan

17
SITI ARAFAH N
1102013275
discharge (menunjukkan infeksi
streptokokus atau stafilokokus)

Pelecehan seksual Nyeri vulvovagina, vagina berdarah atau evaluasi klinis


cairan vagina berbau busuk Kultur seksual
Seringkali, keluhan medis samar-samar dan Langkah-langkah untuk
nonspesifik (misalnya, kelelahan, nyeri memastikan keselamatan anak
perut) atau perubahan perilaku (misalnya, dan laporan ke pihak yang
amarah) berwenang jika kekerasan diduga

Wanita usia reproduktif

Vaginosis Bakterial Berbau busuk (amis), discharge vagina abu- Kriteria untuk diagnosis (3 dari
abu tipis dengan pruritus dan iritasi 4):
Eritema dan edema tidak biasa
discharge vagina abu-abu

pH sekresi vagina> 4,5

Bau amis

Clue cell terlihat selama
pemeriksaan mikroskopis
Infeksi Kandidiasis Infeksi candida vulva dan iritasi vagina, Evaluasi klinis ditambah
edema, pruritus
pH vagina <4,5
Discharge yang menyerupai keju cottage Ragi atau hifa diidentifikasi
dan melekat pada dinding vagina. pada preparat basah atau
Kadang-kadang memburuknya gejala KOH
setelah hubungan seksual dan sebelum mens kadang-kadang kultur

Infeksi Trikomonas Cairan kuning-hijau, vagina berbusa, sering Organisme motil, berbentuk buah
dengan nyeri, eritema, dan edema dari vulva pir memiliki flagrel, dilihat
dan vagina selama pemeriksaan mikroskopis
Kadang-kadang disuria dan dispareunia
Uji diagnostik cepat untuk
Kadang-kadang belang-belang, bintik-bintik
Trichomonas, jika tersedia
merah "strawberry" di dinding vagina atau
serviks

Benda asing Cairan sangat berbau busuk, dan sering Evaluasi klinis
berlimpah, eritema vagina, disuria, dan
kadang-kadang dispareunia
Obyek terlihat selama pemeriksaan

Semua umur

Reaksi hipersensitifitas Vulvovaginal eritema, edema, pruritus Evaluasi klinis dan hindari
(sering intens), keputihan penyebab
Riwayat penggunaan semprotan kebersihan
atau parfum, air mandi aditif, pengobatan
topikal untuk infeksi kandida, pelembut
kain, pemutih, atau sabun cuci

Inflamasi (misalnya, Keputihan purulen, dispareunia, disuria, Diagnosis eksklusi berdasarkan


radiasi pelvis, iritasi faktor-faktor riwayat dan risiko
ooforektomi,
pH vagina> 6
kemoterapi)
Uji Whiff Negatif

18
SITI ARAFAH N
1102013275
Kadang-kadang pruritus, eritema, nyeri Granulosit dan sel parabasal
terbakar, perdarahan ringan dilihat selama pemeriksaan
Jaringan vagina tipis, kering mikroskopis

Fistula enterik Vagina cairan berbau busuk dengan Visualisasi langsung atau palpasi
(komplikasi persalinan, berlalunya feses dari vagina fistula di bagian bawah vagina
operasi panggul, atau
penyakit inflamasi usus)

* Jika ada keputihan, pemeriksaan mikroskopis dari preparat basah garam dan preparat KOH dan kultura
bagi organisme menular seksual dilakukan (kecuali satu penyebab tidak menular seperti alergi atau
badan asing jelas)

kondisi inflamasi seperti ini merupakan penyebab umum vaginitis.

KOH = K hidroksida

2.7 DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING

1. Anamnesis
Yang harus diperhatikan dalam anamnesis adalah:

19
SITI ARAFAH N
1102013275
a. Usia. Harus dipikirkan kaitannya dengan pengaruh estrogen. Bayi wanita atau pada wanita
dewasa, leukorea yang terjadi mungkin karena pengaruh estrogen yang tinggi dan merupakan
leukorea yang fisiologis. Wanita dalam usia reproduksi harus dipikirkan kemungkinan suatu
penyakit hubungan seksual (PHS) dan penyakit infeksi lainnya. Pada wanita dengan usia yang
lebih tua harus dipikirkan kemungkinan terjadinya keganasan terutama kanker serviks.
b. Metode kontrasepsi yang dipakai. Pada penggunaan kontrasepsi hormonal dapat
meningkatkan sekresi kelenjar serviks. Keadaan ini dapat diperberat dengan adanya infeksi
jamur. Pemakaian IUD juga dapat menyebabkan infeksi atau iritasi pada serviks yang
meragsang sekresi kelenjar serviks menjadi meningkat.
c. Kontak seksual. Untuk mengantisipasi leukorea akibat PHS seperti gonorea, kondiloma
akuminata, herpes genitalis, dan sebagainya. Hal yang perlu ditanyakan adalah kontak seksual
terakhir dan dengan siapa dilakukan.
d. Perilaku. Pasien yang tinggal di asrama atau bersama dengan teman-temannya kemungkinan
tertular penyakit infeksi yang menyebabkan terjadinya leukorea cukup besar. Contoh kebiasaan
yang kurang baik adalah tukar menukar peralatan mandi atau handuk.
e. Sifat leukorea. Hal yang harus ditanyakan adalah jumlah, bau, warna, dan konsistensinya,
keruh/jernih, ada/tidaknya darah, frekuensinya dan telah berapa lama kejadian tersebut
berlangsung. Hal ini perlu ditanyakan secara detail karena dengan mengetahui hal-hal tersebut
dapat diperkirakan kemungkinan etiologinya.
f. Menanyakan kepada pasien kemungkinan hamil atau menstruasi. Pada kedua keadaan ini
leukorea yang terjadi biasanya merupakan hal yang fisiologis.
g. Masa inkubasi. Bila leukorea timbulnya akut dapat diduga akibat infeksi atau pengaruh zat
kimia ataupun pengaruh rangsangan fisik.

2. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan dalam


Pemeriksaan fisik secara umum harus dilakukan untuk mendeteksi adanya kemungkinan penyakit
kronis, gagal ginjal, infeksi saluran kemih dan infeksi lainnya yang mungkin berkaitan dengan
leukorea. Pemeriksaan yang kusus harus dilakukan adalah pemeriksaan genitalia yang meliputi:
inspeksi dan palpasi genitalia eksterna; pemeriksaan spekulum untuk melihat vagina dan serviks;
pemeriksaan pelvis bimanual. Untuk menilai cairan dinding vagina, hindari kontaminasi dengan
lendir serviks.
Pada infeksi karena gonokokkus, kelainan yang dapat ditemui adalah orifisium uretra eksternum
merah, edema dan sekret yang mukopurulen, labio mayora dapat bengkak, merah, dan nyeri tekan.
Kadang-kadang kelenjar Bartolini ikut meradang dan terasa nyeri waktu berjalan atau duduk. Pada
pemeriksaan melalui spekulum terlihat serviks merah dengan erosi dan sekret mukopurulen.
Pada trikomonas vaginalis dinding vagina tampak merah dan sembab. Kadang terbentuk abses
kecil pada dinding vagina dan serviks yang tampak sebagai granulasi berwarna merah dan dikenal
sebagai strawberry appearance. Bila sekret banyak dikeluarkan dapat menimbulkan iritasi pada
lipat paha atau sekitar genitalia eksterna.
Infeksi Gardnerella vaginalis memberikan gambaran vulva dan vagina yang berwarna hiperemis,
sekret yang melekat pada dinding vagina dan terlihat sebagai lapisan tipis atau berkilau. Pada
pemeriksaan serviks dapat ditemukan erosi yang disertai lendir bercampur darah yang keluar dari
ostium uteri internum.

