NERVUS CRANIALIS
- Jaras olfaktorius
Neuron pertama jaras olfaktorius adalah sel-sel olfakrotius bipolar, neuron kedua adalah
sel mitral dan tufted cells bulbus olfaktorius. Neurit sel-sel tersebut membentuk traktus olfaktorius
(neuron kedua), yang terletak di dekat dan tepat dibawah korteks frontobasalis (orbitofrontalis).
Traktus olfaktorius terbagi menjadi stria olfaktoria lateralis dan medialis di depan substansia
perforate anterior. Serabut-serabut stria lateralis berjalan melalui limen insula eke amigdala, girus
semilunaris, dan girus ambiens (area prepiriformis). Tempat ini merupakan lokasi neuron ketiga,
yang berproyeksi ke bagian anterior girus parahipokampalis. Serabut stria medialis berakhir di
nuclei area septalis di bawah genu korpus kalosum (area subkalosa) dan di depan komisura
anterior. Serabut yang keluar dari nuclei ini kemudian berproyeksi ke hemisfer kontralateral dan
ke system limbic. Jaras olfaktorius merupakan satu-satunya jaras sensorik yang mencapai korteks
serebri tanpa melalui relay di thalamus. Hubungan sentralnya kompleks dan masih belum diketahui
secara lengkap.
Saraf Optikus (N. II)
Saraf vestibulokoklearis terdiri dari dua komponen yaitu serabut-serabut aferen yang
mengurusi pendengaran dan vestibuler yang mengandung serabut-serabut aferen yang mengurusi
keseimbangan. Serabut-serabut untuk pendengaran berasal dari organ corti dan berjalan menuju
inti koklea di pons, dari sini terdapat transmisi bilateral ke korpus genikulatum medial dan
kemudian menuju girus superior lobus temporalis. Serabut-serabut untuk keseimbangan mulai dari
utrikulus dan kanalis semisirkularis dan bergabung dengan serabut-serabut auditorik di dalam
kanalis fasialis. Serabut-serabut ini kemudian memasuki pons, serabut vestibutor berjalan
menyebar melewati batang dan serebelum.
Saraf Glosofaringeus (N. IX)
Sistem motorik merupakan sistem yang mengatur segala gerakan pada manusia. Gerakan
diatur oleh pusat gerakan yang terdapat di otak, diantaranya yaitu area motorik di korteks, ganglia
basalis, dan cerebellum. Jaras untuk sistem motorik ada dua, yaitu traktus piramidal dan
ekstrapiramidal :
Motorik atas terletak pada cortex cerebri, neuron yang ada dicortex cerebri sebagai Neuron
orde pertama (sel pyramidalis). Axo neuron pertama turun melalui corona radiata masuk crus
posterior capsula interna mes-encephalon, pons, medulla oblongata dan medulla spinalis
bersinap dengan neuron orde kedua pada cornu anterior subt.grisea medulla spinalis.
B. Traktus Ekstrapyramidal
Datang dari Batang Otak menuju Medulla Spinalis
1. Tractus reticulospinalis
Asal : Formatio reticulare yang terletak sepanjang mes-encephalon, pons dan medulla oblongata
(neuron orde pertama).
Jalan :
Dari neuron yang ada di pons, dikirmkan axon lurus kebawah : traktus reticulospinlis pontinus
Dari neuron di medulla oblongata, menyilang garis tengah baru turun ke medulla spinalis : traktus
reticulospinalis medulla spinalis
Tujuan : cornu anterius medulla spinalis (pusat spinal: neuron orde kedua dan ketiga)
Fungsi : mengontrol neuron orde kedua dan ketiga dalam bentuk fasilitasi dan inhibisi kontraksi
otot skelet berkaitan dengan fungsi kseimbangan tubuh.
2. Tractus Tectospinalis
Asal : colliculus superior mes-encephalon (neuron orde pertama)
Jalan : menyilang garis tengah dan turun melalui pons, medulla oblongata. Jalannya dekat sekali
dengan fasciculus longitudinale medialis
Tujuan : cornu anterius medulla spinalis (pusat spinal) dan bersinaps dengan neuron orde kedua
dan ketiga
Fungsi:
- terjadinya reflex pupilodilatasi sbg. respon kalau lagi berada dalam ruang gelap
- terjadinya reflex gerakan tubuh sbg. respon terhadap ransang penglihatan
3. Tractus Rubrospinalis
Asal : nucleus ruber (neuron orde pertama) pada tegmentum mes-encephalon setinggi coliculus
superior.