20
SITI ARAFAH N
1102013275
Pada kandidiasis vagina dapat ditemukan peradangan pada vulva dan vagina, pada dinding vagina
sering terdapat membran-membran kecil berwarna putih, yang jika diangkat meninggalkan bekas
yang agak berdarah.
Pada kanker serviks awal akan terlihat bercak berwarna merah dengan permukaan yang tidak licin.
Gambaran ini dapat berkembang menjadi granuler, berbenjol-benjol dan ulseratif disertai adanya
jaringan nekrotik. Disamping itu tampak sekret yang kental berwarna coklat dan berbau busuk. Pada
kanker serviks lanjut, serviks menjadi nekrosis, berbenjol- benjol, ulseratif dan permukaannya
bergranuler, memberikan gambaran seperti bunga kol.
Adanya benda asing dapat dilihat dengan adanya benda yang mengiritasi seperti IUD, tampon
vagina, pesarium, kondom yang tertinggal dan sebagainya.

Bacterial vaginosis (BV)


BV dapat didiagnosis menggunakan kriteria klinis (contoh : Amsels Diagnostic Criteria) atau
pewarnaan gram. Pewarnaan gram digunakan untuk mengidentifikasi konsentrasi relative
Lactobacilli (batang gram+), gram-, dan batang & coccus berbagai macam gram (conoth : G.
vaginalis, Prevotella, Porphyromonas, and peptostreptococci), dan batang bengkok gram-
(Mobiluncus). Jika pewarnaan gram tidak tersedia, kriteria klinis dapat digunakan dan
membutuhkan 3 gejala, seperti :
- Leukorea homogeny, tipis, putih yang menyelimuti dinding vagina
- Adanya clue cell pada pemeriksaan dengan mikroskop
- pH cairan vagina >4,5 , atau
- leukorea berbau amis sebelum dan sesudah penambahan KOH 10% (Tes WHIFF)
Adanya 3 dari 4 kriteria berhubungan dengan hasil pewarnaan gram.
Pemeriksaan lain, termasuk test berdasarkan DNA untuk konsentrasi tinggi G.vaginalis (Affirm VP
III, Becton Dickinson, Sparks, Maryland), prolineaminopeptidase test card (Pip Activity TestCard,
Quidel, San Diego, California), dan the OSOM BVBlue test. Hasil dari pemeriksaan ini sebanding
dengan ciri pewarnaan gram. Card test mempunyai kelebihan untuk mendeteksi peningkatan pH
dan trimethylamine tetapi sensitivitas dan spesifisitasnya rendah, sehingga tidak dianjurkan.
Kultur G.vaginalis tidak disarankan karena tidak spesifik.
Pap smear tidak berguna karena sensitivitasnya rendah
Gejala : Non-pruritic vaginal discharge dengan bau amis, tapi 50% wanita asimptomatik
Treatment. Oral/intravaginal metronidazole atau clindamycin.

Chlamydial cervicitis
Gejala : Leukorea Purulent atau mucoid discharge, perdarahan post coitus dan vaginitis, tetapi wanita
asimptomatik banyak diidentifikasi melalui skreeing atau contact tracing
Diagnosis. test DNA yang bahannya diambil dari vagina atau dari urin, atau ELISA.
Treatment. Oral azithromycin atau doxycycline.

Gonococcal cervicitis/vaginitis
Gejala : leukorea banyak, tidak berbau, tidak iritasi, seperti krim putih atau kuning, tetapi dapat juga
asimptomatik. 10-20% wanita mengalami salfingitis akut dengan demam dan nyeri pelvis, 5% memperlihatkan
penyebarluasan infeksi gonorrhea dengan mengigil, demam, malise, polyatralgi asimetrik dan lesi kulit yang sakit.
Diagnosis. kultur positive culture pada media selektif seperti modified ThayerMartin agar; 20% pasien akan
dapat diidentifikasi infeksinya pada beberapa sisi (faring, rectum).
Treatment. Oral ciprofloxacin

Candidiasis
Gejala : banyak pruritus dan eritema pada vulvovaginal.
Diagnosis. KOH wet-mount untuk melihat adanya cabang dan budding hifa. Kultur pada medium
Sabouraud diindikasikan pada beberapa kasus
21
SITI ARAFAH N
1102013275
Treatment. topical clotrimazole (Canestin) atau oral fluconazole (Diflucan).
Uncomplicatted vulvuvaginal candidiasis (VVC)
- Secara klinis ditemukan dysuria external dan pruritus, nyeri, bengkak, kemerahan pada vulva.
- Gejala termasuk edema, fissure, goresan atau leukorea yang tebal dan putih pada vulva
- Diagnosis dapat ditegakkan pada wanita dengan gejala, dan
a. Preparat basah (saline, 10% KOH) atau pewarnaan gram cairan leukorea vagina
menunjukkan adanya yeast, hifa atau pseudohifa. atau
b. Kultur atau test jamur lain menunjukkan adanya spesies jamur
- pH vagina biasanya normal (<4,5), sehingga pemeriksaan pH tidak berarti.
- Penggunaan 10% KOH pada preparat basah meningkatkan visualisasi yeast dan mycelia dengan
menghancurkan materi selular yang menghalangi yeast atau pseudohifa. Pemeriksaan ini harus
dilakukan pada wanita dengan gejala VVC dan wanita dengan hasil positif harus diterapi.
- Jika hasil preparat basah negative tetapi gejala positif, perlu dilakukan kultus Candida
- Jika kultur tidak dapat dilakukan, terapi empiris dapat diberikan pada wanita dengan gejala VVC.
- Identifikasi Candida melalui kultur, tetapi pasien tidak memiliki gejala, bukan indikasi
pemeriksaan

Complicated VVC
a. VVC recurrent (RVVC)
- Diindikasikan jika gejala VVC terjadi 4 atau lebih dalam 1 tahun (pada 5% wanita)
- Kultur vagina harus dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis dan identifikasi spesies yang
tidak biasa, biasanya Candida glabrata
- C.glabrata (10-20% pada pasien RVVC) dan Candida nonalbicans lainnya tidak membentuk
pseudohifa atau hifa dan tidak mudah dikenali dengan mikroskop
- Terapi antimikotik konvensional tidak efektif seperti pada C.albicans

b. VVC berat
- Ditandai dengan eritema, edeman, excoriation, dan pembentukna fissure vulva yang meluas
dan berhubungan dengan respons klinik yang menurun pada pasien dengan terapi topical
atau oral jangka pendek
c. VVC nonalbicans