Jalan : axon neuron orde pertama menyilang garis tengah turun kebawah melewati pns, medulla
oblongata menuju cornu anterior meulla spinalis subt. grisea (pusat spinal)
Fungsi : memacu kontraksi otot fleksor dan menghambat kontraksi otot ekstensor berkaitan
dengan fungsi keseimbangan tubuh
4. Tractus vestibulospinalis
Asal : nuclei vestibularis = neuron orde pertama (dalam pons dan med. oblongata), menerima
akson dari auris interna melalui N.vestibularis dan cerebelum
Tujuan : cornu anterius medulla spinalis (pusat spinal)
Fungsi : memacu kontraksi otot ekstensor dan menghambat kontraksi otot fleksor berkaitan
dengan fungsi keseimbangan tubuh
5. Tractus olivospinalis
Asal : nucleus olivarius inferius (neuron orde pertama), menerima axon dari : cortex cerebrii,
corpus striatum, nuceu ruber
Tujuan : cornu anterius med. spinalis (pusat spinal)
Fungsi : mempengaruhi kontraksi otot skelet berkaitan dengan fungsi keseimbangan tubuh
b. Tractus corticohypothalamicus
- Asal : cortec hypocampi
- Tujuan : hypothalamus
c. Tractus corticosubthalamicus
- Asal : area brodman 6
- Tujuan : subthalamus
d. Tractus Corticonigra
- Asal : area brodmann 4, 6 dan 8
- Tujuan : substantia nigra
JARAS SENSORIS
Jalan raya sensorik berfungsi untuk membawa fungsi sensorik (exteroreseptif &
propioreseptif) dari reseptor ke pusat sensorik sadar di otak.
Jaras somatosensorik yang dilalui oleh sistem sensorik adalah sebagai berikut :
1) Untuk rasa permukaan (eksteroseptif) seperti rasa nyeri, raba, tekan, dan suhu : sinyal
diterima reseptor → dibawa ke ganglion spinale → melalui radiks posterior menuju cornu
posterior medulla spinalis → berganti menjadi neuron sensoris ke-2 → lalu menyilang ke
sisi lain medulla spinalis → membentuk jaras yang berjalan ke atas yaitu traktus
spinotalamikus → menuju thalamus di otak → berganti menjadi neuron sensoris ke-3 →
menuju korteks somatosensorik yang berada di girus postsentralis (lobus parietalis)
2) Untuk rasa dalam (proprioseptif) seperti perasaan sendi, otot dan tendo :
Sinyal diterima reseptor → ganglion spinale → radiks posterior medulla spinalis
→ lalu naik sebagai funiculus grasilis dan funiculus cuneatus → berakhir di nucleus Goll
→ berganti menjadi neusron sensoris ke-2 → menyilang ke sisi lain medulla spinalis →
menuju thalamus di otak → berganti menjadi neuron sensoris ke-3 → menuju ke korteks
somatosensorik di girus postsentralis (lobus parietalis).
Beberapa serabut saraf berperan untuk menghubungkan segmen-segmen medulla
spinalis yang berbeda, sedangkan serabut lain naik dari medulla spinalis ke pusat-pusat
yang lebih tinggi sehingga mengubungkan medulla spinalis dengan otak. Berkas-berkas
serabut yang berjalan ke atas ini disebut tractus ascendens.
Tractus-tractus ascendens mengantarkan informasi aferen, baik yang dapat maupun
tidak dapat disadari. Informasi ini dapat dibagi menjadi 2 kelompok utama, yaitu: (1)
informasi eksteroseptif, yang berasal dari luar tubuh, seperti nyeri, suhu, dan raba; serta (2)
informasi proprioseptif, yang berasal dari dalam tubuh, misalnya dari otot dan sendi.