Trichomoniasis
Gejala : leukorea dengan jumlah banyak dan berbau busuk, perdarahan post coitus, eritema
vulvovaginal.
Treatment. Oral (bukan lewat vaginal) metronidazole.
Diagnosis :
- Trichomonads terlihat pada saline wet-mount merupakan pathognomonic. Lainnya adalah
terdapatnya banyak leukosit dan pH > 4.5. organisme mungkin dapat ditemukan pada
pemeriksaan pap smear pada wanita asimptomatik.
- biasanya melalui pemeriksaan mikroskop cairan vagina, tetapi metode ini sensitive hanya
terhadap 60-70% dan membutuhkan evaluasi segera pada preparat slide basah untuk hasil
optimal.
- FDA-cleared test (sensitivitas 88-97% & spesifisitas 98-99%) untuk trichomoniasis wanita
termasuk OSOM Trichomonas Rapid Test (Genzyme Diagnostics, Cambridge, Massachusetts),
immunochromatographic capillary flow dipstick technology, dan the Affirm VP III (Becton
Dickenson, San Jose, California), a nucleic acid probe test yang mengevaluasi T. vaginalis, G.
vaginalis, and C. albicans.
Test-test ini memiliki sensitivitas >83% dan spesifisitas >97%.
22
SITI ARAFAH N
1102013275
Hasil OSOM Trichomonas Rapid Test dapat dilihat kurang lebih 10menit, dan hasil Affirm VP
III dapat dilihat sekitar 45menit. Tetapi, false positive dapat terjadi, terutama pada populasi
dengan prevalensi rendah.
- Kultur juga memiliki sensitifitas dan spesifisitas tinggi pada T.vaginalis secret vagina
- APTIMA T. vaginalis Analyte Specific Reagents (ASR; manufactured by Gen-Probe, Inc.)
dapat juga mendeteksi RNA T.vaginalis dengan dimediasi amplifikasi transkripsi
menggunakan instumen yang sama dengan FDA-cleared test.

PAP SMEAR TEST


A. PENDAHULUAN
Tes Pap Smear adalah pemeriksaan sitologi dari serviks dan porsio untuk melihat adanya perubahan atau
keganasan pada epitel serviks atau porsio (displasia) sebagai tanda awal keganasan serviks atau prakanker
(Rasjidi, Irwanto, Sulistyanto, 2008).
Pap Smear merupakan suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dan kemudian
diperiksa di bawah mikroskop. Pap Smear merupakan tes yang aman dan murah dan telah dipakai bertahun-tahun
lamanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim (Diananda, 2009).
Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat, dan tidak sakit, serta bisa dilakukan setiap saat, kecuali pada
saat haid (Dalimartha, 2004).
Pap Smear pertama kali diperkenalkan tahun 1928 oleh Dr. George Papanicolou dan Dr. Aurel Babel,
namun mulai populer sejak tahun 1943 (Purwoto & Nuranna, 2002).
Pap smear adalah prosedur medis di mana sampel sel dari leher rahim seorang wanita (akhir rahim yang
meluas ke dalam vagina) dikumpulkan dan dioleskan pada slide mikroskop. Sel-sel diperiksa di bawah mikroskop
untuk mencari perubahan pra-ganas (sebelum kanker) atau ganas (kanker).
Pap smear adalah tes skrining yang sederhana, cepat, dan relatif tanpa rasa sakit.
o Spesifisitas - kemampuannya untuk menghindari mengklasifikasikan hasil normal dengan tidak
normal (hasil "positif palsu")
o Sensitivitas - yang berarti kemampuannya untuk mendeteksi setiap kelainan, mungkin saja
didapatkan beberapa hasil "negatif palsu". Dengan demikian, beberapa wanita mengalami kanker
serviks walaupun memiliki Pap screening yang teratur.
Dalam sebagian besar kasus, tes Pap tidak mengidentifikasi kelainan seluler kecil sebelum mereka
memiliki kesempatan untuk menjadi ganas dan pada suatu titik ketika kondisi ini paling mudah diobati. Pap smear
tidak dimaksudkan untuk mendeteksi bentuk kanker lain dari ovarium, vagina, atau rahim. Kanker organ-organ
ini mungkin ditemukan selama berlangsungnya ginekologi (panggul) ujian, yang biasanya dilakukan pada waktu
yang sama dengan Pap smear.
Semua wanita usia 25-69 tahun yang pernah melakukan hubungan seksual dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan pap smear 3 tahun sekali.

B. MANFAAT PAP SMEAR


Pemeriksaan Pap Smear berguna sebagai pemeriksaan penyaring (skrining) dan pelacak adanya
perubahan sel ke arah keganasan secara dini sehingga kelainan prakanker dapat terdeteksi serta
pengobatannya menjadi lebih murah dan mudah (Dalimartha, 2004).
Pap Smear mampu mendeteksi lesi prekursor pada stadium awal sehingga lesi dapat ditemukan saat
terapi masih mungkin bersifat kuratif (Crum, Lester, & Cotran, 2007).
Manfaat Pap Smear secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut (Manuaba, 2005):
1. Diagnosis dini keganasan
Pap Smear berguna dalam mendeteksi dini kanker serviks, kanker korpus endometrium,
keganasan tuba fallopi, dan mungkin keganasan ovarium.
2. Perawatan ikutan dari keganasan
Pap Smear berguna sebagai perawatan ikutan setelah operasi dan setelah mendapat kemoterapi
dan radiasi.
3. Interpretasi hormonal wanita
Pap Smear bertujuan untuk mengikuti siklus menstruasi dengan ovulasi atau tanpa ovulasi,
menentukan maturitas kehamilan, dan menentukan kemungkunan keguguran pada hamil muda.
23
SITI ARAFAH N
1102013275
4. Menentukan proses peradangan
Pap Smear berguna untuk menentukan proses peradangan pada berbagai infeksi bakteri dan
jamur.

C. KRITERIA PASIEN
Kehamilan bukan menjadi alasan tidak dilakukannya pap smear. Pap smear masih dapat
dilakukan dengan aman selama kehamilan
Tidak diindikasikan pada wanita yang pernah di hysterectomy (pengangkatan serviks) karena
kondisi benigna.
Wanita yang di hysterectomy subtotal boleh melakukan pap smear dengan langkah sama
dengan wanita yang belum di hysterectomy.

D. PROSEDUR
SYARAT :
Wanita yang ingin melakukan pemeriksaan pap smear tidak boleh saat menstruasi.
Waktu terbaik adalah antara 10-20 hari setelah hari pertama menstuasi.
Sekitar 2 hari sebelum pemeriksaan, wanita harus menghindari pemakaian sabun, krim, jelli
spermisidal atau obat vagina, karena ini dapat menyebabkan sel servix abnormal tidak terlihat.
Hindari hubungan seksual 48 jam sebelum pemeriksaan

Menurut Soepardiman (2002), Manuaba (2005), dan Rasjidi (2008), prosedur pemeriksaan Pap
Smear adalah:
1. Persiapan alat-alat yang akan digunakan, meliputi spekulum bivalve (cocor bebek), spatula
Ayre, kaca objek yang telah diberi label atau tanda, dan alkohol 95%.
2. Pasien berbaring dengan posisi litotomi.
3. Pasang spekulum sehingga tampak jelas vagina bagian atas, forniks posterior, serviks uterus,
dan kanalis servikalis.
4. Periksa serviks apakah normal atau tidak.
5. Spatula dengan ujung pendek dimasukkan ke dalam endoserviks, dimulai dari arah jam 12 dan
diputar 360 searah jarum jam.
6. Sediaan yang telah didapat, dioleskan di atas kaca objek pada sisi yang telah diberi tanda
dengan membentuk sudut 45 satu kali usapan.
7. Celupkan kaca objek ke dalam larutan alkohol 95% selama 10 menit.
8. Kemudian sediaan dimasukkan ke dalam wadah transpor dan dikirim ke ahli patologi anatomi.