Adapun jenis-jenis sensasi yang dapat dijalarkan oleh kedua sistem ini adalah :
Sistem Anterolateral
1. Rasa nyeri
2. Sensasi termal, meliputi sensasi hangat dan dingin
3. Sensasi raba dan tekan kasar yang mampu menentukan tempat perabaan kasar pada tempat
penekanan tubuh
4. Sensasi geli dan gatal
5. Sensasi seksual
Kapsula Interna
Letak:
Merupakan berkas serabut saraf berbentuk pita lebar substansi
alba yang memisahkan nukleus lenticularis dengan nucleus
caudatus dan thalamus. Mengandung serabut saraf penghubung
bolak-balik antara cortex cerebri dengan thalamus dan medula
spinalis
Bentuk:
Membentuk huruf V dengan titik sudut yang disebt genu,
menghadap ke medial dan kaki-kakinya disebut crus anterior dan
crus posterior
1. Crus anterior capsula interna
a. Letak: antara nucleus caudatus dan nucleus lenciculatis
yang terdapat
Serabut corticopetal (serabut aferen)
Serabut corticofugal (serabut eferen)
2. Crus posterior capsula interna
a. Letak: antara thalamus dengan nuclei lenticularis, terdapat
Pars lenticulothalamicus (tractus corticobulbaris, corticospinalis dan corticorubralis)
Pars retrolenticularis (radiatio thalamicus posterior)
Pars sublenticularis (tractus temporopontin,geniculocalcarina dan radiatio auditorius
1.2 Vascularisasi di Otak
Darah mengalir ke otak melalui dua arteri carotis interna dan dua arteri vertebralis :
Arteri carotis interna, setelah memisahkan diri dari arteri carotis comunis, naik dan masuk
ke rongga tengkorak melalui canalis carotikus, berjalan dalam sinus cavernosus,
mempercabangkan arteri untuk nervus opticus dan retina, akhirnya bercabang dua : arteri cerebri
anterior dan arteri cerebri media :
Arteri carotis interna memberikan vaskularisasi pada regio sentral dan lateral hemisfer.
Arteri cerebri anterior memberikan vaskularisasi pada korteks frontalis, parietalis bagian tengah,
corpus calosum dan nukleus caudatus.
Arteri cerebri media memberikan vaskularisasi pada korteks lobus frontalis, parietalis dan
temporalis.
Sistem vertebral dibentuk oleh arteri vertebralis kanan dan kiri yang berpangkal di arteri
subclavia, menuju dasar tengkorak melalui canalis transversalis di kolumna vertebralis cervikalis,
masuk rongga kranium melalui foramen magnum, lalu mempercabangkan masing-masing
sepasang arteri cerebelli inferior. Pada batas medulla oblongata dan pons, keduanya bersatu
menjadi arteri basilaris dan setelah mengeluarkan 3 kelompok cabang arteri, pada tingkat
mesencephalon, arteri basilaris berakhir sebagai sepasang cabang arteri cerebri posterior.
Arteri vertebralis memberikan vaskularisasi pada batang otak dan medula spinalis atas.
Arteri basilaris memberikan vaskularisasi pada pons.
Arteri serebri posterior memberikan vaskularisasi pada lobus temporalis, oksipitalis, sebagian
kapsula interna, talamus, hipokampus, korpus genikulatum dan mamilaria, pleksus koroid dan
batang otak bagian atas
Masing-masing a.cerebralis mengantar darah ke satu permukaan dan satu kutub cerebrum :
1. A. cerebri anterior → mengantar darah hampir seluruh permukaan medial & superior serta
polus frontalis
2. A. cerebri media → mengantar darah ke permukaan lateral & polus temporalis
3. A. cerebri posterior → mengantar darah ke permukaan inferior & polus occipitalis.
Pembuluh balik di otak
Ada 2 kelompok pembuluh balik :
1. Vv.cerebrales superficialis (v.cerebri externa)
2. Vv.cerebrales profunda (v.cerebri interna)
Cabang v.cerebri externa : v.cerebri superior, v.cerebri media, v.cerebri anterior dan v.basilaris
v. cerebri externa terdapat dirongga subarachnoid.
Cabang v.cerebri interna : v. terminalis & v. choroidea v. terminalis & v. choroidea bergabung
membentuk v. cerebri magna.
2. Memahami dan Menjelaskan Kelainan fungsi Sensoris dan Motoris Nervus Cranialis
Kelainan pada Nervus Cranialis
Pada fosa posterior, meliputi neuroma akustik, meningioma, dan meningitis kronik. Pada pars
petrosa os temporalis dapat terjadi Bell’s palsy, fraktur, sindroma Rumsay Hunt, dan otitis media.
Penyebab kelumpuhan fasialis bilateral antara lain Sindrom Guillain Barre, mononeuritis
multipleks, dan keganasan parotis bilateral. Penyebab hilangnya rasa kecap unilateral tanpa
kelainan lain dapat terjadi pada lesi telinga tengah yang meliputi Korda timpani atau nervus
lingualis, tetapi ini sangat jarang.