E. ANALISA PAP SMEAR


Analisa dan hasil pap smear berdasarkan pada system Bethesda. Standarisasi menurunkan
kemungkinan hasil lab yang berbeda dari sampel pap smear yang sama.
System Bethesda :
Normal (negative) : tidak ada tanda pre cancer atau cancer
ASC-US (Atypical Squamous Cells of Undetermined Significant) : Ditemukan perubahan pada
sel servix. Perubahannya hampir selalu merupakan tanda infeksi HPV tetapi dapat
mengindikasikan adanya precancer. Ini merupakan tipe terbanyak dari hasil pap smear
abnormal
SIL (Squamous Intraepithelial Lession) : perubahan abnormal terlihat pada sel yang dapat
berupa tanda pre cancer. SIL dapat berupa low grade (LSIL) atau high grade (HSIL). Tingkatan
ini berhubungan dengan tingkat dysplasia dan CIN. LSIL hampir selalu mengindikasikan
adanya infeksi HPV, tetapi dapat juga mengindikasikan perubahan pre cancer ringan. LSIL
sangat sering dan biasanya hilang sendirinya tanpa terapi. HSIL mengu=indikasikan perubahan
yang lebih serius. Carcinoma in ditu (CIS) merupakan bentuk berat dari HSIL. Biasanya
mengarah ke proses terbentuknya kanker

24
SITI ARAFAH N
1102013275
ASC-H (Atypical Squamous Cells, cannot exlude HSIL) : perubahan pada sel servix
ditermukan. Perubahan ini tidak sepenuhnya HSIL tetapi bisa saja berupa HSIL, dan butuh
pemeriksaan lanjutan.
AGC (Atypical Glandular Cells) : perubahan sel terlihat mengindikasikan pre cancer pada
bagian atas servix atau uterus.
Kanker : sel abnormal dapat menyebar lebih dalam ke servix atau jaringan lain.

Jika hasil pap smear abnormal, perlu pemeriksaan lanjutan. Pemeriksaan selanjutnya
bergantung tipe hasil pap smear abnormal dan usia serta tingkat dysplasia.

Klasifikasi Papanicolaou membagi hasil pemeriksaan menjadi 5 kelas (Saviano, 1993), yaitu:
Kelas I : tidak ada sel abnormal.
Kelas II : terdapat gambaran sitologi atipik, namun tidak ada indikasi adanya keganasan.
Kelas III : gambaran sitologi yang dicurigai keganasan, displasia ringan sampai sedang.
Kelas IV : gambaran sitologi dijumpai displasia berat.
Kelas V : keganasan.

Sistem CIN pertama kali dipublikasikan oleh Richart RM tahun 1973 di Amerika Serikat (Tierner & Whooley,
2002). Pada sistem ini, pengelompokan hasil uji Pap Semar terdiri dari (Feig, 2001):
CIN I merupakan displasia ringan dimana ditemukan sel neoplasma pada kurang dari sepertiga
lapisan epitelium.
CIN II merupakan displasia sedang dimana melibatkan dua pertiga epitelium.
CIN III merupakan displasia berat atau karsinoma in situ yang dimana telah melibatkan sampai
ke basement membrane dari epitelium.

HASIL PAP SMEAR NORMAL

ABNORMAL
Sumber : American Society of Cytopathology

Hasil pap smear harus disertakan dengan :


a. Deskripsi status menstruasi pasien (contoh : menopausal atau periode menstruasi regular)
25
SITI ARAFAH N
1102013275
b. Riwayat medis (contoh : riwayat herpes)
c. Jumlah slide
d. Deskripsi ke-adekuatan specimen (apakah bisa dibaca atau tidak)
e. Diagnosis akhir
f. Rekomendasi untuk follow up

Diagnosis Banding
Ca Cervix
infeksi Chlamydia
atropik vaginitis
gonorrhea

2.8 PENATALAKSANAAN
Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan (fluor albus), sebaiknya penatalaksanaan
dilakukan sedini mungkin. Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur,
bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses
infeksi sesuai dengan penyebabnya. Tujuan pengobatan yaitu:
Menghilangkan gejala
Memberantas penyebabrnya
Mencegah terjadinya infeksi ulang
Pasangan diikutkan dalam pengobatan
Keputihan fisiologis : tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan untuk menghilangkan
kecemasannya.

BAKTERI
Terapi direkomendasikan untuk wanita dengan gejala. Manfaat terapi pada wanita nonhamil adalah untuk
mengurangi gejala vagina dan tanda infeksi.

Metronidazole 500 mg oral 2x sehari selama 7 hari *


atau
Metronidazole gel 0.75%, one full applicator (5 g) intravaginally, sehari sekali selama 5 hari
atau
Clindamycin cream 2%, one full applicator (5 g) intravaginally saat waktu tidur selama 7 hari

* meminum alcohol harus dihindari selama terapi dan 24 jam setelahnya.


Clindamycin cream is oil-based and might weaken latex condoms and diaphragms for 5 days after use (refer to
clindamycin product labeling for additional information).

Alternative Regimens
Tinidazole 2 g oral sehari sekali selama 2 hari
atau
Tinidazole 1 g oral sehari sekali selama 5 hari
atau
Clindamycin 300 mg oral sekali 2x selama 7 hari
atau
Clindamycin ovules 100 mg intravaginally sekali selama waktu tidur selama 3 hari

Pada pasien dengan kondisi tertentu :


a. Allergi atau intoleransi terhadap terapi yang direkomendasikan
- Clindamycin intravagina cream untuk pasien alergi atau intoleransi terhadap metronidazole
atau tinidazole.
26
SITI ARAFAH N
1102013275
- Metronidazole intravagina gel dapat digunakan pada wanita yang tidak dapat mentoleransi
metronidazole sistemik
- Metronidazole intravagina tidak dapat diberikan pada pasien yang alergi terhadap
metronidazol

b. Wanita Hamil
Recommended Regimens
Metronidazole 500 mg orally 2x sehari selama 7 hari
atau
Metronidazole 250 mg orally 3x sehari selama 7 hari
atau
Clindamycin 300 mg orally 2x sehari selama 7 hari

c. Infeksi HIV
Pasien dengan BV dan HIV harus menerima terapi yang sama seperti pada pasien BV positif
HIV negative

PROTOZOA
Recommended Regimens
Metronidazole 2 g orally dalam single dose
atau
Tinidazole 2 g orally dalam single dose

Alternative Regimen
Metronidazole 500 mg orally 2x sehari selama 7 hari *

*pasien harus disarankan untuk menghindari konsumsi alcohol selama terapi menggunakan metronidazole atau
tinidazole. Pantangan konsumsi alcohol harus dilanjutkan 24 jam setelah menyelesaikan terapi metronidazole
atau 72 jam setelah menyelesaikan terapi tinidazole