Gangguan nervus fasialis dapat mengakibatkan kelumpuhan otot-otot wajah, kelopak mata
tidak bisa ditutup, gangguan air mata dan ludah, gangguan rasa pengecap di bagian belakang lidah
serta gangguan pendengaran (hiperakusis). Kelumpuhan fungsi motorik nervus fasialis
mengakibatkan otot-otot wajah satu sisi tidak berfungsi, ditandai dengan hilangnya lipatan hidung
bibir, sudut mulut turun, bibir tertarik kesisi yang sehat. Pasien akan mengalami kesulitan
mengunyah dan menelan. Air ludah akan keluar dari sudut mulut yang turun. Kelopak mata tidak
bisa menutup pada sisi yang sakit, terdapat kumpulan air mata di kelopak mata bawah (epifora).
Refleks kornea pada sisi sakit tidak ada.
Kelainan Yang Dapat Menimbulkan Gangguan Pada Nervus N.IX dan N.X
Gangguan pada komponen sensorik dan motorik dari N. IX dan N. X dapat mengakibatkan
hilangnya refleks menelan yang berisiko terjadinya aspirasi paru. Kehilangan refleks ini pada
pasien akan menyebabkan pneumonia aspirasi, sepsis dan adult respiratory distress syndome
(ARDS) kondisi demikian bisa berakibat pada kematian. Gangguan nervus IX dan N. X
menyebabkan persarafan otot-otot menelan menjadi lemah dan lumpuh. Cairan atau makanan tidak
dapat ditelan ke esofagus melainkan bisa masuk ke trachea langsung ke paru-paru. Kelainan yang
dapat menjadi penyebab antara lain :
a) Lesi batang otak (Lesi N IX dan N. X)
b) Syringobulbig (cairan berkumpul di medulla oblongata)
c) Pasca operasi trepansi serebelum
d) Pasca operasi di daerah kranioservikal
Kekuatan
Kekuatan otot dilakukan dengan pasien menahan tenaga yag diberikan untuk
menggerakkan otot bagian tubuh yang dievaluasi. Tes ini dapat dinilai dengan skala dari 0-5.
Tujuan utama dalam melakukan tes kekuatan otot adalah menentukan apakah kelainan bersifat
neurogenik dan menentukan otot/gerakan mana yang terpengaruhi. Keputusan yang paling penting
adalah menentukan kerusakan, UMN atau LMN. Lesi LMN terjadi akibat kerusakan pada traktus
motorik descending, terutama di kortikospinal, dri koretks cerebri mlalui batang otak dan korda
spinalis. Lesi UMN biasnyan dibarengi dengan peningkatan refleks dan peningkatan tonus tipe
spastik. Lesi LMN akibat dari kerusakan anterior horn cell dan aksonnya yang dapat
mengakibatkan penurunan refleks peregangan otot dan tonus otot. Atrofi biasanya menjadi
prominen setelah 1-2 minggu pertama dan atrofi yang terjadi akibat tidak adanya penggunaan oleh
karena kelemahan yang terjadi.
Koordinasi
Tes Koordinasi dilakukan pada beberapa gerakan. Biasanya pasien diminta untuk memegang
tangan pada bagian depan telapak tangan, mata terbuka kemudian menutup. Lebih baik pasien
diminta untuk tisak melakukan gerakan pada tangannya, dan berusaha untuk melakukan gaya
terhadap lantai atau unutk memisahkan kedua tngan yang berikatan. Setelah beberapa saat, pasien
diminnta untuk mengecek pergerakan dan tes ini harus bersifat simetris. Kemudian pasien dapat
diminta untuk memegang hidungnya kemudian jari pemeriksa. Hal ini dapat dilakukan beberapa
kali agar pergerakan yang terlihat akurat.
Tes selanjutnya dapat dilakukan dengan melakukan pergerakan yang berulang seperti tepuk
tangan dan menjetikkan jari. Ekstremitas bawah dapat dilakukan tes pada posisi supinasi dengan
posisi tumit berada diatas lutut kaki lainnya dan ‘menepuk’ tumit kearah pergelangan kaki. Hal ini
dilakukan untuk tiap kaki. Pada pasien yang dapat berdiri pada minimal satu kaki selama 10 detik
tanpa adanya atunan pada tubuh tidak memerlukan tes lanjutan untuk koordinasi kaki.
Manuver ini dapat mengetes beberapa sistem neurologi. Fenomena Rebound terjadi akibat
adanya cedera pada cerebri. Refleks yang berulang yang volunter disebut Intention Tremor.
Pergerakan yang sangat lambat dapat terjadi pada kelainan ekstrapiramidal, seperti Parkinson’s
Disease. Namun, kelainan apapun pada sistem motorik dapat berdampak pada koordinasi. Adanya
perubahan pada kekuatan otot, tonus otot atau pasien dengan pergerakan yang abnormal dapat
menyebabkan salahnya persepsi mengenai gangguan koordinasi. Maka dari itu, tentukan terlebih
dahulu letak kelainan, pada sitem motorik atau bukan.
Tonus Otot
Tonus otot dapat dinilai melalui beberapa cara. Salah satu metode yang paling sering digunakan
adalah pemeriksa memindahkan tungkai pasien terutama pergelangan tangan. Metode yang lain
yaitu melibatkan evaluasi dari ayunan lengan (pasien berdiri). Tonus otot sering di tes dengan cara
lengan pasien yang direntangkan. Saat bahu pasien bergerak maju-mundur atau berotasi, kedua
lengan akan menjuntai dengan bebas. Peningkatan tonus otot biasanya direfleksikan dengan lengan
yang nampak kaku saat pasien berdiri atau berjalan. Anggota tubuh bagian bawah dapat dievaluasi
dengan pasien duduk dengan kaki menggantung. Gerakan kaki harus menghasilkan lembut
berayun dari kaki durasi singkat. Peningkatan tonus menghasilkan pembatasan tiba-tiba di
perjalanan dari kaki.
Ada dua pola umum patologis meningkat, kelenturan nada dan kekakuan. Kekejangan
ditemukan dengan luka neuron motor atas dan bermanifestasi sebagai resistensi ditandai dengan
inisiasi gerakan pasif cepat. Ini perlawanan awal memberi jalan dan kemudian ada resistensi
kurang selama rentang sisa gerak (clasp-pisau fenomena). Kekakuan adalah peningkatan nada
yang bertahan sepanjang rentang gerak pasif. Ini telah disebut "pipa timah" kekakuan dan umum
dengan penyakit ekstrapiramidal, terutama penyakit Parkinson.
Pergerakan Abnormal
Ada beberapa tipe gerakan abnormal, yaitu tremor, korea, athetosi, distonia, hemibailism dan
fasikulasi. Tremor merupakan pergerakan abnormal yang sering ditemui.
Karateristik dari tremor meliputi :
Simetrisitas
Kecepatan tremor
Keadaan terjadinya
Gerakan tak terkendali terlihat dalam sejumlah situasi klinis. Chorea, athetosis dan
hemiballism merupakan refleksi dari penyakit ganglia basal. Ini mungkin kongenital (sejenis
cerebral palsy), pasca infeksi (Sydenham 's chorea), keturunan (Huntington chorea), metabolik
(penyakit Wilson) atau serebrovaskular. Stasiun Ini adalah kemampuan untuk mempertahankan
postur tegak. Satu harus mampu berdiri baik dengan mata terbuka dan tertutup dengan basis yang
relatif sempit dukungan (kaki berdekatan). Anda harus merekam bergoyang berlebihan, jatuh ke
satu sisi, atau ditandai memburuk dalam kemampuan untuk berdiri ketika mata ditutup.
Goyangan yang berlebihan dengan mata terbuka umum dengan masalah cerebellar atau
vestibular. Ini mungkin ke satu sisi (dan umumnya adalah dengan gangguan vestibular) atau
mungkin untuk kedua belah pihak (terutama dengan kondisi yang mempengaruhi bagian garis
tengah otak kecil, seperti intoksikasi). Anda harus mempertimbangkan kemungkinan penjelasan
lain seperti pasien tidak memiliki cukup kekuatan untuk tetap tegak atau reaksi parah ditunda untuk
destabilisasi (seperti dengan penyakit Parkinson). Beberapa pasien dapat berdiri dengan baik
dengan mata terbuka, namun telah ditandai peningkatan ketidakstabilan dengan mata tertutup. Ini
adalah sugestif dari gangguan dari proprioception sadar (yaitu, rasa posisi sendi, seperti yang dapat
dilihat dengan neuropati perifer atau kolom / disfungsi lemniskus dorsal medial). Hal ini disebut
tanda Romberg. Masalah proprioseptif di satu sisi dapat dibawa keluar dengan berdiri di satu kaki.
Tentu saja, ada tes lain proprioception sadar, termasuk evaluasi posisi sendi dan rasa getaran di
kaki. Data ini harus berkorelasi dengan temuan di stasiun.