Pada pasien dengan kondisi tertentu :


a. Alergi, intoleransi dan reaksi yang merugikan
metronidazole dan tinidazolemerupakan golongan nitroimidazole. Pasien yang alergi terhadap
nitroimidazole dapat diterapi dengan desensitisasi metronidazole dengan bantuan spesialis.
Terapi topical dengan obat selain nitroimidazol dapat dilakukan tetapi kecepatan sembuhnya
lambat (<50%)

b. Wanita hamil
Dapat diberikan metronidazole 2g single dose pada masa kehamilan kapanpun. Pada wanita
menyusui dengan terapi metronidazole, harus menahan menyusui bayinya selama terapi dan
selama 12-24 jam setelah dosis terakhir akan menurunkan efek metronidazole terhadap bayi.
Jika dengan tinidazole, interupsi menyusui direkomendasikan selama terpi dan selama 3 hari
setelah dosis terakhir

c. Infeksi HIV
Pada pasien trichomoniasis dengan HIV dapat diberikan 500mg metronidazole 2x sehari
selama 7 hari.

CANDIDIASIS
A. VULVOVAGINAL CANDIDIASIS UMCOMPLICATED
Formula topical jangka pendek (single dose dan regime 1-3hari) efektif menanganni VVC
uncomplicated. Obat azole topical lebih efektif daripada nystatin topical. Terapi dengan azole dapat

27
SITI ARAFAH N
1102013275
meredakan gejala dan kultur menjadi negative 80-90% pada pasien yang telah menyelesaikan
terapinya.
Recommended Regimens
Over-the-Counter Intravaginal Agents:
Butoconazole 2% cream 5 g intravaginally selama 3 hari
atau
Clotrimazole 1% cream 5 g intravaginally selama 7-14 hari
atau
Clotrimazole 2% cream 5 g intravaginally selama 3 hari
OR
Miconazole 2% cream 5 g intravaginally selama 7 hari
OR
Miconazole 4% cream 5 g intravaginally selama 3 hari
OR
Miconazole 100 mg vaginal suppository, one suppository selama 7 hari
OR
Miconazole 200 mg vaginal suppository, one suppository selama 3 hari
OR
Miconazole 1,200 mg vaginal suppository, one suppository for 1 day
OR
Tioconazole 6.5% ointment 5 g intravaginally in a single application

Prescription Intravaginal Agents:


Butoconazole 2% cream (single dose bioadhesive product), 5 g intravaginally selama 1 hari
OR
Nystatin 100,000-unit vaginal tablet, one tablet selama 14 hari
OR
Terconazole 0.4% cream 5 g intravaginally selama 7 hari
OR
Terconazole 0.8% cream 5 g intravaginally selama 3 hari
OR
Terconazole 80 mg vaginal suppository, one suppository selama 3 hari
Oral Agent:
Fluconazole 150 mg oral tablet, one tablet in single dose

Pasien dengan kondisi khusus :


a. Alergi, intoleransi dan efek yang membahayakan
Agen topical biasanya tidak menyebabkan efek sistemik, tetapi rasa panas atau iritasi lokal dapat
terjadi. Agen oral biasanya menyebbakan nausea, nyeri abdomen, dan sakit kepala.
B. VULVOVAGINAL CANDIDIASIS RECURRENT (RVVC)
Respons baik terhadap durasi pendek terapi azole oral atau topical. Tetapi, untuk mengontrol
kebutuhan klinis dan mycologic, beberapa dokter merekomendasikan durasi terapi yang lebih
panjang (mis : fluconazole topical 7-14 hari atau 100mg, 150mg, atau 200mg setiap 3hari sekali
dengan dosis total 3 [hari ke 1,4,7]) untuk mencegah remisi mykologik sebelum iniasi regimen
antifungal maintenance.
Regimen Maintenance
Fluconazole oral (100mg, 150mg, atau 200mg) perminggu selama 6 bulan sebagai lini pertama
terapi.
Jika regimen ini tidak layak, terapi topical intermiten dapat digunakan sebagai regimen
maintenance.
Terapi antifungi supresif maintenance efektif terhadap penurunan RVVC, tetapi 30-50% pasien
akan mengalami penyakit rekuren setelah terapi maintenance dihentikan.

C. VULVOVAGINAL CANDIDIASIS BERAT


28
SITI ARAFAH N
1102013275
Azole topical 7-14hari atau 150mg fluconazole dalam 2 dosis berurutan (dosis kedua 72 jam setelah
dosis pertama)

D. VULVOVAGINAL CANDIDIASIS NONALBICANS


Terapi lini pertama : lebih panjangnya durasi terapi (7-14hari) dengan obat azole nonflukonazole
(oral atau topical).
Jika rekurens terjadi, disarankan 600mg asam borit dalam kapsul gelatin, melalui vagina 1hari 1x
selama 2minggu.

Pada pasien dengan kondisi khusus :


1. Membahayakan host
Pasien dengan kondis medis (DM tidak terkontrol atau yang menerima terapi kortikosteroid)
tidak merespon terapi jangka pendek dengan baik. Kondisi yang dapat diubah harus dapat
diperbaiki dan perpanjangan pemakaian terapi antimikotik konvensional (7-14hari)
2. Wanita hamil
Hanya terapi azole topical, selama 7 hari

VIRUS
Untuk herpes genital, gunakan Acyclovir :
Initial treatment: 200 mg PO q4hr while awake (5 times daily) for 10 days or 400 mg PO q8hr for
7-10 days
Intermittent treatment for recurrence: 200 mg PO q4hr while awake (5 times daily) for 5 days;
initiate at earliest sign or symptom of recurrence
Chronic suppression for recurrence: 400 mg PO q12hr for up to 12 months; alternatively, 200 mg
3-5 times daily

FARMAKOLOGI OBAT
A. METRONIDAZOL (Flagyl, Flagyl ER)
ES :
Appetite loss Neutropenia
Candidiasis Metallic taste
Diarrhea Neuropathy
Dizziness Pancreatitis
Headache Seizures
Nausea Thrombophlebitis
Vomiting Xerostomia
Ataxia Encephalopathy
Dark urine Aseptic meningitis
Disulfiram-type reaction with ethanol Optic neuropathy
Furry tongue Stevens-Johnson syndrome
Hypersensitivity Toxic epidermal necrolysis

KI :
Hipersensitivitas terhadap metronidazole atau nitroimidazole lain
Kehamilan trimester pertama (masih kontroversial)
Penggunaan disulfiram selama 2minggu terakhir
Pemakaian alcohol selama terapi atau 3 hari setelah selesai terapi

Pada ibu hamil (kategori B) :


Laktasi

29
SITI ARAFAH N
1102013275
Dieksresi melalui ASI, tidak dianjurkan.
Seperti Per oral, konsentrasi di dalam ASI sama dengan konsentrasi di dalam plasma
Potensial untuk tumorigenicity, penelitian mengatakan sebaiknya menghentikan memberi
ASI pada bayi atau menghentikan terapi metronidazolenya; wanita menyusui dapat
memilih untuk memompa dan membuang ASInya selama terapi dan selama 24jam setelah
terapi berakhir serta memberi minum bayinya dengan susu ASI yang telah disimpan
sebelumnya atau susu formula

Mekanisme aksi : menghambat sintesis asam nukleat dengan mengganggu DNA dan
menyebabkan pelepasan strand DNA ; amebicidal, bakterisid, trichomonasid
Absorbsi :
Bioavailability: 80% absorbsi dari GI tract (PO)
Protein binding (<20%)
Peak serum time: 1-2 hr
Distribusi : distibusi luas ; sama seperti PO dan IV
Metabolisme : liver ; Enzymes inhibited: Hepatic CYP2C9
Waktu paruh : 25-75 hr (neonates); 8 hr (lainnya); perpaangan pada pasien dengan kerusakan
hati
Ekskresi : Urine (77%); feces (14%)

B. TINIDAZOLE (tindamax)
ES :
Anorexia (2-3%) Frequency Not Defined
Constipation (<1%) Ataxia
Dizziness (<1%) Candida overgrowth
Dysgeusia (4-6%) Convulsions & transient peripheral
Dyspepsia (1-2%) neuropathy
Headache (<1%) Numbness & paresthesia
Nausea (3-5%) Diarrhea
Vomiting (1-2%) Darkened urine
Weakness/fatigue/malaise (1-2%) Tongue discoloration
Transient leukopenia/neutropeni
KI :
Hipersensitivitas
Kehamilan trimester pertama
Laktasi (interupsi selama 3 hari)

Pada kehamilan : kategori C


Berhenti menyusui sementara selama terapi obat dan 3 hari setelah dosis terakhir.
Mekanisme kerja : antiprotozoal, dapat menyebabkan sitotoksisitas dengan merusak DNA dan
mencegah sintesis DNA lebih lanjut
Waktu paruh : 12-14 jam
Metabolisme : kebanyakan melalui CYP3A4
Protein binding : 12%
Peak plasma time : 1,6jam
Ekskresi : paling banyak melalui urin (20-25%), feses (12%)

C. Clotrimazole
ES : Abnl LFTs (>10%), rasa terbakar ringan, iritasi, seperti ditusuk pada kulit atau area
vagina
KI : hipersensitivitas dan tidak untuk penggunaan pada mata
30
SITI ARAFAH N
1102013275
Pada ibu hamil : kategori B (cream vagina) dan C (troches)
Laktasi : eksresi di dalam ASI belum diketahui dan harap berhati-hati
Mekanisme kerja : mengganggu permeabilitas membrane sel candida, berikatan dengan
fosfolipid pada membrane sel fungi, yang dapat mengganggu permeabilitas dinding sel dan
hasilnya adalah hilangnya elemen intraselular ; fungisidal dan fungistatik
Absorpsi : peak plasma time
Oral: Salivary levels occur within 3 hr following 30 min of dissolution time
Vaginal cream: High vaginal levels, 8-24 hr
Vaginal tablet: High vaginal levels, 1-2 d
Eksresi : feses (dalam bentuk metabolit)

D. BUTOCONAZOLE
ES : iritasi vagina/vulva dan nyeri abdomen/pelvis
KI : hipersensitivitas dan kehamilan trimester pertama
Pada ibu hamil : kategori C
Peak Plasma Time: 12-24 jam
Absorption: systemic (1.7%)
Mekanisme aksi : imidazole, mengganggu permeabilitas membrane sel fungi

E. MICONAZOLE VAGINA
ES : Allergic contact dermatitis, rasa terbakar, Irritation, gatal, macerasi
KI : hipersensitivitas dan kehamilan trimester pertama
Pada ibu hamil : kategori C
Metabolism : hepatic P450 CYP3A4
Ekskresi : feses (50%), urin (<1%)
Mekanisme kerja : mengganggu enzim mitokondria dan peroksisom serta mengganggu
permeabilitas membrane sel

F. TIOCONAZOLE
ES : Vulvovaginal burning, vaginitis, pruritus (5-6%), Headache (5%), Infection (3%),
Abdominal pain (2%), Dysuria, nocturia, pharyngitis, and rhinitis (<2%)
KI : hipersensitivitas
Kehamilan kategori C
Peak Plasma: 18 ng/mL in 2-24 hr
Metabolism: glucuronidation of the imidazole ring
Excretion : Urine as metabolites: 25-27%, Feces as unchanged drug: 59%
Mechanisme Aksi :Antifungal ointment inhibits P450 system which reduces synthesis of fungal
ergosterol

G. TERCONAZOLE VAGINAL
ES :
Headache Fever
1-10% Dysmenorrhea
Abdominal pain Vulvar/vaginal burning
Chills Dysmenorrhea

KI : hipersensitivitas
Kehamilan kategori C
Absorption: Systemic absorption after vaginal administration may depend on presence of a
uterus; 5-8% absorption in women who had a hysterectomy versus 12-16% in
nonhysterectomy women
31
SITI ARAFAH N
1102013275
Excretion: Feces & urine

H. FLUCONAZOLE
ES : sakit kepala
KI : hipersensitivitas dan kehamilan
Kehamilan kategori C dan D
Mekanisme aksi : inhibitor selektivitas tinggi pada sitokrom fungi P-450 dependent enzyme
lanosterol 14-alpha-demethylase
Absorption : Bioavailability: >90% (oral) ; Peak plasma time: 1-2 hr (PO)
Distribution : Protein bound: 11-12%
Metabolism : Liver, partially ; Enzymes inhibited: Hepatic CYP2C9 (potent); CYP3A4
(moderate)
Half-life: 30 hr (range: 20-50 hrs); 46 hr (elderly)
Excretion: Urine 80% (unchanged drug), 11% (metabolites)

I. CLINDAMYCIN
ES :

32
SITI ARAFAH N
1102013275
Abdominal pain Hypotension
Agranulocytosis Nausea
Eosinophilia (transient) Vomiting
Diarrhea Sterile abscess at IM site
Fungal overgrowth Thrombophlebitis
Pseudomembranous colitis Granulocytopenia
Hypersensitivity Neutropenia
Stevens-Johnson syndrome Thrombocytopenia
Rashes Polyarthritis
Urticaria Renal dysfunction

KI : hipersensitivitas
Mekanisme aksi : menekan sintesis protein dengan berikatan dengan subunit ribosomal
50s; bakteriostatik atau bakterisid tergantung konsentrasi obat, organisme dan infeksi
site
Absorption : Bioavailability: Oral (rapid; 90%) ; Peak serum time: Within 60 min (PO);
1-3 hr (IM)
Distribution : konesntrasi tinggi pada tulang dan urin
Metabolism : Hepatic
Half-life: 2-3 hr (adults); 8.7 hr (premature neonates); 3.6 hr (full-term neonates); 2 hr
(children); 4 hr (elderly)
Excretion: Urine (10%) as active drug; feces (~4%) as active drug

J. Acyclovir
ES :
Oral
Malaise (12%)
Parenteral
Inflammation or phlebitis at injection site (9%)
Nausea (7%)
Vomiting (7%)
Rash or hives (2%)
Elevated transaminase levels (1-2%)