Cara Berjalan
Cara berjalan merupakan pemeriksaan neurologis yang penting. Penting untuk memperhatikan
kesimetrisan dari cara berjalan, kemampuan berjalan, panjang langkah saat berjalan dan
kemampuan untuk berbelok dengan step yang minimum tanpa kehilangan keseimbangan. Saat
mengobservasi pasien dari belakang, bagian medial dari kaki membentuk garis dan tidak terdapat
ruangan yang terlihat diantara kedua kaki pada bagian tumit.
Ini adalah gaya berjalan sempit-based dan penyimpangan dari hal ini dapat diukur dalam jumlah
jarak lateral setiap serangan kaki dari garis bahwa tubuh mereka mengikuti. Tandem berjalan
(kemampuan untuk berjalan di atas garis) dapat digunakan untuk mengevaluasi stabilitas gaya
berjalan, mengakui bahwa banyak pasien tua normal memiliki masalah dengan hal ini.
Adanya gangguan virtual pada bagian sistem syaraf dapat berdampak pada cara berjalan
seseorang. Sebuah gaya berjalan antalgic, atau lemas disebabkan oleh nyeri akrab bagi setiap
praktisi. Pasien dengan kelemahan unilateral dapat mendukung satu sisi, dan jika kelemahan
adalah kejang (misalnya, dari kerusakan neuron motorik atas) pasien dapat menahan ekstremitas
bawah kaku. S / ia akan menyeret tungkai lemah di sekitar tubuh dalam pola "circumducting".
Sebuah gaya berjalan mengejutkan atau terguncang (seperti yang mabuk) adalah sugestif dari
disfungsi cerebellar.
Umumnya, pasien dengan vertigo yang benar akan cenderung jatuh ke satu sisi berulang kali
(terutama dengan mata tertutup). Seorang pasien dengan drop kaki akan cenderung untuk
mengangkat kaki tinggi (steppage gaya berjalan). Hip kelemahan korset sering mengakibatkan
"berlenggak-lenggok," dengan pinggul bergeser ke arah sisi kelemahan ketika kaki berlawanan
diangkat dari lantai (tentu saja, jika kedua belah pihak lemah pinggul akan bergeser bolak-balik
saat mereka mengambil setiap langkah). Pasien dengan penyakit Parkinson sering mengalami
kesulitan memulai gaya berjalan, langkah-langkah yang biasanya pendek, meskipun gaya berjalan
sempit berbasis.
Jika parah, pasien mungkin pendorong (mereka bahkan mungkin jatuh). Pasien yang "lem
gosong" (geser kaki mereka di tanah daripada melangkah normal) dapat menderita kerusakan atau
degenerasi dari kedua lobus frontal atau bagian garis tengah otak kecil. Ketika kerusakan pada
daerah-daerah yang parah pasien mungkin sangat retropulsive (cenderung jatuh ke belakang
berulang kali). Cedera punggung kolom dapat menyebabkan gaya berjalan di mana pasien
"prangko" kaki-nya, dan biasanya juga perlu melihat kaki di jalan agar. Pasien dengan neuropati
menyakitkan kaki dapat berjalan seolah-olah mereka "berjalan di atas telur" dan pasien dengan
stenosis tulang belakang dapat berjalan dengan postur membungkuk (a "monyet" postur).
UMN LMN
Spastis Flaccid
Atropi (-) Atropi (+)
Refleks fisiologis meningkat Refleks fisiologis menurun
Refleks patologis (+) Refleks patologis (-)
Tonus meningkat Tonus menurun
Gangguan Ekstrapiramidal
Tonus : rigid
Gerak otot abnormal tidak terkendali
Gangguan kelancaran gerak otot volunteer
Gangguan otot asosiatif
Pemeriksaan
1. Inspeksi
- Sikap : perhatikan sikap pasien waktu berdiri, duduk, berbaring, bergerak, dan berjalan
- Bentuk : Perhatikan adanya deformitas
- Ukuran : perhatikan apakah panjang bagian tubuh sebelah kiri sama dengan yang kanan
1. Palpasi
o Pasien disuruh mengistirahatkan ototnya. Kemudian otot ini dipalpasi untuk menentukan
konsistensi serta adanya nyeri tekan.
o Dengan palpasi kita dapat menilai tonus otot, terutama bila ada hipotoni.
i.Pasien disuruh menggerakkan bagian ekstremitas atau badannya dan kita menahan gerakan ini
ii.Pemeriksa menggerakkan bagian ekstremitas atau badan pasien dan ia disuruh menahan