KI : hipersensitivitas
Mekanisme kerja : mengganggu polymerase DNA agar menghambat replikasi DNA
melalui pemutusan rantai
Absorbsi : PO 15-30%
Peak serum time : 1,5-2jam (PO); 1jam (IV)
Distribusi : luas (otak, ginjal, paru, liver, lien, otot, uterus, vagina, cairan serebrosipnal)
Ikatan protein : 9-33%
Metabolism : di hati (dalam jumlah kecil)
T1/2 : 4jam (neonates); 2-3jam (anak-anak 1-12tahun); 3jam (dewasa)
Eksresi : urin (69-90%)

2.9 KOMPLIKASI
Infertilitas/masalah kesuburan; pelvic inflamatori disease; vulvovaginitis, uretritis; pada wanita
hamil dapat menyebabkan bayi prematur, gangguan perkembangan dan berat badan lahir rendah

33
SITI ARAFAH N
1102013275
(BBLR) terutama akibat bacterial vaginosis dan infeksi Trichomonas; serta dapat memfasilitasi
terjadinya HIV

2.10PENCEGAHAN
Menurut Army (2007), beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mencegah keputihan patologis antara lain:
a. Menjaga kebersihan, diantaranya:
Mencuci bagian vulva (bagian luar vagina) setiap hari dan menjaga agar tetap kering untuk
mencegah tumbuhnya bakteri dan jamur;
Saat menstruasi biasakan mengganti pembalut apabila sudah terasa basah dan lembab;
Menggunakan sabun non parfum saat mandi untuk mencegah timbulnya iritasi pada vagina;
Menghindari penggunaan cairan pembersih kewanitaan yang mengandung deodoran dan bahan
kimia terlalu berlebihan, karena hal itu dapat mengganggu pH cairan kewanitaan dan dapat
merangsang munculnya jamur atau bakteri;
Setelah buang air besar, bersihkan dengan air dan keringkan dari arah depan ke belakang untuk
mencegah penyebaran bakteri dari anus ke vagina;
Menjaga kuku tetap bersih dan pendek. Kuku dapat terinfeksi Candida akibat garukan pada kulit
yang terinfeksi. Candida yang tertimbun dibawah kuku tersebut dapat menular ke vagina saat
mandi atau cebok.
b. Memperhatikan pakaian, diantaranya:
Apabila celana dalam yang dipakai sudah terasa lembab sebaiknya segera diganti dengan yang
kering dan bersih;
Menghindari pemakaian pakaian dalam atau celana panjang yang terlalu ketat karena dapat
meningkatkan organ kewanitaan;
Tidak duduk dengan pakaian basah (misalnya: selesai olahraga dan selesai renang karena jamur
lebih senang pada lingkungan yang basah dan lembab;
Menggunakan pakaian dalam dari bahan katun karena katun menyerap kelembaban dan menjaga
agar sirkulasi udara tetap terjaga.
c. Mengatur gaya hidup, diantaranya:
Menghindari seks bebas atau bergantiganti pasangan tanpa menggunakan alat pelindung seperti
kondom;
Mengendalikan stres;
Rajin berolahraga agar stamina tubuh meningkat untuk melawan serangan infeksi;
Mengkonsumsi diit yang tinggi protein. Mengurangi makanan tinggi gula dan karbohidrat karena
dapat mengakibatkan pertumbuhan bakteri yang merugikan;
Menjaga berat badan tetap ideal dan seimbang. Kegemukan dapat membuat kedua paha tertutup
rapat sehingga mengganggu sirkulasi udara dan meningkatkan kelembaban sekitar vagina;
Apabila mengalami keputihan dan mendapatkan pengobatan antibiotik oral (yang diminum)
sebaiknya mengkonsumsi antibiotik tersebut sampai habis sesuai dengan yang diresepkan agar
bakteri tidak kebal dan keputihan tidak datang lagi;
Apabila mengalami keputihan yang tidak normal segera datang ke fasilitas pelayanan kesehatan
agar segera mendapatkan penanganan dan tidak memperparah keputihan.

Menurut Dalimartha beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mencegah keputihan antara lain :
a) Menjaga kebersihan organ genitalia. Salah satunya dengan mengganti pakaian dalam dua kali sehari.
b) Dalam keadaan haid atau memakai pembalut wanita, mengunakan celana dalam harus yang pas
sehingga pembalut tidak bergeser dari belakang ke depan.
c) Cara cebok / membilas yang benar adalah dari depan kebelakang. Jika terbalik, ada kemungkinan
masuknya bakteri atau jasad renik dari dubur ke alat genitalia dan saluran kencing.
d) Menghindari penggunaan celana dalam yang ketat atau dari bahan yang tidak menyerap keringat
seperti nilon, serta tidak memakai celana yang berlapislapis atau celana yang terlalu tebal karena akan

34
SITI ARAFAH N
1102013275
menyebabkan kondisi lembab disekitar genitalia. Keadaan yang lembab akan menyuburkan
pertumbuhan jamur. Usahakan memakai celana dalam dari bahan katun atau kaos.
e) Usahakan tidak memakai celana dalam atau celana orang lain. Karena hal ini memungkinkan
terjadinya penularan infeksi jamur Candida, Trichomonas, atau virus yang cukup besar.

2.11PROGNOSIS
Biasanya kondisi-kondisi yang menyebabkan fluor albus memberikan respon terhadap pengobatan
dalam beberapa hari. Kadang-kadang infeksi akan berulang. Dengan perawatan kesehatan akan menentukan
pengobatan yang lebih efektif
Vaginosis bakterial mengalami kesembuhan rata rata 70 80% dengan regimen
pengobatan
Kandidiasis mengalami kesembuhan rata rata 80 -95 %
Trikomoniasis mengalami kesembuhan rata rata 95 %

3. MENJELASKAN DAN MEMAHAMI THAHARAH


A. Pengertian
1. Bahasa
Istilah ath thaharah ( ) dalam bahasa Arab adalahan nadhzafah ( ) yang berarti kebersihan.
Di dalam Al Quran Allah Subhanahu wa Taala berfirman:
Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang
yang thawaf, yang itikaf, yang ruku dan yang sujud. (QS Al Baqarah: 125).
Umumnya kita mengenal kata bersih sebagai lawan dari kata kotor. Di dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), kata bersih itu punya beberapa makna, antar lain:
bebas dr kotoran: supaya kita sehat, segala sesuatu diusahakan tetap ; sebelum tidur
cucilah kaki dan tanganmu hingga ;
bening tidak keruh (tt air), tidak berawan (tt langit): langit bertabur bintang;
tidak tercemar (terkena kotoran): sungai itu tidak lagi krn limbah dr pabrik itu dibuang ke situ;
tidak bernoda; suci: meskipun sudah beberapa hari dilarikan pemuda itu, ia masih tetap ;
tidak dicampur dng unsur atau zat lain; asli: kebudayaan di daerah itu masih dr pengaruh asing;

2. Istilah
Sedangkan makna thaharah secara istilah para ulama fiqih tentu bukan semata-mata kebersihan dalam arti
bebas dari kotoran. Thaharah dalam istilah para ahli fiqih adalah:

Mencuci anggota tubuh tertentu dengan cara tertentu.

Mengangkat hadats dan menghilangkan najis.[2]
Thaharah menduduki masalah penting dalam Islam. Boleh dikatakan bahwa tanpa adanya
thaharah ibadah kita kepada Allah Subhanahu wa Taala tidak akan diterima. Sebab beberapa ibadah utama
mensyaratkan thaharah secara mutlak. Tanpa thaharah ibadah tidak sah. Bila ibadah tidak sah maka tidak
akan diterima Allah. Kalau tidak diterima Allah maka konsekuensinya adalah kesia-siaan.

B. Karakteristik Thaharah
Thaharah tidak selalu identik dengan kebersihan meski pun tetap punya hubungan yang kuat dan
seringkali tidak terpisahkan. Thaharah lebih tepat diterjemahkan menjadi kesucian secara ritual di sisi
Allah Subhanahu wa Taala.

35
SITI ARAFAH N
1102013275
1. Thaharah Adalah Ibadah Ritual
Melakukan thaharah pada hakikatnya bukan sekedar menjaga kebersihan. Sebab thaharah itu tidak selalu
identik dengan kebersihan, meski pun banyak persamaannya di antar keduanya. Dalam syariat Islam, segala
hal yang terkait dengan membersihkan diri dari segala bentuk najis, baik di badan, pakaian atau tempat
ibadah, termasuk ke dalam thaharah.Termasuk juga segala bentuk ritual seperti berwudhu, mandi janabah,
bertayammum, beristinja dan sejenisnya, juga termasuk ke dalam ibadah ritual, yang bila dikerjakan akan
mendatangkan pahala.Sebagian dari ritual thaharah itu ada yang hukumnya wajib, sehingga berdosa bila
ditinggalkan, sebagian lainnya ada yang hukumnya sunnah, sehingga meski tidak berdosa bila ditinggalkan,
namun seseorang akan merasa rugi karena tidak mendapatkan pahala. Dan sebagian lainnya berstatus
sebagai syarat sah dari ritual ibadah lainnya, dimana tanpa ritual thaharah itu tidak dikerjakan, maka ibadah
lainnya itu tidak sah dikerjakan.

2. Tidak Diukur Dengan Logika atau Perasaan


Thaharah adalah bentuk ritual karena untuk menetapkan sesuatu itu suci atau tidak suci, justru tidak
ada alasan logis yang masuk akal. Kesucian atau kenajisan itu semata-mata ajaran ritual dan kepercayaan
resmi yang sumbernya datang dari Allah Subhanahu wa Taala dan dibawa oleh Rasulullah Shalallahu
Alaihi wa Sallam secara sah.
Bersih itu pangkal sehat. Bersih itu lawan dari tidak kotor, tidak berdebu, tidak belepotanlumpur,
tidak tercampur keringat, tidak dekil atau tidak lusuh. Sedangkan istilah suci bukan kebalikan dari bersih.
Suci itu kebalikan dari najis. Segala yang bukan najis atau yang tidak terkena najis adalah suci. Debu, tanah,
lumpur, keringat dan sejenisnya dalam rumus kesucian fiqih Islam bukan benda najis. Artinya, meski tubuh
dan pakaian seseorang kotor berdebu terkena lumpur atau tanah becek, belum tentu berarti tidak suci.
Buktinya, justru kita bertayammum dengan menggunakan tanah atau debu. Kalau debu dikatakan najis
maka seharusnya hal itu bertentangan. Tanah dalam pandangan fiqih adalah benda suci boleh digunakan
untuk bersuci.
Daging babi tidak menjadi najis karena alasan mengandung cacing pita atau sejenis virus tertentu.
Sebab daging babi tetap haram meski teknologi bisa memasak babi dengan mematikan semua jenis cacing
pita atau virus yang terkandung di dalamnya. Daging babi juga tidak menjadi najis hanya karena babi
dianggap hewan kotor. Seorang penyayang binatang bisa saja memelihara babi di kandang emas, setiap hari
dimandikan dengan sabun dan shampo yang mengandung anti-septik, bahkan dihias di salon hewan
sehingga berpenampilan cantik wangi dan berbulu menarik. Setiap minggu diikutkan program menikur dan
pedikur. Dan babi antik itu bisa saja diberi makanan yang paling mahal, bersih dan sehat sehingga
kotorannya pun wangi. Tapi sekali babi tetap babi. Babi tetap saja hewan najis, bukan karena lifestyle sang
babi tetapi karena ke-babi-annya. Dan najisnya babi sudah kehendak Allah Subhanahu wa Taala sampai
hari kiamat, dimana buat seorang muslim, babi adalah hewan najis. Tapi bukan berarti seorang muslim
boleh berlaku kejam sadis atau boleh menyiksa babi. Tetap saja babi punya hak hidup dan kebebasan.
Dalam kasus ini illat (alasan) atas kenajisan babi bukan berangkat dari hal-hal yang masuk akal.

3. Bersumber Dari Quran dan Sunnah


Rujukan dalam masalah thaharah adalah Al Quran dan As Sunnah, dan bukan logika atau perasaan. Kalau
Al Quran dan As Sunnah menyebutkan suatu benda itu najis, maka kita tidak akan mengatakan sebaliknya.
Dan apa-apa yangtidak disebutkan oleh keduanya sebagai najis, tentu tidak bisa dikatakan sebagai najis.
Sebab najis itu tidak ada rumus kimianya, karena najis bukan unsur atau atom dengan jumlah elektron
tertentu. Najis juga bukan senyawa kimia, juga bukan emulsi atau suspensi. Sebab, sekali lagi ilmu tentang
najis bukan ilmu kimia. Najis juga bukan ditetapkan berdasarkan rasa jijik, jorok, tidak suka, atau
mengadung bakteri tertentu atau tidak. Dengan kata lain, rumus kimia najis adalah ayat Al Quran dan As
Sunnah. Demikian juga yang namanya wudhu dan mandi janabah bukan sekedar cuci muka. Sebab wudhu
adalah ritual ibadah yang ditetapkan lewat ayat Al Quran atau sunnah Rasulullah Shalallahu Alaihi wa
Sallam

36
SITI ARAFAH N
1102013275
SUMBER
Eroschenko V P. 2010. Atlas histologi diFiore: dengan korelasi fungsional. Jakarta : EGC.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/121/jtptunimus-gdl-sitisamrot-6030-2-babii.pdf

http://emedicine.medscape.com/
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18667/4/Chapter%20II.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23320/4/Chapter%20II.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23320/4/Chapter%20II.pdf

http://www.bidmc.org/YourHealth/Health-Notes/WomensHealth/ScreeningsProcedures/Understanding-
Abnormal-Pap-Test-Results.aspx#sthash.V93VXOcb.dpuf
http://www.cdc.gov/std/treatment/2010/vaginal-discharge.htm
http://www.fimadani.com/pengertian-dan-karakteristik-thaharah/
http://www.hpb.gov.sg/HOPPortal/health-article/3646
http://www.medicinenet.com/pap_smear/page6.htm
http://www.nhs.uk/conditions/vaginal-discharge/Pages/Introduction.aspx
Sofwan, A. 2012. Sistem Reproduksi. Jakarta : Bagian Anatomi FKUY
.

37

Anda mungkin juga menyukai